Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Kata metil pada tahun 1840 diambil dari methylene, dan kemudian
digunakan untuk mendeskripsikan "metil alkohol". Nama ini kemudian disingkat
menjadi "metanol" tahun 1892 oleh International Conference on Chemical
Nomenclature. Suffiks [-yl] (indonesia {il}) yang digunakan dalam kimia organik
untuk membentuk nama radikal-radikal, diambil dari kata methyl.
Pada tahun 1923, ahli kimia Jerman, Matthias Pier, yang bekerja untuk
BASF mengembangkan cara mengubah gas sintesis (syngas / campuran dari
karbon dioksida and hidrogen) menjadi metanol. Proses ini menggunakan katalis
zinc chromate (seng kromat).
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati bila berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera
akibat api yang tak terlihat. Karena sifatnya yang beracun, metanol sering
digunakan sebagai bahan additif bagi pembuatan alkohol untuk penggunaan
industri; Penambahan "racun" ini akan menghindarkan industri dari pajak yang
dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan utama untuk minuman keras
(minuman beralkohol).
Saat ini, gas sintesis umumnya dihasilkan dari metana yang merupakan
komponen dari gas alam. Terdapat tiga proses yang dipraktekkan secara
komersial, yaitu: (Sheldiez, 2007)
1. Pada tekanan sedang 1 hingga 2 MPa (10-20 atm) dan temperatur tinggi
(sekitar 850 °C), metana bereaksi dengan uap air (steam) dengan katalis
nikel untuk menghasilkan gas sintesis menurut reaksi kimia berikut:
CH4 + H2O → CO + 3 H2
2 CH4 + O4 → 2 CO2 + 4 H2
reaksi ini adalah eksotermik dan panas yang dihasilkan dapat digunakan
secara in-situ untuk menggerakkan reaksi steam-methane reforming.
Sangat perlu diperhatikan bahwa setiap produksi gas sintesis dari metana
menghasilkan 3 mol hidrogen untuk setiap mol karbon monoksida, sedangkan
sintesis metanol hanya memerlukan 2 mol hidrogen untuk setiap mol karbon
monoksida. Salah satu cara mengatasi kelebihan hidrogen ini adalah dengan
menginjeksikan karbon dioksida ke dalam reaktor sintesis metanol, dimana ia
akan bereaksi membentuk metanol sesuai dengan reaksi kimia berikut:
Walaupun gas alam merupakan bahan yang paling ekonomis dan umum
digunakan untuk menghasilkan metanol, bahan baku lain juga dapat digunakan.
Ketika tidak terdapat gas alam, produk petroleum ringan juga dapat digunakan. Di
Afrika Selatan, sebuah perusahaan (Sasol) menghasilkan metanol dengan
menggunakan gas sintesis dari batu bara.
Gasifikasi adalah proses yang dilakukan pada suhu dan tekanan yang
tinggi untuk menghasilkan campuran gas (gas sintetis) dengan mereaksikan steam,
oksigen, dan material yang mengandung karbon. Produk terdiri dari karbon
monoksida, karbon dioksida, hidrogen, metana, dan gas-gas lain, dalam
perbandingan yang tergantung pada reaktan tertentu dan kondisi operasi
(temperatur dan tekanan) yang dilakukan dalam reaktor, dan tahap perlakuan yang
dilalui gas-gas tersebut untuk selanjutnya meninggalkan gasifier. Bahan-bahan
kimia yang sama dapat juga digunakan dalam gasifikasi kokas (batu bara) yang
diturunkan dari petroleum dan sumber yang lain. Reaksi batu bara dan arang batu
bara dengan udara atau oksigen untuk menghasilkan panas dan karbon dioksida
dapat disebut sebagai gasifikasi, tapi lebih cocok dikatakan sebagai proses
pembakaran. Tujuan dasar dari beberapa konversi adalah produksi gas alam
sintesis sebagai bagian bahan bakar gas dan gas-gas sintesis untuk produksi
bahan-bahan kimia dan plastik.
