Anda di halaman 1dari 36

1

A. Judul Penelitian
Kinerja Instansi Pengadilan Agama Dalam Menangani Proses Perceraian di

Kabupaten Cilacap
B. Latar Belakang Masalah
Pentingnya kinerja bagi organisasi publik sangat berpengaruh dalam

pelayanan yang diberikan kepada rakyat. Saat ini, tuntutan semakin besar

ditujukan terhadap pertanggungjawaban yang harus diberikan oleh

organisasi publik atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka.

Dengan kata lain, kinerja organisasi publik kini lebih banyak mendapat

sorotan, karena masyarakat mulai mempertanyakan manfaat yang mereka

peroleh atas pelayanan organisasi publik. Kondisi ini mendorong

meningkatnya kebutuhan atas pengukuran kinerja terhadap para

penyelenggara organisasi publik yang telah menerima amanat dari rakyat.


Salah satu organisasi publik adalah pengadilan agama. Pengadilan

agama merupakan salah satu kekuasaan kehakiman yang bertugas dan

berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara perdata

tertentu bagi orang yang beragama islam sebagaimana yang dirumuskan

dalam pasal 2 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 dan Undang-Undang No.

50 Tahun 2009 tentang peradilan agama.


Dalam beberapa tahun, beban kerja pengadilan agama meningkat

seiring dengan meningkatnya kasus perceraian. Kementerian agama

mendapat temuan meningkatnya angka perceraian dalam kurun waktu lima

tahun terakhir. Temuan itu didapat dari hasil penelitian mengenai tren cerai

gugat masyarakat muslim di Indonesia yang dijalankan pusat penelitian dan

pengembangan kehidupan keagamaan Kemenag. Dari dua juta pasangan

menikah, sebanyak 15-20% bercerai. Sementara, jumlah kasus perceraian


2

yang diputus Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia pada 2014

mencapai 382.231 kasus, meningkat sekitar 131.023 kasus dibanding tahun

2010 sebanyak 251.208 kasus. Sementara dalam persentase berdasarkan

data Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung dalam lima tahun terakhir

terjadi kasus cerai gugat mencapai 59-80% (Dream.co.id,2015).


Mengingat rumah tangga yang utuh merupakan hal yang sangat

penting dalam pembentukan karakter bagi anak-anak sebagai generasi

bangsa, dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat,

pemerintah sebagai penyedia layanan publik perlu melaksanakan berbagai

upaya peradilan termasuk penanganan kasus perceraian yang dialami oleh

masyarakat serta memastikan bahwa perceraian yang terjadi pada

masyarakat tidak menimbulkan tindak yang melanggar hukum. Dalam hal

ini, pemerintah telah memberikan kewenangannya kepada Pengadilan

Agama untuk melakukan penanganan terhadap kasus perceraian yang terjadi

pada setiap lapisan masyarakat.


Dewasa ini, banyak konflik yang terjadi dalam rumah tangga

masyarakat. Konflik tersebut terjadi dimulai dari masalah ekonomi hingga

adanya pihak ketiga yang memicu terjadinya perceraian. Banyak masyarakat

yang beranggapan bahwa perceraian merupakan solusi yang paling baik

dalam menyelesaikan masalah. Bagi masyarakat yang ingin melakukan

perceraian, mereka dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama.

Namun demikian, harga perceraian terbilang cukup mahal dan prosesnya

tidak mudah. Dibutuhkan waktu setidaknya satu bulan bahkan lebih dalam

mengurus kasus perceraian. Apabila kasus yang diajukan rumit, maka proses
3

perceraian tersebut akan memakan waktu lebih dari satu bulan. Dari data

Pengadilan Agama sendiri terdapat banyak sisa perkara yang belum diputus

setiap tahunnya.
Pengadilan Agama sebagai salah satu organisasi sektor publik yang

dibutuhkan oleh masyarakat yang berhubungan dengan jasa publik dan

layanan civil. Salah satu tugas pokok dan fungsi Pengadilan Agama adalah

menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan mengenai perkara

tertentu bagi orang-orang yang beragama islam dibidang perkawinan.

Dengan demikian, penanganan proses perceraian merupakan salah satu

urusan yang menjadi tanggung jawab Pengadilan Agama. Dalam urusan

proses perceraian, Pengadilan Agama mempunyai kewenangan untuk

memutuskan perkara yang telah memenuhi persyaratan tertentu untuk

menjamin keabsahan perceraian.


Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi untuk pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan, diperlukan kinerja yang baik dari Instansi Pengadilan

Agama, karena menurut Rogers (dalam Mahmudi 2005:6), hasil kerja

memberikan keterkaitan yang kuat terhadap tujuan organisasi. Kinerja

adalah gambaran mengenai tingkatan pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan

visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.

Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu

yang hendak dicapai (Mahsun, 2006:25). Pengukuran kinerja bermanfaat

sebagai bahan acuan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya dimasa yang

akan datang. Kinerja Instansi Pengadilan Agama dalam urusan proses


4

perceraian diartikan sebagai tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan yang

dilakukan Instansi Pengadilan Agama yang menangani kasus perceraian.


