Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang “INGAT DAN HILANG
INGATAN. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengampu, juga untuk lebih memperluas
pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis
pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan,
maupun dari isi, maka kami memohon maaf. Serta saran dari dosen pengajar bahkan semua
pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga
dalam pengetahuan kita bersama.

Pontianak,17 mei 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 3
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................................ 4
C. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 5
1. DEFINISI LUPA DAN HILANG INGATAN.............................................................................................. 5
2. PENGERTIAN INGATAN....................................................................................................................... 6
3. SISTEM INGATAN.................................................................................................................................. 7
4. Definisi Hilang Ingatan ......................................................................................................................... 8
5. DEFINISI LUPA ...................................................................................................................................... 8
6. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA ....................................................................................................... 9
7. KIAT-KIAT MENGURANGI LUPA .......................................................................................................... 11
8. PENGERTIAN TRANFER BELAJAR ........................................................................................................ 15
9. TEORO-TEORI TRANSFER BELAJAR ..................................................................................................... 15
10. RAGAM-RAGAM TRANSFER BELAJAR ............................................................................................... 16
11. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TRANSFER BELAJAR ............................................................................ 17
BAB III ....................................................................................................................................................... 18
PENUTUP KESIMPULAN ........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Otak merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Trilyunan sel otak memiliki
fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Mengendalikan seluruh aspek fsik dan psikis manusia
baik secara sadar maupun tidak sadar.
Kapasitas penyimpanan memori di dalam otak jauh melebihi kapasitas hardisk komputer
terbesar sekalipun. Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan
dalam jumlah tak terbatas, jauh melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun.
Tapi sayangnya manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut, sehingga
otak tidak memungkinkan semua jejak ingatan itu tersimpan terus dengan sempurna, melainkan
berangsur-angsur akan menghilang. Tetapi ketika orang yang bersangkutan diminta untuk
mengingat kembali hal yang sudah mulai terlupakan sebagian itu.
Manusia cenderung untuk menyempurnakan sendiri bagian-bagian yang terlupa tersebut
dengan cara mengkreasikan sendiri detil-detil ceritera itu. Akibatnya, sebuah ceritera tentang
suatu peristiwa yang pernah disaksikan oleh seseorang akan berubah-ubah dari masa ke masa.
Makin lama jarak waktu antara kejadian awal dengan saat berceritera, maka makin banyak
perubahannya. Maka dari itu penulis mengangkat judul “Lupa Menurut Psikologi Belajar” agar
kita semua mengetahui segala hal yang berkaitan dengan lupa yang semoga dapat bermanfaat
untuk para pembacanya. Ingatan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dengan
mengingat apa yang telah kita pelajari dulu, mengingat informasi dan pengalaman kita dulu, kita
bisa memberikan solusi bagi permasalahan baru yang akan kita hadapi pada masa mendatang.
Proses meningat juga bisa membantu kita untuk terus berkembang mendapatkan informasi-
informasi baru dan hakikat-hakikat baru. Mengingat merupakan suatu hal yang penting dalam
perkembangan kemajuan ilmu dan peradaban manusia.

3
Diantara masalah yang dihadapi oleh seorang manusia adalah ia mudah lupa. Lupa
merupakan hal yang merugikan seseorang dan banyak mengganggu pengambilan sikap yang
tepat dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Adapun orang yang sering lupa ingatan
sering juga disebut AMNESIA. Pandangan mengenai lupa merupakan hal yang wajar karena ada
yang mengatakan semua penyakit pasti ada obatnya, kecuali penyakit lupa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah definisi lupa dan hilang ingatan?


2. Apa itu Ingatan?
3. Bagaimana system ingatan manusia?
4. Apakah hilang ingatan itu?
5. Apa itu lupa ?
6. Apakah faktor yang menyebabkan lupa?
7. Bagaimanakah kiat-kiat megurangi lupa?
8. Apakah transfer belajar itu?
9. Apa saja teori-teori mengenai transfer belajar?
10. Apa saja ragam dalam transfer belajar?
11. Faktor-faktor apa sajakah penyebab transfer belajar?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun Tujuan penulis dalam penulisan karya tulis ini adalah


1. Sebagai salah satu tugas ters Kelompok Mata Pelajaran Psikologi Pendidikan semester II
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
2. Untuk mengetahui pengertian Memori dan Lupa
3. Mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan Memory dan Lupa

