Penyakit Degeneratif
Penyakit Degeneratif
Penyakit Degeneratif
Skenario 1
Oleh
112010101001
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
1
Penyakit Degeneratif
Vaskular
Definisi
PJK adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan oleh penyempitan
arteri koronaria karena proses atherosclerosis atau spasme.
Faktor Risiko
1. Faktor Risiko Mayor
a. Hiperkolesterolemia
b. Hipertensi
c. Merokok
d. Diabetes Melitus
e. Genetik
2. Faktor Risiko Minor
a. Laki-laki
b. Obesitas
c. Stres
d. Kurang Olahraga
e. Menopause
Patofisiologi
Manifestasi PJK disebabkan karena ketidakseimbangan antara kebutuhan
oksigen sel otot jantung dengan masukannya. Masukan oksigen untuk sel
otot jantung tergantung dari oksigen dalam darah dan pembuluh darah arteri
koronaria. Penyaluran oksigen yang kurang dari a. koronaria akan
menyebabkan kerusakan sel otot jantung. Hal ini terutama disebabkan
karena proses pembentukan plak aterosklerosis. Sebab lainnya dapat berupa
spasme (kontraksi) pembuluh darah atau kelainan kongenital.
2
Hasil dari kerusakan ini juga akan menyebabkan gangguan metabolik yang
akan berefek gangguan fungsi jantung dengan manifestasi gejala
diantaranya adalah nyeri dada.
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Laboratorium
Foto Dada
Pemeriksaan Jantung non invasive
o EKG istirahat
o Uji latihan Jasmani (treadmill)
o Uji latihan jasmani kombinasi pencitraan
o Ecocardiografi istirahat
o Monitoring EKG ambulatory
Pemeriksaan jantung invasive
o Arteriografi Koroner
o Ultrasound Intra Vaskular (IVUS)
Asimptomatik
Tidak mengeluh adanya nyeri dada baik pada istirahat maupun
aktifitas
Hasil uji beban latihan menunjukkan adanya iskemia
EKG depresi segmen ST
Pemeriksaan Penunjang lain normal
3
Angina Pektoris Stabil (Stable Angina)
Manifestasi Klinik
Nyeri timbul saat aktivitas, singkat 1-5 menit, hilang saat istirahat
Bersifat seperti tertekan,panas/ diremas
Kronik >2 bulan
Nyeri precordial terutama di retrosternal
Nyeri menjalar ke lengan kiri atas/bawah bagian medial,ke leher,
daerah maksila hingga dagu ke punggung
Predisposisi Nyeri
Aktifitas Fisik
Stres
Emosi
Anemia
Udara dingin
Hasil Pemeriksaan
Pengobatan
4
Angina Pektoris Tidak Stabil ( Unstable Angina)
Pada subset klinis ini, kualitas, lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama
dengan penderita angina stabil.
Manifestasi Klinis :
Nyeri progresif
Frekuensi timbulnya nyeri yang bertambah sering dan lamanya
semakin bertambah serta pencetus timbulnya keluhan juga berubah
Sering timbul saat istirahat
Pemberian nitrat tidak menghilangkan keluhan.
Patofisiologi
Hasil Pemeriksaan
Pengobatan
Analgesik
Oksigen
Antitrombotik
Nitrat
Calsium-antagonist
Betabloker
Antikoagulan
Tata laksana lain : PTCA/CABG
5
Variant Angina (PRINZMETAL’s ANGINA)
Patofisologi
Manifestasi Klinis
Hasil Pemeriksaan
EKG elevasi-ST
Aritmia Jantung
Pengobatan
Nitrat
Calcium antagonis
Alfa bloker
Gejala Prodomal
o Chest discomfort
o Penderita merasa lemah dan kelelahan
Nyeri Dada
o Nyeri sangat berat bahkan banyak penderita yang tidak dapat
menahan rasa nyeri tersebut
o Nyeri dada > 30 menit
o SIfat nyeri seperti tertekan, remas, berat, kadang tajam
o Lokasi nyeri retrosternal menjalar ke kedua dinding dada
terutama dada kiri, ke bawah ke bagian medial lengan
menimbulkan rasa pegal pada pergelangan,tangan dan jari.
6
o Gejala lain : mual, muntah, badan lemah, pusing, berdebar
dan keringat dingin.