Masalah yang kemudian muncul diberbagai daerah termasuk di

Kabupaten Cilacap adalah banyaknya perkara yang masuk setiap tahunnya

ke pengadilan agama cilacap dan meninggalkan sisa setiap tahunnya.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan diperoleh data dari tahun

2011-2015 kasus perkara yang masuk ke pengadilan agama selalu

meningkat dan sisa bulan lalu per desember dari tahun ke tahun juga

meningkat. Dari data per desember 2015 dari pengadilan agama kabupaten

cilacap terdapat 6301 perkara yang diterima dan 1183 perkara sisa bulan lalu

per desember 2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari Instansi

Pengadilan Agama di Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa jumlah

tersebut merupakan masalah yang harus ditangani oleh Pengadilan Agama

Kabupaten Cilacap. Berikut ini merupakan data jumlah perkara yang masuk

dan sisa perkara yang ada di Kabupaten Cilacap:

Tabel 1. Jumlah Perkara yang masuk dan sisa perkara di Kabupaten


Cilacap (Instansi Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap, per
2010-2015)

No Tahun 2011 2012 2013 2014 2015


1 Sisa bulan lalu 930 1004 1099 1192 1183
2 Perkara yang 4646 5070 5436 6095 6301
diterima
3 Jumlah 5576 6074 6535 7287 7484
4 Dicabut 191 239 243 286 248
5 Izin Poligami 10 4 13 5 10
6 Pencegahan - - - - -
Perkawinan
7 Penolakan Perkara - - - - -
5

Oleh PPN
8 Pembatalan 1 5 6 2 5
Perkawinan
9 Kelalaian atas - - - - -
kewajiban Sm/Is
10 Cerai talak 1429 1444 1797 1718 1696
11 Cerai Gugat 2769 3050 3060 3836 3767
12 Harta Bersama 1 3 8 1 5
13 Penguasaan Anak - - 3 - 1
14 Nafkah anak oleh - - - - -
ibu
15 Hak-hak bekas istri - - - - -
16 Pengesahan anak - 1 2 4 5
17 Pencabutan - - - - -
kekayaan orang tua
18 Perwalian 2 1 1 - 3
19 Pencabutan - - - - -
kekuasaan wali
20 Penunjukan orang - - - - -
tua sebagai wali
21 Ganti rugi terhadap - - - - -
wali
22 Asal usul anak - - - - 1
23 Pencabutan kawin - - - - -
campur
24 Itsbat Nikah 4 1 2 - 4
25 Ijin kawin - - - 1 -
26 Dispensasi kawin 28 21 94 136 159
27 Wali Adlol 4 2 3 6 7
28 Ekonomi syari’ah - - - - 1
29 Kewarisan 2 2 - - -
30 Wasiat - - - - -
31 Hibah - - - - -
32 Wasiat - - - - -
33 Zakat/infaq/sadaqoh - - - - -
34 P3HP/Penetapan ahli 9 9 6 11 15
waris
35 Lain-lain 4 8 15 13 92
36 Ditolak 12 9 8 6 3
37 Tidak diterima 43 41 22 20 12
38 Gugur 47 61 38 12 36
39 Dicoret dari register 16 23 22 30 21
40 Jumlah 4572 4975 5343 6104 6091
41 Sisa akhir bulan 1004 1099 1192 1183 1393
42 Keterangan 52 89 114 165 196
6

(Sumber: Data diolah tahun 2016)


Data empiris diatas dapat dilihat adanya peningkatan dari tahun 2011

hingga tahun 2015 kasus terbanyak terjadi didominasi oleh cerai gugat dan

cerai talak, sisa perkara juga meningkat dari dari tahun ke tahun. Hal

tersebut juga ditunjang keterbatasan sumber daya manusia atau aparatur

yang terbatas, yakni jumlah hakim dalam proses perceraian sebanyak 17

orang dan masih terbatasnya terbatasnya sarana dan prasarana, yakni ruang

sidang terdiri dari 1 ruang sidang utama, dan 2 ruang sidang sehingga

menghambat kinerja aparatur Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.


Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui dan

mendeskripsikan bagaimana sebenarnya Kinerja Instansi Pengadilan Agama

dalam menangani kasus perceraian di Kabupaten Cilacap karena banyaknya

kasus perceraian yang terjadi dari tahun ke tahun dan menyisakan banyak

perkara yang belum terselesaikan, sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: Kinerja Instansi Pengadilan Agama

dalam menangani kasus perceraian di Kabupaten Cilacap.


C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah disampaikan maka peneliti

menentukan perumusan masalah yaitu bagaimana Kinerja Instansi

Pengadilan Agama dalam menangani kasus perceraian di Kabupaten

Cilacap?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kinerja

instansi Pengadilan Agama dalam menangani kasus perceraian di Kabupaten

Cilacap.
E. Manfaat Penelitian
7

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap

perkembangan ilmu Administrasi Negara khususnya dalam kajian

kinerja organisasi pada organisasi sektor publik.


2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

Instansi Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap dalam peningkatan

kinerja khususnya kinerja dalam menangani kasus perceraian.

F. Landasan Teori

a) Pengertian Kinerja

Kinerja sebagai operasionalisasi dari peran dan status, dapat

didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian

tujuan organisasi. Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam organisasi dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan

moral dan etika. Kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

kerja, prestasi yang diperlihatkan atau yang dicapai dalam melaksanakan

suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu.

