Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

EFUSI PLEURA DAN ANEMIA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan


Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin
Banda Aceh

Oleh:

Pocut Shahnaz Yoesti

Pembimbing:

Dr.dr. Bakhtiar, M.Kes, Sp.A

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Efusi Pleura dan Anemia”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada
Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia ke masa yang
menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Penyusunan laporan kasus ini disusun sebagai salah satu tugas dalam
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata
RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh. Ucapan
terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada dr. Bakhtiar,
Sp.A. yang telah bersedia meluangkan waktu membimbing penulis dalam
penulisan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi semua pihak khususnya di bidang kedokteran dan berguna
bagi para pembaca dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu kedokteran
pada umumnya dan ilmu kesehatan mata khususnya. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak untuk laporan kasus ini.

Banda Aceh, Agustus 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................3
BAB I
Pendahuluan.....................................................................................................4
BAB II
Laporan Kasus.................................................................................................5
BAB III
Analisa Kasus..................................................................................................14
BAB V
Kesimpulan......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................26

3
BAB I
PENDAHULUAN

Efusi pleura merupakan manifestasi yang dapat muncul dari berbagai


penyakit baik dari kelainan paru ataupun kelainan ekstraparu. Efusi pleura
merupakan manifestasi paling banyak yang dijumpai pada kelainan paru. Pada
anak-anak, umumnya efusi pleura berhubungan dengan penyakit lain yang
mendasari. Adapun etiologi efusi pleura dapat disebabkan oleh infeksi dan non
infeksi. Infeksi bakteri, jamur, dan parasit dapat menyebabkan efusi pleura.
Penyebab non infeksi dapat berasal dari tumor, gagal jantung, dan silotoraks. Pada
negara berkembang, efusi pleura paling sering terjadi akibat infeksi pneumonia.
Penyakit tuberkulosis juga menjadi penyebab efusi pleura yang umumnya
ditemukan pada anak di atas 7 tahun.1,2
Efusi pleura terjadi pada hampir 1,3 juta kasus setiap tahunnya di United
State. Pada pediatri, penyebab paling banyak adalah infeksi dengan kasus 50-70%,
diikuti dengan gagal jantung sebagai penyebab kedua sebanyak 5%-15%, dan
malignansi sebanyak 10% sampai 15% dengan kasus paling panyak adalah Non-
Hodgkin Limfoma. Penelitian lainnya oleh Fisher, adapun insidensi efusi pleura
yang disebabkan oleh pneumonia pada anak terjadi pada 5% sampai 40% dari
semua kasus.2.3
Efusi pleura dapat berupa eksudat dan transudat. Transudat terjadi akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan dan absorpsi cairan pleura. Sedangkan
eksudat terjadi akibat akumulasi protein karena kerusakan pembuluh kapiler.
Untuk menentukan diagnosis klinis suatu efusi pleura dapat dilakukan dengan
pemeriksaan Rontgen thoraks dan/atau dengan ultrasonografi. Pada kasus yang
berat, pungsi pleura untuk menganalisis cairan pleura diperlukan untuk konfirmasi
diagnostik dan juga untuk pemberian terapi. Pada beberapa kasus, efusi pleura
hanya memerlukan terapi penyeban, namun lainnya memerlukan drainase cairan
pleura dan intervensi pembedahan.2,

4
BAB II
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Sri Wahyuni
No. CM : 1-18-02-55
Tanggal Lahir : 04 Oktober 2000 ( 17 tahun 9 bulan 28 hari)
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat : Nagan Raya
Tanggal Masuk RS : 31 Juli 2018
Tanggal Pemeriksaan : 2 agustus 2018

3.2 Anamnesis
Keluhan utama : Sesak napas
Keluhan tambahan : Nyeri dada, batuk, kaki bengkak, pucat
Riwayat penyakit sekarang
Pasien rujukan dari RSUD setempat dengan keluhan sesak napas. Sesak
napas dialami sejak 2 bulan yang lalu dan memberat seminggu SMRS. Sebelum
sesak napas muncul, pasien juga mengeluhkan batuk yang sudah dialami dalam 5
bulan terakhir, batuk berdahak, namun saat ini batuk sudah mulai berkurang.
Selain itu pasien juga merasa nyeri dada sejak 2 bulan yang memberat jika pasien
tidur tanpa menggunakan bantal dan berkurang jika pasien duduk. Pasien juga
mengalami demam yang hilang timbul, demam turun dengan obat penurun panas.
Selama sakit nafsu makan pasien menurun dan menagalami penurunan berat
badan secara drastis. BAB dan BAK tidak ada keluhan

