Skripsiku - Fitri - Revisi9
Skripsiku - Fitri - Revisi9
Oleh:
Fitriani Dina H.
NIM A1L012190
Oleh:
Fitriani Dina H.
NIM A1L012190
Oleh:
Fitriani Dina H.
NIM A1L012190
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian,
Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
Fitriani Dina H.
NIM. A1L012190
iv
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang mana karena
SECARA ORGANIK” telah selesai dibuat. Penyusunan Skripsi ini tidak lepas
dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis mengucapkan
3. Ir. Agus Sarjito, M.Sc., selaku Pembimbing II, yang telah memberikan
4. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan
Penulis,
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan ................................................................................................ 5
C. Manfaat .............................................................................................. 5
vi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 26
A. Variabel Komponen Pertumbuhan .................................................... 27
B. Variabel Komponen Hasil ................................................................. 42
LAMPIRAN .................................................................................................. 52
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
x
RINGKASAN
Selada (Lactuca sativa L.) termasuk kelompok tanaman sayuran daun yang
dikenal di masyarakat. Penggunaan pupuk anorganik secara intensif belum
mampu meningkatkkan produktivitas. Pemanfaatan daun bambu sebagai bahan
campuran media tanam telah banyak dilakukan. Daun bambu memiliki banyak
manfaat dalam bidang pertanian. Telah diperoleh 2 dari 7 rakitan teknologi
budidaya yang diuji, yaitu rakitan dengan komponen: (1) Pupuk kandang kambing
+ POC tanah SO-Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC daun SO-Kontan Fert.
(6ml/l) + pestisida nabati maja gadung (6%) + agensia hayati Trichoderma
harzianum (10g/tanaman), dan (2) Pupuk kandang kambing + POC tanah SO-
Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida
nabati maja gadung (6%) + daun bambu + agensia hayati Trichoderma harzianum
(10g/tanaman) (Mujiono et al., 2015), namun belum dikaji pada dataran medium
dan tinggi.
Penelitian telah dilaksanakan di screenhouse yang berada di Desa
Windujaya Kecamatan Kadungbanteng Kabupaten Banyumas dan Desa Serang
Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini telah dilaksanakan
pada bulan pada Juli sampai dengan Oktober 2016. Rancangan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan dan 16 ulangan. Perlakuan
1 dan 2 merupakan rakitan teknologi yang sama, perbedaannya rakitan P2 diberi
daun bambu. Rakitan P1 (Pupuk kandang kambing + POC tanah SO-Kontan Lq.
(6ml/l) + kombinasi POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati maja
gadung (6%) + agensia hayati Trichoderma harzianum (10g/tanaman) dan rakitan
P2 (Pupuk kandang kambing + POC tanah SO-Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi
POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati maja gadung (6%) + daun
bambu + agensia hayati Trichoderma harzianum (10g/tanaman). Variabel yang
diamati meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, kehijauan daun, luas daun, lebar
bukaan stomata, bobot akar segar, bobot akar kering, volume akar, panjang akar,
bobot tanaman segar dan bobot tanaman kering.
Rakitan teknologi produksi selada organik P2 menunjukkan hasil lebih
baik di dataran tinggi dan dataran medium. Rakitan tersebut yaitu: Pupuk
kandang kambing + POC tanah SO-Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC
daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati maja gadung (6%) + daun
bambu + agensi hayati Trichoderma harzianum (10g/tanaman). Rakitan P2
lebih unggul dibanding rakitan P1 di dataran tinggi pada seluruh variabel
kecuali variabel jumlah daun, kehijauan daun dan bobot tanaman segar. Di
dataran medium rakitan P2 unggul dibanding P1 diseluruh variabel kecuali
variabel kehijauan daun.
xi
SUMMARY
Lettuce (Lactuca sativa L.) leaf vegetable crops including groups known in
the society. Intensive use of inorganic fertilizers have not been able to increase
productivity. Utilization of bamboo leaves as a mixture of growing media has a lot
to do. Bamboo leaf has many benefits in the field of agriculture. Has earned 2 of 7
assembly farming technologies being tested, ie assemblies with components: (1)
Manure goat + LOF SO-Kontan Lq ground. (6ml/l) + LOF combination leaves
SO-Kontan Fert. (6ml/l) + maja and gadung pesticide plant (6%) + biological
agent Trichoderma harzianum (10g/plant), and (2) goat manure + soil LOF SO-
Kontan Lq. (6ml/l) + LOF combination leaves SO-Kontan Fert. (6ml/l) + maja
and gadung pesticide plant (6%) + bamboo leaves + biological agent
Trichoderma harzianum (10 g/plant), but has not been studied in mediumland and
highland (Mujiono et al., 2015).
Research has been conducted in screenhouse in the village Windujaya sub-
district of Kadungbanteng District of Banyumas and Village Serang sub-district of
Karangreja District of Purbalingga. This research was conducted in July to
October 2016. This study used a design that are used are completely randomized
design (CRD) with two treatments and 16 replications. Treatment 1 and two are
same, different of them at treatment of P2 use bamboo’s leaf. The treatment
consists of P1 (manure goat + LOF land SO-Kontan Lq. (6ml/l) + combination
LOF leaf SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pesticide plant maja and gadung (6%) +
agensia biological Trichoderma harzianum (10 g/plant) and P2 (manure goat +
LOF land SO-Kontan Lq. (6ml/l) + combination LOF leaf SO-Kontan Fert.
(6ml/l) + pesticide plant maja and gadung (6%) + bamboo leaves + agensia
biological T. harzianum (10g/plant). the variables measured include: plant height,
number of leaves, green leaves, leaf area, the width of stomata, the weight of the
fresh root, the weight of the dried root, root volume, root length, plant fresh
weight and dry weight of plants.
Technology assembly of P2 organic lettuce performed better yield at high
and medium lands, the assembly was goat manure + LOF land SO-Kontan Lq.
(6ml/l) + combination LOF leaf SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pesticide plant maja
and gadung (6%) + bamboo leaves + T. harzianum agent (10g/plant). The
assembly P2 was more qualified than P1 at high land on all variables except leaf
numbers, leaf greenness and fresh plant weight. At medium land, the assembly P2
was more superior than P1 on all variables except the leaf greenness variables.
xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selada (Lactuca sativa L.) termasuk kelompok tanaman sayuran daun yang
vitamin dan mineral yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Selada sebagai bahan makanan bisa dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai
lalapan yang dimakan bersama dengan bahan makanan lain (Wicaksono, 2008).
yang cukup baik. Prospek serapan pasar terhadap komoditas selada akan terus
Pertanian, 2015).
Produksi selada tahun 2005 yaitu dibawah 1000 ton sedangkan nilai konsumsi
selada sebesar 300 ribu ton (FAO, 2007). Berdasarkan data Direktorat Jenderal
1
Hortikultura (2012), Indonesia membutuhkan impor selada sebanyak 145 ton.
meningkatkan produksinya.
IU, vitamin B1 0,04 miligram dan vitamin C 8 miligram. Hasil tersebut didapat
dari melakukan penelitian terhadap 100 gram selada, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 69 %. Berikut ini adalah komposisi dan kandungan gizi yang
misalnya pertanian organik, pestisida nabati dan agensia hayati. Berikut ini
2
kandungan kalsium dari beberapa tanaman yang ditanam secara organik dan non-
rangka untuk memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman, sehingga dapat
hewan atau manusia seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos baik yang
pada umumnya adalah kandungan unsur hara yang rendah dan lambat tersedia
bagi tanaman. Pupuk organik dapat berbentuk padat maupun cair. Kelebihan
pupuk organik cair adalah unsur hara yang dikandungnya lebih cepat tersedia dan
3
Pertanian organik adalah suatu sistem manajemen berproduksi secara
bahan dari luar ladang pertanian seminimal mungkin dan dalam praktik
penelitian oleh tim peneliti Fakultas Pertanian mengenai 7 rakitan teknologi dan
2015). Kedua rakitan teknologi tersebut diteliti lebih lanjut sebagai bentuk tindak
selada secara organik. Rakitan teknologi yang diteliti yaitu rakitan dengan
kombinasi POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati maja gadung
kandang kambing + POC tanah SO-Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC daun
SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati maja gadung (6%) + daun bambu +
secara organik berbasis pupuk organik cair, pestisida nabati dan agensia hayati,
4
1. Rakitan teknologi budidaya mana yang memiliki nilai efisiensi lebih baik dan
B. Tujuan
1. Mendapatkan rakitan teknologi budidaya selada organik yang lebih baik dalam
dataran tinggi.
C. Manfaat
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
menempel pada batang dan tumbuh menyebar ke semua arah pada kedalaman 20-
50cm atau lebih. Daun selada memiliki bentuk, ukuran dan warna yang beragam
tergantung varietasnya. Tinggi tanaman selada daun berkisar antara 30-40cm dan
berkisar 30-85 hari setelah pindah tanam. Bobot tanaman sangat beragam, mulai
dari 100g sampai 400g. Panen yang terlalu dini memberikan hasil panen yang
rendah dan panen yang terlambat dapat menurunkan kualitas. Secara umum selada
yang berkualitas bagus memiliki rasa yang tidak pahit, aromanya menyegarkan,
renyah, tampilan fisik menarik serta kandungan seratnya rendah (Rubatzky dan
Yamaguchi, 1998).
6
3. Ekologi tanaman selada
Suhu ideal untuk produksi selada berkualitas tinggi adalah 15-25°C. Suhu
Sedangkan untuk tipe selada kepala suhu yang tinggi dapat menyebabkan bentuk
kepala longgar. Selada tipe daun longgar umumnya beradaptasi lebih baik
terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi ketimbang tipe bentuk kepala (Rubatzky
pertumbuhan yang baik akan diperoleh bila ditanam pada tanah liat berpasir yang
cukup mengandung bahan organik, gembur, remah dan tidak mudah tergenang
oleh air. Selada tumbuh baik dengan pH 5,0 - 6,5. Bila pH terlalu rendah perlu
B. Pertanian Organik
pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi sesuai dengan
standar produksi organik dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi
pertanian organik tidak dapat menjamin bahwa produknya bebas sepenuhnya dari
residu karena adanya polusi lingkungan secara umum, namun beberapa cara
digunakan untuk mengurangi polusi dari udara, tanah dan air. Pekerja, pengolah
7
dan pedagang pangan organik harus patuh pada standar untuk menjaga integritas
produk pertanian organik. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk
kehidupan di tanah, tumbuhan, hewan dan manusia. Sejauh ini pertanian organik
berbeda.
panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan
atau kebutuhan dan pemerintahpun telah menyusun agenda nasional SPO sejak
tahun 2001 (Mujiono dan Wibowo, 2006). Produk sayuran organik semakin
selada) organik memiliki prospek sangat baik di pasaran (Mujiono et al., 2015).
masih merupakan hal yang baru dan mulai populer sekitar 4-5 tahun lalu.
seluruh dunia dan jika Indonesia bisa memenuhi kebutuhan ini dan bisa
8
pertanian (agribisnis) di Indonesia dan dapat meningkatkan devisa dan pendapatan
rumah tangga tani. Produk pertanian organik utama yang dihasilkan Indonesia
adalah padi, sayuran, buah-buahan, kopi, coklat, jambu mete, herbal, minyak
sayuran yang banyak diproduksi oleh petani skala kecil untuk pasar lokal. Tidak
ada data statistik resmi mengenai produksi pertanian organik di Indonesia. Namun
teknologi maju. Revolusi hijau merupakan sebutan tidak resmi yang dipakai untuk
pilar yaitu penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia secara
9
kerusakan lingkungan. Pertimbangan antara keuntungan dan kerugian yang
Beberapa kerugian yang timbul akibat adanya revolusi hijau diantaranya sebagai
berikut:
dan pestisida).
2. Jika kondisi tidak terpenuhi, maka petani akan menghadapi kerugian besar.
dan miskin.
5. Kerusakan fisik dan kimia tanah serta matinya mikroba dan serapan hara tanah.
6. Pencemaran udara.
7. Menurunnya keragaman hayati dan munculnya biotipe atau ras fisiologis baru.
C. Pupuk Organik
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan kepada tanah dengan tujuan
memperbaiki sifat fisis, sifat kimia, dan sifat biologi tanah. Sifat fisis tanah
berkaitan erat dengan tingkat kegemburan tanah, porositas dan daya serap. Sifat
10
Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik yang
diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur
Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan
Beberapa peran pupuk organik di dalam tanah antara lain adalah (1)
Memperbaiki struktur tanah; pengolahan tanah menjadi lebih mudah karena tanah
menjadi lebih ringan dan gembur. (2) Pupuk organik mengandung unsur hara
makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. (3) Mikrobia mikrobia yang
senyawa kimia dalam tanah. (4) Pupuk organik juga mengandung hormon-hormon
dan zat antibiotik yang penting bagi pertumbuhan tanaman (Guadalupe, 2000).
padat (pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, dll.) dan pupuk organik cair (POC).
1. Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan. Hewan yang
kotorannya sering digunakan untuk pupuk kandang adalah hewan yang bisa
dipelihara oleh masyarakat, seperti kotoran kambing, sapi, domba, dan ayam.
Selain berbentuk padat, pupuk kandang juga bisa berupa cair yang berasal dari air
kencing (urin) hewan. Pupuk kandang mengandung unsur hara makro dan mikro.