Menurut Prawirosentono (dalam Widodo, 2007 : 206), kinerja

didefinisikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang atau

kelompok masing-masing dalam rangka upaya pencapaian tujuan


8

organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral dan etika.

Menurut Eithzal Rivai (dalam Robbins, 2001 : 14), kinerja

merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan

selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan

dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target/sasaran

atau kriteria yang telah disepakati bersama. Sedangkan menurut

Mangkunegara (2005 : 67) kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan

tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Pengertian kinerja menurut Payaman Simanjuntak (2005: 106)

adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja

perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan

tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang

dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi,

termasuk kinerja masing-masing individu dan kelompok kerja di

perusahaan tersebut.

Berbeda dengan pengertian Sedarmayanti (2004: 176), dikatakan

bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum dan sesuai moral

maupun etika.
9

Menurut David C. Mc Clelland (dalam Mangkunegara, 2000: 68),

berpendapat bahwa ada hubungan yang positif antara motif berprestasi

dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja,

motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mampu

mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan tersebut di atas,

penulis mengambil kesimpulan bahwa kinerja suatu organisasi

merupakan hasil dari suatu proses atau aktivitas pada fungsi tertentu yang

dilaksanakan oleh seseorang, baik individu maupun sebagai anggota dari

suatu kelompok atau organisasi pada periode tertentu dimana hasilnya

dapat dinikmati oleh masyarakat atau berkepentingan dari hasil kerjanya

tersebut.

b) Organisasi Publik

Organisasi merupakan sebuah perkumpulan atau wadah bagi

sekelompok orang untuk bekerjasama demi mencapai tujuan tertentu.

Orang-orang yang terkumpul dalam sebuah organisasi sepakat untuk

mencapai tujuan tertentu melalui suatu sumber daya secara sistematis dan

rasional yang terkendali dan adanya pemimpin organisasi yang akan

memimpin operasional organisasi dengan terencana.

Menurut Robbins (2001 : 4) pengertian dari organisasi adalah

kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah

batasan yang relatif dapat diidentifikasi yang bekerja atas dasar yang
10

relatif terus menerus untuk mencapai tujuan bersama atau sekelompok

tujuan. Pola interaksi yang dilakukan sejumlah orang di dalam organisasi

tidak muncul begitu saja melainkan telah disusun sedemikian rupa,

karena organisasi adalah entitas sosial, maka pola-pola interaksi di antara

para anggotanya harus seimbang dan harmonis guna meminimalisir

keberlebihan di samping juga memastikan bahwa tugas-tugas tertentu

dapat dirampungkan.

Sedangkan menurut Chester Bernad (dalam Miftah, 2002 : 99)

mendefinisikan organisasi sebagai sistem kegiatan yang terkoordinir

secara sadar atau kekuatan dari dua manusia atau lebih. Selanjutnya

Siagian (2002 : 26) bahwa organisasi dipandang sebagai alat pencapaian

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dan strukturnya bersifat

permanen tanpa menutup kemungkinan terjadinya reorganisasi. Apabila

hal itu dipandang perlu baik demi percepatan laju usaha pencapaian

tujuan maupun dalam usaha peningkatan efesiensi efektivitas dan

produktifitas kerja.

Dalam menelaah organisasi dipandang dari sudut pandang yang

berbeda yaitu organisasi ditelaah dengan pendekatan struktural dan

organisasi ditelaah dari sudut pandang keprilakuan. Pendekatan yang

sifatnya struktural menyoroti organisasi sebagai tempat atau wadah, hal

ini berarti :
11

1. Organisasi dipandang merupakan penggambaran jaringan hubungan

kerja yang bersifat formal serta tergambar pada kotak-kotak,

kedudukan dan jabatan yang diduduki oleh orang-orang.

2. Organisasi dipandang sebagai rangkaian hierarki kedudukan yang

menggambarkan secara jelas garis kewenangan dan tanggung jawab.

3. Organisasi dipandang sebagai alat pencapaian tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya dan strukturnya bersifat permanen tanpa

menutup kemungkinan terjadinya reorganisasi apabila hal itu

dipandang perlu baik demi percepatan laju usaha pencapaian tujuan

maupun dalam usaha peningkatan efesiensi, efektivitas dan

produktivitas kerja.

Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh

beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama

dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap

masyarakat. Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai

suatu keterkaitan yang terus menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti

keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi

menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,

meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam

organisasi berpartisipasi secara relatif teratur.

Berdasarkan teori tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan

bahwa organisasi adalah wadah berkumpulnya sekelompok orang yang


12

memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan

bekerja bersama-sama dan merealisasikan tujuannya.

Organisasi publik memiliki definisi yang sangat beragam. Menurut

Miftah (2002: 55) memandang organisasi publik sebagai instansi

pemerintah yang memiliki legalitas formal, difasilitasi oleh negara untuk

menyelenggarakan kepentingan rakyat di segala bidang yang sifatnya

kompleks. Selain itu, Mahmudi (2005: 34) bahwa organisasi publik

sebagai instansi yang memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat dan mewujudkan kesejahteraan sosial.

