Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Pertanian Bawang Merah di Sulawesi Tengah

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai manfaat
dan arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari nilai ekonomisnya yang tinggi, maupun
dari kandungan gizinya. Bawang merah berperan sebagai sebagai komoditas hortikultura
yang banyak dikonsumsi. Di Sulawesi Tengah khususnya lembah Palu yang beriklim kering
terdapat jenis bawang merah yang dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Jenis bawang
merah ini dikenal dengan nama bawang merah lokal Palu dan sudah diolah menjadi produk
olahan siap saji yang biasa disebut bawang goreng Palu. Bawang merah varietas lembah palu
merupakan salah satu jenis bawang merah lokal yang dibudidayakan secara tradisional oleh
petani terutama di Lembah Palu, Sulawesi Tengah. Di Propinsi Sulawesi Tengah, khususnya
di Lembah Palu komoditas bawang merah unggul lokal dimanfaatkan sebagai sumber bahan
baku bawang goreng dan dikenal sangat khas dibandingkan dengan bawang lain yang ada di
tanah air.
Secara khusus ada dua jenis bawang lokal Palu dan masyarakat Sulawesi Tengah
(suku kaili) memberikan nama untuk jenis yang pertama adalah bawang ”pepaya” atau
bawang “tasima” dan jenis kedua adalah bawang “batu” atau “tatua” yaitu bawang merah
dengan umbi berwarna keputih-putihan jika dibandingkan dengan jenis bawang lainnya di
Indonesia, jenis bawang merah lokal Palu sangat baik sebagai bahan baku bawang goreng
dengan aroma yang khas, tekstur yang padat, rasanya gurih dan tahan dalam penyimpanan
setelah digoreng. Komoditas bawang merah banyak diusahakan oleh petani di Kabupaten
Donggala terutama Lembah Palu sehingga bawang merah yang dibudidayakan oleh petani
setempat dikenal dengan sebutan bawang merah Palu. Penggunaan nama ini kemudian
diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tengah Pada hari krida pertanian tahun 2000 di Palu.
Teknik budidaya yang masih tradisional membuat para petani tidak dapat memenuhi
kebutuhan permintaan produksi bawang merah yang semakin meninggi. Di Sulawesi Tengah,
bawang merah mengalami penurunan d luas panen mencapai 4.400 yang menunjukkan bahwa
produksi dan produktifitas bawang merah varietas lembah palu mengalami penurunan. Pada
tahun 2011 luas lahan panen bawang merah mencapai 1.297 ha dengan produksi mencapai
11.511 ton, hasil per hektar mencapai 88,75 kw/ha, dan pada tahun 2012 produksi bawang
produksi mencapai 7.272 ton, dan hasil per hektar mencapai 41,20 kw/ha. Akibat rendahnya
produktivitas bawang merah varietas lembah palu disebabkan teknologi budidaya yang belum
optimal, tidak menggunakan pupuk organik dan penggunaan pupuk anorganik yang terus
menerus dapat menurunkan sifat fisik dan tingkat kesuburan tanah sehingga produktivitas
tanaman menurun.
Sistem pertanian yang belum sesuai, mendorong para petani di Sulawesi Tengah
untuk mengubah sistem usahataninya menjadi pertanian intensif. Petani di Sulawesi Tengah
mulai memandang semua aspek dengan pertimbangan efisiensi dari pemilihan tempat
budidaya, pemilihan benih/bibit, metode budidaya, sampai pemasaran produk sehingga dari
praktek yang diterapkan dapat mencapai keuntungan maksimal. Petani yang awalnya banyak
menggunakan bahan anorganik untuk sistem budidayanya, kini dikurangi dan digantikan oleh
bahan organik. Program dan kebijakan yang mengarah pada usaha pertanian sebagai tersebut
dikenal dengan sistem intensifikasi. Selain intensifikasi, dalam memecahkan masalah yang
dihadapi petani di Sulawesi tengah dapat juga dilakukan dengan program ekstensifikasi
melalui perluasan areal pengembangan budidaya bawang merah.
Pertanian bawang merah yang ada di Sulawesi Tengah dari tahun ke tahun
diupayakan untuk menjadi sistem pertanian industrial yang memperhatikan lingkungannya.
Saat ini, telah dilakukan banyak penyuluhan terhadap petani untuk menerapkan sitem
pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan, dikenal juga dengan variasinya seperti
pertanian organik yaitu dengan memasukkan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun
lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensinya.
Salah satu cara untuk budidaya tanaman bawang merah yang berkelanjutan adalah dengan
melakukan perbaikan teknik budidaya tanpa bahan kimia tetapi dengan bahan organik.
Pemberian bahan organik memiliki kelebihan yang nantinya mampu meningkatkan
produktivitas bawang merah tanpa merusak lingkungan. Mengingat pentingnya peranan air
dalam berbagai proses yang berlangsung dalam tubuh tanaman, maka ketersediaan air dalam
jumlah proposial juga merupakan syarat penting dalam keberhasilan usahatani, termaksud
budidaya bawang merah.

Referensi:
Wahyana, E., Anshar, M., dan Ete, A. 2017. Dinamika Tumbuh Tanaman Bawang Merah
(Allium cepa L. Kelompok Agregatum) Varietas Lembah Palu Dengan Pemberian Pupuk
Organik dan Interval Pemberian Air Sistem Springkle. J. Agroland 24 (1) : 81 – 88.

Anda mungkin juga menyukai