Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pentingnya manajemen proyek bagi organisasi dalam menjalankan sebuah proyek. Dalam
pernyataan tersebut ada benarnya, bahwa sebuah permainan dapat berlangsung tanpa strategi.
Namun hal tersebut berpotensi menimbulkan disharmoni dalam permainan. Tanpa strategi yang
matang, permainan berlangsung tanpa konsep, arah, dan tujuan yang jelas, sehingga berimbas pada
kegagalan dalam mencapai tujuan akhir: kemenangan.
Proyek, sebagaimana didefinisikan di dalam A Guide to the Project Body of Knowledge
(PMBOK Guide) yang dirilis oleh Project Management Institute (PMI), adalah usaha bersifat
sementara yang dilakukan untuk menciptakan produk yang unik, layanan, atau hasil. Definisi
tersebut diperjelas dengan karakteristik proyek, di antaranya menghasilkan sesuatu yang unik,
terdiri dari kegiatan yang saling terkait, menghasilkan deliverables berkualitas, melibatkan
beberapa sumber daya, dan didorong oleh kendala keterbatasan.
Dalam empat dekade terkini, manajemen proyek telah menjadi sebuah tema penting bagi
organisasi yang mengedepankan pengelolaan proses bisnisnya secara profesional dan modern.
Fenomena ini disadari oleh organisasi berskala besar maupun kecil; pemerintah maupun swasta.
Perkembangan organisasi yang terus bergerak maju mengikuti perkembangan zaman berdampak
pada munculnya gagasan pengembangan aneka produk unggulan organisasi yang dikelola pada
level proyek, program, dan portofolio.
Di organisasi manapun, termasuk Direktorat Jenderal Pajak DJP, perubahan situasi dan
kondisi yang dinamis kerap memicu permasalahan di dalam pengelolaan proyek maupun program.
Permasalahan yang terjadi kerap mengerucut pada pernyataan yang terlihat klise dan terdengar
familiar di kalangan pengelola proyek maupun program. Pengelola proyek merasa bahwa proyek
yang mereka kerjakan kerap kali menghadapi “tembok tebal” berupa keterbatasan anggaran, waktu
penyelesaian, dan ketersediaan sumber daya manusia (SDM). Sementara di sisi lain, tingginya
ekspektasi pemangku kepentingan dan rentetan risiko maupun permasalahan, baik yang
teridentifikasi ataupun tidak, siap meletup kapan saja. Terkadang tanpa peringatan dini dan tak
terprediksi.
Kualitas, globalisasi, dan kecepatan. Ketiganya merupakan fokus organisasi di seluruh
dunia yang masing-masing pernah mengemuka di era 1980-an, 1990-an, dan 2000-an. Saat ini,
untuk menjadi organisasi yang terdepan dalam inovasi dan mengutamakan kepuasan pelanggan,
organisasi dituntut untuk mengembangkan produk yang menghasilkan nilai tambah di mata
pelanggan. Dengan skenario ini, manajemen proyek menjadi alat yang sangat penting dan kuat di
tangan organisasi yang memahami kebutuhan penggunaannya dan memiliki kompetensi untuk
menerapkannya.
Output dari melakukan perencanaan ini adalah untuk menghasilkan rencana manajemen
jadwal. Namun, dalam kehidupan nyata, Anda mungkin tidak akan memiliki rencana
terpisah untuk mengelola jadwal Anda. Sebagian besar dari apa yang Anda kerjakan di sini
akan berakhir dalam rencana manajemen proyek Anda dan itu sangat memadai.
Ada 13 input (semuanya di atas ditambah risiko, ruang lingkup, dan elemen yang
berkaitan dengan konteks proyek). Jadwal itu sendiri hanya salah satu output, tetapi yang
lain (dalam pandangan saya) kurang penting.
Menurut Wulfram (2005) Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pemilik Proyek : seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana memberikan tugas kepada
seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan agar hasil proyek sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
2. Konsultan : seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang memiliki keahlian
dan pengalaman membangun proyek konstruksi, terdiri atas :
Konsultan Perencana : seseorang atau perusahaan yang memiliki keahlian dan
pengalaman dalam merencanakan proyek konstruksi, seperti halnya perencana arsitektur,
perencana struktur, perencana mekanikal dan elekterikal dan lain sebagainya.
Konsultan Pengawas : perusahaan yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam
pengawaasan proyek.
Konsultan Manajemen Konstruksi : perusahaan yang mewakili pemilik dalam
pengelolaan proyek, sejak awal hingga akhir proyek.
3. Kontraktor : perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi
yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik proyek dan bertanggung jawab penuh
terhadap pembangunan fisik proyek. Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang
/ tender atau dapat juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga.
4. Subkontraktor : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh pemilik untuk
mengerjakan sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik proyek yang memiliki keahlian
khusus / special.
5. Pemasok (Supplier) : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok material yang
memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.
Selain itu, dapat pula ditambahkan stakeholder pada proyek infrastruktur yang pengelolaannya
lebih kompleks dan unik, berasal dari lingkungan internal dan eksternal proyek, seperti organisasi
pekerja, agen pemerintah yang membuat regulasi, organisasi LSM, masyarakat sekitar lokasi
proyek, atau media masa.
Dalam suatu proyek, struktur organisasi sangat penting demi terlaksananya proyek. Terdapat 3
(tiga) bentuk organisasi atau pendekatan manajemen yaitu :
1. Organisasi Proyek Fungsional: struktur organisasi jenis ini dikelompokkan menurut
fungsinya, memiliki struktur dengan konsep otoritas dan hierarki vertical. Tanggung jawab
organisasi proyek biasanya dirangkap dengan tugas sehari – hari pada organisasi fungsional
perusahaan, karena itulah proyek yang besar dapat mengganggu kegiatan keseluruhan.
2. Organisasi Proyek Murni: struktur organisasi proyek jenis ini merupakan bagian tersendiri
dari organisasi fungsional perusahaan, dimana manajer mempunyai otoritas penuh terhadap
proyek. Dengan status ini, tim proyek memiliki komitmen dan wewenang mandiri, namun tetap
dalam koordinasi perusahaan.
3. Organisasi Proyek Matriks: struktur organisasi proyek jenis ini biasanya gabungan dari
organisasi proyek murni dan fungsional, memanfaatkan ahli dari berbagai disiplin ilmu yang
terlibat dalam organisasi fungsional sebagai bagian dari proyek, tetapi tidak mengganggu
proses pelaksanaan proyek serta organisasi fungsional perusahaan.
3.1 Kesimpulan
Manajemen proyek merupakan suatu usaha merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan,
mengkoordinasi, dan mengawasi kegiatan dalam proyek sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
jadwal waktu dan anggaran yang telah ditetapkan. Suatu pekerjaan rutin biasanya berlangsung
secara kontinu, berulang-ulang dan berorientasi ke proses. Sebagai suatu proses yang terus
menerus, pekerjaan yang rutin tidak dianggap suatu proyek. Suatu proyek pasti mempunyai suatu
tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuan tersebut,suatu proyek biasanya mempunyai
kegiatan yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan hasilakhir tertentu. Proyek dapat dibagi-
bagi menjadi sub-sub pekerjaan yang harus diselesaikan dengan batas waktu tertentu untuk
mencapai tujuan proyek secara keseluruhan dengan tepat waktu.
32 Saran
Dalam penulisan makalah ini penyusun mengharapkan semoga menjadi sesuatu yang
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi kami sebagai penyusun juga menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu diperlukan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif demi kelancaran pembelajaran makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA