Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini adalah tugas kelompok dalam mata kuliah
Kardiovaskuler. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu kelancaran tugas ini, terutama dosen Krdiovaskuler yang telah memberi banyak
pengarahan serta ilmu kepada kami para mahasiswa.
Semoga makalah yang saya buat ini, bermanfaat bagi pembaca. Saya juga
mengharapkan kritik dan saran, supaya tugas selanjutnya dapat menjadi lebih baik dari
sebelumnya dan sesungguhnya semua itu bersifat membangun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Berdasarkan survei kewsehatan rumah tangga (SKSRT) 2001, prevalensi anemia
pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia sekolah dan remaja sekitar 26,5%.
Sementara survei di DKI Jakarta 2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada
balita sebesar 26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan cadangan
besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi tambahan untuk mencegah
kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999). Kebanyakan anemia
pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron deficiency anemia. Penyebabnya
umumnya adalah pola makan yang kurang tepat. Anemia lainnya adalah anemia karena
pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami gangguan (sumsum tulang tidak
memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya bermacam-macam), bisa juga
anemia karena yang bersangkutan menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker,
leukemia dll, tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan limpanya membesar.
Anemia bisa menyebabkan kerusakan sel otak secdara permanen lebih berbahaya dari
kerusakan sel-sel kulit. Sekali sel-sel otak mengalami kerusakan tidak mungkin
dikembalikan seperti semula. Karena itu, pada masa amas dan kritis perlu mendapat
perhatian.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat
asuhan keperawatan penyakit anemia pada anak
b. Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengetahui anatomi fisiologi darah
2. Mengetahui pengertian anemia
3. Mengetahui etiologi anemia
4. Mengetahui patofisologi anemia
5. Mengetahui manifestasi klinis anemia
6. Mengetahui macam-macam anemia
7. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang menderita anemia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
Sistem hematology tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan
organ lain karena berbentuk cairan.
Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang mengandung
elektrolit. Peranannya sebagai medium pertukaran antara sel-sel yang terfiksasi dalam
tubuh dan lingkungan luar serta memiliki sifat-sifat protektif terhadap organisme
sebagai suatu keseluruhan dan khususnya terhadap darahnya sendiri.
Unsur seluler darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel
darah putih (leukosit), dan pecahan sel yang disebut trombosit.
1. Sumsum tulang
Sumsum tulang menempati bagian dalam tulang spons dan bagian tengah
rongga tulang panjang. Sumsum merupakan 4 % sampai 5 % berat badan
total,sehingga merupakan yang paling besar dalam tubuh. Sumsum bisa berwarna
merah atau kuning. Sumsum merah merupakan tempat diproduksi sel darah merah
aktif dan merupakan organ hematopoetik (penghasil darah) utama. Sedang
sumsum kuning, tersusun terutama oleh lemak dan tidak aktif dalam produksi
elemen darah. Selama masa kanak-kanak, sebagian besar sumsum berwarna
merah. Sesuai dengan pertumbuhan usia, sebagian besar dalam sumsum tulang
panjang mengalami perubahan menjadi sumsum kuning, namun masih
mempertahankan potensi untuk kembali berubah menjadi jaringan hematopoetik
apabila diperlukan.
2. Eritrosit
Sel darah merah atau eritrosit dalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak
berinti yang kira-kira berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2m pada bagian tengah
tebalnya hanya 1m atau kurang. Karena sel itu lunak dan lentur maka dalam
perjalanannya melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar
yang mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta faktor Rh
yang menentukan golongan darah seseorang. Komponen utama sel darah merah
adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan
mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul-
molekul Hb terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus hem,
masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan
pertukaran gas yang sangat sempurna.
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua
stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari
sumsum tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah
merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat
retikular. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam
pematangan, retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang matang.
3. Leukosit (sel darah putih)
Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh.
Leukosit ini sebagian di bentuk di sumsum tulang (granulosit dan monosit serta
sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma).
Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju bagian tubuh untuk di
gunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih ialah bahwa kebanyakan di
transpor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan
serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat dan kuat terhadap bahan infeksius
yang mungkin ada.