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI LUPA DAN HILANG INGATAN

Ingatan memberikan kemampuan manusia untuk dapat mengingat suatu hal. Hal tersebut
juga menunjukan bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali apa yang
telah pernah dialaminya. Hal yang pernah dialaminya tersebut tidak sepenuhnya hilang, tetapi
tetap tersimpan dalam jiwanya dan pada suatu waktu tertentu jika dibutuhkan dapat ditimbulkan
kembali. Tetapi bukan berarti semua yang telah pernah dialaminya itu akan tetap tersimpan
seutuhnya dalam ingatan kita dan dapat ditimbulkan kembali saat dibutuhkan. Terkadang ada
hal-hal yang tidak dapat ditimbulkan kembali atau yang dilupakan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa lupa merupakan ketidakmampuan untuk mengingat atau menimbulkan
kembali hal-hal tertentu yang telah pernah dialaminya.
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau mereproduksi kembali
apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo (1982) dan Reber (1988)
mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah
dipelajari atau dialami. Sedangkan hilang ingatan adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat
atau menimbulkan kembali yang disebabkan oleh hilangnya item informasi dan pengetahuan dari
akal kita. Dibandingkan dengan hilang ingatan, lupa memiliki cakupan yang lebih sempit yaitu
hanya pada hal-hal tertentu saja. Dalam hal lupa, item informasi dan pengetahuan yang
tersimpan di dalam ingatan tidak hilang (masih ada) tetapi hanya disebabkan lemahnya item
tersebut untuk ditimbulkan kembali. Sedangkan dalam hal hilang ingatan, item tersebut hilang
dari ingatan kita. Lupa tidak dapat diukur secara langsung (Wittig: 1981). Sering terjadi, apa
yang dinyatakan telah terlupakan oleh seseorang siswa justru ia katakan. Sebagai contoh, ketika
seorang pengajar menanyakan kepada anak didiknya tetang hal-hal apa yang telah mereka
lupakan mengenai materi yang telah ia berikan. Salah seorang peserta didik menjawabnya

5
dengan mengatakan sebagian besar materi yang telah diajarkan kepadanya. Apakah peserta didik
tersebut juga masih dikatakan lupa? Tentu, tidak. Materi-materi yang dikatakannya tersebut
merupakan hal-hal yang mereka ingat dan hanya sebagian kecil yang tidak dikatakannya
merupakan yang dilupakan. Sehingga dapat disimpulkan lupa merupakan kegagalan untuk
mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi yang disebabkan oleh lemahnya
item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut dibutuhkan.

2. PENGERTIAN INGATAN

Orang yang dapat mengingat sesuatu kejadian, ini berarti kejadian yang diingat itu pernah
dialami, atau dengan kata lain kejadian itu pernah dimasukkan ke dalam jiwanya, kemudian
disimpan dan pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran. Dengan
demikian ingatan itu merupakan kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk
menerima atau memasukkan, menyimpan dan menimbulkan kembali hal-hal yang telah lampu.
Secara sederhana Irwanto mendefinisikan ingatan sebagai kemampuan untuk menyimpan
informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Menurut Walgito ingatan
adalah kemampuan psikis untuk memasukkan, menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal
yang lampau sebagai suatu proses, memori menunjukkan suatu mekanisme dinamik yang
diasosiasikan dengan penyimpanan, pengambilan, dan pemanggilan kembali informasi mengenai
pengalaman yang lalu. Santrock mendefinisikan ingatan sebagai retensi informasi yang telah
diterima melalui tahap: penkodean (encoding), penyimpanan (storage), dan pemanggilan
(retrieval). Menurut Schelessinger dan Groves ingatan adalah system berstruktur, yang
menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuan
nya untuk membimbing perilaku.