Hasil Pemeriksaan
Levine Sign
Aritmia jantung
Pemeriksaan aukskultasi jantung suara jantung (S1) melemah dan
sering tidak terdengar, sering terdengar gallop (S3/S4)
Pemeriksaan foto dada normal kecuali Infark miokard akut yang
disertai komplikasi edema paru akut.
EKG menunjukkan elevasi segmen-ST sesuai dengan lokasi dinding
ventrikel yang mengalami infark.
Laboratorium , peningkatan serum marker seperti CK-MB, SGOT,
LDH, dan cTnI, cTnT
Tata Laksana
1. Oksigen
segera
2. Infus
3. Pengobatan
a. Analgesik biasanya morfin secara IV dengan pengenceran ,
dosis awal 2,0-2,5 mg
b. Nitrat (efek vasodilatasi) diberikan spray/sublingual
kemudian dilanjutkan dengan peroral/IV
c. Aspirin (Antitrombotik)
d. Beta bloker
B. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut
7
usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg.
Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya :
Menurut WHO
8
Hipertensi sistolik 140-160 <90
perbatasan
Patofisiologi
9
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik
a. Pengukuran Tekanan Darah
b. Pengukuran BMI
c. Pemeriksaan sistim kardiovaskuler terutama ukuran jantung
d. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkospaseme
e. Pemeriksaan fundus optikus dan sistim syaraf
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis untuk darah, protein dan gula serta pemeriksaan
mikroskopik urin
b. Serum Kalium, kreatinin, GDP & 2 jam dan kolesterol total
c. EKG
3. Pemeriksaan penunjang lain
a. Kolesterol HDL, LDL, TG
b. Asam urat
10
c. Echocardiograf
d. USG vaskuler
e. USG renal
Tata Laksana
1. Non Farmakologi
a. Berhenti merokok
b. Penurunan berat badan
c. Berhenti konsumsi alcohol
d. Penurunan diet garam
e. Perubahan diet kompleks
f. Peningkatan aktivitas fisik
g. Penanganan faktor psikologi dan stress
2. Farmakologi
Pilihan Obat Antihipertensi
Golong Indikasi Indikasi KI kuat KI mungkin
an Obat Kuat Mungki
n
Diureti Gaga DM Pirai Dislipidemia
k l ,Pria seksual
Jantu aktif
ng
Ortu
HT
sistol
ik
Beta Angina Gagal Asma Bronkial, Dislipidemia
Bloker pectoris, jantung, PPOM, Penderita
Paska IM, Kehamil Blok Jantung dengan fisik
Takiaritmia an, DM aktif,
Penyakit
11
vaskuler
perifer
ACE Gagal Penyaki Kehamilan,
inhibito jantung, t Hiperkalemia,St
r Disfungsio pembul enosis a.renalis
ventrikel uh darah bilateral
kiri, perifer
Paska IM,
Nefropati
diabetic
Ca Angina Intolera Blok Jantung Gagal
Antago pectoris,Ort nsi gula jantung
nist u, kongestif
HT sistolik
Alfa Hipertrofi Gagal HT
Bloker prostat jantung ortostatik
AA2 Batuk Kehamilan
karena Stenosis
penyekat a.renalis
ACE bilateral
Patofisiologi
Deficit neurologi yang terjadi mendadak dan pulih kembali dalam kurun
waktu <24jam.
Pemeriksaan
12
EKG
Foto Thorax
Darah Lengkap
Kimia darah
Tata Laksana
D. Stroke
Manifestasi Klinis:
Hemiparesis/hemiplegic akut
Kehilangan hemisensori akut
Komplit/ parsialhemianopsia
Disartria
Ataksia
Vertigo,nistagmus
Diplopia
A. serebri anterior
o Grasping,sucking reflex
o Kelemahan kontralateral
o Inkontinensia urin
o Deficit sensori kontralateral
o Penurunan status menta
13
A. serebri posterior
o Homonimus hemianopsia kontralateral
o Agnosia visual
o Penurunan memori dan status mental
Pemeriksaan
CT scan
EKG
Pemeriksaan fisik atrial fibrilasi,aukskultasi murmur,gallop
Pemeriksaan neurologi
KGD
Elektrolit serum
Darah lengkap
Tatalaksana
Terapi umum
rtPA IV 0,9 mg/kgBB dengan dosis maksimum 90mg diberikan 3
jam setelah stroke
Acetosal dosis rendah 100-300mg sejak dini selang waktu <48jam
Neuroprotektan (piracetam dan citicoline).