5
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat alergi
disangkal
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki hal yang sama
Riwayat penggunaan obat
 Ceftriaxone
 Gentamisin
 Dexamethason
 Nebule fulmikort
 Ampicilin
 Novalgin
Riwayat Kehamilan & Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak pertama lahir pervaginam dengan BB 2800 gram dan
segera mennagis.
Riwayat imunisasi
Pasien tidak penah diimunisasi
Riwayat pemberian makanan
Pasien makan makanan keluarga dan jajanan pasae
Riwayat tumbuh kembang
Pasien seharusnya duduk di bangku kelas 3 SMA, namun putus sekolah saat kelas
2
3.4 Pemeriksaan Fisik
Status Present
 Saat Masuk IGD
Keadaan umum : lemah
Tekanan darah : 90/60
Heart rate : 124x/i
Respiratory rate : 36 x/i
Temperature : 36,5 0C

6
 Saat Pemeriksaan
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Heart rate : 96 x/i
Respiratory rate : 26 x/i SpO2 : 99%
Temperature : 36,40C
Status General
Kepala : rambut rontok mudah dicabut
Mata : Konj. Palpebra inferior anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
3mm/3mm (-/-), RCL (+/+), RTCL (+/+)
Hidung : NCH (-)
Mulut : Sianosis (-) mukosa lembab (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Toraks : Simetris, retraksi dinding dada (-), sf ka> sf ki , perkusi redup,
vesikuler (+/+), rhonki basah (+/+), wheezing(-/-),
Jantung : BJ I > BJ II, reguler (+), bising (-)
Abdomen : Soepel, distensi (-), timpani, peristaltik (+)
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Data Antropometri
BBS : 32 kg
BBI : 55 kg BB/U : 34/56 = 60%
TB : 155 cm TB/U : 155/160 = 95%
Status gizi : Buruk BB/TB : 34/57= 59 %

7
8
Kebutuhan cairan = 1500 + ((BB-20) x 20)
= 1500 + (33-20) x 20
= 1760 cc/hari

Kebutuhan kalori
= EER x aktivitas fisik x faktor stress
= 2400 kkal/ hari

Kebutuhan protein
= RDA x aktivitas fisik x faktor stress
= 1,4 gr/ hari

9
Pemeriksaan Laboratorium 31-07-2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin (g/dl) 7,1 12,0-15,0
Hematokrit (%) 22 37 - 47
Eritrosit (106/mm3) 2,7 4,2 - 5,4
Leukosit (103/mm3) 3,4 4,5 – 10,5
Trombosit (103 U/L) 178 150 - 450
Hitung jenis (%) 0/1/0/82/10/7
MCV 84 80 – 100
MCH 27 27 – 31
MCHC 32 32 – 36
Ur 20 13-43
Cr 0,42 0,51-0,95
GDS 236 <200
Na/K/Cl 136/3,9/109
Pemeriksaan Laboratorium 1-08-2018
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin (g/dl) 8,9 12,0-15,0
Hematokrit (%) 27 37 - 47
Eritrosit (106/mm3) 3,3 4,2 - 5,4
Leukosit (103/mm3) 2,1 4,5 – 10,5
Trombosit (103 U/L) 123 150 - 450
Hitung jenis (%) 0/1/0/75/16/8
MCV 84 80 – 100
MCH 27 27 – 31
MCHC 32 32 – 36
Albumin 1,66 3,5-5,2
ALP 172 42-98
Feritin 1536,63 10-160
Retikulosit 1,3 0,5-1,5

10
Morfologi darah tepi -Eritrosit - hipokrom
- Anisopoikilositosis: Burr
Cell
- Leukosit - neurtofilia
- Trombosit - Jumlah cukup, tersebar
- giant trombosit (+)
Kesimpulan Hipokrom mikrositer

Pemeriksaan Laboratorium 6-08-2018


Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin (g/dl) 10,2 12,0-15,0
Hematokrit (%) 30 37 - 47
Eritrosit (106/mm3) 3,6 4,2 - 5,4
Leukosit (103/mm3) 1,5 4,5 – 10,5
Trombosit (103 U/L) 150 150 - 450
Hitung jenis (%) 0/1/0/592614
MCV 85 80 – 100
MCH 29 27 – 31
MCHC 34 32 – 36
Ur 5 13-43
Cr 0,36 0,51-0,95
Alb/Glo 2,47/353 3,5-5,2
Na/K/Cl 136/3,9/109

11
Pemeriksaan Ro Thoraks

Gambar 3.1 Ro Thoraks


Diagnosis Kerja
 Efusi Pleura ec hipoalbuminemia
 Anemia mikrositer hipokrom
Tata Laksana
1. Diet 1300 kkal + 32 gr protein MB
2. O2 2 L/i nasal kanul intermitten
3. Resusitasi RL 10 cc/kgBB selama 1 jam
4. IVFD 2:1 20 gtt/i makro
5. Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
6. Koreksi hipoalbumin 20% selama 3 hari