Dasar reaksi kimia secara umum untuk seluruh gasifikasi batu bara adalah
batu bara dan arang batu bara (1-3) dan reaksi gas (4-5):
Batu bara gas (CO, CO2, H2, CH4) + char ..... (1)
Panas
C (arang) + H2O CO + H2 (endotermis) .....(2)
a. Fixed Bed
1. Zona Devolatisasi
Pada zona ini terjadi penguapan air dan zat-zat volatil yang terkandung
dalam batubara
2. Zona Gasifikasi
Pada zona ini steam yang dialirkan dan CO2 yang terbentuk dari
pembakaran sempurna, bereaksi dengan batubara pada suhu tinggi dan
membentuk gas sintesis yang terdiri dari CO2, H2, dan N2.
3. Zona Pembakaran
4. Zona Abu
Zona ini adalah tempat penampungan abu yang dihasilkan, baik hasil
reaksi pembakaran maupun hasil gasifikasi.
b. Fluidized Bed
c. Entrainned Bed
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan
(peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi
tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang
buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter. Material tumbuhan
yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan
a. Anthracite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah,
kandungan air tinggi, kandungan abu banyak dan kandungan sulfur banyak.
a. Batubara tingkat tinggi (high rank) meliputi meta anthracite, anthracite, dan
semi anthracite.
c. Batubara tingkat rendah (low rank) meliputi sub bituminous coal dan lignit.
- C (Carbon) : 76,24%
- H (Hidrogen) : 4,85%
- N (Nitrogen) : 1,34%
- S (Sulfur) : 1,38%
- O (Oxigen) : 4,84%
- Ash (Abu) : 8,02%
- Air : 2,82%
2) Ukuran butiran :
2.5.2 Produk
A. Hidrogen (H2)
1) Sifat Fisika:
1. Wujud : Gas
2. Densitas : 0,08988 g/L (0oC, 101, 325 kPa)
3. Titik Leleh : 14,01 K
4. Titik Didih : 20,28 K
5. Titik Kritis : 13, 8033 K, 7, 042 kPa
(http://www.wikipedia.com, 2008)
B. Karbonmonoksida (CO)
1) Sifat Fisika :
1. Wujud : Gas
2. Densitas : 1, 250 g/L (0oC, 101, 325 kPa)
3. Titik Leleh : 68 K
4. Titik Didih : 81 K
5. Momen Dipol : 0,112 D (3,74×10−31 C·m)
(http://www.wikipedia.com, 2008)
2) Sifat Kimia :
1. CO adalah anhidrida dari asam format. Oleh karena itu, adalah praktis
untuk menghasilkan CO dari dehidrasi asam format.
MO + C → M + CO ΔH = 131 kJ/mol
(http://www.wikipedia.com, 2008)
1) Sifat Fisika:
1. Wujud : Gas
2. Densitas : 1, 98 g/L (0oC, 101, 325 kPa)
3. Titik Leleh : 216 K
4. Titik Didih : 195 K
5. Momen Dipol : Nol
6. Viskositas : 0, 07 cP pada -78oC
(http://www.wikipedia.com, 2008)
2) Sifat Kimia:
1. CO2 dapat dihasilkan melalui pembakaran dari semua bahan bakar yang
mengandung karbon, seperti metana (gas alam), destilat minyak bumi
(bensin, diesel, minyak tanah, propana), arang dan kayu. Sebagai
contohnya reaksi antara metana dan oksigen:
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
D. Metana (CH4)
1) Sifat Fisika:
1. Berat Molekul : 16,04 gr/gmol
2. Nilai Bakar : 995 Btu/ft3 (pada 600F, 30in Hg)
3. Titik Didih : -161,40C
4. Titik Lebur : -182,60C
(http://www.wikipedia.com, 2008)
(http://www.wikipedia.com, 2008)
E. Nitrogen (N2)
1) Sifat Fisika:
1. Fase : Gas
2. Berat Molekul : 28 gr/gmol
3. Densitas : 1, 251 g/L (0oC, 101, 325 kPa)
4. Titik Didih : 77, 36 K
5. Titik Lebur : 63, 15 K
6. Titik Kritis : 126, 21 K, 3, 39 MPa
7. Struktur Kristal : Heksagonal
(http://www.wikipedia.com, 2008)
2) Sifat Kimia:
1. Nitrogen bereaksi dengan elemen litium pada keadaan STP
menghasilkan litium nitrit. Reaksi:
