Semhas Umi Rev 2 - Ferfection - Copy2
Semhas Umi Rev 2 - Ferfection - Copy2
) PADA
DUA RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DENGAN PENAMBAHAN
DAUN BAMBU SECARA ORGANIK
Growth and Yield of Lettuce (Lactuca sativa L.) on Two Types Assembly Culture
Technology with Adding Bamboo’s Leaf of Organic System
Oleh
Fitriani Dina H. 1), Mujiono2), Agus Sarjito2)
1)Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian
2)Staff Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian
ABSTRACT
The aimes of this research were to know technology assemblies of organic lettuce
cultivation based on selected liquid organic fertilizer and botanical pesticide, on medium
and high land. The design of this research was Randomize Completely Design (RCD) with
2 treatments and 16 replications. The treatment consists of P1 ((manure goat + liquid
organic fertilizer for soil SO-Kontan Lq (6ml/l) + liquid organic fertilizer for leaf SO-
Kontan Lq (6ml/l) + maja gadung botanical pesticide (6%) + Trichoderma harzianum as
the biological agent (10 g/polybag) and P2 ((manure goat + liquid organic fertilizer for
soil SO-Kontan Lq (6ml/l) + liquid organic fertilizer for leaf SO-Kontan Lq (6ml/l) + maja
gadung botanical pesticide (6%) + bamboo leaves + Trichoderma harzianum as the
biological agent (10 g/polybag). Results of the research performed that the P2 assembly
was more superior than P1 for all variables of growth and yield, except the green color of
leaves. The technology assembly in the organic lettuce cultivation based on LOF and
botanical pesticide selected was the P2 with resulted in the productivity of 87. 17 g per
plant.
1
PENDAHULUAN g/tanaman) (Mujiono, 2015), namun
Produksi tanaman selada belum dikaji pada dataran medium dan
mengalami fluktuasi, tetapi secara umum tinggi.
produksi selada di Indonesia menurun Pemanfaatan daun bambu sebagai
pada beberapa tahun terakhir, penurunan bahan campuran media tanam telah
signifikan dari 635.728 ton/tahun (tahun banyak dilakukan. Hasil fitokimia dari
2013) menjadi 602.468 ton/tahun (tahun daun bambu diketahui mengandung fenol
2014) (Kementerian Pertanian, 2015). 1,56%, asam lemak 29%, metil ester
Menurut Adiningsih (2005) kunci utama 27,03%, linolenat 12,13%, dan phytol
perbaikan kesehatan tanah adalah kadar 3,62% (Rahayu et al., 2011).
bahan organik tanah harus ditingkatkan, Penelitian ini bertujuan untuk
karena tanah yang miskin bahan organik mengetahui rakitan teknologi budidaya
akan berkurang daya menyangga hara selada organik berbasis pupuk organik
dan efisiensi penggunaan pupuknya, cair dan pestisida nabati yang terpilih
karena sebagaian besar unsur hara hilang pada dataran medium dan dataran tinggi.
dari lingkungan perakaran.
METODEPENELITIAN
Berdasarkan penelitian Mujiono, et
Penelitian dilaksanakan di dua
al. (2015), telah terpilih 2 rakitan
lokasi dengan ketinggian tempat yang
teknologi budidaya selada organik dari 7
berbeda, yaitu:
rakitan yang sudah diuji. Kedua rakitan
1. Lokasi I di Desa Windujaya, Kec.
tersebut perlu diteiliti pada 2 lokasi
Kedungbanteng, Kab. Banyumas
dengan ketinggian tempat yang berbeda,
(dataran medium +500m dpl).
yaitu di dataran medium dan dataran
2. Lokasi II di Desa Serang, Kec.
tinggi. Kedua rakitan teknologi budidaya
Karangreja, Kab. Purbalingga
yang diuji, yaitu rakitan dengan
(dataran tinggi >1100m dpl).
komponen: (1) Pupuk kandang kambing
Penelitian ini dilaksanakan
+ POC tanah SO-Kontan Lq. (6ml/l) +
mulai bulan Juli sampai dengan
kombinasi POC daun SO-Kontan Fert.