12
Follow up
1 Agustus 2018 S/ Th/
(HOM) -lemas, batuk dan nyeri dada, pasien - O2 2L/i nasal kanul
tidak nafsu makan - IVFD 2:1 20 gtt/i
O/ - Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
TD : 110/90 - Diet 1300 kkal +32 gr protein
N : 85 x/i - chalenge RL 10 cc/kgBB selama 1
RR : 32 x/i jam
T : 33,9
Mata : anemis (+) ikterik (-)
Thoraks : vesikuler menurun di kedua
basal paru kanan dan kiri,
rh(-/-) wh (-/-)
Abd : soepel, BU (+)
Extremitas : udem peritibial CRT 3
detik, akral dingin
A/
1. Sangkaan tumor paru
2. Anemia hipokrom mikrositer ec dd/
- defisiensi besi
- penyakit kronik
P/
-Transfusi PRC
-Cek retikulosit, MDT, feritin, albumin,
SGOT/SGPT, alkalin fosfatase
3 Agustus 2018 S/ Th/
(respirologi) -sesak napas berkurang - Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
-kaki bengkak - Koreksi hipoalbumin 20% 100cc
O/ (H1) selama tiga hari
TD : 90/60
N : 72 x/i
RR : 22 x/i

13
T : 36,1
Mata : anemis (-) ikterik (-)
Thoraks : vesikuler menurun di kedua
basal paru kanan dan kiri,
rh(-/-) wh (-/-)
Abd : soepel, BU (+)
A/
1. Sangkaan tumor paru
2. Anemia hipokrom mikrositer
P/
4 Agustus 2018 S/ Th/
(respirologi) -sesak napas berkurang - Diet 1300 kkal + 32 gr protein
-kaki bengkak - Inj. Ceftriaxone 1 gr/24 jam
O/ - Koreksi hipoalbumin 20%100 cc
TD : 120/70 (H2) selama 3 hari
N : 82 x/i
RR : 20 x/i
T : 37,1
Mata : anemis (-) ikterik (-)
Thoraks : vesikuler menurun di kedua
basal paru kanan dan kiri,
rh(-/-) wh (-/-)
Abd : soepel, BU (+)

A/
1. Sangkaan tumor paru
2. Efusi pleura susp. TB
3. Anemia hipokrom mikrositer
P/
-CT scan thoraks kontras dan nonkontras
-Induksi sputum cek BTA dan gen
expert (6/8/2018)

14
4 Agustus 2018 S/ Th/
(HOM) -sesak berkurang, batuk berkurang, sakit - O2 2L/i nasal kanul
dada sudah tidak ada - IVFD 2:1 20 gtt/i
O/ - Inj. Ceftriaxon 1 gr/12 jam
TD : 100/70 - Diet 1300 kkal +32 gr protein
N : 80 x/i - Koreksi hipoalbumin dengan
RR : 24 x/i albumin 20% 100 cc (HII) selama 3
T : 36,8 hari
Mata : anemis (+) ikterik (-)
Thoraks : vesikuler menurun di kedua
basal paru kanan dan kiri,
rh(-/-) wh (-/-)
Abd : soepel, BU (+)
Extremitas : udem peritibial CRT <2
detik, akral dingin
A/
1. Sangkaan tumor paru
2. Anemia hipokrom mikrositer ec dd/
- defisiensi besi
- penyakit kronik
P/
-CT scan thoraks kontras dan nonkontras

7 Agustus 2018 S/ Th/


-sesak napas berkurang -02 1 liter/menit NK
O/ -ampicilin 100 mg/6jam
TD : 120/70 -cefotaxim 150 mg/8jam
N : 82 x/i -Nebule Nacl 3% 2 cc/8 jam s/s
RR : 20 x/i fluxotide ½ resp / 8 jam
T : 37,1
Mata : anemis (-) ikterik (-)
Hidung : sekret tidak ada
Thoraks : Rhonki (+/+), rh(-/-) wh (-/-)

15
Ro Thoraks : infiltrat
Gen expert : MTB non detected
A/
1. Pneumonia
2. Anemia hipokrom mikrositer
P/
-Rontgen Thoraks AP
7 Agustus 2018 S/ Th/
(HOM) -sesak napas berkurang - Asam folat 1x5 mg
- kaki bengkak berkurang - Lain-lain sesuai ts dpjp
O/
TD : 100/60
N : 92 x/i
RR : 24 x/i
T : 37,1
Mata : anemis (-) ikterik (-)
Hidung : sekret tidak ada
Thoraks : Rhonki (+/+), rh(-/-) wh (-/-)
A/
1. Anemia hipokrom mikrositer

