PENDAHULUAN
yaitu cenderung korosif terhadap alat, toksik terhadap lingkungan dan dapat
menghasilkan senyawa-senyawa penghambat. Senyawa tersebut bersifat toksik
bagi mikroorganisme yang berperan dalam proses fermentasi (Taherzadeh dan
Karimi 2007).
Efek inhibitor dalam hidrolisat dapat dikurangi dengan empat cara yaitu :
menggunakan asam konsentrasi rendah 0,4 M sampai 1 M untuk menghidrolisis
ubi kayu, detoksifikasi hidrolisat sebelum fermentasi, mengubah komponen yang
toksik menjadi produk yang tidak mengganggu metabolisme dan mengembangkan
mikroorganisme fermentasi yang tahan terhadap inhibitor (Solanges 2004;
Taherzadeh et al. 2000; Schneider 1996; Gong et al. 1993).
Pada penelitian ini dilakukan strategi pengembangan mikroorganisme
yang tahan terhadap inhibitor. Mikroorganisme yang paling umum digunakan
dalam proses fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae (Jeffries dan Shi 1999).
Selain umum digunakan, pemilihan khamir tersebut didasarkan pada Generally
Recognized as Safe (GRAS). GRAS adalah bagian dari undang-undang yang
dibuat oleh Food, Drug, and Cosmetic Act (FDA) Amerika pada tahun 1958.
Undang-undang ini dibuat untuk melindungi konsumen terhadap zat berbahaya
yang ditambahkan ke dalam bahan makanan. (FDA 2011). Pemilihan berdasarkan
GRAS akan membuat khamir ini lebih mudah diaplikasikan pada masyarakat
sebagai produsen etanol.
Adanya inhibitor seperti furfural dan 5-hidroksimetilfurfural (HMF) yang
terbentuk dalam hidrolisis asam menghambat metabolisme S. cerevisiae sehingga
mengakibatkan penurunan biomassa dan produksi etanol. S. cerevisiae yang tahan
terhadap inhibitor bisa didapatkan dengan proses penapisan dan adaptasi.
Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa dengan proses adaptasi S. cerevisiae
pada media hidrolisat asam akan meningkatkan kemampuan S. cerevisiae dalam
memfermentasi substrat yang mengandung inhibitor (Felipe et al. 1996; Parajό et
al. 1998; Sene et al. 2001). Di Indonesia terdapat beberapa galur S. cerevisiae
yang tersedia di pasaran atau yang menjadi koleksi di laboratorium. Galur-galur
ini belum diketahui kemampuannya dalam menggunakan hidrolisat asam ubi kayu
menjadi bioetanol.
3
1.3 Tujuan
1. Mendapatkan galur S. cerevisiae yang paling adaptif terhadap hidrolisat
asam ubi kayu yang mengandung inhibitor.
2. Mendapatkan teknologi adaptasi S. cerevisiae pada hidrolisat asam ubi
kayu yang mengandung inhibitor.
3. Mendapatkan teknologi bioproses produksi etanol ubi kayu
menggunakan S. cerevisiae yang adaptif terhadap hidrolisat asam
sehingga mampu meningkatkan konversi gula menjadi etanol.
1.4 Hipotesa
1. S. cerevisiae dari galur yang berbeda memiliki kemampuan yang
berbeda pula dalam mentoleransi hidrolisat asam ubi kayu.
2. Proses adaptasi bertahap dapat meningkatkan kemampuan S. cerevisiae
mentoleransi senyawa toksik hasil hidrolisis asam (HMF dan furfural).
3. S. cerevisiae yang telah diadaptasi terhadap hidrolisat asam akan
menghasilkan etanol lebih tinggi dari yang tidak teradaptasi.