6
3. SISTEM INGATAN

Terdapat dua sistem ingatan yaitu ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.
a. Sistem ingatan jangka pendek
Ingatan jangka pendek atau sering disebut dengan short-term memory atau working
memory adalah suatu proses penyimpanan memori sementara, artinya informasi yang
disimpan hanya dipertahankan selama informasi tersebut masih dibutuhkan. Ingatan
jangka pendek adalah tempat kita menyimpan ingatan yang baru saja kita pikirkan.
Ingatan jangka pendek berlangsung sedikit lebih lama dari memori sensoris, selama anda
menaruh perhatian pada sesuatu, anda dapat mengingatnya dalam ingatan jangka pendek.
Dari ingatan jangka pendek ini, ada sebagian materi yang hilang, sebagian lagi diteruskan
ke dalam ingatan jangka panjang. Jika kita mengingat kembali akan suatu informasi,
informasi dari ingatan jangka panjang tadi akan dikembalikan ke ingatan jangka pendek.
Ingatan jangka pendek terdiri dari tiga unit terpisah; putaran fonologi (phonological
loop), gambaran penglihatan-ruang (visuo-spatial sketchpad), dan pelaksana pusat
(central executive).
b. Sistem ingatan jangka panjang
Ingatan jangka panjang (long term memory) adalah suatu proses memori atau ingatan
yang bersifat permanen, artinya informasi yang disimpan sanggup bertahan dalam waktu
yang sangat panajang. Kapasitas yang dimiliki ingatan jangka panjang ini tidak terbatas.
Memori jangka panjang adalah gudangnya informasi yng dimiliki oleh manusia. Ingatan
jangka panjang berisi informasi dalam kondisi psikologis masa lampau, yaitu semua
informasi yang telah disimpan, tetapi saat ini sedang tidak dipikirkan. Informasi yang
disimpan dalam ingatan jangka panjang diduga dapat bertahan dalam waktu yang panjang
bahkan selamanya. Kehilangan ingatan pada ingatan jangka panjang ini hanya
dimungkinkan apabila seseorang mengalami kerusakan fungsional dari sistem
ingatannya. Proses masuknya informasi ke dalam ingatan jangka panjang tetap melalui
tahap memori sensoris. Pada tahap ini informasi dari luar yang diterima oleh indera
diubah menjadi impuls-impuls neural sesuai dengan masing-masing fungsi indera,
kemudian impuls-impuls seual yang mengandung informasi ini diteruskan ke ingatan
jangka pendek. Setelah informasi masuk ke dalam ingatan jangka pendek, di seleksi
sedemikian rupa mana yang dianggap penting dan tidak, kemudian diteruskan ke ingatan

7
jangka panjang. Jadi, ingatan jangka panjang akan melakukan penyaringan informasi
berdasarkan arti dari informasi tersebut, makna, keadaan emosi, gambaran akibat dan
sebagainya, oleh karena itu penyimpanan informasi dapat berlangsung secara permanen.

4. Definisi Hilang Ingatan

Hilang ingatan (amnesia) adalah gangguan yang menyebabkan seseorang tidak bisa
mengingat informasi, pengalaman, atau kejadian yang pernah dialami. Selain itu, penderita
amnesia juga akan kesulitan dalam membentuk ingatan baru. Amenesia dapat terjadi tiba-tiba
atau berkembang secara perlahan. Kondisi ini bisa menjadi gejala dari suatu masalah kesehatan
yang lebih serius. Amnesia sering dikaitkan dengan demensia, yaitu sebuah kondisi yang juga
mengganggu daya ingat. Namun, keduanya sebenarnya berbeda. Demensia menyebabkan
penurunan fungsi koginitif, dan hal tersebut tidak terjadi pada amnesia. Berdasarkan gejala yang
ditimbulkan, amnesia dapat dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Amnesia anterograde, yaitu Saat mengalami kondisi ini, penderita sulit membentuk
ingatan baru. Gangguan ini dapat bersifat sementara atau permanen.
2. Amnesia retrograde, yaitu jenis amnesia yang menyebabkan penderitanya tidak bisa
mengingat informasi atau kejadian yang lalu. Gangguan ini cenderung mempengaruhi
ingatan yang baru terbentuk. Sedangkan pada ingatan lama, seperti kenangan masa kecil,
gangguannya muncul lebih lambat. Pada beberapa kasus, penderita amnesia juga dapat
mengalami ingatan palsu (konfabulasi), yaitu suatu ingatan yang terbentuk karena
karangan atau berdasarkan kejadian sebenarnya, namun ditempatkan dalam waktu yang
salah. Gejala lainnya dari amnesia adalah disorientasi atau kebingungan.

5. DEFINISI LUPA

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali
apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana, Gulo dan Reber mendefinisikan
lupa sebagai ketidakmampuan mengenal ayau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau
dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan
dari akal kita.

8
Di antara masalah yang dihadapi oleh seorang manusia adalah lupa. Lupa merupakan hal
yang merugikan seseorang dan banyak mengganggu pengambilan sikap yang tepat dalam
menghadapi berbagai persoalan hidup.

6. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA

Seseorang dapat mengingat suatu kejadian, berarti kejadian yang diingat tersebut pernah
dialami atau dengan kata lain pernah dimasukkan dalam kesadaran, kemudian disimpan dan pada
suatu ketika kejadian itu ditimbulkan kembali diatas kesadaran. Dengan demikian ingatan itu
merupakan kemampuan jiwa untuk menerima dan memasukkan (learning), menyimpan
(retention) dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang sudah lampau. Yang secara
skematis dapat dikemukakan sebagai berikut: Sehingga dapat dikatakan ketiga faktor utama
diataslah yang menjadi penyebab lupa. Ketidakmampuan individu (siawa) untuk mengingat
disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:

a. Gangguan konflik antara item-item informasi Dalam interference theory (teoti mengenai
gangguan), gangguan konflik terbagi menjadi dua yaitu proactive interverence dan retroactive
interverence (Reber 1988; Best 1989; Anderson 1990). Gangguan proaktif terjadi jika materi
pelajaran lama yang sudah tersimpan dalam subsistem akal permanen mengganggu masuknya
materi pelajaran baru. Hal ini bisa terjadi apabila seorang siswa mempelajari materi baru yang
hampir mirip dengan materi yang sudah dikuasainya dalam waktu yang singkat. Hal ini akan
membuat materi baru akan sulit diingat kembali. Sedangkan gangguan retroaktif terjadi
apabila masuknya materi baru membuat konflik dan gangguan terhadap pemanggilan materi
lama yang tersimpan di subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini materi pelajara
lama akan sulit sekali untuk diingat dan akan terlupakan.

b. Tekanan terhadap item-item yang sudah ada, baik disengaja atupun tidak Berdasarkan
repression theory (teori represi / penekanan) oleh Reber dan Sigmund Freud, penekanan ini
terjadi karena beberapa kemungkinan seperti:

9
i. Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan, dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga
kealam ketidaksadarannya.
ii. Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang sudah ada.
iii.Karena item informasi yang akan direproduksi itu tertekan kealam bawah sadar dengan
sendirinya lantaran tidak pernah dipergunakan.

c. Perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali
Perubahan situasi lingkungan yang dimaksud adalah perubahan keadaaan obyek belajar saat
dipelajari dengan lama waktu belajar terhadap keadaan realnya. Sebagai contoh, ketika
seorang guru mengajarkan tentang pengenalan nama-nama hewan melalui gambar yang ada
disekolah, maka kemungkinan, ia akan lupa menyebutkan nama hewan tadi saat ia melihatnya
dikebun binatang.

d. Perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu
Minat dan sikap siswa dalam mengikuti proses belajar akan sangat mempengaruhi besarnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Ketika sikap dan minat siswa sudah
tidak ada, misal karena tidak senang terhadap guru, maka materi yang diajarkan akan mudah
dilupakan.

e. Tidak pernah digunakannya materi pelajaran yang sudah dikuasai


Menurut law of disuse oleh Hilgard dan Bower (1975), lupa dapat terjadi karena materi
pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Para ahli
mengasumsikan, materi yang diperlakukan demikian dengan sendirinya akan masuk ke alam
bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.

f. Perubahan urat syaraf otak


Perubahan urat syaraf otak tersebut dapat disebabakan oleh penyakit tertentu seperti
keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar otak sehingga kita mengalami kehilangan ingatan
yang ada dalam memori permanennya. Meskipun faktor penyebab lupa banyak sekali seperti

10
kekurangan asupan makanan, terlalu fokusnya perhatian dan pemikiran seperti memforsirkan
diri, dan kurangnya olahraga, tetapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah faktor
pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif. Kecuali hal tesebut, lupa dapat
dikarenakan item informasi yang mereka serap rusak sebelum masuk ke memori
permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap terproses oleh memori siswa,
tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut disebabkan
karena tenggang waktu antara saat diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean
dan transformasi dalam memori jangka pendek. Kemampuan cepat atau tidaknya setiap siswa
dalam memasukkan apa yang dipelajarinya berbeda-beda. Semakin cepat ia memasukkan
materi yang dipelajarinya, makin besar kemungkinan ia akan mengingatnya. Materi yang
lemah itu dapat diperkuat lagi dengan melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti
remidial teaching (pengajaran perbaikan) ternyata dapat menunjukan kinerja akademik yang
lebih memuaskan dari pada kinerja akademik sebelumnya. Hal ini bermakna bahwa relearning
dan remidial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang
rusak dalam memori siswa.