P/

16
BAB III
ANALISA KASUS

3.1 Analisa Kasus Efusi Pleura


Telah dilakukan pemeriksaan pada perempuan usia 17 tahun dengan
keluhan sesak napas yang dialami sejak 2 bulan yang lalu dan memberat
seminggu SMRS. Sebelum sesak napas muncul, pasien juga mengeluhkan batuk
yang sudah dialami dalam 5 bulan terakhir, batuk berdahak, namun saat ini batuk
sudah mulai berkurang. Selain itu pasien juga merasa nyeri dada sejak 2 bulan
yang memberat jika pasien tidur tanpa menggunakan bantal dan berkurang jika
pasien duduk. Pasien juga mengalami demam yang hilang timbul, demam turun
dengan obat penurun panas. Selama sakit nafsu makan pasien menurun dan
menagalami penurunan berat badan secara drastis.

Berdasarkan hasil anamnesis pasien mengalami efusi pleura. Efusi pleura


adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam kavum
pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis. Adanya akumulasi cairan
pada kavum pleura ini akan menekan paru-paru, dan pada kasus yang berat akan
mengakibatkan atelektasis paru, penekanan vena besar, dan penurunan aliran
balik. Adapun mekanisme terjadinya akumulasi cairan di dalam rongga pleura
adalah:3
-
infeksi
-
peningkatan permeabilitas kapiler
-
peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan tekanan onkotik
-
kelainan drainase sistem limfatik
-
perdarahan pada kasus hematothoraks

Pleura adalah suatu membran serosa yang melapisi permukaan dalam


dinding thoraks di kanan dan kiri, melapisi permukaan superior diafragma,
melapisi mediastinum ( yang semuanya disebut pleura parietalis), kemudian pada
pangkal paru, membran serosa ini berbalik melapisi paru yang disebut pleura

17
viseral. Pleura viseral ini berinvaginasi mengikuti fisura yang membagi setiap
lobus paru. Berbeda dengan pleura parietalis yang sangat sensitif, pleura viseralis
tidak dapat merasakan rasa sakit. Rasa sakit yang berasal dari pleura akan terus
disampaikan ke dinding dada tepat di lesi pleura. Di antara pleura paritalis dan
pleura viseralis terdapat ruang yang disebut “rongga” pleura. Di dalam rongga
pleura terdapat caira pleura seperti lapisan film karena jumlahnya sangat sedikit
yang hanya berfungsi untuk memisahkan pleura viseralis dan pleura paritalis.1

Gambar 1. Anatomi Pleura

Adapun arah aliran cairan pleura yaitu cairan pleura masuk ke dalam
rongga pleura dari dinding dada (pleura parietalis) dan mengalir meninggalkan
rongga pleura menembus pleura viseralis untuk masuk ke dalam aliran limfa.
Tekanan hidrostatik di kapiler sistemik (dinding dada) besarnya 30 cmH2O.
Tekanan negatif di dalam rongga pleura adalah -5 cmH2O. Hal ini menunjujukkan
perbedaan tekanan antara kapiler sistemik dan rongga pleura adalah 35 cmH2O.
Tekanan osmotik koloid di dalam rongga pleura adalah 8 cmH2O. Perbedaan
tekanan osmotik koloid antara kapiler sistemik dengan tekanan osmotik koloid di

18
rongga pleura adalah 26 cmH2O. Sehingga cairan cenderung mengalir dari daerah
yang bertekanan osmotik rendah ke arah yang bertekanan osmotik tinggi.
Berdasarkan perbedaan tekanan osmotik, seharusnya cairan di dalam rongga
pleura cenderung mengalir dari rongga pleura ke dinding dada. Akan tetapi,
karena tekanan hidrostatik dari dinding dada ke arah rongga pleura lebih besar,
yaitu 35 cmH2O cairan dari dinding dada akan masuk ke dalam rongga pleura.1

Efusi pleura pada kasus ini berkaitan dengan beberapa etiologi. Adapun
etiologi efusi pleura pada anak-anak berbeda dengan dewasa, dimana penyebab
efusi pleura paling sering pada anak adalah infeksi pleura, sedangkan pada dewasa
adalah gagal jantung dan malignansi. Infeksi pneumonia oleh bakteri umumnya
dapat menyebabkan empiema. Di antara bakteri penyebab pneumonia yang
mengakibatkan komplikasi efusi pleura paling banyak adalah Streptococcus
pneumoniae yang terjadi pada 5% sampai 40%.2