Sedikit berbeda dengan definisi organisasi publik di atas, Mahsun

(2006:14) menjelaskan bahwa organisasi publik bukan hanya organisasi

sosial, organisasi non profit dan organisasi pemerintah. Organisasi sektor

publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum

dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui

pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas mengenai organisasi publik,

penulis menyimpulkan bahwa organisasi publik merupakan organisasi

yang menyelenggarakan kebutuhan masyarakat dengan difasilitasi oleh

pemerintah.

c) Indikator Kinerja Organisasi Publik

Kinerja organisasi merupakan gambaran mengenai hasil kerja

organisasi dalam mencapai tujuannya yang tentu saja akan dipengaruhi

oleh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya
13

yang dimaksud dapat berupa fisik seperti sumber daya manusia maupun

non fisik seperti peraturan, informasi, dan kebijakan. Konsep kinerja

organisasi juga menggambarkan bahwa setiap organisasi publik

memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dapat dilakukan

pengukuran kinerjanya dengan menggunakan indikator-indikator kinerja

yang ada untuk melihat apakah organisasi tersebut sudah melaksanakan

tugasnya dengan baik dan untuk mengetahui tujuannya sudah tercapai

atau belum.

Simanjuntak (2005:3) mengemukakan bahwa kinerja organisasi

merupakan agregasi atau akumulasi kinerja semua unit-unit organisasi,

yang sama dengan penjumlahan kinerja semua orang atau individu yang

bekerja di organisasi tersebut. Dengan demikian kinerja organisasi sangat

dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu dukungan organisasi,

kemampuan manajemen, dan kinerja setiap orang yang bekerja di

perusahaan tersebut. Kinerja organisasi juga sangat dipengaruhi oleh

dukungan organisasi antara lain dalam penyusunan struktur organisasi,

pemilihan teknologi, dan penyediaan prasarana serta sarana kerja.

Sementara itu, Surjadi (2009:7) berpendapat bahwa kinerja

organisasi adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi,

tercapainya tujuan organisasi berarti bahwa kinerja organisasi itu dapat

dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang

didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan

menurut Sobandi (2006:176), kinerja organisasi merupakan sesuatu yang


14

telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang

terkait dengan input, output, outcome, benefit maupun impact.

Indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai

keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam

ukuran-ukuran tertentu. Indikator kinerja digunakan untuk

menggambarkan capaian yang diperoleh oleh suatu organisasi publik.

Indikator kinerja sangat penting digunakan karena untuk mengetahui

apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efesien dan

efektif. Dalam suatu organisasi, penilaian kinerja terhadap organisasi

merupakan hal yang penting, hal ini tidak dapat dipisahkan seperti

diungkapkan Dwiyanto (2006: 50-51) mengemukakan ukuran dari

tingkat kinerja suatu organisasi publik secara lengkap sebagai berikut :

1. Produktivitas kerja

Produktivitas merupakan rasio masukan dan keluaran, sedangkan

pada organisasi publik, produktivitas dapat diartikan sampai sejauh

mana target yang ditetapkan oleh organisasi dapat direalisasi dengan

baik.

2. Orientasi kualitas layanan kepada pelanggan

Kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator

kinerja organisasi publik. Dengan informasi mengenai kepuasan

terhadap kualitas layanan terhadap masyarakat, kepuasaan

masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi

publik.

3. Responsivitas
15

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan

dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai

kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Secara singkat responsivitas

disini menunjuk pada keselarasan antara program dan kegiatan

pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas

secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik

dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit. Oleh karena itu, responsibilitas bisa saja

berbenturan dengan responsivitas.

5. Akuntabilitas

Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa

besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan

kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya

bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi

publik atau pemerintah seperti pencapaian target, kinerja sebaiknya

harus dilihat dari ukuran eksternal juga seperti nilai-nilai dan norma

yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik


16

memiliki akuntabilitas tinggi apabila kegiatan itu dianggap benar dan

sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.

Baik tidaknya kinerja organisasi sangat ditentukan oleh berhasil

tidaknya organisasi tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kemudian menurut Widodo (2007 : 79) menjelaskan

tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya

yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan oleh

sekelompok orang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai

tujuan organisasi.

Pengukuran dan manfaat penilaian kinerja organisasi dengan

menggunakan indikator-indikator kinerja yang ada adalah akan

mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan memberikan umpan

balik untuk upaya perbaikan secara berkelanjutan.

Penilaian kinerja merupakan bagian penting dari proses

pengendalian manajemen baik organisasi publik maupun swasta.

Menurut Mahmudi (2005 : 14) tujuan dilakukan penilaian kinerja

disektor publik adalah :

1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi.


2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.
3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya.
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward dan punishment.
5. Memotivasi pegawai.
6. Menciptakan akuntabilitas publik.