Pupuk kandang padat banyak mengandung unsur hara makro, seperti fosfor,
11
nitrogen, dan kalium. Unsur hara mikro yang terkandung dalam pupuk kandang di
molibdenum. Kandungan nitrogen dalam urin hewan ternak tiga kali lebih besar
a. Pupuk dingin adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
contohnya pupuk yang berasal dari kotoran sapi, kerbau, dan babi.
b. Pupuk panas adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang diuraikan
yang berasal dari kotoran kambing, kuda, dan ayam (Parnata, 2005).
Pupuk kandang bermanfaat untuk menyediakan unsur hara makro dan mikro
dan mempunyai daya ikat ion yang tinggi sehingga akan mengefektifkan bahan-
bahan anorganik di dalam tanah, termasuk pupuk anorganik. Selain itu, pupuk
optimal. Pupuk kandang yang telah siap diaplikasikan memiliki ciri bersuhu
dingin, remah, wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah berkurang. Jika
bahkan bisa mematikan tanaman. Penggunaan pupuk kandang yang baik adalah
Penggunaan pupuk kandang yang berbentuk cair paling baik dilakukan setelah
12
tanaman tumbuh, sehingga unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang cair ini
3. Kompos
Kompos merupakan sisa bahan organik yang berasal dari tanaman, hewan,
dan limbah organik yang telah mengalami proses dekomposisi atau fermentasi.
Jenis tanaman yang sering digunakan untuk kompos di antaranya jerami, sekam
padi, tanaman pisang, gulma, sayuran yang busuk, sisa tanaman jagung, dan sabut
kelapa. Bahan dari ternak yang sering digunakan untuk kompos di antaranya
kotoran ternak, urine, pakan ternak yang terbuang, dan cairan biogas. Tanaman air
yang sering digunakan untuk kompos di antaranya ganggang biru, gulma air,
aplikasinya pupuk organik cair digolongkan menjadi 2 macam, yaitu pupuk daun
ddan pupuk akar (Parnata, 2005). Pupuk daun merupakan pupuk yang diberikan
dengan cara disemprotkan pada bagian tajuk tanaman, sedangkan pupuk akar
(pupuk tanah) adalah pupuk yang diberikan dengan cara disiramkan pada tanah di
sekitar tanaman.
Pupuk organik cair yang digunakan meliputi dua macam, yaitu pupuk
organik cair SO-Kontan Fert untuk daun dan pupuk organik cair SO-Kontan Lq
cair tanah (SO-Kontan Lq) merupakan jenis pupuk organik cair yang digunakan
13
untuk konservasi tanah dan media pengembangbiakkan mikroba pengurai tanah.
Kandungan hara total pupuk SO-Kontan Lq adalah N (329 ppm), P (324 pmm), K
(4523 ppm), Ca (1889 ppm), Mg (332 ppm) dan S (28,04 ppm). Pupuk organik
cair SO-Kontan Fert merupakan jenis pupuk organik cair yang berfungsi
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan hara total yang terdapat pada
SO-Kontan Fert adalah N (9856 ppm), P (286 pmm), K (2949 ppm), Ca (8319
Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan karena terbuat dari bahan-bahan alami maka jenis pestisida ini mudah
terurai di alam sehingga residunya mudah hilang sehingga relatif aman bagi
manusia. Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida botani antara
lain nimba, tembakau, mindi, srikaya, mahoni, sirsak, tuba, dan juga berbagai
cara pengendalian lain yang aman dan ramah lingkungan, diantaranya dengan
(Soehardjan, 1993).
14
Tanaman yang berinteraksi dengan serangga menyebabkan adanya usaha
untuk melawan serangga hama. Adanya zat bioaktif yang dikandung oleh
lamban, tidak memberikan respon gerak, nafsu makan kurang dan akhirnya mati
al (2010) yang membuktikan bahwa kombinasi insektisida nabati asap cair maja-
panjang. Pestisida nabati maja gadung juga digunakan karena buah maja
bersifat repellent dan racun terhadap hama tanaman. Buah maja memberikan rasa
dioscorin yang diketahui memiliki sofat toksik pada beberapa serangga. Umbi
15
disebut dengan istilah antagonis patogen tumbuhan. Trichoderma juga dapat
F. Daun Bambu
Bambu (Bambusa Sp) merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi
dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai iklim kering (Departemen Kehutanan
dan Perkebunan, 1999). Lopez dan Shanley (2004) menyebutkan bahwa bambu
kandungan zat aktif, yakni flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino, vitamin,
pembuatan pupuk baik pupuk padat ataupun pupuk cair. Daun bambu
mengandung banyak unsur P dan K. Kedua unsur ini sangat berguna bagi
perbaikan struktur tanah dan bagi pertumbuhan tanaman. Fosfor (Unsur P) adalah
Fosfor dan sangat berguna bagi tumbuhan karena berfungsi untuk merangsang
pembungaan serta pemasakan biji dan buah. Fungsi unsur membentuk dan
16
mengangkut karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan protein
kekeringan. Unsur kalium juga memiliki peranan dalam mengatur tata air di
media tanam telah banyak dilakukan. Daun bambu memiliki banyak manfaat
dalam bidang pertanian. Hasil fitokimia dari daun bambu diketahui mengandung
fenol 1,56%, asam lemak 29%, metil ester 27,03%, linolenat 12,13%, dan phytol
17
III. METODE PENELITIAN
berbeda, yaitu:
tinggi >1100m dpl.). Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan pada
selada serta dapat mewakili lokasi dataran medium. Lokasi kedua dipilih
tinggi dan merupakan lokasi yang ideal bagi usaha tani tanaman selada.
Oktober 2016.
18
B. Materi Penelitian
1. Bahan
Rapids, pupuk kandang kambing, POC (merk SO-Kontan Lq. dan SO-Kontan
Fert.), agensia hayati Trichoderma harzianum daun bambu, telur, dan buah maja,
2. Alat
sprayer, millimeter block, timbangan analitik, gelas ukur, SPAD, leaf area
C. Rancangan Percobaan
organik berbasis POC dan pestisida nabati, yang meliputi: P1 = Pupuk kandang
kambing + POC tanah SO-Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC daun SO-Kontan
Fert. (6ml/l) + pestisida nabati maja gadung (6%) + agensia hayati Trichoderma
Kontan Lq. (6ml/l) + kombinasi POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida
nabati maja gadung (6%) + daun bambu + agensia hayati Trichoderma harzianum
(10g/tanaman).
19
D. Variabel yang Diamati
dilakukan dari pangkal batang (permukaan media) hingga ujung daun tertinggi
tanaman selada.