7. KIAT-KIAT MENGURANGI LUPA

Sebagai seorang pengajar yang profesional, seorang guru harus dapat mencegah peristiwa
lupa yang sering dialami oleh siswa. Pada dasarnya lupa dapat ditangani dengan berbagai
cara. Apabila materi yang disajikan kepada siswa dapat diserap, diproses, dan disimpan
dengan baik oleh sistem memori siswa, maka peristiwa lupa tidak terjadi, atau terjadi namun
tidak total. Jadi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kiat pengjar membuat sistem
memori atau akal siswa agar berfungsi secara optimal untuk memproses materi yang akan
disampaikan. Kiat terbaik yang dapat dilakukan untuk mengurangi lupa adalah dengan
meningkatkan daya ingat akal siswa. Menurut Barlow, Reber, dan Anderson, kiat-kiat tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Overlearning Overlearning, artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas
materi pelajaran tertentu. Overlearning dapat terjadi apabila respon atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respon tersebut dengan cara diluar

11
kebiasaan. Sebagai contoh pembacaan Pancasila setiap hari Senin pada Upacara Bendera
memungkinkan siswa memiliki pemahanan lebih mengenai materi Pendidikan Pancasila.
2. Extra Study Time Extra Study Time adalah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau
penambahan frekuensi ( kekerapan ) waktu aktivitas belajar. Penambahan alokasi waktu
belajar materi tertentu, berarti siswa menambah jam belajarnya. Misalnya, dengan menambah
30 menit waktu belajar siswa. Sedangkan penambahan frekuensi belajar berarti meningkatkan
kekerapan belajar materi tertentu, misalnya dari sekali sehari menjadi dua kali sehari.
mnemon ic
3. Mnemonic Device Muslihat memori atau device yang lebih sering disebut mnemonic
saja berarti kiat-kiat khusus yang biasa dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan
item-item informasi kedalam memori siswa. Ragam mnemonic ini banyak ragamnya tetapi
yang paling menonjol adalah sebagai berikut.
a. Rima ( Rhyme ), yaitu sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri atas kata dan
istilah yang harus diingat siswa. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya apabila diberi not-
not sehingga dapat dinyanyikan. Contohnya seperti nyanyian anak-anak TK yang berisi
pesan-pesan moral.
b. Singkatan, yakni terdiri dari huruf-huruf awal nama atau istilah yang harus diingat siswa.
Contoh jika seorang siswa hendak mengingat nama Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim
dan Nabi Musa, mereka dapat menyingkatnya menjadi ANIM. Pembuatan singkatan
seyogyanya dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menarik dan memberi kesan
tersendiri.
c. Sistem kata pasak ( peg word system), yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan
komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait
memeori baru. Kata komponen pasak ini dibentuk berpasangan seperti merah-saga, panas-
api. Kata-kata ini berguna untuk mengingat kata dan istilah yang memiliki watak yang
sama seperti darah, lipstik, pasangan langit dan bumi; neraka dan kata atau istilah lain yang
memiliki kesamaan watak (warna, rasa, dan seterusnya).
d. Model Losai ( Method of Loci ), yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat
khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kata dan istilah tertentu yang harus diingat
siswa. Kata “Loci” sendiri adalah jamak dari kata “lokus” yang artinya tempat. Dalam hal
ini nama-nama kota, jalan, dan gedung yang terkenal dapat dipakai untuk menempatkan
kata dan istilah yang kurang lebih relevan, dalam arti memiliki kemiripan ciri dan keadaan.

12
Contoh: nama ibukota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu
(George Washington).
e. Sistem Kata Kunci ( Key Word System ), kiat yang satu ini masih tergolong baru
dibandingkan kiat-kiat yang lainnya. Kiat ini dikembangkan oleh Raugh dan Atkinsen.
Sistem ini biasanya direkayasa secara khusus untuk mempelajari kata dan istilah asing,
Inggris misalnya. Sistem ini berbentuk daftar kata yang terdiri atas unsur-unsur sebagai
berikut: i) kata-kata asing,
ii)kata-kata kunci, yakni kata-kata bahasa lokal yang paling kurang suku
pertamanya memiliki suara atau lafal yang mirip dengan kata yang dipelajari,
iii) arti kata asing yang dipelajari. Contoh: Kata Inggris Kata Kunci Arti Astute
Butterfly Challenge Domination Eyesight Fussy Astuti Baterai Celeng Domino
Aisyah Fauzy Cerdik, lihai Kupu-kupu Tantangan Penguasaan Penglihatan
Cerewet.