Tujuan penilaian adalah memperbaiki atau meningkatkan kinerja

organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara


17

lebih spesifik, tujuan dari penilaian kinerja sebagaimana dikemukakan

Hendri (2000 : 65) adalah sebagai berikut :

1. Tujuan evaluasi
Hasil-hasil penilaian prestasi kerja digunakan sebagai dasar bagi
evaluasi reguler terhadap prestasi anggota-anggota organisasi, yang
meliputi :
a) Telaah gaji. Keputusan-keputusan kompensasi yang mencakup
kenaikan merit-pay, bonus dan kenaikan gaji lainnya merupakan
salah satu tujuan utama penilaian prestasi kerja.
b) Kesempatan promosi. Keputusan-keputusan penyusunan pegawai
(staffing) yang berkenaan dengan promosi, demosi, transfer dan
pemberhentian karyawan merupakan tujuan kedua dari penilaian
prestasi kerja.
2. Tujuan pengembangan
Informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian prestasi kerja dapat
digunakan untuk mengembangkan pribadi anggota-anggota
organisasi, yang meliputi :
a) Mengukuhkan dan menopang prestasi kerja. Umpan balik
prestasi kerja merupakan kebutuhan pengembangan yang utama
karena hampir semua karyawan ingin mengetahui hasil penilaian
yang dilakukan.
b) Meningkatkan prestasi kerja. tujuan penilaian prestasi kerja juga
untuk memberikan pedoman kepada karyawan bagi peningkatan
prestasi kerja di masa yang akan datang.
c) Menentukan tujuan-tujuan progesi karir. Penilaian prestasi kerja
juga akan memberikan informasi kepada karyawan yang dapat
digunakan sebagai dasar pembahasan tujuan dan rencana karir
jangka panjang.
d) Menentukan kebutuhan-kebutuhan pelatihan. Penilaian prestasi
kerja individu dapat memaparkan kumpulan data untuk digunakan
sebagai sumber analisis dan identifikasi kebutuhan pelatihan.

Dapat dikatakan bahwa tujuan penilaian kinerja menilai prestasi

anggota-anggota organisasi, dan mengembangkan pribadi anggota-angota

organisasi dengan maksud untuk mengetahui posisi perusahan dan

tingkat pencapaian sasaran perusahaan, terutama untuk mengetahui bila

terjadi keterlambatan atau penyimpangan supaya segera diperbaiki,

sehingga sasaran atau tujuan tercapai.


18

Dari uraian tentang indikator kinerja tersebut di atas, maka penulis

dalam penelitian ini menggunakan indikator kinerja organisasi publik

menurut Dwiyanto (2006: 50-51) sebagai acuan untuk mengetahui

kinerja mendeskrisipkan kinerja Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap

yaitu produktivitas kerja, orientasi kualitas layanan kepada pelanggan,

responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas.

G. Penelitian Terdahulu

Dalam upaya memperoleh hasil penelitian ilmiah, diharapkan data-data

yang digunakan dalam penelitian ini dapat memberikan jawaban atas seluruh

masalah yang dirumuskan. Penelitian terdahulu penting dilakukan dalam

sebuah penelitian, selain sebagai bahan komparasi dan referensi, penelitian

terdahulu juga bertujuan untuk memetakan posisi penelitian. Adapun

beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini antara lain:

1. Analisis hubungan prinsip-prinsip good governance dengan kinerja

pegawai di dinas kesehatan kabupaten Luwu Timur (Nining Ade Ningsih,

Indar, Amran Razaq)


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan prinsip-prinsip

good governance dengan kinerja pegawai di dinas kesehatan Kabupaten

Luwu Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas

berhubungan dengan kinerja pegawai, transparansi, keadilan dan

partisipasi juga berhubungan dengan kinerja pegawai. Keadilan


19

merupakan variabel yang paling penting berhubungan terhadap kinerja

pegawai. Hal ini berarti walaupun keadilan merupakan variabel yang

paling berhubungan dengan kinerja, namun tidak berarti variabel lain

tidak memberikan kontribusi terhadap kinerja.


2. Kinerja pegawai kantor Dinas sosial, tenaga kerja dan Transmigrasi

Kabupaten Polewali Mandar (Studi Kasus Pada Bidang Tenaga Kerja),

(Muhammad Nur Alim).


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja

pegawai pada Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten

Polewali Mandar khususnya pada bidang tenaga kerja. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif. Dari penelitian ini diperoleh

kesimpulan bahwa kinerja pegawai pada bidang tenaga kerja, dinas

sosial, tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten Polewali Mandar secara

umum dapat dikatakan sudah baik, namun terdapat beberapa kekurangan

pada beberapa aspek yang perlu dibenahi.


3. Pengaruh pengawasan terhadap Kinerja Pegawai Inspektorat Kabupaten

Jember, (Selvy Sufyany Suseno)


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengawasan

terhadap kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Jember. Metode yang

digunakan adalah kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa penetapan

standar operasional kerja, dan pelaksanaan mekanisme kerja secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Inspektorat

Kabupaten Jember.
20

4. Pengaruh Remunerasi, Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja

Pegawai Di Kantor Pengadilan Tinggi Agama Samarinda (Risni Fitria,

dkk).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

pemberian remunerasi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja

pegawai di Kantor Pengadilan Tinggi Agama Samarinda baik secara

parsial maupun simultan. Analisis dalam penelitian ini menggunakan

Analisis Regresi Linier Berganda untuk menjawab permasalahan

penelitian dengan jumlah sample yang diambil berjumlah 30 responden

dan menggunakan kuisioner untuk memperoleh data. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel

independen (remunerasi, motivasi, dan kepuasan kerja) berpengaruh

terhadap kinerja pegawai Pengadilan Tinggi Agama Samarinda. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil uji F(Fhitung) sebesar 4.917 yang lebih besar

dari pada nilai Ftabel yang diperoleh sebesar 3.37. Hasil uji secara parsial

menunjukkan bahwa variabel motivasi dan kepuasan kerja terbukti

berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Kantor Pengadilan Tinggi

Agama Samarinda, sedangkan variabel remunerasi tidak terbukti

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja pegawai di Kantor

Pengadilan Tinggi Agama Samarinda.

