Anda di halaman 1dari 14

TUGAS KELOMPOK

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Mata Ajar Ns.Tuti Anggarawati,M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Aprilia Dwi Sarweni (20101440116009)


2. Dina Fakhrana (20101440116022)
3. Galih Mardika (20101440116035)
4. Ika Lutfiana (20101440116040)
5. Leila Lezilca (20101440116051)
6. Merid Lechan (20101440116060)
7. Muhammad Ilham (20101440116062)
8. Rahmanisa D.S (20101440116074)
9. Rita Puspita Sari (20111440116082)

AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

TAHUN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena


berkat rahmat dan karunianya,penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
aik dan tepat pada waktunya.Adapun judul dari makalh ini adalah “Defisit
Perawatan Diri”.Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu mememnuhi
tugas mata kuliah keperawatan jiwa.Penulis juga mengucapkan banyak terimkasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini

2
BAB 1
PNDAHULUAN
A. Latar belakang
Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak
membawa perubahan yang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia.
Perubahansituasi individu baik yang positif maupun negatif dapat
mempengaruhikeseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat
jiwa ini meliputimenyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampu
menghadapi problemmaupun situasi yang berat dan mampu berada dengan
orang lain(keliat,dkk.2007)
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa
sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan
kesehatan jiwa.Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data
yangditemukan oleh peneliti di Harvard University dan University College
London,mengatakanpenyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32%
dari semua jeniskecacatan diseluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari
tahun sebelumnya(VOA Indonesia,2016)
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri
akibatadanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan
melakukan aktifitas perawatan diri menurun.Pemeliharaan hygiene
perorangan diperlukan untukkenyamanan individu, keamanan, dan
kesehatan. Seperti pada orang sehatdapat memenuhi kebutuhan personal
hygienenya sendiri. Cara perawatan dirimenjadi rumit dikarenakan kondisi
fisik atau keadaan emosional klien. Selainitu,beragam faktor pribadi dan
sosial budaya mempengaruhi praktik hygieneklien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang
dekatdengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi
untukmeningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan
emosionalklien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk
mempelajaritentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan
gangguan perawatandiri.

3
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
(TAK)

A. Topik
Terapi aktivitas kelompok : Defisit Perawatan Diri Mandi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok klien mampu
memahami tentang cara melakukan perawatan personal hygiene yang
benar.
2. Tujua Khusus
Setelah mengikuti terapi aktifitas kelompok, klien mampu
menjawab pertanyaan tentang :
a. Manfaat membersihkan diri
b. Alat-alat membersihkan diri (kebersihan kulit, mulut dan rambut)
c. Mempraktekan cara membersihkan kulit, mulut, dan rambut.

C. Landasan Teori
1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi

4
aktifitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygene),
berpakaian/berhias,makan,dan BAB/BAK (toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
( Poter. Perry , 2005).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak
mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan
Wartonah 2000).

2. Jenis-jenis Perawatan diri


a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
(Nurjannah : 2004, 79 ).

3. Etiologi Defisit Perawatan Diri


Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000), Penyebab kurang
perawatan diri adalah sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran

5
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri
adalah :
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Yang merupakan factor presiptasi defisit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59), Faktor – faktor yang mempengaruhi
personal hygiene adalah:
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

6
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

4. Dampak Masalah Personal Hygiene


Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene, antara lain:
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

7
5. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
a. Mandi/hygene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
memprsiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah pakaian,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka
kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanan dari wadah lalu dimasukannya di mulut, melengkapi
makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
d. BAB/BAK (Toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.

8
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
a. Fisik
Badan bau, pakaian kotor. Rambut dan kulit kotor. Kuku panjang
dan kotor Gigi kotor disertai mulut bau serta penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif. Menarik diri, isolasi diri. Merasa tak
berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
Interaksi kurang. Kegiatan kurang, Tidak mampu berperilaku sesuai
norma. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang
tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

D. Klien
1. Karakteristik klien
a. Klien yang tidak mengalami gangguan fisik
b. Klien yang bisa membaca
c. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya.
d. Klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
e. Klien yang mudah diajak berinteraksi.
2. Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat devisit perawatan diri.
b. Mengidentifikasi klien berdasarkan karakteristik devisit perawatan
diri.
c. Mengumpulkan klien yang termasuk dari karakteristik masalah
devisit perawatan diri untuk mengikuti TAK.
E. Uraian Struktur Kelompok.
1. Tempat : Ruang TAK
2. Hari /tanggal : Senin

9
3. Waktu :
4. Lamanya : ± 30 menit
5. Jumlah anggota : 9 orang.
6. Pengorganisasian
a. Leader : Merid lechan
Tugas :
1) Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim
terapi
2) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
3) Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan
4) Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan dan
memperaktek kan cara perawatan kebersihan diri (kulit, mulut,
dan rambut)
b. Fasilitator : Galih mardika,Rahmanisa
Tugas:
1) Memotivasi peserta yang kurang aktif.
2) Menjadi contoh anggota kelompok selama kegiatan.
c. Observer : Rita Puspita sari
Tugas :
1) Mengamati proses kegiatan
2) Menilai jalannya TAK.
3) Menyimpulkan hasil kegiatan.
d. Nama Pasien
1) Dina Fakhrana
2) Muhammad Ilham
3) Aprilya dwi s
4) Leila lezilca
5) Ika lutfiana

10
F. Metode
1. Ceramah , Praktek dan Tanya jawab.
2. Media yang digunakan : kertas putih, spidol, pulpen, bola dan Hand
phone.