Muskuloskeletal
A. Osteoartritis
Osteoartritis adalah penyakit degenerative yang ditandai dengan kerusakan
tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta
sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi,
meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot–
otot yang menghubungkan sendi.
Manifestasi Klinis
Nyeri sendi
Kaku pagi
14
Hambatan gerakan sendi
Krepitasi
Pembesaran sendi
Pembengakakan asimetris
Tanda-tanda peradangan
Perubahan gaya berjalan
Pemeriksaan Diagnostik
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang
terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik
Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah :
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat pada
bagian yang menanggung beban seperti lutut ).
Pemeriksaan Laboratorium
Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai peningkatan ringan
sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein.
Tata Laksana
1. non-farmakologis
a. Edukasi
b. Terapi fisik atau rehabilitasi
c. Penurunan berat badan
2. Farmakologi
a. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ( AINS ), Inhibitor
Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen
b. Chondroprotective Agent
``` 3.Terapi pembedahan
15
B. Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan
kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Etiologi
Faktor Resiko
Wanita
Riwayat keluarga
Usia < tua
Paparan salisilat dan merokok
Penurun Resiko :
Patofisiologi
Manifestasi Klinik
1. Awitan
a. Kekakuan sendi pagi hari
16
b. Kadang malaise,anoreksia, demam ringan
c. simetris
2. Artikular
a. Nyeri kaku banyak sendi
b. Peradangan membrane synovial
c. Penipisan tulang rawan sendi
d. Sering metacarpophalangeal
3. Ekstra artikular
a. Umumnya terjadi pada penderita dengan titer rematoid serum
tinggi
b. Nodul rematoid
c. Mata : skleritis,episkleritis
4. Deformitas
a. Deviasi ulna
Pemeriksaan penunjang
Faktor rheumatoid
LED
MRI
Urinalisis hematuria mikroskopik
Pemeriksaan cairan sendi tidak ada Kristal, glukosa rendah dan
kultur –
Kriteria diagnostic
17
Diagnosis ditegakkan bila terdapat 3 dari 6 kriteria diatas
Tata laksana
Non farmakologi
o Puasa
o Suplementasi asam lemak esensial
o Terapi spa dan latihan
Farmakologi
o NSAID terapi awal untuk menurunkan nyeri dan bengkak
o Glukokortikoid < 10 mg/ hari meredakan gejala dan
memperlambat kerusakan sendi
o DMARD MTX, hidroksiklorokuin, leflunomid.
C. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan suatu kelainan metabolic tulang dimana
terdapat penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matrik
tulang. Merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara factor
genetic dan lingkungan.
FaktorResiko
1. Umur
2. Ras Faktor keturunan
3. Aktivitas fisik yang kurang
4. Menopouse dini
5. Gizi
6. Gaya hidup
7. Hormonal
8. Obat
9. Jenis kelamin
Stadium Osteoporosis
18
1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih
banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini
biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.
2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang
mulai turun (osteopenia).
3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun
hanya dengan sentuhan atau benturan ringan.
4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan
timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak ,
bahkan mengalami stres dan depresi.
Manifestasi Klinis
Pencegahan Osteoporosis
Neuropsikiatri
A. Parkinson
Penyakit Parkinson (PD) adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem
saraf (neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan
ketidakteraturan pergerakan (movement disorder), tremor pada saat istirahat,
kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan kekakuan otot.
Etiologi
19
Parkinson terjadi karena penurunan kadar dopamin akibat kematian neuron
di pars kompakta substansia nigra sebesar 40 – 50% yang disertai adanya
inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies).
Manifestasi Klinis
Rigiditas
Tremor
HIlangnya reflek postural
Bradikinesia
20
glabelar di atas glabela (antara alis mata) menyebabkan
pasien berkedip setiap kali ketukan.
Tata Laksana
Medikamentosa
B. Demensia
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari - hari.