5. Analisis Gaya Kepemimpinan Dan Kinerja Pegawai Pada Pengadilan

Agama Arga Makmur (Muhammad Ilham, dkk)


21

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gaya kepemimpinan di

Pengadilan Islam Indonesia Arga Makmur dengan menggunakan teori

gaya kepemimpinan situasional. Kepemimpinan situasional Gaya

menjelaskan tentang pemimpin dengan gaya instruksi, gaya konsultasi,

gaya partisipasi, dan Gaya delegasi Penelitian ini juga untuk mengetahui

kinerja karyawan di Pengadilan Agama Arga Makmur. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Subjek

penelitian adalah semua Pegawai Pengadilan Agama Arga Makmur.

Pengumpulan data menggunakan Kuesioner dan wawancara. Metode

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis statistik

deskriptif. Hasil penelitian dan pembahasan ini, dapat disimpulkan

bahwa kepemimpinan situasional. Gaya yang sering digunakan di

Pengadilan Agama Arga Makmur adalah gaya delegatif dan gaya

partisipasi. Hasilnya juga menunjukkan bahwa pegawai Pengadilan Islam

Arga Makmur memiliki performa bagus. Penelitian ini juga menemukan

bahwa gaya kepemimpinan diadopsi memberikan dampak positif dalam

meningkatkan kinerja pegawai.

6. Kinerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah

Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung (Suatu Studi Dalam

Penanggulangan Bencana Banjir) (Chandra Yudiana Efendi).

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwa secara

Keseluruhan Kinerja BPBD di wilayah Kecamatan Baleendah Kabupaten


22

Bandung dalam penanggulangan bencana banjir dapat dikatakan cukup

baik meskipun memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaan

penanggulangan bencana banjir.

7. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program

Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Venni

Avionita)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anggaran berbasis

kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi

pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung. Sampel penelitian adalah semua

anggota populasi, yaitu seluruh pimpinan sub unit kerja Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung. Data

penelitian didapat dari penelitian lapangan yang mencakup observasi,

wawancara, kuesioner, dan penelitian literatur yang dijadikan landasan

teoritis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

deskriptif analisis. Variabel penelitian terdiri dari implementasi anggaran

berbasis kinerja dan kinerja program peningkatan disiplin aparatur

instansi pemerintah daerah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap

kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah

daerah.
23

8. Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Sistem Pengendalian

Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Pada Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Jember) (Anis Nurlaili).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris

mengenai pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dan pengendalian

intern terhadap kinerja instansi pemerintah. Obyek penelitian ini adalah

Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Jember. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa (1) pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh

langsung terhadap kinerja instansi. Pada penelitian ini ditemukan bahwa

pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif terhadap kinerja

instansi. Semakin tinggi tingkat pemanfaatan teknologi informasi maka

semakin tinggi kinerja instansinya. Hal ini mengindikasikan adanya

hubungan yang positif antara pemanfaatan teknologi informasi dengan

kinerja instan. (2) Sistem pengendalian intern pemerintah mempunyai

pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja instansi pemerintah.

Sehingga semakin tinggi sistem pengendalian intern pemerintah maka

akan semakin tinggi pula kinerja instansi pemerintah. Sistem

pengendalian intern yang efektif akan berpengaruh terhadap kinerja

aparat pemerintah daerah.

9. Performance of Disaster Area Agency (BPBD) Eradicate in disaster

victims Floods in Village Lambing District Muaralawa Kutai District

West
24

The research method used is descriptive quantitative. BPBD employees

have creativity when tackling the flood victims in the villagesthe flood

affected areas. Cooperation BPBD done anywhere, at locations disaster.

10. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai Pusat

Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Dan

Kebudayaan (Basyiruddin Muchlis)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

disiplin, kompetensi dan kepemimpinan terhadap kinerja pegawai Pusat

Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan. Sampel penelitian ini berjumlah 108 responden. Penelitian

ini menggunakan analisis regresi linear berganda sebagai alat statistik.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel tersebut berpengaruh

signifikan terhadap kinerja karyawan dengan pengaruh disiplin sebesar

36,8%. Kompetensi sebesar 39,9% dan kepemimpinan sebesar 24%

Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu titik acuan

untuk mengetahui dan menganalisis kinerja Pengadilan Agama Kabupaten

Cilacap dalam menangani proses perceraian dengan menggunakan indikator

kinerja organisasi publik diantaranya : produktivitas, kualitas layanan,

responsivitas, responsibilitas, akuntabilitas. Pada penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif serta memahami fokus penelitian dengan mendalami

kinerja Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap dalam menangani proses

perceraian.

H. Kerangka Pikir
25

Kerangka pikir menggambarkan alur pikiran penulis sebagai kelanjutan

kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca, maka

berdasarkan judul penelitian tersebut kerangka pikir dalam penelitian ini yaitu

dimana kinerja Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap dalam menangani

proses perceraian. Kinerja Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap merupakan

sinergisitas yang dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan dalam

perkawinan.

Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap masih memiliki hambatan antara

lain : sumber daya manusia (SDM) yang terbatas. Masih terbatasnya sarana

dan prasarana. Adapun beberapa poin yang menjadi titik acuan untuk

mengetahui kinerja Pengadilan Agama Kabupaten Cilacap yaitu dengan

menggunakan indikator kinerja organisasi publik menurut Dwiyanto (2006 :

50-51), diantaranya : produktivitas, kualitas layanan, responsivitas,

responsibilitas, akuntabilitas, maka alur berpikir dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Kasus Perceraian

Undang-Undang No. 50 Tahun 2009


tentang Peradilan Agama

Kinerja Pengadilan
Agama Cilacap
26

Produktivitas Kualitas Layanan Responsivitas Responsibilitas Akuntabilitas

Keterangan :
………………… : Fokus Penelitian
: Alur berpikir
Gambar. 1. Kerangka Berfikir

I. Metode Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Pengadilan Agama Cilacap.

2. Sasaran Penelitian

Sasaran dalam penelitian ini yaitu :

a. Pegawai Pengadilan Agama Cilacap.

b. Masyarakat yang mendaftarkan cerai di Pengadilan Agama Cilacap.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif dengan

menggunakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif, untuk

menggambarkan secara jelas dan terperinci mengenai masalah yang

diteliti berdasarkan fakta-fakta yang didukung dengan dilakukannya

wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait. Kemudian data-data

tersebut dianalisis, sehingga diambil kesimpulan secara deskriptif pula.

Menurut Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2005: 3) penelitian

kualitatif instrumennya adalah penulis itu sendiri, metode penelitian

kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena

penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting)


27

disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan

analisisnya lebih bersifat kualitatif. Adapun alasan penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena dalam penelitian ini

data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang diperoleh dari data-data

berupa tulisan, kata-kata dan dokumen yang berasal dari sumber atau

informan yang diteliti dan dapat dipercaya.

4. Sumber Data

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pihak

informan tentang masalah yang diungkapkan yang diperoleh dari

hasil wawancara dan observasi atau disebut dengan data asli.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dan

disatukan oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan ooleh

berbagai instansi lain. Biasanya sumber tidak langsung berupa data

dokumentasi dan arsip-arsip resmi.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara mendalam

Menurut Taylor dan Bogan (dalam Moleong, 2005: 22) wawancara

adalah temu muka berulang antara penulis dengan informan dalam

rangka memahami pandangan informan mengenai hidupnya,

pengalamannya ataupun situasi sosial sebagaimana apa yang

diungkapkannya dalam bahasanya sendiri. Wawancara mendalam

dilakukan dengan cara mengajuan beberapa pertanyaan yang terkait

dengan penelitian kepada informan dengan tujuan untuk


28

mengetahui respon yang lebih mendalam. Teknik wawancara

mendalam yang akan dipakai dalam penelitian ini bisa didapatkan

melalui wawancara dengan narasumber yang terkait.

b. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan secara langsung dan melakukan pencatatan secara

cermat dan sistematis pada suatu kegiatan yang sedang berjalan

(Arikunto, 2006: 41). Menurut Moleong (2005: 175), observasi

berguna untuk mengoptimalkan kemampuan penulis dari segi

motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan

sebagainya. Penelitian melakukan pencatatan secara sistematik

melalui kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan

hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Dokumentasi tersebut dapat berupa foto, arsip, buku, dll. Menurut

Arikunto (2006: 85) teknik dokumentasi adalah metode yang

digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, prasasti, dokumen

surat, dll. Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan kelengkapan

data dan informasi bagi penelitian ini.

6. Metode Analisis Data


29

a. Metode Analisis Data

Adapun data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini akan

disajjikan secara deskriptif kualitatif. Adapun yang dimaksud

dengan deskriptif kualitatif menurut Bogon dan Taylor yang dikutip

Lexy J. Moelong (2009 : 4) adalah metode yang digunakan untuk

menganalisis data dengan mendeskipsikan data melalui bentuk kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati,

sehingga dalam penelitian deskriptif kualitatif ini peneliti

menggambarkan realitas yang sebenarnya desuai dengan fenomena

yang ada secara rinci, tuntas dan detail.

Pada penelitian ini menggunakan analisis data secara

deskriptif kualitatif dengan model interaktif yang dikemukakan oleh

Miles, Huberman dan Saldana (2014: 14), yaitu bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini, yaitu data condensation

(kondensasi data), data display (penyajian data), dan conclusion

drawing/verification (penarikan kesimpulan atau verifikasi).