Oktober 2016. Bahan penelitian yang
(6ml/l) + pestisida nabati maja gadung
digunakan, meliputi: benih selada
(6%) + agensia hayati T. harzianum (10
varietas Grand Rapids, pupuk kandang
g/tanaman), dan (2) Pupuk kandang
kambing, POC (merk SO-Kontan Lq.
kambing + POC tanah SO-Kontan Lq.
dan SO-Kontan Fert.), agensia hayati
(6ml/l) + kombinasi POC daun SO-
Trichoderma harzianum, daun bambu,
Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati
dan buah maja, serta umbi gadung.
maja gadung (6%) + daun bambu +
agensia hayati T. harzianum (10
2
Alat yang digunakan meliputi: daun, luas daun, lebar bukaan stomata,
polybag, cangkul, hand counter, hand bobot akar segar, bobot akar kering,
sprayer, timbangan analitik, gelas ukur, volume akar, panjang akar, bobot
SPAD, leaf area meter, oven, pH meter, tanaman segar (produksi) dan bobot
thermohygrometer, alat tulis dan kamera. tanaman kering.
Penelitian dilaksanakan meng- Analisis Data
gunakan metode eksperimen dengan Data hasil penelitian dianalisis
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dengan analisis varian.
2 perlakuan dan diulang 16 kali. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan adalah rakitan teknologi Hasil analisis varian variabel
budidaya selada organik berbasis POC komponen pertumbuhan dan hasil
dan pestisida nabati, yang meliputi: P1 = dikedua lokasi tersaji pada tabel 1.
Pupuk kandang kambing + POC tanah A. Variabel komponen pertumbuhan
SO-Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC
1. Tinggi tanaman
daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida
Hasil analisis varian menunjukkan
nabati maja gadung (6%) + agensia hayati
bahwa perlakuan berpengaruh sangat
Trichoderma harzianum (10 g/tanaman)
nyata terhadap variabel tinggi tanamandi
dan P2 = Pupuk kandang kambing + POC
lokasi I, tetapi tidak berpengaruh di
tanah SO-Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi
lokasi II. Perlakuan rakitan P2 dengan
POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) +
tambahan daun bambu lebih baik dari
pestisida nabati maja gadung (6%) + daun
perlakuan rakitan P1 di kedua lokasi.
bambu + agensia hayati Trichoderma
Daun bambu diduga mampu
harzianum (10 g/tanaman). Pemberian
meningkatkan suplai hara. Daun bambu
POC tanah (SO-Kontan Lq.) dilakukan
mengandung banyak unsur P dan K.
saat tanaman berumur 1 minggu dengan
Fungsi unsur K membentuk dan
konsentrasi 6 ml/l, selanjutnya pada umur
mengangkut karbohidrat, sebagai
tanaman 2 dan 3 minggu disemprot
katalisator dalam pembentukan protein
dengan POC daun (SO-Kontan Fert.)
mengatur kegiatan berbagai unsur
dengan konsentrasi 6 ml/l.
mineral (Purwono dan Purnamawati,
Variabel yang diamati meliputi:
2007).
tinggi tanaman, jumlah daun, kehijauan
3
Tabel 1. Hasil analisis varian variabel Pertumbuhan dan hasil selada
HASIL
NO. VARIABEL Lokasi I Lokasi II
P1 P2 Ket KV P1 P2 Ket KV
PERTUMBUHAN
1 Tinggi 26,89 32,38 ** 11,68 20,14 20,93 tn 8,22
tanaman (cm)
2 Jumlah 22,90 27,38 ** 11,68 10,10 8,90 ** 11,89
daun (helai)
3 Kehijauan 20,05 19,23 tn 15,88 23,49 20,33 tn 22,37
daun (unit)
4 Luas 115,48 129,09 * 11,77 120,91 138,05 ** 5,10
daun (cm2)
5 Lebar bukaan 0,049 0,057 * 17,83 0,060 0,071 ** 14,46
stomata (µm)
6 Bobot akar 2,01 5,74 ** 24,80 1,44 2,40 ** 19,34
segar (g)
7 Bobot akar 0,155 0,332 ** 21,49 0,157 0,164 tn 20,41
kering (g)
8 Volume 1,80 4,50 ** 24,21 1,40 1,90 ** 22,01
akar (cm3)
9 Panjang 147,49 381,72 ** 28,92 105,91 140,08 ** 19,41
akar (cm)
HASIL
10 Bobot tanaman 67,62 87,17 ** 17,74 50,91 50,75 tn 18,60
segar (g)
11 Bobot tanaman 3,51 6,55 ** 23,53 3,46 3,79 tn 17,86
kering (g)
Ket: *: Nyata; **: Sangat Nyata; tn: Tidak Nyata.