Jumlah daun selada dihitung dalam satuan helai. Daun selada dihitung
jumlahnya mulai dari daun tertua dan daun muda yang tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Kehijaun daun diukur dengan alat SPAD atau klorofilmeter dengan cara
menyimpan daun tanaman sampel pada slot kepala klorofilemeter, kemudian hasil
Luas daun diukur dengan alat leaf area meter dengan menghitung luas daun
Lebar bukaan stomata diukur dengan cara obyek mikrometer diambil, lalu
mikrometer ditepatkan bayangan panjang atau lebar porus stomata. Nilai panjang
atau lebar porus stomata ditentukan dengan mengalikan jumlah bayangn skala
20
6. Bobot akar segar (g)
Bobot akar segar dihitung pada saat panen dengan mencuci bagian akar
Volume akar dihitung dengan cara memasukkan bagian akar tanaman pada
gelas ukur yang telah diisi air dengan volume tertentu, peningkatan volume air
yang nampak pada gelas ukur merupakan volume akar tanaman selada.
block, dengan memotong seluruh akar sepanjang 1cm kemudian dihitung jumlah
Bobot tanaman segar dihitung pada saat panen setelah tanaman dibersihkan
kemudian dihitung bobot seluruh bagian tanaman meliputi bagian tajuk dan akar
tanaman.
dikeringkan dengan cara di oven pada suhu 80oC hingga bobotnya konstan.
21
E. Pelaksanaan Penelitian
1. Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan penyediaan bahan dan alat yang akan
digunakan dalam penelitian. Bahan yang dipersiapkan antara lain benih selada
varietas Grand Rapids, pupuk kandang kambing, POC (merk SO-Kontan Lq. dan
dan buah maja serta umbi gadung. Pembuatan larutan Trichoderma harzianum
dalam 250ml air. Penyiapan alat penunjang penelitian meliputi polybag, cangkul,
hand counter, hand sprayer, millimeter block, timbangan analitik, gelas ukur,
SPAD, leaf area meter, oven, pH meter, thermohigrometer, alat tulis dan kamera.
2. Pelaksanaan
a. Persemaian
dengan media tanam tanah dengan campuran pupuk kandang. Setelah media
tanam siap, benih selada selanjutnya ditabur di atas permukaan tanah dan ditutup
dengan karung atau penutup agar benih terhidar dari sinar matahari langsung dan
22
b. Persiapan media tanam
dengan POC tanah (SO-Kontan Lq.) dengan konsentrasi 6ml/l, kemudian ditutup
berisi satu bibit. Setelah tanaman berumur 1 minggu disemprot dengan POC tanah
(SO-Kontan Lq.) dengan konsentrasi 6ml/l. selanjutnya pada umur tanaman 2 dan
d. Pemeliharaan
1) Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari, tergantung dari kondisi
media. Bila media terlihat kering maka dilakukan penyiraman pagi dan sore
hari.
23
2) Penyulaman
tanam).
pestisida nabati, yaitu dengan menggunakan racikan buah maja dan umbi
gadung.
e. Pengamatan
kehijauan daun, luas daun, lebar bukaan stomata, volume akar, panjang akar bobot
tanaman segar, bobot tanaman kering, bobot akar segar, bobot akar kering.
3. Pengambilan Data
4. Analisis
dianalisis dengan analisis ragam (uji t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
5. Pelaporan
24
F. Analisis Data
Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan analisis varians pada taraf
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 3. Hasil analisis sidik ragam variabel pertumbuhan dan hasil selada
HASIL
NO. VARIABEL Lokasi I Lokasi II
P1 P2 Ket KV P1 P2 Ket KV
PERTUMBUHAN
1 Tinggi 26,89 32,38 ** 11,68 20,14 20,93 tn 8,22
tanaman (cm)
2 Jumlah 22,90 27,38 ** 11,68 10,10 8,90 ** 11,89
daun (helai)
3 Kehijauan 20,05 19,23 tn 15,88 23,49 20,33 tn 22,37
daun (unit)
4 Luas 115,48 129,09 * 11,77 120,91 138,05 ** 5,10
daun (cm2)
5 Lebar bukaan 0,049 0,057 * 17,83 0,060 0,071 ** 14,46
stomata (µm)
6 Bobot akar 2,01 5,74 ** 24,80 1,44 2,40 ** 19,34
segar (g)
7 Bobot akar 0,155 0,332 ** 21,49 0,157 0,164 tn 20,41
kering (g)
8 Volume 1,80 4,50 ** 24,21 1,40 1,90 ** 22,01
akar (cm3)
9 Panjang 147,49 381,72 ** 28,92 105,91 140,08 ** 19,41
akar (cm)
HASIL
10 Bobot tanaman 67,62 87,17 ** 17,74 50,91 50,75 tn 18,60
segar (g)
11 Bobot tanaman 3,51 6,55 ** 23,53 3,46 3,79 tn 17,86
kering (g)
Ket: *: Nyata; **: Sangat Nyata; tn: Tidak Nyata.
Lokasi I : Desa Windujaya, Kec. Kedungbanteng-Banyumas
Lokasi II : Desa Serang, Kec. Karangreja-Purbalingga
26
A. Variabel Komponen Pertumbuhan
1. Tinggi tanaman
pertumbuhan tanaman selada di dua lokasi yang berbeda, yaitu Desa Windujaya
II). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan rakitan berpengaruh
sangat nyata terhadap variabel tinggi tanaman selada yang ditanam di lokasi I,
tetapi tidak berpengaruh terhadap variabel tinggi tanaman selada yang ditanam di
selada yang ditanam di lokasi I lebih tinggi daripada selada yang ditanam di lokasi
II. Berturut-turut nilai rerata variabel tinggi tanaman tertinggi hingga terrendah
27
35
30
20
15
10
0
Lokasi I Lokasi II
P1 26.89 b x 20.14 a x
P2 32.38 b x 20.93 a x
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi 5%.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 1. Perbandingan nilai rerata variabel tinggi tanaman.
Hasil yang dijumpai pada variabel tinggi tanaman pada rakitan P2 yang
Perbedaan nilai rerata tinggi tanaman antar lokasi diduga akibat adanya
perbedaan kondisi iklim, baik mikro iklim maupun makro iklim. Mikro iklim
dalam kondisi kurang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi atap yang
kurang bersih. Selain kondisi mikro iklim, makro iklim pun sangat memengaruhi,
28
seperti intensitas cahaya. Intensitas cahaya yang kurang akibat kondisi atap dan
kehijauan daun tanaman serta tinggi tanaman yang lebih tinggi sebagai bentuk
2. Jumlah daun
berpengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah daun di kedua lokasi, namun
keseluruhan variabel tinggi tanaman selada di lokasi I lebih tinggi dengan rerata
27,38 helai pada rakitan P2 dan 22, 9 helai pada rakitan P1, sedangkan tinggi
tanaman di lokasi II 10,1 helai pada P1 dan 8,9 helai pada P2 (Gambar 2).