Penjelasan dari ketiga aktifitas analisis data sebagai berikut:

Data collection Data display


30

Data condensation Conclusion


drawing/verification

Gambar 2. Model Analisis Interaktif oleh Miles, Huberman dan


Saldana (2014 : 14)

1) Data Condensation (Kondensasi data)

Data kondenasasi mengacu pada proses memilih,

memfokuskan, menyederhanakan, dan/atau mengubah data yang

muncul dalam catatan tertulis di lapangan, transkrip wawancara,

dokumen, dan bahan-bahan empiris lainnya. Dengan

kondensasi, maka data menjadi lebih kuat dan data kondensasi

terjadi terus menerus sepanjang hidup dari setiap proyek yang

berorientasi kualitatif. Bahkan sebelum data tersebut diterima,

antisipatif data kondensasi terjadi saat penulis memutuskan

kerangka konseptual, masalah penelitian, pertanyaan penelitian,

dan pengumpulan data kondensasi dilakukan dengan menulis

ringkasan, coding, pengembangan tema, menghasilkan kategori,

dan menulis analisis. Data kondensasi/ proses transformasi

berlanjut setelah lapangan selesai, sampai laporan akhir selesai.

2) Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, selanjutnya yaitu penyajian data.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Penyajian data ini berfungsi untuk

memudahkan dan memahami apa yang terjadi, kemudian


31

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

3) Conclusion Drawing/Verification (Penarikan Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam Penelitian kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila

tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya.

b. Validitas Data

Hal yang perlu diperhatikan dalam sebuah penelitian kualitatif

adalah validitas data. Pengujian validitas data pada penelitian ini

menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Ada empat macam teknik triangulasi yang

diungkapkan Denzin (dalam Moleong, 2007: 330), yaitu dengan

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penulis, dan teori.

Teknik triangulasi yang digunakan adalah dengan triangulasi sumber

yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat


32

yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai

dengan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data wawancara.


2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
orang pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.

Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan semua tahap

triangulasi. Penulis hanya menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

7. Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang diambil mengenai kinerja Pengadilan

Agama Cilacap dalam menangani proses perceraian. Pendataan ini

dilakukan dengan melibatkan pegawai Pengadilan Agama Cilacap, dan

masyarakat.

Tabel 3. Fokus Penelitian


Fokus Penelitian Aspek Kajian Sub Aspek Kajian
Kinerja Pengadilan 1. Produktivitas a. Penyelesaian Tupoksi
Agama Cilacap b. Pencapaian
dalam menangani target/sasaran
proses perceraian 2. Kualitas Layanan a. Kepuasan Masyarakat
b. Fasilitas komunikasi
dan informasi
3. Responsivitas a. Kemampuan
organisasi publik
33

dalam mengenali
kebutuhan masyarakat
b. Pengembangan
program kerja
organisasi publik
sesuai kebutuhan
masyarakat
4. Responsibilitas a. Pelaksanaan kegiatan
organisasi publik
sesuai SOP
b. Kebijakan / peraturan
organisasi publik
5. Akuntabilitas a. Peran dan Tanggung
jawab organisasi
publik
b. Ketaatan pada nilai
dan norma di
masyarakat

8. Metode Pemilihan Informan

Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi

bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan

komplesitas dari keragaman fenomena sosial yang diteliti. Dengan

demikian, informan ditentukan dengan teknik snowball sampling, yakni

proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa

menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait

topik penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan

setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai. Adapun kriteria-

kriteria penentuan informan kunci (key informan) yang tepat, dalam

pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai kinerja

instansi pengadilan agama dalam menangani proses perceraian di


34

Kabupaten Cilacap, adalah Pegawai Pengadilan Agama Cilacap, dan

masyarakat yang mendaftarkan perceraian di Pengadilan Agama Cilacap

Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini

adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan,

memiliki data, dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat.

Informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus

memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (key

informan) dalam penelitian ini adalah pegawai Pengadilan Agama

Cilacap yang terkait dengan penyelenggaraan proses perceraian dan

masyarakat yang mendaftarkan perceraian di Pengadilan Agama Cilacap.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Rineka Cipta : Jakarta.

Dwiyanto, Agus. 2006. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta :


UGM.
Lexy, J Moleong, 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif PT. Remaja
Rosdakarya: Bandung.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : Akademi


Manajemen Perusahaan YKPN.

Mahsun, Mohamad. (2009). Pengukuran Kinerja Sektor Publik (3th ed).


Yogyakarta: BPFE.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2000. Manajemen SDM. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

______________. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : PT Refika Aditama.

Miles, Matthew B., A. Michael Huberman and Johnny Saldana. 2014. Qualitative
Data Analysis: A Method Sourcebook. Sage Publication Inc.
35

Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana (Disaster


Management). Jakarta: Dian Rakyat.

Robbins, Stephen P. 2001. Perilaku Organisasi. Edisi 8. Jakarta : PT Prenhallindo.

Sedarmayanti. 2004. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta :


CV. Mandar Maju.

Siagian, Sondang. 2002. Manajemen SDM. Jakarta : Bumi Aksara.

Simamora, Hendri. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Rineka


Cipta.
Simanjuntak, Payaman J. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta :
Lembaga Penerbit FEUI

Sutopo, 1998. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Thoha, Miftah. 2002. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasi. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Widodo, MS Joko. 2007. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja. Malang :
Bayumedia.
USULAN PENELITIAN

KINERJA INSTANSI PENGADILAN AGAMA DALAM MENANGANI


PROSES PERCERAIAN DI KABUPATEN CILACAP

Oleh:

ALDILA ZALDI

F1B111034
36

Diajukan untuk menyusun skripsi


Pada Program Strata Satu (S1) Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKERTO
2017

Anda mungkin juga menyukai