Pasien ini direncanakan untuk pemeriksaan gen Expert dan hasil yang
diperoleh adalah MTB not detected. Infeksi lainnya yang dapat menyebabkan efusi
pleura adalah tuberkulosis (TB) yang terjadi pada sekitar 2-38% dari seluruh
kasus tuberkulosis anak. Efusi primer biasanya bersifat unilateral dan sering
tanpa disertai dengan kelainan parenkim paru. Efusi pleura pada TB reaktivasi
ditandain dengan adanya kelainan parenkim fokal. Berdasarkan gejala yang
dikeluhkan pasien dengan penurunan berat badan secara drastis, salah satu
diagnosis banding adalah efusi pleura karena tuberkulosis. Kuman lainnya yang
juga berperan dalam efusi pleura adalah methicilin-resistant Staphilococcus
aureus ( MRSA), H. Influenzae type B, dan tuberkulosis paru secara luas
dilaporkan pada 2- 38% pada anak. Infeksi ini umumnya bersifat unilateral.7

Penyebab efusi pleura non-infeksi di antaranya adalah gagal jantung akibat


peningkatan atrium kiri atau peningkatan tekanan paru. Etiologi berikutnya diikuti
oleh limfoma akibat invasi langsung oleh tumor atau adanya obstruksi jalur
limfatik oleh tumor. Penyebab lainnya yang meskipun jarang menimpulkan efusi

19
pleura adalah hemothoraks, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, sirosis hepatik,
dan penyebab iatrogenik.4
Manifestasi klinis dari efusi pleura bergantung pada penyebab, luas, dan
lokasi efusi pleura. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan atas, bronkitis, dan
pneumonia yang menyebabkan efusi pleura maka akan menimbulkan gejala
demam persisten, batuk, takipneu, dispneu, nyeri dada, anoreksia, dan malaise.
Pada infeksi tuberkulosis gejala tersebut juga akan diikuti dengan keringat malam,
hemoptisis, dan penurunan berat badan. Pada kasus malignansi beberapa pasien
dapat asimtomatik dan hanya bermanifestasi seperti batuk dan demam subfebris.
Namun, pada keaadaan lebih berat akan menyebabkan respiratori distres dan dapat
dijumpai massa mediastinum. 4
Pada pasien ini, tanpa melihat penyebab efusi pleura, beratnya gejala yang
muncul dipengaruhi oleh jumlah akumulasi cairan dan lokasi efusi pleura. Gejala
ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi, dan juga pada akumulasi
subpulmonik manifestasi juga dapat berupa muntah, nyeri peruh, dan ileus
paralitik parsial.4
Adapun cairan pada pleura dapat digolongkan menjadi transudat dan
eksudat. Untuk membedakan transudat dan eksudat digunakan kriteria Light,
yaitu:1,2
1. Transudat
Efusi transudatif merupakan efusi pleura yang berjenis cairan transudat.
Efusi ini dapat disebabkan oleh gagal jantung kongestif, emboli paru, sirosis hati,
dialisis peritoneal, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, dan retensi garam. Cairan
efusi dikatakan transudat jika memenuhi dua dari tiga kriteria :
1. Rasio kadar protein cairan efusi pleura/kadar protein serum < 0,5
2. rasio kadar LDH cairan efusi pleura/kadar LDH serum < 0,6
3. Kadar LDH cairan efusi pleura <2/3 batas atas nilai normal LDH
Jika angka tersebut tidak terlampaui, efusi pleura termasuk jenis eksudat. Akan
tetapi, penggunaan kriteria Light juga harus melihat perbedaan nilai albumin pada
serum dengan nilai albumin cairan pleura. Jika perbedaannya melebihan 1,2 gram
per 100 mL, maka cairan pleura tersebut termasuk transudat. Secara kasar, cairan

20
pleura dapat dikatan transudat jika kadar proteinnya < 3 gram/100 mL dan berat
jenisnya <1,016, sedangkan efusi pleura dikatan eksudat jika kadar proteinnya > 3
gram/100 mL dan berat jenisnya >1,016.1

2. Eksudat
Efusi pleura eksudatif terjadi karena peradangan atau infiltrasi pada pleura
atau jaringan yang berdekatan dengan pleura. Kerusakan pada dinding kapiler
darah menyebabkan terbentuknya cairan kaya protein yang keluar dari pembuluh
darah dan berkumpul pada rongga pleura. Bendungan pada pembuluh limfa juga
dapat mengakibatkan efusi pleura eksudatif. Jadi penyebab efusi pleura eksudatif
adalah neoplasma, infeksi, penyakit jaringan ikat, penyakit intra abdominal, dan
imunologik. Penyebab efusi pleura tidak hanya berupa kelainan di toraks tetapi
juga dapat karena kelainan ekstratoraks atau sebagai akibat dari suatu penyakit
sistemik.1