29
30
25
Rerata jumlah daun (Helai)
20
15
10
0
Lokasi I Lokasi II
P1 22.9 b x 10.1 a y
P2 27.38 b y 8.9 a x
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 2. Perbandingan nilai rerata variabel jumlah daun.
tidak hanya diakibatkan oleh perbedaan jenis media. Hal ini dibuktikan dengan
adanya jumlah daun tertinggi dalam perlakuan yang berbeda antar lokasi. Kondisi
lokasi yang pada akhirnya variabel jumlah daun tanaman dipengaruhi pula oleh
30
3. Kehijauan daun
variabel lainnya. Di kedua lokasi diperoleh hasil analisis varian yang tidak
berbeda nyata, serta di kedua lokasi perlakuan rakitan P1 lebih tinggi tingkat
kehijauan daunnya dibandingkan dengan rakitan P2. Hal ini diduga karena unsur
magnesium (Mg) yang merupakan unsur sentral penyusun klorofil sudah tersedia
di dalam media tanam. Kualitas produk selada segar yang dikehendaki konsumen
justru dengan kehijauan daun yang tidak terlalu tinggi. Rerata nilai kehijauan daun
lokasi II dengan nilai 23,49 unit, rerata nilai kehijauan daun terrendah terdapat
pada tanaman selada yang ditanam di lokasi I dengan perlakuan rakitan P2 sebesar
19,23 unit. Secara umum rerata nilai kehijauan daun tanaman selada di lokasi II
lebih tinggi daripada tanaman selada yang ditanam di lokasi I (Gambar 3).
25
Rerata kehijauan daun (Unit)
20
15
10
0
Lokasi I Lokasi II
P1 20.05 a x 23.49 a x
P2 19.23 a x 20.33 a x
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 3. Perbandingan nilai rerata variabel kehijauan daun.
31
Perbedaan variabel kehijauan daun berdasarkan aspek lokasi menunjukkan
bahwa nilai rerata kehijauan daun di lokasi II lebih tinggi dibanding dengan di
lokasi I. Hal tersebut diduga oleh adanya perbendaan intensitas cahaya matahari
yang diterima oleh tanaman selada yang ditanam. Intensitas cahaya matahari yang
berkaitan dengan peningkatan jumlah klorofil pada daun yang merupakan tempat
lebih baik, maka tingkat kehijauan daun selada di lokasi II lebih tinggi
Variabel lebar bukaan stomata pada selada yang ditanam di lokasi II lebih
tinggi daripada di lokasi I baik pada rakitan P1 maupun rakitan P2. Di kedua
lokasi variabel lebar bukaan stomata menunjukkan hasil yang sama yaitu nilai
rerata pada rakitan P2 lebih tinggi daripada rakitan P1. Nilai rerata lebar bukaan
stomata tertinggi dijumpai pada selada yang ditanam di lokasi II dengan perlakuan
rakitan P2 sebesar 0,071 µm, sedangkan nilai rerata terrendah dijumpai pada
0,049 µm. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata
terhadap variabel lebar bukaan stomata di lokasi I dan berpengaruh sangat nyata
32
0.08
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0
Lokasi I Lokasi II
P1 0.049 a x 0.06 b x
P2 0.057 a y 0.071 b y
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 4. Perbandingan nilai rerata variabel lebar bukaan stomata.
bukaan stomata di lokasi I lebih rendah dibandingkan dengan lokasi II. Hal
Suhu di lokasi I yang lebih tinggi mengakibatkan adanya adaptasi dari tanaman
kehilangan air akibat transpirasi berlebih. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Haryanti (2010) yang menyatakan bahwa pelebaran porus stomata ini sangat erat
mengurangi penguapan air, sebaliknya pada daerah teduh stomata lebih membuka.
33
5. Luas daun
nyata terhadap variabel luas daun di lokasi II dan berpengaruh nyata di lokasi I.
Variabel luas daun tertinggi dijumpai pada tanaman selada yang ditanam di lokasi
daun terrendah dijumpai pada variabel luas daun di lokasi I dengan perlakuan
nilai rerata luas daun lebih tinggi daripada perlakuan P1 (Gambar 5).
140
135
Rerata luas daun (Cm2)
130
125
120
115
110
105
100
Lokasi I Lokasi II
P1 115.48 a x 120.91 b x
P2 129.09 a y 138.05 b y
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 5. Perbandingan nilai rerata variabel luas daun.
tanaman tumbuh dan berkembang dalam siklus hidupnya terutama pada fase
inisiasi akar. Penggunaan daun bambu dalam media tanam diduga dapat
34
Purwono dan Purnamawati (2007) yang menyatakan bahwa daun bambu
mengandung banyak unsur P. Unsur P dalam ion fospat sangat berguna bagi
tanaman yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar terutama pada awal
pertumbuhan.
Variabel luas di kedua lokasi penelitian menunjukkan hasil yang sama, yaitu
dibanding rakitan P1. Hal ini diduga dengan adanya daun bambu pada media
tanam pada rakitan P2 mampu meningkatkan kadar nitrogen yang mampu diserap
adanya daun bambu pada media diduga mampu meningkatkan nilai atau besarnya
luas daun. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Devlin, 1997 dalam Sauwibi et al.,
klorofil dan hasil fotosintesis daun lebih banyak dipusatkan ke ukuran daun. Hal
N tinggi, sedangkan daerah aktif pertumbuhan batang terbatas pada kambium dan
6. Panjang akar
sangat nyata terhadap variabel panjang akar di kedua lokasi, dengan perlakuan P2
menunjukkan nilai rerata panjang akar lebih tinggi daripada rakitan P1. Nilai
rerata panjang akar di lokasi I lebih baik daripada lokasi II dari seluruh perlakuan.
Nilai rerata panjang akar tertinggi dijumpai pada tanaman selada yang ditanam di
lokasi I dengan perlakuan rakitan P2 sebesar 381,72cm, serta nilai rerata panjang
35
akar terrendah dijumpai pada selada yang ditanam di lokasi II dengan perlakuan
450
400
Rerata panjang akar (Cm)
350
300
250
200
150
100
50
0
Lokasi I Lokasi II
P1 147.49 b x 105.91 a x
P2 381.72 b y 140.08 a y
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 6. Perbandingan nilai rerata variabel panjang akar.