Demensia Alzeimer
Etiologi
Umur>65 tahun
Faktor genetic
Lesi desak ruang (SDH, tumor, abses)
Infeksi
Gangguan.metabolik (hipotiroid, hiperlipid)
Zat toksik (obat, alcohol, arsen)
21
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Tatalaksana
Antioksidan
C. ALS
penyakit/gangguan neuromuskular di mana sel-sel saraf UMN dan LMN
yang mengendalikan otot-otot gerak mati sehingga sinyal-sinyal dari otak ke
otot-otot itu tidak berjalan.
Etiologi
Genetik
Aging
Lingkungan
22
Manifestasi Klinis
Tata Laksana
Tidak ada obat yang bisa menyembuhkan, hanya Riluzole yang dapat
memperlambat progresifitas penyakit ini
Endokrin
A. Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan
sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Manifestasi Klinis
Haus/ polidipsi
Poliuri
Polifagi
Berat badan menurun
Gejala selanjutnya : badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah
mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal,
gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit
sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan.
23
Tipe Diabetes Melitus
1. Diabetes mellitus tipe 1
Terjadi karena sel beta pancreas mengalami kerusakan sehingga
tidak dapat mensekresi insulin, tipe ini biasanya dimulai dari masa
kanak-kanak dan puncaknya pada usia pubertas.Penderita DM tipe 1
ini biasanya memiliki badan kurus.
2. Diabetes mellitus tipe 2
DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan
dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas
masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak
dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan
glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat.
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 %
individu dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat
obesitas.
Faktor Resiko
Genetik
Hipertensi
Kolesterol
Wanita dengan riwayat melahirkan lebih dari 4kg
Riwayat DM gestational
Riwayat keluarga
Aktifitas fisik kurang
Pemeriksaan
Uji penyaring
Digunakan untuk seseorang yang yang memiliki factor risiko DM
dan BMI >25
24
Berdasarkan standar WHO, yang digunakan untuk uji penyaring
adalah tes toleransi glukosa oral (TTGO).
25
Pengobatan
o Golongan insulin sensitizing, misalnya metformin yang
bekerja di sel target insulin (sel otot,lemak, hepar),dengan
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel-sel tersebut.Obat
golongan ini tidak menyebabkan efek samping hipoglikemi.
o Golongan Secretagok insulin, misalnya sulfonylurea. Obat
ini bekerja pada sel beta pancreas dengan meningkatkan
sekresi insulin sehingga tidak boleh digunakan oleh DM tipe
1. Efek samping : hipoglikemi
o Golongan Alfa glukosidase inhibitor , misalnya acarbose.
Kerja obat ini dengan menghambat enzim glukosidase di
saluran pencernaan sehingga absorbsi glukosa post prandial
menurun.
o Gologan inkretin
Urologi
A. Inkontinensia Urin
Inkontinensia urine adalah ketidakmampuan menahan air kencing.
Etiologi
D : delirium
I : infeksi
A: atrophic vaginitis/uretritis
P: pharmaceutical (sedative, diuretic, anti kolinergik)
P:psychological disorder (depresi)
E: endocrine disorder
R: restricted mobility
S: stool impaction
Klasifikasi
26
Inkontinensia luapan (Overflow Incontinence)
Inkontinensia Fungsional
Inkontinensia Stress
Timbul akibat tekanan intraabdominal yg meningkat saat batuk, mengejan,
bersin.
hipermobilitas uretra
lemahnya otot dasar panggul karena sering partus, operasi,
penurunan estrogen
Tata Laksana
Inkontinensia Urgensi
Tdk mampu menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul
Etiologi
Manifestasi Klinis
urgensi
frekuensi
nokturia
Tatalaksana
27
estrogen
bladder training
Overflow Inkontinensia
Meningkatnya tegangan Vesica Urinaria karena obstruksi prostat hipertrofi
(BPH) pd laki-laki / lemahnya m.detrusor karena DM, trauma medula
spinalis, obat-obatan.
Manifestasi Klinis
berkemih sedikit
pengosongan Vesica Urinaria tdk sempurna
nokturia
Tatalaksana
Inkontinensia Fungsional
Terjadi penurunan yang berat fungsi fisik dan kognitif sehingga pasien tidak
dapat mencapai toilet pada saat yg tepat
Contoh:
demensia berat
ganguan.mobilitas (arthritis genu, kontraktur)
gangguan neurologik dan psikologik
Tatalaksana
intervensi behavioral
manipulasi lingkungan
28
Gastrointestinal
A. Inkontinensia Alvi
Inkontinensia Alvi adalah pengeluaran urin atau feses tanpa disadari, dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah
gangguan kesehatan dan/atau sosial.