Pemeriksaan fisik pada pasien a/r thoraks didapatkan stem fremitus kiri
dan kanan melemah, suara vesikuler menurun di paru kanan dan kiri. Secara
umum, penampakan anak dengan efusi pleura akan disertai dengan diaforesis,
dispneu dengan gangguan respirasi ringan sampai sedang. Pada beberapa akan
terlihat tidak nyaman akibat nyeri dan hipoksemia. Pada pemeriksaan fisik, dari
auskultasi akan dijumpai “pleuritik chest rub” pada tahap awal efusi, namun akan
menghilang sesuai peningkatan akumulasi efusi. Akumulasi massif dapat
menyebabkan pendorongan organ medistinum dan trakea ke arah kontralateral.
Pemeriksaan pada area yang sakit juga akan ditemukan redup pada perkusi,
penurunan fremitus taktil, dan egofoni.3,4

Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan laboratorium dan didapatkan


kadar serum albumin 1,66 gr/dL. Konsentrasi serum albumin dapat digunakan
sebagai status nutrisi pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Penurunan serum
albumin pada pasien dengan efusi pleura berhubungan dengan proses inflamasi,
malnutrisi protein, dan kondisi umum yang buruk. Dalam praktik klinis pediatrik,

21
hipoalbuminemia sering terjadi pada anak dengan infeksi akut yang disertai efusi
pleura masif. Meskipun hanya beberapa sudi yang mendapatkan korelasi ini.6
Berdasarkan status gizi, pasien mengalami malnutrisi akibat penurunan
nafsu makan sejak 5 bulan terakhir. Sesuai dengan teori, hipoalbuminemia dapat
terjadi karena beberapa keadaan seperti inflmasi, kehilangan protein dalam sistem
ekskresi dan gastrointestinal, gangguan proses pembentukan albumin di hati, dan
malnutrisi berat. Hubungan serum albumin yang rendah dengan efusi pleura pada
pediatrik sering ditemukan, namun jarang diteliti lebih lanjut. Pada dewasa
hipoalbuminemia berhubungan dengan penyakit kronis seperti gagal jantung dan
malignansi. Dalam penelitian Prais, pasien dengan infeksi parapneumonia dapat
mengalami beberapa derajat hipoalbuminemia. Kemungkinan lainnya yang dapat
mengakibatkan hipoalbumnemia adalah intake yang rendah, penurunan sintesis
protein,dan status katabolik.6
Untuk menegakkan diagnosis, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
penunjang. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi:
1. Analisis cairan pleura
Cairan pleura secara makroskopik diperiksa warna, turbiditas, dan baunya.
Transudat biasanya jernih transparan, berwarna kuning jerami, dan tidak
berbau. Cairan pleura yang menyerupai susu biasanya mengandung kilus
(kilotoraks). Cairan pleura yang berbau busuk dan mengandung nanah
biasanya disebabkan oleh bakteri anaerob, berwarna merah karena
mengandung darah, dan jika berwarna coklat biasanya karena amebiasis.
Pemeriksaan cairan pleura dan dapat juga dilakukan dengan pemeriksaan
mikroskopik, sitologi, dan pemeriksaan kimia dan pH. Hasil dari
pemeriksaan dapat dilhat pada tabel berikut:1

22
Tabel 2.1 pemeriksaan cairan pleura
2. Ro thoraks
Pemeriksaan foto thoraks merupakan pemeriksaan imaging paling simpel
yang dapat dilakukan untuk menilai efusi pleura pada anak. Posisi yang
dapat dilakukan meliputi frontal, lateral, dan dekubitus dimana aliran
cairan bebas berkumpul pada area paling bawah dari rongga pleura.
Penumpulan sudat kostofrenikus merupakan tanda paling awal yang dapat
ditemukan pada efusi pleura. Pada efusi massif juga akan ditemukan
meniskus sign dan opasifikasi hemithoraks dengan pergeseran
mediastinal.4

Gambar 2.2 Efusi pleura kiri

23
3. Ultrasonografi
Ultrasonografi memiliki nilai sensitivitas hampir 100% untuk menilai efusi
pleura. Alat ini merupakan alat yang sangat mudah dimana dapat
membedakan lokulasi efusi dan juga apakah hanya penebalan atau
merupakkan massa.3.4
4. CT scan
CT scan dapat menghasilkan hasil yang lebih akurat untuk menilai efusi.
CT scan digunakan untuk melihat kelainan parenkim lainnya, seperti
tumor primer dan juga metastasis yang menyebabkan efusi. Pemeriksaan
ini akan sangat berguna pada efusi pleura dengan komplikasi seperti
empiema. CT scan juga sangat berguna pada intervensi dimana efusi
sangat susah dicapai.3,4