4. Pengelompokan Maksud kiat pengelompokan (Clustering) adalah menata ulang item-item


materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-
item tersebut memiliki signifikasi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Penataan atau
pengelompokan ini direkayasa sedemikian rupa dalam bentuk daftar-daftar item seperti: a.
Daftar I, terdiri atas nama-nama negara serumpun, seperti: Indonesia, Malaysia, Brunai dan
seterusnya; b. Daftar II, terdiri atas singkatan-singkatan lembaga negara, seperti MPR, DPR,
dan seterusnya: c. Daftar III, terdiri dari singkatan-singkatan nama-nama badan internasional,
seperti: WHO, ILO, dan sebagainya
5. Latihan Terbagi Latihan terbagi atau distributed practice adalah latihan terkumpul (massed
pratice), yang sudah dianggap tidak efektif lagi karena mendorong siswa membuat cramming,
yakni belajar banyak materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat. Dalam
melaksanakan distributed practice, siswa dapat menggunakan berbagai metode dan strategi
belajar yang efisien.
6. Pengaruh Letak Bersambung Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung
(the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan
sebagainya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang
harus diingat oleh siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan menggunakan huruf dan warna

13
yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata lainnya yang tidak perlu diingat.
Dengan demikian kata yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan
tersendiri dan diharapkan melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
Selain ke enam kiat-kiat diatas, Seorang guru dapat mengurangi lupa dengan berbagai cara
lain seperti berikut ini:
Pertama, mencoba menimbulkan atau meningkatkan memotivasi belajar siswa dengan
menyadarkan mereka akan tujuan instruksional yang harus mereka capai. Hal ini dapat
dilakukan, misalnya dengan menjelaskan manfaat materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari,
dan masa depan mereka
Kedua, mencoba selalu menjelaskan unsur-unsur pokok sebelum menunjukkan unsur-unsur
penunjang yang relevan dalam materi pelajaran yang disajikan. Dalam hal ini seorang guru
direkomendasikan untuk mendemonstrasikan dengan alat-alat peraga yang tersedia atau memberi
tanda-tanda khusus pada kata atau istilah pokok.
Ketiga, mencoba untuk selalu menghubungkan materi yang akan diajarkan dengan materi yang
telah diajarkan pada sesi yang lalu. Keempat, ketika seorang guru bertanya kepada anak didiknya
mengenai materi yang telah diajarkan, dengan memperhatikan:
a. Seyogyanya pertanyaan itu disampaikan dengan cara yang akrab dan tidak menegangkan,
tetapi wibawa tetap dijaga.
b. Pertanyaan harus jelas dan tidak mengandung banyak tafsiran
c. Pertanyaan hendaknya mengandung suatu masalah agar siswa dapat memusatkan proses
sistem akalnya untuk mencari respon
d. Pertanyaan tidak hanya untuk mendorong siswa menjawab “ya” atau “tidak” sebab hal ini
akan menghambat kreativitasnya.
e. Jika siswa tidak mampu menjawab, Pendidik tidak perlu mendesaknya.
f. Segera tawarkan pertanyaan yang tidak terjawab tersebut ke teman lain agar teman yang tidak
bisa menjawab dapat menggambil pelajaran dari teman lainnya.
g. Berilah pujian terhadap anak didik ketika ia bisa menjawab pertanyaan tersebut.

14
8. PENGERTIAN TRANFER BELAJAR

Menurut L.D. Crow dan A. Crow, transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan


kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan, ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu
keadaan ke keadaan belajar yang lain. Pengetahuan dan keterampilan siswa sebagai hasi belajar
pada masa lalu seringkali mempengaruhi proses belajar yang sedang dialaminya sekarang.
Tranfer dalam belajar yang biasa disebut dengan tranfer belajar (tranfer of learning) itu
mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari suatu situasi ke situasi berikutnya
(Reber: 1988). Kata “pemindahan keterampilan” tidak berkonotasi hilangnya keterampilan
melakukan sesuatu pada masa lalu karena digantikan dengan keterampilan baru pada masa
sekarang. Oleh sebab itu, definisi diatas harus dipahami sebagai pemindahan pengaruh atau
pengaruh keterampilan melakukan sesuatu terhadap tercapainya keterampilan melakukan sesuatu
lainnya. Setiap pemindahan pengaruh (tranfers) seperti yang disebut diatas pada umumnya selalu
membawa dampak baik itu positif ataupun negatif terhadap aktifitas dan hasil pembelajaran
materi pelajaran lain atau keterampilan lain.