Ada 6 macam sel darah putih yang secara normal di temukan dalam darah.
Keenam sel tersebut ialah netrofil polimorfonuklir, eosinofil polimorfonuklir,
basofil polimorfonuklir, monosit, limfosit, dan kadang-kadang sel plasma. Selain
itu terdapat juga sejumlah besar trombosit, yang merupakan pecahan dari tipe
ketujuh sel darah putih yang dijumpai dalam sumsum tulang, yakni megakariosit.
Ketiga tipe dari sel, yaitu sel polimorfonuklir, seluruhnya mempunyai gambaran
granular, karena alasan itu mereka disrbut granulosit atau dalam terminologi
klinis disebut “poli” karena intinya multipel.
Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap organisme penyerang
terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama
limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem imun.
4. Trombosit
Trombosit merupakan partikel kecil, berdiameter 2 sampai 4 µm, yang
terdapat pada sirkulasi plasma darah. Karena dapat mengalami disintegrasi cepat
dan mudah, jumlahnya selalu berubah antara 150.000 dan 450.000 per mm³ darah,
tergantung jumlah yang dihasilkan, bagaimana digunakan, dan kecepatan
kerusakan. Dibentuk oleh fragmentasi sel raksasa sumsum tulang, yang disebut
megakariosit. Produksi trombosit diatur oleh trombopotein.
Trombosit berperan penting dalam mengotrol pendarahan. Apabila terjadi
pendarahan cedera vascular, trombosit mengumpul pada pada tempat edera
tersebut. Subtansi yang dilepaskan dari granula trombosit dan sel darah lainnya
menyebabkan trombosit menempel satu sama lain dan membentuk tambalan atau
sumbatan, yang sementara menghentikan pendarahan. Subtansi lain dilepaskan
dari trombosit untuk mengaktifasi factor pembekuan dalam plasma darah.
5. Plasma darah
Apabila elemen seluler diambil dari darah, bagian cairan yang tersisa
dinamakan plasma darah. Plasma darah mengandung ion, protein, dan zat lain.
Apabila plasma dibiarkan membeku, sisa cairan yang tertinggal dinamakan serum.
Serum mempunyai kandungan yang sama dengan plasma, keuali kandungan
fibrinogen dan beberapa factor pembekuan.
Protein plasma tersusun terutama oleh albumin dan globulin. Globulin
tersusun atas fraksi alfa, beta dan gama yang dapat dilhat dari laboratorium yang
dinamakan elektroforesis protein. Masing-masing kelompok disusun oleh protein
tertentu.
Gama globulin, yang tersusun terutama oleh anti bodi, dinamakan
immunoglobulin. Protein ini dihasilkan oleh limfosit dan sel plasma. Protein
plasma penting dalam fraksi alfa dan beta adalah globulin transpor dan nfaktor
pembekuan yang dibentuk di hati. Globulin transpor membawa berbagai zat dalam
bentuk terikat sepanjang sirkulasi. Misalnya tiroid terikat globulin, membawa
tiroksin, dan transferin membawa besi. Faktor pembekuan, termasuk fibrinogen,
tetap dalam keadaan tidak aktif dalam plasma darah sampai diaktifasi pada reaksi
pada tahap-tahap pembekuan.
Albumin terutama penting untuk pemeliharaan volume cairan dalam system
vaskuler. Dinding kapiler tidak permeabel terhadap albumin, sehingga
keberadaannya dalam plasma menciptakan gaya onkotik yang menjaga cairan
dalam rongga vaskuler. Albumin, yang dihasilkan oleh hati, memiliki kapasitas
mengikat berbagai zat yang ada dalam plasma. Dalam hal ini, albumin berfungsi
sebagai protein transpor untuk logam, asam lemak, bilirubin, dan obat-obatan,
diantara zat lainnya.
PEMBENTUKAN SISTEM HEMATOPOISIS DALAM EMBRIO
Dibedakan menjadi 3 periode pembuatan sel darah pada masa embrio yaitu
Periode mesoblastik
Sel darah dibuat dari jaringan masenkim. Mula-mula sel dibentuk dalam
pulau-pulau darah dari yolk salt, kemudian sistem hematopoisis di bentuk
dalam jaringan mesoblastik. Pada embrio sebesar 2,25 mm, pulau-pulau darah
tersebut masih ditemukan sedangkan pada 5mm sudah tidak tampak lagi.