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan Rontgen thoraks dan didapatkan


hasil berupa efusi pleura bilateral. Pada pasien juga telah dilakukan pemeriksaan
CT-Scan thoraks dengan hasil efusi pleura di kanan dan kiri tanpa adanya
kelainan parenkim. Sehingga pemeriksaan ini menyingkirkan efusi pleura yang
disebabkan oleh malignansi.
Pada pasien ini, prinsip penatalaksaan efusi pleura adalah dengan
menghilangkan etiologi utama dan memberikan terapi suportif untuk
menyembuhkan efusi. Pada kasus infeksi baik dengan atau tanpa empiema,
pemilihan antibiotik yang sesuai yang dikombinasikan dengan thorakosintesis,
chest tube drainage, dan agen antik fibrosis merupakan pilhan terapi yang sesuai.
Beberapa keadaan membutuhkan terapi pembedahan.2,4

Pasien dengan infeksi parapneumonia pemilihan terapi sesuai dengan


organisme sangat penting. Antibiotik lini pertama yang digunakan pada anak
adalah penisilin, sefalosporin, azetreona, klindamisin, dan siprofloksasin. Seperti
halnya pada pasien, pasien pada kasus ini mendapatkan terapi ceftriaxone sebagai
terapi awal dan kemudian digantikan dengan penicilin dan cefotaxim. Pemberian
antibiotik dapat diberikan secara oral maupun intravena sekurang-kurangnya 48
jam setelah suhu afebris dan drain sudah dilepas.4

24
Adapun terapi definitif lainnya untuk efusi pleura adalah Water seal
Drainage (WSD) yang merupakan tindakan invasif untuk mengeluarkan cairan
atau udara dari rongga pleuradengan cara menusuk dinding dada dengan alat
tertentu dna bertujuan untuk memasang suatu drainase yang tetap atau permanen
yang dihubungkan pada suatu tabung yang berisi air yang berfungsi sebagai
penjaga tekanan. Pada efusi pleura WSD diindikasikan pada efusi pleura yang
luas. WSD dapat dicabut apabila secara klinis dan radiologis par telah
mengembang kembali. Pada keadaan ini, selang diklem selama 24 jam. Bila
setelah 24 jam tidak ada lagi penambahan udara, selang dapat dicabut atau bila
tidak ada lagi cairan yang keluar pada efusi pleura.5

3.2 Analisa Kasus Anemia

Pada pasien ini juga didapatkan kadar hemoglobin 7,1 gr/ dL sehingga
diagnosis lainnya terhadap pasien ini adalah anemia hipokrom mikrositer. Anemia
secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam yang cukup ke
jaringan. Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri, melainkan gejala
dari berbagai penyakit dasar. Pada dasarnya, anemia disebabkan oleh karena: 1)
gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang; 2) kehilangan darah keluar
tubuh (perdarah); 3) proses penghancuran eritrosit. Diagnosis banding anemia
hipokrom mikrositer adalah anemia defisiensi besi, anemia akibat penyakit kronik,
thalasemia, dan sideroblastik.8
Pada pasien didapatkan kadar feritin meningkat. Hal ini menunjukkan
anemia yang dialami pasien adalah akibat penyakit kronik. Anemia karena
penyakit kronik seringnya bersifat ringan sampai sedang, jarang sampai derajat
berat. Adapun alur penegakkan diagnosis anemia dapat dilihat pada bagan berikut:

25
Pada pasien ini, dilakukan transfusi PRC dan diberikan terapi berupa asam
folat 1 x 5 mg untuk tata laksana anemia. Adapun terapi utama anemia penyakit
kronis adalah mengobati penyakit dasarnya. Beberapa pilihan terapi dalam
mengobati anemia jenis ini antara lain: 1) transfusi, merupakan pilihan pada kasus
yang disertai dengan gangguan hemodinamik; 2) Preparat besi, pemberian
preparat besi pada anemia penyakit kronis masih pro dan kontra sehingga tidak
direkomendasikan; 3) eritopoietin, disepakati untuk diberikan pada pasien anemia
akibat kanker, gagal ginjal, artritis, dan pasien HIV.8
Asam folat merupakan senyawa induk dari sekumpulan senyawa yang
secara umum disebut folat. Tubuh manusia tidak dapat mensintesis struktur folat
sehingga membutuhkan asupan dari makanan. Diet yang inadekuat pada bayi dan
anak-anak merupakan salah satu etiologi defisiensi asam folat. Defisiensi asam
folat biasanya dihubungkan dengan anemia megaloblastik. Penggunaan terapi
asam folat dalam klinik terbatas pada pencegahan dan pengobatan defisiensi
vitamin. 9