9. TEORO-TEORI TRANSFER BELAJAR

Secara umum para ahli berpendapat bahwa trasfer dalam belajar itu bisa terjadi, akan tetapi,
apa yang sebenarnya hakekat trasfer itu dan bagaimana dalam belajar, Para ahli berbeda
pendirian. Yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga teori yaitu:
a. Teori Disiplin Formal/Ilmu Jiwa Daya
Bertitik tolak dari anggapan bahwa jiwa manusia terdiri dari berbagai daya seperti daya ingat
dan daya pikir, maka mereka beranggapan bahwa transfer belajar hanya dapat terjadi bila
“diperkuat” dan “didisiplinkan” dengan latihan-latihan yang keras dan terus menerus. Setelah
daya-daya tersebut terlatih maka akan mudah terjadi transfer secara otomatis ke bidang-
bidang lain.
b. Teori Elemen Identik/Ilmu Jiwa Asosiasi
William James dan Edward Thorndike tidak sependapat dengan pandangan para ahli jiwa
daya, kedua tokoh ini lalu mengkritik antara lain sebagai berikut:
i) Daya ingat tidak dapat diperkuat melalui latihan.

15
ii) Pelajaran bahasa Latin misalnya, tidak dapat menaikan IQ.
iii) Ilmu-ilmu dalam bidang tertentu (bila ditunjuk dengan istilah Ilmu Jiwa Daya mereka
telah terlatih) ternyata lemah dan tidak mampu mengamati dan menganalisis dalam bidang-
bidang lain, ini berarti tranfer secara oomatis tidak terjadi. Kemudian kelompok asosiasi ini
berpendapat bahwa transfer hanya akan terjadi bila dalam situasi yang baru terdapat unsur-
unsur yang sama (identical elements) dengan situasi terdahulu yang telah dipelajari.
Misalnya, individu yang telah lihai naik sepeda motor honda, ia tidak akan mengalami
kesulitan bila mengendarai motor merk suzuki, karena sepeda motor ini mempunyai
banyak unsur yang sama, maka bila sekolah menghendaki terjadinya transfer, bahan-bahan
pelajaran harus dan mempunyai unsur-unsur kesamaan dengan kehidupan masyarakat.
c. Teori Generalisasi
Peletak pandangan ini adalah Charles Judd, ia beranggapan bahwa transfer bisa terjadi bila
situasi baru dan situasi lama telah dipelajari mempunyai kesamaan prinsip, pola atau struktur,
tidak kesamaan unsur-unsur. Seseorang memahami prinsip demokrasi akan mampu
mengamalkan dalam situasi yang berbeda, demikian pula prinsip ekonomi, hukum,
pendidikan dan lain-lain. Ketiga teori diatas, sampai sekarang masih menunjukkan kebenaran,
kemampuan berfikir logis sistematis, ternyata cukup membantu dibidang-bidang lain (Ilmu
Jiwa Daya). Unsur-unsur yang sama atau pola-pola yang mirip bila dipahami betul orangpun
tertolong dalam menghadapi situasi yang sama sekali baru (elemen identik dan generasi).

10. RAGAM-RAGAM TRANSFER BELAJAR

Pada perkembangan awal, transfer belajar terbagi menjadi dua yaitu transfer positif dan
transfer negatif. Dikatakan transfer positif, apabila membawa efek positif terhadap kegiatan
belajar selanjutnya, sedangkan dikatakn transfer negatif, jika membawa efek negatif terhadap
kegiatan belajar selanjutnya. Menurut Theory of Identical Element yang dikembangkan oleh E.
L. Thorndike, transfer positif akan terjadi apabila terjadi kesamaan elemen antara materi yang
lama dengan materi yang baru. Contoh seorang siswa yang telah menguasai matematika akan
mudah mempelajari statistika, seseorang yang telah mampu untuk naik sepeda maka ia akan
mudah untuk belajar naik sepeda bermotor. Sedangkan trasfer negatif terjadi ketika keterampilan
yang telah dikuasai menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya. Contoh seorang yang
terbiasa untuk mengetik dengan satu jari, akan mengalami kesulitan ketika harus belajar