Nilai rerata variabel panjang akar pada perlakuan rakitan P2 lebih tinggi
rerata panjang akar lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi II. Hal tersebut
perkembangan tanaman berjalan lebih lambat sebagai dampak dari adanya masa
36
tanam yang lebih panjang. Sehingga dengan jangka waktu penanaman dan
7. Volume akar
medium dan dataran tinggi. Nilai rerata volume akar tertinggi juga dijumpai pada
4,5cm3, dan nilai rerata terrendah dijumpai pada tanaman selada yang ditanam di
panjang akar dijumpai pada urutan nilai tertinggi hingga terrendah, yaitu diketahui
bahwa nilai rerata volume akar selada yang ditanam di lokasi II pada perlakuan P2
5
4.5
Rerata volume akar (Cm3)
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Lokasi I Lokasi II
P1 1.8 b x 1.4 a x
P2 4.5 b y 1.9 a y
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 7.Perbandingan nilai rerata variabel volume akar.
37
Berdasarkan pengamatan dan penghitungan, diketahui bahwa perlakuan
rakitan P2 menunjukkan nilai rerata volume akar lebih tinggi dibanding rakitan P1
di kedua lokasi. Hal ini diduga karena akibat media tanam pada rakitan P2
menggunakan seresah daun bambu yang memiliki tingkat higroskopis dan daya
jerap air yang tinggi. Keadaan tersebut mengakibatkan tanaman lebih mudah
berlangsung dengan baik, dan rerata hasil pengukuran volume akar pada rakitan
P2 lebih baik dibanding dengan rakitan P1. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
mengandung banyak unsur P dan K. Kedua unsur ini sangat berguna bagi
perbaikan struktur tanah dan bagi pertumbuhan tanaman. Unsur P dalam phospat
adalah Fosfor dan sangat berguna bagi tumbuhan karena berfungsi untuk
sedangkan tidak berpengaruh terhadap variabel bobot akar segar di Lokasi II. Di
kedua lokasi dijumpai bahwa bobot akar segar pada perlakuan P2 lebih tinggi
daripada perlakuan P1. Nilai rerata variabel bobot akar segar tertinggi dijumpai
5,74g, sedangkan nilai rerata bobot akar segar terrendah dijumpai pada tanaman
38
7
0
Lokasi I Lokasi II
P1 2.01 b x 1.44 a x
P2 5.74 b y 2.4 a y
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 8. Perbandingan nilai rerata variabel bobot akar segar.
Nilai rerata variabel bobot akar segar di kedua lokasi menunjukkan bahwa
tanaman yang ditanam pada media rakitan P2 lebih tinggi dibandingkan dengan
rakitan P1. Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi media dengan daun bambu
didalamnya menambah ruang pori media sehingga akar tanaman dapat tumbuh
akar yang mendukung fungsinya dalam hal penyerapan garam dan mineral serta
unsur hara dari media pertumbuhan (Fariudin et al., 2013). Tambahan daun
bambu sebagai bahan pupuk organik dan memiliki sifat higroskopis mampu
39
fisik yang baik bagi perkembangan perakaran, keadaan ini juga mampu
perkembangan akar.
sintesis senyawa organik terutama air dan karbohidrat yang tergantung pada lanju
variabel bobot akar kering tanaman selada di lokasi I, tetapi tidak berpengaruh
terhadap variabel bobot akar kering di lokasi II. Nilai rerata bobot akar kering
tertinggi dijumpai pada tanaman selada yang ditanam di lokasi I dengan perlakuan
40
0.35
0.3
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Lokasi I Lokasi II
P1 0.155 a x 0.157 a x
P2 0.332 b y 0.164 a x
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 9. Perbandingan nilai rerata variabel bobot akar kering.
bobot akar kering sebanding dengan bobot segarnya. Hal ini menunjukkan bahwa
proporsi kandungan air pada tanaman di kedua lokasi adalah sama. Baik di lokasi
I maupun lokasi II, perlakuan rakitan P2 memberikan hasil lebih tinggi pada
variabel bobot akar kering dibanding dengan rakitan P1. Hal tersebut diduga
diakibatkan oleh daun bambu yang ada dalam media perlakuan rakitan P2 yang
berakumulasi pada peningkatan bobot kering akar, karena hara P berperan dalam
2003). Secara umum tanaman selada di lokasi I menunjukkan bobot akar segar
(Gambar 8) dan bobot akar kering (Gambar 9) lebih tinggi dibandingkan dengan
lokasi II. Hal tersebut diduga akibat kondisi tempat penanaman yang memiliki
41
cuaca dan iklim yang berbeda sehingga tumbuh kembang akar di lokasi I lebih
sangat nyata terhadap variabel produksi atau bobot tanaman segar di lokasi I,
tetapi tidak berpengaruh terhadap variabel bobot tanaman segar di lokasi II.
Rerata nilai produksi di lokasi I lebih tinggi dibanding lokasi II. Tiap lokasi
menunjukkan hasil yang berbeda. Di lokasi I nilai rerata produksi rakitan P2 lebih
sebaliknya. Nilai rerata produksi tertinggi dijumpai pada tanaman selada dengan
42
100
90
ditanam di lokasi I lebih tinggi dibandingkan di lokasi II, tetapi pada tiap lokasi
menunjukkan hasil yang berbeda dalam variabel yang memiliki nilai tertinggi dan
berkaitan erat dengan hasil suatu tanaman. Selada merupakan tanaman yang
memiliki nilai ekonomis pada daun yang merupakan komponen vegetatif. Bobot
menyerap air lebih banyak dari media tanam untuk memertahankan turgornya.
43
ditanggulangi dengan penyempitan lebar bukaan stomata pada daun yang
Dijumpai perbedaan hasil antara lokasi I dan II pada variabel bobot tanaman
segar. Di lokasi II, P1 menunjukkan nilai bobot tanaman segar lebih tinggi
dibandingkan dengan P2 (Gambar 10). Hal ini diduga akibat suhu di lokasi II
yang rendah sehingga proses dekomposisi daun bambu oleh mikroba tanah kurang
kelembapan, tata udara tanah, pengolahan, pH dan jenis bahan organik. Suhu
berjalan cepat. Tata udara dan pengolahan tanah yang baik juga mampu
adaptasi, karena spesies yang berasal dari iklim yang lebih hangat memiliki
viride ditemukan berkembang dengan baik pada suhu yang lebih dingin (20-25°C)
variabel bobot tanaman kering sebanding dengan bobot tanaman segar, akan tetapi
pada variabel bobot tanaman kering pada selada yang ditanam di lokasi II
44
menunjukkan hasil yang berbeda dengan nilai rerata bobot segarnya (Gambar 10),
nilai rerata bobot tanaman kering dengan perlakuan rakitan P2 lebih tinggi
diketahui bahwa nilai rerata bobot tanaman kering tertinggi dijumpai pada
6,55g, sedangkan nilai terrendah dijumpai pada tanaman selada yang dengan
7
Rerata bobot tanaman kering (g)
0
Lokasi I Lokasi II
P1 3.51 a x 3.46 a x
P2 6.55 b y 3.79 a x
Keterangan: Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf (a, b) yang sama tidak
berbeda pada Uji Multilokasi.