26
BAB V
KESIMPULAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan


dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis. Adapun
penyebab efusi pleura paling sering pada anak adalah infeksi pleura, sedangkan
pada dewasa adalah gagal jantung dan malignansi. Penyebab lainnya yang
meskipun jarang menimpulkan efusi pleura adalah hemothoraks,
hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, sirosis hepatik, dan penyebab iatrogenik.4
Pada kasus pasien ini, efusi pleura terjadi akibat hipoalbuminemia atau
rendahnya kadar serum albumin. Hipoalbuminemia dapat terjadi karena proses
inflamasi, kehilangan protein dari urin dan sistem gastrointestinal, intake yang
rendah, penurunan sintesis protein,dan status katabolik.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Djojodibroto DR. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit buku


kedokteran EGC 2007
2. Fisher GB. Pleural effusion in children from southern brazil. Pediatric
respiratory review. 2015
3. Adeyinka A, Kondamudi NP. Pleural effusion, pediatric, malignant.
StatPearls Publishing. 2018. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507720
4. Ashfarpaiman S, Izadi M, Ajodani E, et al. Pleural effusion in children: a
review article and literature review. International journal of medical
review: 2016 (3);365-370
5. Rahajoe NN, Supriyanto B, Setyanto DB. Buku aja respirologi anak. Edisi
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: 2008
6. Prais D, Kuzmenko E, Amir J, et al. Association oh hypoalbuminemia
with the presence and size of pleural effuison in children with pneumonia.
American academy of pediatrics. 2008 (121)
7. Dagnachew. Pediatric pleural effusion. Diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article/1003121
8. Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke enam Jilid II. 2014.
Internal Publishing
9. Tangkilisan AH, Rumbajan D. Defisiensi asam folat. Sari pediatri. 2002
(40); 21-25

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Kak Napis
    Kak Napis
    Dokumen27 halaman
    Kak Napis
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Slide Yeni
    Slide Yeni
    Dokumen24 halaman
    Slide Yeni
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Slide Osteo
    Slide Osteo
    Dokumen31 halaman
    Slide Osteo
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Gagal Jantung
    Gagal Jantung
    Dokumen36 halaman
    Gagal Jantung
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Resume Jurnal
    Resume Jurnal
    Dokumen3 halaman
    Resume Jurnal
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • H
    H
    Dokumen10 halaman
    H
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Indonesian Whoqol
    Indonesian Whoqol
    Dokumen3 halaman
    Indonesian Whoqol
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Mata
    Jurnal Mata
    Dokumen13 halaman
    Jurnal Mata
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Refluks Laringofaringeal1
    Refluks Laringofaringeal1
    Dokumen11 halaman
    Refluks Laringofaringeal1
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Slide Ica-1
    Slide Ica-1
    Dokumen37 halaman
    Slide Ica-1
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Mamay
    Lapkas Mamay
    Dokumen21 halaman
    Lapkas Mamay
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Bedah
    Bedah
    Dokumen28 halaman
    Bedah
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Vnyet THT
    Vnyet THT
    Dokumen2 halaman
    Vnyet THT
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Mata
    Jurnal Mata
    Dokumen10 halaman
    Jurnal Mata
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Kritisi Jurnal Revisi
    Kritisi Jurnal Revisi
    Dokumen8 halaman
    Kritisi Jurnal Revisi
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Mata
    Jurnal Mata
    Dokumen13 halaman
    Jurnal Mata
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Indo
    Kata Pengantar Indo
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar Indo
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Translate
    Translate
    Dokumen30 halaman
    Translate
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Huzaifee
    Huzaifee
    Dokumen5 halaman
    Huzaifee
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Resusitasi Neonatus
    Resusitasi Neonatus
    Dokumen3 halaman
    Resusitasi Neonatus
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Resume Jurnal
    Resume Jurnal
    Dokumen3 halaman
    Resume Jurnal
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Mata
    Lapkas Mata
    Dokumen17 halaman
    Lapkas Mata
    ridwanyoga
    Belum ada peringkat
  • Puny Yenni
    Puny Yenni
    Dokumen23 halaman
    Puny Yenni
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Raynaud Referat Bedah 1
    Sindrom Raynaud Referat Bedah 1
    Dokumen14 halaman
    Sindrom Raynaud Referat Bedah 1
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Raynaud Referat Bedah 1
    Sindrom Raynaud Referat Bedah 1
    Dokumen10 halaman
    Sindrom Raynaud Referat Bedah 1
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • VENTILASI PARU-PARU
    VENTILASI PARU-PARU
    Dokumen17 halaman
    VENTILASI PARU-PARU
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Puny Yenni
    Puny Yenni
    Dokumen23 halaman
    Puny Yenni
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Vinyet
    Vinyet
    Dokumen2 halaman
    Vinyet
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat
  • Inusistis Kut Pada Ewasa: M. Rizkan Fauzi
    Inusistis Kut Pada Ewasa: M. Rizkan Fauzi
    Dokumen16 halaman
    Inusistis Kut Pada Ewasa: M. Rizkan Fauzi
    fitri akmalia
    Belum ada peringkat