16
mengetik dengan sepuluh jari. Pada perkembangan selanjutnya, Gagne, seorang education
psychologist membedakan transfer belajar menjadi empat kategori yaitu:
1. Transfer positif
Transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Tranfer
ini dapat terjadi jika seorang guru membantu untuk belajar dalam situasi tertentu yang
mempermudah siswa belajar dalam situasi lainnya. Dalam konteks ini, Barlow mendefinisikan
transfer positif adalah belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasi-
situasi lain.
2. Transfer negatif
Transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya.
Tranfer ini dapat terjadi jika seorang siswa belajar dalam situasi tertentu yang memiliki
pengaruh merusak terhadap keterampilan yang dipelajari dalam situasi berikutnya.
3.Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Tranfer ini dapat terjadi apabila seorang siswa
belajar dalam situasi yang tertentu yang dapat meyebabkan siswa tadi mampu untuk
menguasai pengetahuan/keterampilan yang lebih rumit. Contohnya, ketika seorang anak SD
belajar mengenai penjumlahan dan pengurangan maka ia akan lebih mudah belajar perkalian
di kelas berikutnya.
4.Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Tansfer ini akan terjadi ketika seorang siswa telah
mampu menggunakan materi yang dipelajarinya untuk mempelajari materi yang sama
kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Contohnya, seorang siawa STM yang telah
menguasai teknologi “X” dari sekolahnya akan mudah menggunakan teknologi itu di tempat
kerjanya.

11. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TRANSFER BELAJAR

1.Intelegensi
Individu yang lancar dan pandai biasanya segera mampu menganalisa dan dapat melihat
hubungan logis, ia segera melihat unsur-unsur yang sama serta pola dasar atau kaidah hukum,
sehingga sangat mudah terjadi transfer.

17
2. Sikap
Meskipun orang mengerti dan memahami sesuatu serta hubungannya dengan yang lain, tetapi
pendirian/kecenderungannya menolak/sikap negatif, maka transfer tidak akan terjadi, dan
demikian sebaliknya.

3.Materi Pelajaran
Biasanya mata pelajaran yang mempunyai daerah berdekatan akan mudah terjadi transfer.
Contohnya: Matematika dengan Statistika, Ilmu Jiwa Daya dengan Sosiologi akan lebih mudah
terjadi transfer.

4. Sistem Penyampaian Guru


Pendidik yang senantiasa menunjukkan hubungan antara suatu pelajaran yang sedang dipelajari
dengan mata pelajaran yang lain atau dengan menunjuk kehidupan nyata yang dialami anak,
biasanya akan mudah terjadi transfer.

BAB III

PENUTUP KESIMPULAN

• Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau mereproduksi kembali apa-
apa yang sebelumnya telah kita pelajari
• hilang ingatan adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat atau menimbulkan kembali yang
disebabkan oleh hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
• Lupa disebabkan oleh gangguan konflik antara item-item informasi, tekanan terhadap item-
item yang sudah ada baik disengaja atupun tidak, perubahan situasi lingkungan antara waktu

18
belajar dengan waktu mengingat kembali, perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses
dan situasi belajar tertentu, tidak pernah digunakannya materi pelajaran yang sudah dikuasai,
dan perubahan urat syaraf otak
• Lupa dapat ditangani dengan berbagai cara seperti overlearning, extra study time, mnemonic
device, pengelompokan, latihan terbagi, dan pengaruh letak bersambung
• Transfer belajar adalah pemindahan-pemindahan kebiasaan berfikir, perasaan atau pekerjaan,
ilmu pengetahuan atau keterampilan, dari suatu keadaan ke keadaan belajar yang lain
• Dalam teori disiplin formal, transfer belajar hanya dapat terjadi bila “diperkuat” dan
“didisiplinkan” dengan latihan-latihan yang keras dan terus menerus
• Dalam teori elemen identik, transfer hanya akan terjadi bila dalam situasi yang baru terdapat
unsur-unsur yang sama (identical elements) dengan situasi terdahulu yang telah dipelajari
• Dalam teori generalisasi, transfer bisa terjadi bila situasi baru dan situasi lama telah dipelajari
mempunyai kesamaan prinsip, pola atau struktur, tidak kesamaan unsur-unsur
• Gagne, membedakan transfer belajar menjadi empat kategori yaitu transfer positif, transfer
negatif, transfer vertikal, dan transfer lateral.
• Transfer positif yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya
• Transfer negatif yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya
• Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi
• Transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang sederajat.
• Faktor-faktor penyebab transfer belajar seperti intelegensi, sikap, materi pelajaran, dan sistem
penyampaian guru.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. ed. rev. Cetakan
keempaat belas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. ed. rev. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Andi
Offset dit or delete it and start blogging
Utsman Najati, Muhammad.2008.Psikologi Qur’ani.Surakarta:Aulia Pressolo.
https://islamiceducation001.blogspot.com
http://panduanpercuma.info/tahukah/2053

20

Anda mungkin juga menyukai