Pembuatan darah intravaskulus dalam yolk salt dapat dilihat dalam embrio
sebesar 20 mm.
Periode hepatic
Pembuatan sistem hematopoitik periode ini terjadi pada embrio sebesar 5-7
mm. Sel darah dibuat oleh jaringan masenkim yang ditemukan dalam jaringan
hati. Periode ini tampak sel eritrosit yang definitive, sel lekosit dan
megakariosit. Sel granulosit bertambah terus sampai bulan 4 kehidupan
embrio, dalam limpa dibentuk eritropoisis dan leukopoisis tetapi hanya sampai
bulan ke 5 kehidupan fetus.
Periode myeloid
Merupakan periode terakhir pembentukan sistem hematopoisis dan dimulai
sejak embrio berumur 5 bulan. Mula-mula sel eritropoetik terutama dibuat
dalam hati sedangkan sel leukosit dalam sumsum tulang, tetapi dalam
perkembangan selanjutnya fungsi pembutan sel darah diambil alih oleh
sumsum tulang dan hepar tidak berfungsi membuat sel darah lagi
2.2 DEFINISI
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb
sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh
hilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel
darah merah. (Guyton,1997).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi
hemoglobin turun dibawah normal.(Wong,2003).
Anemia adalah penurunan dibawah normal dadam jumlah eritrosit, banyaknya
hemoglobin, atau volume sel darah merah, sistem berbagai jenis penyakit dan
kelainan (Dorlan, 1998)
2.3 PATOFISIOLOGI
a. Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke
jaringan berkurang
b. Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan
pendarahan menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemi
dan hipoksia
c. Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin),
takikardi,dyspne, syok
d. Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai
dengan 50% terdapat kompensasi adalah:
Peningkatan curah jantung dan pernafasan
Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
Mengembangkan volume plasma dengan menarik
cairan dari sela-sela jaringan
Redistribusi aliran darah ke organ vital
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini
umumnya sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan
vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-
faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler
mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang
dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta
konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
E. Aplastik
Merupakan keaadan yang disebabkan berkurangnya sel darah dalam
darah tepi, akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang. Sistim limfopoetik dan RES sebenarnya dalam keadaan aplastik juga,
tetapi relatif lebih ringan dibandingkan dengan ketiga sistem hemopoetik
lainnya. Aplasia ini hanya dapat terjadi pada satu, dua atau ketiga sistem
hemopoetik (eritropoetik, granulopoetik dan trombopoetik). Aplasia yang
hanya mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik), yang hanya mengenai sistem granulopoetik saja disebut
agranulositosis (penyakit schultz), sedangkan yang hanya mengenai sistem
trombopoetik disebut amegakariostik trombositopenik purpura (ATP). Bila
mengenai sistem disebut panmiel optisis atau lazimnya disebut anemia
aplastik.
1. Panmieloptisis (anemia aplastik)
Kecuali jenis kongenital, anemia aplastik biasanya terdapat pada anak
berumur lebih dari 6 tahun. Depresi sumsum tulang oleh obat atau bahan
kimia, meskipun ,dengan dosis rendah tetapi berlangsung sejak usia muda
secara terus-menerus, baru akan terlihat pengaruhnya setelah beberapa tahun
kemudian. Misalnya pemberian kloramfenikol yang terlampau sering pada
bayi (sejak umur 2-3 bulan), baru akan menyebabkan gejala anemia aplastik
setelah ia berumur lebih dari 6 tahun. Disamping itu pada beberapa kasus
gejala sudah timbul hanya beberapa saat setelah ia kontak dengan gen
penyebabnya.
a. Etiologi
Faktor konginetal
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan sebagainya.