Lokasi 1: Desa Windujaya, Kec. Kedungbanteng-Banyumas
Lokasi 2: Desa Serang, Kec. Karangreja-Purbalingga.
Berturut-turut nilai rerata variabel etiolasi, sehingga tanaman selada di
tinggi tanaman tertinggi hingga terrendah lokasi I lebih tinggi dibanding lokasi II.
yaitu pada P2 di Lokasi I (32,38 cm), P1 Perbandingan Nilai Rerata Variabel Tinggi
Tanaman (Cm) di Dua Lokasi
40
Rerata Tinggi Tanaman (Cm)
4
kedua lokasi. Variabel tinggi tanaman di di dalam media tanam. Rerata nilai
lokasi I lebih tinggi dengan rerata 27,38 kehijauan daun tertinggi terdapat pada
helai pada P2 dan 22,9 helai pada P1, tanaman selada P1 di lokasi II dengan
sedangkan di lokasi II 10,1 helai pada P1 nilai 23,49 unit, sedangkan rerata nilai
dan 8,9 helai pada P2 (Gambar 2). terrendah di lokasi I dengan perlakuan P2
Pembeda antara P1 dengan P2 sebesar 19,23 unit (Gambar 3).
terletak pada penggunaan seresah daun Nilai rerata kehijauan daun di
bambu yang menyebabkan sumber bahan lokasi II lebih tinggi dibanding dengan di
organik pada perlakuan P2 lebih banyak. lokasi I. Hal tersebut diduga adanya
Adanya jamur T. harzianum dan POC perbendaan intensitas cahaya matahari
SO-Kontan Lq. sebagai degradator bahan yang diterima oleh tanaman. Intensitas
organik memungkinkan potensi cahaya matahari yang tinggi akan
pertumbuhan tanaman selada dapat merangsang tanaman untuk mening-
ditingkatkan. Hal ini didukung oleh katkan fotosintesis yang berkaitan dengan
pernyataan Mujiono (2011) yang peningkatan jumlah klorofil pada daun
menyatakan bahwa jamur T. harzianum sehingga dengan intensitas cahaya
ikut berperan dalam proses dekomposisi matahari yang lebih baik, maka kehijauan
bahan organik, sehingga hara yang daun selada di lokasi II lebih tinggi
diserap oleh tanaman lebih banyak. dibandingkan dengan lokasi I.
Perbandingan Nilai Rerata Variabel Jumlah Daun Perbandingan Nilai Rerata Variabel Kehijauan
(Helai) di Dua Lokasi Daun (Unit) di Dua Lokasi
25
Rerata Kehijauan Daun (Unit)
30
Rerata Jumlah Daun (Helai)
25 20
20 15
15
10
10
5 5
0 0
Lokasi I Lokasi II Lokasi I Lokasi II
P1 22.9 10.1 P1 20.05 23.49
P2 27.38 8.9 P2 19.23 20.33
Lokasi I Lokasi II
0.06 P1 115.48 120.91
P2 129.09 138.05
0.04
0.02
Gambar 5. Perbandingan nilai rerata
variabel luas daun.
0
Lokasi I Lokasi II Pertumbuhan tanaman selada yang
P1 0.049 0.06
ditingkatkan dengan adanya daun bambu
P2 0.057 0.071
pada media diduga mampu meningkatkan
Gambar 4. Perbandingan nilai rerata
variabel lebar bukaan stomata. nilai atau besarnya luas daun. Hal ini
5. Luas daun diperkuat oleh pernyataan Devlin, 1997
Berdasarkan hasil analisis varian, dalam Sauwibi et al., 2012 yang
perbedaan perlakuan berpengaruh sangat menyatakan bahwa peranan N sebagai
nyata terhadap variabel luas daun di unsur utama pembentukan klorofil dan
lokasi II dan berpengaruh nyata di lokasi hasil fotosintesis daun lebih banyak
I. Variabel luas daun tertinggi dijumpaidi dipusatkan ke ukuran daun. Hal ini
6
disebabkan pertumbuhan aktif tanaman kibatkan pertumbuhan dan perkembangan
didominasi daun yang membutuhkan N tanaman di lokasi II lebih rendah dari di
tinggi, sedangkan daerah aktif pertum- lokasi I.