Klasifikasi etiologi
Inkontinensia alvi akibat konstipasi
Obstipasi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan sumbatan
atau impaksi dari massa feses yang keras (skibala). Massa feses yang
tidak dapat keluar ini akan menyumbat lumen bawah dari anus dan
menyebabkan perubahan dari besarnya sudut ano-rektal.
Kemampuan sensor menumpul dan tidak dapat membedakan antara
flatus, cairan atau feses. Akibatnya feses yang cair akan merembes
keluar.
29
Inkontinensia alvi neurogenik terjadi akibat gangguann fungsi
menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan atau distensi
rektum. Proses normal dari defekasi melalui reflek gastro-kolon.
Beberapa menit setelah makanan sampai di lambung/gaster, akan
menyebabkan pergerakan feses dari kolon desenden ke arah rekum.
Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Dan seperti
halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari rektum
pada orang dewasa normal, karena ada inbisi atau hambatan dari
pusat di korteks serebri.
Inkontinensia alvi karena hilangnya reflek anal
Inkontinensia alvi ini terjadi akibat karena hilangnya refleks anal,
disertai kelemahan otot-otot seran lintang. Parks, Henry dan Swash
dalam penelitiannya, menunjukkan berkurangnya unit – unit yang
berfungsi motorik pada otot – otot daerah sfingter dan pubo-rektal,
keadaan ini menyebabkan hilangnya reflek anal, berkurangnya
sensasi pada anus disertai menurunnya tonus anus. Hal ini dapat
berakibat inkontinensia alvi pada peningkatan tekanan intra
abdomen dan prolaps dari rektum. Pengelolaan inkontinensia ini
sebaiknya diserahkan pada ahli progtologi untuk pengobatannya.
Manifestasi klinis
Feses yang cair atau belum berbentuk, sering bahkan selalu keluar
merembes
Keluarnya feses yang sudah berbentuk, sekali atau dua kali perhari,
dipakaian atau ditempat tidur.
Tidak dapat mengendalikan gas atau kotoran, yang mungkin cair
atau padat, dari perut
tidak sempat ke toilet untuk tidak berak di celana.
30
Tatalaksana
Manifestasi Klinis
Nyeri perut berulang atau gangguan minimal 3 hari setiap bulan dalam
kurun waktu 3 bulan dengan dua atau lebih gejala ini :
31
Kekambuahn berkaitan dengan berubahnya konsistensi kotoran (dari
padat menjadi cair).
Tatalaksana
Stool-Bulking Agent
Obat ini bersifat memadatkan kotoran sehingga mengurangi
frekuensi BAB, seperti attapulgit yang banyak dijual bebas.
Antispasmodik
Obat antikolinergik yang mempengaruhi saraf otonom dalam tubuh
dapat mengurangi keluhan nyeri /kram pada penderita dengan IBS.
Dari 26 penelitian didapatkan penurunan rasa nyeri pada 62 sd 64%
penderita, Obat jenis ini terbaik digunakan pada awal terjadinya
nyeri/kram sehingga lebih optimal.
Obat anti diare
Bila diare memberat, loperamid dalam dosis rendah, 2–4 mg setiap
4-6 jam dapat diberikan.
Obat antidepresan
32
Selain memperbaiki kondisi depresi, obat ini terbukti dapat
mengurangi gejala pada penderita IBS. Sayang tidak seperti obat
yang lain, jenis ini tidak dijual bebas/
Terapi anti kembung
Pasien sebaiknya diminta untuk makan perlahan lahan, dan
menghindari permen karet dan minuman berkarbonasi (soda).
Makanan lain yang juga dapat mengganggu adalah produk susu,
buah dan sayur tertentu.
Aktivator kanal Klorida
Lubiprostone sejenis bicyclic fatty acid merupakan obat jenis baru
yang dapat membantu sulit BAB (konstipasi) pada penderita dengan
IBS.
33
DAFTAR PUSTAKA
34