Faktor didapat
Bahan kimia: benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
Obat: kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin
(antihistamin), santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran,
methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine, dan sebagainya)
Radiasi: sinar, rontgen, radioaktif
Faktor individu: alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain-lain
Infeksi: tuberkolosis milier, hepatitis dan sebagainya
Lain-lain: keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin
Idiopatik: merupakan penyebab yang paling sering. Akhir-akhir ini
faktor imunologis telah dapat menerangkan aetiologi golongan
idiopatik ini.
b. Gejala klinis dan Hematologis
Pada prinsipnya berdasarkan gambaran sumsum tulang yang berupa aplasia
sistim eritropoetik, granulopoetik dan trompoetik, serta aktifitas relatif sistem
limfopoetik dan RES (lihat tabel). Aplasia sistem eritropoetik dalam darah tepi akan
terlihat sebagai retikulositopenia yang disertai dengan merendahnya kadar Hb,
hematrokit dan hitung eritrosit. Klinis anak akan terlihat pucat dan berbagai gejala
anemia lainya seperti anoreksia, lemah, palpitasi, sesak karena gagal jantung dan
sebagainya. Ikhtisar gejala klinis dan hematologis anemia aplastik
c. Pengobatan
Prednison dan testosteron
Prednison diberikan dengan dosis 2-5 mg/kgbb/hari peroral, sedangkan
testosteron dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari sebaiknya secara parenteral.
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa testosteron lebih baik diganti
dengan oksimetolon yang mempunyai daya anabolik dan merangsng sistem.
Hematopoetik lebih kuat dan diberikan dengan dosis 1-2 mg/kgbb/hari peroral.
Pada pemberian oksimetolon ini hendaknya diperhatikan fungsi hati.
Pengobatan biasanya berlangsung berbulan-bulan, bahkan dapat sampai
bertahun-tahun. Bila telah terdapat remisi, dosis obt diberikan separuhnya dan
jumblah sel darah diawasi setiap minggu. Kemudian jika terjadi relaps, dosis
obat harus diberikan penuh kembali.
Transfusi darah
Transfusi darah diberikan jika hanya diperlukan. Pada keadaan yang
sangat gawat (pendarahan masif, pendarahan otak dan sebagainya)dapat
diberikan suspensi trombosit
Pengobatan terhadap infeksi sekunder
Untuk menghindarkan anak dari infeksi, sebaiknya anak diisolasi
dalam ruangan yang ’suci hama’. Pemberian obat antibiotika hendaknya
dipilih yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. Kloramfenikol tidak
boleh diberikan.
Makanan
Disesuaikan dengan keadaan anak, umumnya diberikan makanan
lunak. Hati-hati pada pemberian makanan melalui pipa lambung karena
mungkin menyebabkan luka/pendarahan pada waktu pipa dimasukkan
Istirahat
Untuk mencegah trjadinya pendarahan, terutama pendarahan otak.
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi umum anemia meliputi:
1. Gagal jantung
2. Perestesia
3. Kejang
BAB III
Asuhan Keperawatan Anemia
Kasus :
Ny.K 35 tahun datang ke RS Raden, dengan keluhan klien mengatakan dadanya nyeri, sakit
kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan
berkurang dan berat badannya sebelum sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah,
sesak napas, dan klien tampak pucat, mukosa bibir dan tangan tampak pucat, konjungtiva
tampak pucat, pada sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan, kuku pasien tampak
melengkung seperti sendok.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, diperoleh data TD : 80/60 mmHg, Suhu : 350 C, HR :
80x/i, RR : 25x/i, (Hb didapat ; Hb 9 g/dl, kadar zat besi 3mg),TB 158 cm, BB : 45 Kg.
A. Pengkajian
1. Pengkajian
Nama : Ny.K
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Cirebon
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Lama Bekerja : 3 Tahun
Sumber Informasi : Klien dan Keluarga
Tanggal masuk RS : 15 juli 2018
S. Perkawinan : Menikah
Tanggal Pengkajian : 15 juli 2018
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit:
Klien mengatakan dadanya nyeri, sakit kepala dan sesak nafas, lemas, cepat lelah saat
beraktivitas. Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan berat badannya sebelum
sakit 50 Kg, klien mengatakan mual, lemas/lemah, sesak napas.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Tidak ada riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu:
Klien tidak ada menderita Penyakit sebelumnya.
3. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan secara: Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, dan Perkusi.
a. Inspeksi
1. Sistem Penglihatan posisi Mata: simetris, konjungtiva tampak pucat, pada sudut tampak
bercak berwarna pucat keputihan,
2. Sistem Pendengaran daun telinga: normal, serumen (-), cairan dalam telinga (-)
3. Sistem Pernafasan: RR: 25x/m abnormal
4. Sistem Pencernaan: keadaan mulut mukosa bibir tampak pucat, mual, nafsu makan
kurang.
5. Sistem integumen: turgor kulit lambat, klien tampak pucat, kuku pasien tampak
melengkung seperti sendok.
b. Palpasi
1. Sistem pencernaan abdomen: tidak ada pembesaran, nyeri tekan di daerah abdomen (-)
2. Sistem Kardiovaskuler: TD: 80/60 mmHg (normal), nadi: 80x/m
c. Auskultasi
Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik normal.
d. Perkusi
Hipertimpani
A. KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan dadanya nyeri, sesak 1. Klien tampak pucat, mukosa bibir dan
nafas. tangan tampak pucat, konjungtiva
2. Klien mengatakan mual tampak pucat, pada sudut tampak bercak
3. Klien mengatakan sesak napas dan lemas, berwarna keputihan, kuku pasien
cepat lelah pada saat beraktivitas. tampak melengkung seperti sendok
4. Klien mengatakan nafsu makan berkurang 2. Tanda –tanda vital:
5. Klien mengatakan berat badan sebelum TD: 80/60 mmHg
sakit 50 Kg SH: 350 C
HR: 80x/m
RR: 25x/m
3. Pemeriksaan Fisik:
TB: 158Cm
BB: 45Kg
4. Hasil lab penunjang:
Hb: 9 g/dl
Kadar zat besi: 3mg
B. ANALISA DATA
Data Subjektif/Objektif Masalah Kemungkinan Penyebab
1. DS: Gangguan kebutuhan Penurunan suplai O2 ke
- Klien mengatakan Dada Nyeri oksigenisasi Organ
DO:
- Klien tampak meringis
- TD: 80/60mmHg
- HR: 80x/m
- SH: 350 C
- RR: 25x/m
- Hb: 9g/dl, Kadar zat besi: 3mg
2. DS: Gangguan pemenuhan Intake yang tidak adekuat
- Klien mengatakan nafsu makan Nutrisi kurang dari
berkurang dan mual Kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan sebelum sakit BB:
50Kg
DO:
- TB: 158cm
- BB: 45Kg
𝐵𝐵 45
𝐼𝑀𝑇 = 𝑇𝐵(𝑚)2 = (1,58)2
45
= = 18,03
2,4964
*Analisa index IMT (Indeks Massa Tubuh) klien ≤ IMT Normal 20-25 (Underweight)
3. Intoleransi Aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan
kebutuhan. Yang ditandai oleh klien Mengatakan sesak nafas dan lemas, cepat lelah
pada Saat beraktifitas ,klien tampak pucat, Mukosa bibir dan tangan tampak pucat,
Konjungtiva tampak pucat, sudut tampak bercak berwarna pucat keputihan
D. PERENCANAAN
Kesimpulan
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Nelson,1999).
Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat di sebabkan oleh hilangnya
darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi sel darah merah.
(Guyton,1997).
Macam-macam atau klasifikasi dari anemi berdasarkan etiolognya yaitu: anemia pasca
pendarahan (kehilangan darah mendadak, kehilangan darah menahun), anemia defisiensi besi,
anemia megaloblastik (defisiensi asam folat dan B12), anemia hemolitik dan anemia aplastik
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi atau iron defisiensi
anemia. Penyebab umumnya adalah pola makan yang salah atau kurang tepat. Anemia
lainnya adalah anemia karena pendarahan anemia karena pabriknya mengalami gangguan
(sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan penyebabnya macam-
macam).
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrrahman, dkk. 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran Unifersitas. Jakarta
Behrman, Ricard E et all. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Ed 9. Jakarta: EGC.
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/ Donna L. Wong: alih bahasa
Monika ester, editor edisi bahasa indonesia, Sari kurniasih. Ed 4. Jakarta: EGC