Angka pada kolom yang sama pada tiap lokasi diikuti oleh huruf (x, y)
menunjukkan penaikan atau penurunan dari kedua perlakuan.
Gambar 11. Perbandingan nilai rerata variabel bobot tanaman kering.
yang sama pada tanaman selada dengan perlakuan rakitan P2 memiliki bobot
45
(Leiwakabessy et al.,2003). Bobot kering merupakan akumulasi senyawa organik
yang dihasilkan oleh sintesis senyawa organik terutama air dan karbohidrat yang
tergantung pada lanju fotosintesis tanaman tersebut (Lakitan, 1996). Nilai rerata
lokasi I. Hal ini diduga akibat tanaman selada yang ditanam di lokasi II memiliki
umur tanam yang lebih lama, sehingga pada saat dilaksanakan analisis dari hasil
46
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Rakitan teknologi produksi selada organik yang memiliki kinerja lebih baik
adalah rakitan P2, dengan komponen: Pupuk kandang kambing + POC tanah
pestisida nabati maja gadung (6%) + daun bambu + agensi hayati Trichoderma
kombinasi POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati maja gadung
seluruh variabel kecuali variabel jumlah daun, kehijauan daun dan bobot
B. Saran
organik di dataran medium melalui program kegiatan PKM oleh perguruan tinggi
47
DAFTAR PUSTAKA
Devlin, R. 1997. Plant Physiology. 3rded. D. Van Nostrand Co, New York. 232
hal.
Duaja, W. 2012. Pengaruh Pupuk Urea, Pupuk Organik Padat dan Cair Kotoran
Ayam terhadap Sifat Tanah, Pertumbuhan dan Hasil Selada Keriting di
Tanah Inceptisol. J. Hort. 1(4): 236-246.
Guadalupe, A.S. 2000. Organic Fertilizer for Flowers, Vegetables and Plants.
(On-line) http://www.upd.edu.ph/serdef/Philippine%20Floriculture%20-
Industry/Organic%20Fertilizer.doc. Diakses tanggal 12 November 2016.
Haryanti, S. 2010. Pengaruh naungan yang berbeda terhadap jumlah stomata dan
ukuran porus stomata daun Zephyranthes Rosea lindl. Buletin Anatomi dan
fiologi. 18 (1): 41-48.
IFOAM. 2008. The World of Organic Agriculture - Statistics & Emerging Trends
2008. (On-line) http://www.soel.de/fachtheraaii downloads/s_74_l O.pdf.
Diunduh tanggal 12 November 2016.
48
Kubicek, C. P. dan G. E. Harman. 2002. Trichoderma and Gliocladium Vol 1.
Taylor and France Ltd, London. 300 hal.
Leiwakabessy M., U.M. Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. IPB Press,
Bogor. 211 hal.
Manullang, Geral S., Abdul R. dan Puji A. 2014. Pengaruh Jenis Dan Konsentrasi
Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Varietas Tosakan. Jurnal Agrifor 13 (1): 1412 – 6885.
Pardosi, Andri H., Irianto dan Mukhsin. 2014. Respons Tanaman Sawi terhadap
Pupuk Organik Cair Limbah Sayuran pada Lahan Kering Ultisol. Prosiding
Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27 September
2014.
49
Prawiranata, W., S. Harran dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Dep. Botani, Fakultas Pertanian. IPB Press, Bogor. 1(7): 1-30.
Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius, Yoyakarta. 147 hal.
Samadi, B. 2014. Rahasia Budidaya Selada. Pustaka Mina, Jakarta. 110 hal.
50
Setyono, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Pendidikan Pasca
Sarjana, KPK UGM-UNIBRAW. 212 hal.
51
LAMPIRAN
Keterangan:
P1 = Teknologi Rakitan 1 (Pupuk kandang kambing + POC tanah SO-Kontan Lq.
(6ml/l) + kombinasi POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati
maja gadung (6%) + agensi hayati Trichoderma harzianum (10g/tanaman)).
52
P2 = Teknologi Rakitan 2 (Pupuk kandang kambing + POC tanah SO-Kontan Lq.
(6ml/l) + kombinasi POC daun SO-Kontan Fert. (6ml/l) + pestisida nabati
maja gadung (6%) + daun bambu + agensi hayati Trichoderma harzianum
(10g/tanaman)).
U...= Ulangan ke-…
53
Lampiran 2. Deskripsi Selada Grand Rapids
54
Lampiran 3. Analisis data
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
9.89E-
PERLAKUAN 241.0842 1 241.0842 20.12792 05
Residual 359.328 30 11.9776
Total 600.4122 31 19.36814
C.V. (%): 11.6785553146519
S.E.M.: 0.865216719131591
S.E.D.: 1.22360121858785
LSD (p<0.05): 2.49892706621859
LSD (p<0.01): 3.36489803281614
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 5.040312 1 5.040312 1.768883 0.193544
Residual 85.48299 30 2.849433
Total 90.5233 31 2.920106
C.V. (%): 8.22049039211878
S.E.M.: 0.42200658098916
S.E.D.: 0.59680743024557
LSD (p<0.05): 1.21884337650645
LSD (p<0.01): 1.64121783919194
55
2. Jumlah daun (helai)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 160.5035 1 160.5035 18.62159 0.00016 **
Residual 258.5764 30 8.619213
Total 419.0799 31 13.51871
C.V. (%): 11.680131084657
S.E.M.: 0.733962403832304
S.E.D.: 1.0379795857716
LSD (p<0.05): 2.11983711822431
LSD (p<0.01): 2.85443934936342
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 10.88889 1 10.88889 8.500181 0.006658 **
Residual 38.43056 30 1.281019
Total 49.31944 31 1.59095
C.V. (%): 11.8878342536753
S.E.M.: 0.282955221558834
S.E.D.: 0.400159111872787
LSD (p<0.05): 0.817233932315758
LSD (p<0.01): 1.10043581838548
56
3. Kehijauan daun (mg/g)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 5.390139 1 5.390139 0.553887 0.462524
Residual 291.9442 30 9.731472
Total 297.3343 31 9.591429
C.V. (%): 15.8838948692301
S.E.M.: 0.779882692347105
S.E.D.: 1.10292068057732
LSD (p<0.05): 2.25246452742808
LSD (p<0.01): 3.03302707781704
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 79.90587 1 79.90587 3.326573 0.078145
Residual 720.6144 30 24.02048
Total 800.5202 31 25.82323
C.V. (%): 22.373990290634