G. Antisipasi Masalah
1. Penanganan klien yang tidak efektif saat TAK, fasilitator memastikan
agar klien berperan aktif dalam TAK.
2. Penanganan untuk klien yang meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Ingatkan klien akan aturan permainan bahwa barang siapa yang
akan meninggalkan ruang TAK harus pamit terlebih dahulu pada
perawat.
b. Jika klien tetap saja pergi jangan paksakan klien untuk
mengikuti TAK tapi setelah TAK selesai temui klien dan tanyakan
mengapa tadi ia meninggalkan TAK.

H. Proses Evaluasi
1. Waktu
2. Kehadiran
3. Topik diskusi
4. Isu, ide dan pendapat anggota
5. Strategi leader
6. Rencana strategi berikutnya
7. Prediksi respon anggota pertemuan berikutnya.

I. Bentuk Formasi Kelompok


Formasi Kelompok : Membentuk lingkaran.

11
J. Proses Pelaksanaan.
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Mengucapkan salam
2) Perkenalan di mulai oleh leader dilanjutkan oleh fasilitator, dan
observer.
3) Perkenalan oleh masing-masing klien dengan menyebutkan
nama, asal ruangan perawatan
b. Penjelasan Tujuan dan Aturan Main.
1) Penjelasan aturan main dan tujuan terapi oleh leader
Sebelum memulai permainannya, saya menjelaskan tujuan dari
permainan ini yaitu supaya kita menjaga kebersihan diri kita
dengan mandi,menggosok gigi, dan mencuci rambut. Aturan
mainnya yaitu teman-teman disini diharapkan mengikuti
kegiatan TAK dari awal sampai akhir, jika ada teman-teman
yang ingin meninggalkan permainan TAK ini atau kekamar
mandi, teman-teman harus minta izin dengan Leader.
2) Cara permainannya, pertama saat musik dihidupkan bruder
/suster akan memberikan bola, dan berputar searah jarum jam,
lalu musik berhenti dan bola pun berhenti pada salah satu
teman-teman. lalu teman yang memegang bola berdiri dan
memberikan salam, menyebutkan nama
3) Bagi anggota kelompok yang telah memperkenalkan diri maka
di berikan identitas berupa papan nama.

2. Fase Kerja
Langkah-langkah kegiatan.
a. Membagikan kertas dan pulpen untuk klien,
b. Klien di suruh menulis di kertas yang disediakan tentang :
Manfaat membersihkan diri yang di bantu oleh fasilitator.

12
c. Bola dioper ke semua anggota TAK dan bila music berhenti, maka
yang memegang bola wajib untuk membaca hasil tulisannya.untuk
pertama kali diawali oleh leader.
d. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah dapat
menyebutkan manfaat membersihakan diri.
e. Leader meminta anggota TAK untuk membalik kertas dan kembali
menulis alat-alat yang digunakan untuk mandi di bantu oleh
fasilitator
f. Bola kembali dioper dan bila music berhenti, maka yang
memegang bola wajib untuk menyebutkan terlebih dahulu, yang
dimulai oleh leader.
g. Leader memberikan pujian “bagus bapak/ibu sudah dapat
menyebutkan alat-alat yang digunakan untuk mandi ”
h. Leader meminta anggota TAK menyebutkan langkah-langkah
membersihkan diri (mandi, menggosok gigi dan mencuci rambut),
bagi yang memegang bola saat music berhenti, maka wajib untuk
menyebutkan, yang dimulai oleh leader dan dilanjutkan oleh
anggota TAK.
i. Leader memberikan pujian “ bagus bapak/ibu telah menyebutkan
langkah mandi, menggosok gigi, dan mencuci rambut secara benar.
j. Leader memasukkan jadwal rutin setiap hari untuk peserta TAK.

3. Fase Teminasi
a. Evaluasi respon subjektif klien
b. Bagaimana perasaan bapak-bapak dan ibu-ibu setelah kita
bermain TAK selama 30 menit?
c. Coba bapak/ibu sebutkan langkah-langkah mandi, menggosok gigi
dan mencuci rambut.

13
Daftar Pustaka
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.

Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC

Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa.


Yogyakarta : Momedia

14

Anda mungkin juga menyukai