buhan batang terbatas pada kambium dan Perbandingan Nilai Rerata Variabel Panjang Akar
(Cm) di Dua Lokasi
500
variabel bobot akar kering dibanding et al., 1981). Tiap lokasi menunjukkan
dengan P1. Hal tersebut diduga hasil yang berbeda. Di lokasi I nilai rerata
diakibatkan oleh daun bambu yang ada produksi rakitan P2 lebih tinggi
senyawa organik yang meningkat akan sebaliknya. Nilai rerata produksi tertinggi
10
Perbandingan Nilai Rerata Variabel Bobot Saran yang dapat diberikan adalah
Tanaman Kering (g) di Dua Lokasi
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Devlin, R. 1997. Plant Physiology.
Berdasarkan penelitian yang telah
3rded. D. Van Nostrand Co,
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa: New York.
1. Rakitan teknologi produksi selada
Duaja, W. 2012. Pengaruh Pupuk
organik yang memiliki kinerja lebih Urea, Pupuk Organik Padat dan
Cair Kotoran Ayam terhadap
baik adalah rakitan P2, yaitu: Pupuk
Sifat Tanah, Pertumbuhan dan
kandang kambing + POC tanah SO- Hasil Selada Keriting di Tanah
Inceptisol. J. Hort. 1(4): 236-
Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC
246.
daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) +
Fariudin, R., E. Sulistyaningsih dan
pestisida nabati maja gadung (6%) +
S. Waluyo. 2013. Pertumbuhan
daun bambu + agensi hayati dan Hasil Dua Kultivar Selada
(Lactuca Sativa L.) dalam
Trichoderma harzianum (10
Akuaponika pada Kolam
g/tanaman), namun pengaruh rakitan Gurami dan Kolam Nila. Jurnal
Fakultas Pertanian. UGM,
teknologi di dataran tinggi masih
Yogyakarta.
belum memberikan pengaruh optimum
Fauzi, R., E. Putra dan E.
dibanding di dataran medium .
Ambarwati. 2013. Pengayaan
2. Rakitan P2 menunjukkan hasil lebih Oksigen di Zona Perakaran
untuk Meningkatkan
baik dibanding rakitan P1 di dataran
Pertumbuhan dan Hasil Selada
tinggi pada seluruh variabel kecuali (Lactuca Sativa L.) secara
Hidroponik. J. Vegetalika. 2(4):
variabel jumlah daun, kehijauan daun
63-74.
dan bobot tanaman segar. Di dataran
Haryanti, S. 2010. Pengaruh naungan
medium rakitan P2 unggul dibanding
yang berbeda terhadap jumlah
P1 diseluruh variabel kecuali variabel stomata dan ukuran porus
stomata daun Zephyranthes
kehijauan daun.
Rosea lindl. Buletin Anatomi
dan fiologi. 18 (1): 41-48.
SARAN
11
Kementerian Pertanian. 2015. Data
Produksi Hortikultura. (On- Rahayu, M. Bata dan A. Marsudi. .
line). https://aplikasi. pertanian. 2011. Potensi Ekstrak Daun
go. id/bdsp/hasil_kom. asp. Bambu Sebagai Antibakteri
Diakses tanggal 28 Agustus Dalam Susu Pedet Pfh Lepas
2016. Kolostrum. Balitbang pertanian.
34 hal.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi
Pertumbuhan dan Per- Sauwibi, D. A., M. Muryono dan F.
kembangan Tanaman. PT. Raja Hendrayana. 2012. Pengaruh
Grafindo Persada, Jakarta. 251 Pupuk Nitrogen terhadap
Hal. Pertumbuhan dan Produktivitas
Tembakau (Nicotiana Tabacum
Leiwakabessy M., U. M. Wahjudin, L.) Varietas Prancak dan
Suwarno. 2003. Kesuburan Kepadatan Populasi 45. 000/Ha
Tanah. IPB Press, Bogor. 274 di Kabupaten Pamekasan, Jawa
hal. Timur. J. Biologi FMIPA.
Institut Teknologi Sepuluh
Mujiono, Suyono, Purwanto dan November, Surabaya.
Tarjoko. 2011. Perakitan
teknologi produksi padi organik Sutiyoso, Y. 2003. Meramu Pupuk
berbasis pupuk organik cair dan Hidroponik. Penebar Swadaya,
pestisida nabati. Agroland 18 Jakarta. 144 Hal.
(3):162-168.
12