S.E.M.: 1.22526729636418
S.E.D.: 1.73278962805043
LSD (p<0.05): 3.53882852993187
LSD (p<0.01): 4.76516394568506
57
4. Luas daun (cm2)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 1482.537 1 1482.537 7.156101 0.01198 *
Residual 6215.134 30 207.1711
Total 7697.671 31 248.312
C.V. (%): 11.7706760327112
S.E.M.: 3.59836003408436
S.E.D.: 5.08884956250341
LSD (p<0.05): 10.3928172957613
LSD (p<0.01): 13.9943141785419
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
3.58E-
PERLAKUAN 2349.209 1 2349.209 53.83255 08 **
Residual 1309.176 30 43.63919
Total 3658.384 31 118.0124
C.V. (%): 5.10206645236526
S.E.M.: 1.65149905073648
S.E.D.: 2.33557235579782
LSD (p<0.05): 4.76987509194448
LSD (p<0.01): 6.42281382703576
58
5. Lebar bukaan stomata (µm)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 0.000522 1 0.000522 5.861094 0.021739 *
Residual 0.00267 30 8.9E-05
Total 0.003192 31 0.000103
C.V. (%): 17.8295294908668
S.E.M.: 2.35851244378493E-03
S.E.D.: 3.33544028502636E-03
LSD (p<0.05): 6.81187782374689E-03
LSD (p<0.01): 9.17244628655552E-03
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 0.000927 1 0.000927 10.2654 0.003206 **
Residual 0.00271 30 9.03E-05
Total 0.003638 31 0.000117
C.V. (%): 14.4594776559716
S.E.M.: 2.37617415845227E-03
S.E.D.: 3.36041772144368E-03
LSD (p<0.05): 6.86288855417099E-03
LSD (p<0.01): 9.2411341281404E-03
59
6. Bobot akar segar (g)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
4.9E-
PERLAKUAN 111.4151 1 111.4151 120.6892 12 **
Residual 27.69472 30 0.923157
Total 139.1098 31 4.487414
C.V. (%): 24.8024501113137
S.E.M.: 0.240202686771366
S.E.D.: 0.339697897350523
LSD (p<0.05): 0.693755659222418
LSD (p<0.01): 0.934167741239863
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
3.54E-
PERLAKUAN 7.424089 1 7.424089 53.90627 08 **
Residual 4.131665 30 0.137722
Total 11.55575 31 0.372766
C.V. (%): 19.3433060023264
S.E.M.: 9.27773463423738E-02
S.E.D.: 0.131206981478371
LSD (p<0.05): 0.267960404347704
LSD (p<0.01): 0.360818628783196
60
7. Bobot akar kering (g)
Lokasi 1:
EFFECT SS DF MS F ProbF
1.29E-
PERLAKUAN 0.250868 1 0.250868 91.41712 10 **
Residual 0.082326 30 0.002744
Total 0.333194 31 0.010748
C.V. (%): 21.4913789018235
S.E.M.: 1.30963090149406E-02
S.E.D.: 1.85209778259581E-02
LSD (p<0.05): 3.78248828777202E-02
LSD (p<0.01): 5.09326085211997E-02
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 0.000378 1 0.000378 0.353182 0.556773
Residual 0.032119 30 0.001071
Total 0.032497 31 0.001048
C.V. (%): 20.4103900049545
S.E.M.: 8.18010161917316E-03
S.E.D.: 1.15684106514248E-02
LSD (p<0.05): 2.36258464365867E-02
LSD (p<0.01): 0.031813079010099
61
8. Volume akar (cm3)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
3.98E-
PERLAKUAN 59.49587 1 59.49587 101.2046 11 **
Residual 17.63632 30 0.587877
Total 77.13219 31 2.488135
C.V. (%): 24.2046141429943
S.E.M.: 0.191682894819114
S.E.D.: 0.271080549528127
LSD (p<0.05): 0.553620339740297
LSD (p<0.01): 0.745470332968964
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 2.42 1 2.42 18.76575 0.000152 **
Residual 3.86875 30 0.128958
Total 6.28875 31 0.202863
C.V. (%): 22.0142645480615
S.E.M.: 8.97769226100631E-02
S.E.D.: 0.126963741543271
LSD (p<0.05): 0.259294552302772
LSD (p<0.01): 0.349149737404628
62
9. Panjang akar (cm)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
1.17E-
PERLAKUAN 438906.4 1 438906.4 74.9711 09 **
Residual 175630.3 30 5854.342
Total 614536.7 31 19823.76
C.V. (%): 28.9162755295823
S.E.M.: 19.1284174743986
S.E.D.: 27.051667419029
LSD (p<0.05): 55.2468752669046
LSD (p<0.01): 74.391967824076
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 9343.445 1 9343.445 16.40074 0.000333 **
Residual 17090.89 30 569.6965
Total 26434.34 31 852.7206
C.V. (%): 19.406120185303
S.E.M.: 5.96707873635279
S.E.D.: 8.43872367669822
LSD (p<0.05): 17.2341729312579
LSD (p<0.01): 23.206453432575
63
10. Bobot tanaman segar (g)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 3058.141 1 3058.141 16.22744 0.000353 **
Residual 5653.648 30 188.4549
Total 8711.79 31 281.0255
C.V. (%): 17.7375799515041
S.E.M.: 3.43197228588411
S.E.D.: 4.85354175238591
LSD (p<0.05): 9.91225463640578
LSD (p<0.01): 13.3472187234683
Lokasi 2:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 0.20855 1 0.20855 0.002335 0.961784
Residual 2679.981 30 89.33271
Total 2680.19 31 86.45774
C.V. (%): 18.5951755125688
S.E.M.: 2.3628996058923
S.E.D.: 3.34164466917894
LSD (p<0.05): 6.82454886661
LSD (p<0.01): 9.18950831600817
64
11. Bobot tanaman kering (g)
Lokasi 1:
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
4.37E-
PERLAKUAN 73.78088 1 73.78088 52.74628 08 **
Residual 41.96365 30 1.398788
Total 115.7445 31 3.733694
C.V. (%): 23.5251778971709
S.E.M.: 0.295675953350944
S.E.D.: 0.4181489432965
LSD (p<0.05): 0.85397406952591
LSD (p<0.01): 1.1499077766091
Lokasi 2:
Btk
ANOVA TABLE
EFFECT SS DF MS F ProbF
PERLAKUAN 0.845 1 0.845 2.014881 0.166071
Residual 12.58139 30 0.41938
Total 13.42639 31 0.433109
C.V. (%): 17.8616164410876
S.E.M.: 0.161898807773045
S.E.D.: 0.228959489684675
LSD (p<0.05): 0.4675976593918
LSD (p<0.01): 0.629637601475828
65
Lampiran 4. Dokumentasi penelitian
66
Gambar 3. Pembuatan media tanam.
67
Gambar 5. Pindah tanam.
68
Gambar 7. Pengukuran lebar bukaan stomata.
69
Gambar 9. panen dan penghitungan bobot tanaman segar.
70
Gambar 11. Pengukuran luas daun.
71
RIWAYAT HIDUP
72