6 Li + N2 2 Li3N
2. Nitrogen bereaksi dengan magnesium menghasilkan magnesium nitrit.
Reaksi:
3 Mg + N2 Mg3N2
1) Sifat Fisika:
1. Berat molekul : 34,076 gr/gmol
2. Densitas : 0,79 gr/l (600F, 14,7 psia)
3. Titik didih : -60,280C
4. Titik Beku : -85,50C
5. Tekanan kritis : 1,304 psia
(http://www.wikipedia.com, 2008)
2) Sifat Kimia:
1. Hidrogen sulfida merupakan asam lemah yang terpisah dalam larutan
aqueous (mengandung air) menjadi kation hidrogen H+ dan anion
hidrosulfid HS−:
H2S → HS− + H+
Ka = 1.3×10−7 mol/L
pKa = 6.89.
2. Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara kimiawi
terkait dengan air (H2O) karena oksigen dan sulfur berada dalam
golongan yang sama di tabel periodik.
(http://www.wikipedia.com, 2008)
G. Metanol (CH3OH)
1) Sifat Fisika:
1. Fase : Cairan jernih pada suhu kamar
2. Berat Molekul : 32 gr/gmol
3. Titik didih : 65 oC
4. Titik lebur : -97 oC
5. Viskositas : 0,5945 cp
2) Sifat Kimia:
1. Tidak memiliki sifat adisi yang kuat
2. Klor dan brom dapat mensubstitusi atom H dari metanol
3. Sulfonasi dengan asam sulfat berasap membentuk metanol sulfonat
4. Bereaksi dengan Na membentuk gas H2 dan garam Na metanolat
5. Termasuk golongan senyawa kimia beracun
6. Oksidasi dengan oksiditor kuat (KMnO4 dalam asam) menghasilkan
asam formiat dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk CO2 dan
H2O
7. Merupakan pelarut yang baik untuk senyawa organik
(Othmer, 1981)
H. Air (H2O)
1) Sifat Fisika:
1. Tidak berbau, berasa, dan tidak berwarna
2. Berbentuk heksagonal dalam keadaan padat
3. Berat molekul : 18 gr/gmol
4. Titik beku : 0 oC ( pada 1 atm)
5. Densitas : 995,68 kg/m3
6. Viskositas : 8,949 mP (pada kondisi standar, 1 atm)
7. Koefisien difusi : 2,57 x 10-5 cm2/dt
8. Konstanta disosiasi : 10-4
9. Panas ionisasi, : 55,71 Kj/mol
(Parker, 1982; Othmer, 1981 )
I. Udara (O2)
1) Sifat Fisika:
1. Fase : Gas
2. Berat Molekul : 32 gr/gmol
3. Titik didih : 90,20 K
4. Titik lebur : 54,36 K
5. Kalor Peleburan : 0,444 Kj/mol
6. Kalor Penguapan : 6,82 Kj/mol
7. Kapasitas Kalor : 29,378 J/mol.K
8. Densitas : 1,429 gr/L (0oC, 101, 325 kPa)
(http://www.wikipedia.com, 2008)
2) Sifat Kimia :
1. Dapat bereaksi dengan metana menghasilkan karbondioksida dan air.
Reaksi:
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
2. Dapat membakar gas hidrogen berkonsentrasi 4% di udara bebas.
Reaksi:
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l) + 572 kJ (286 kJ/mol)
(http://www.wikipedia.com, 2008)
1) Sifat Fisika:
1. Fase : Cairan tidak berwarna
2. Berat Molekul : 61,06 gr/mol
3. Titik Beku : 10,5 0C
4. Spesifik Gravity : 1,017
5. Titik Didih : 170 0C
6. Densitas : 2,1 g/liter ( pada 00C, 1 atm)
7. pH : 12
(http://www.kemi.com, 2008)
2) Sifat Kimia:
1. Bereaksi dengan selulosa nitrat menghasilkan api dan beresiko timbul
ledakan
2. Terurai jika dipanaskan dan menghasilkan racun serta gas pengkorosi
termasuk N2O
3. Sangat reaktif terhadap asam kuat dan oksidator kuat
(http://www.wikipedia.com, 2008)