BLEFARITIS
BLEFARITIS
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Bonandolok Nomor Tahun 2018 tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis Puskesmas Bonandolok
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5.Prosedur / Alat dan bahan :
Langkah-langkah
1. ATK
2. Stetoskop
3. Tensimeter
4. Senter
Langkah-langkah
A. Anamnesis (Subjective)
Keluhan
1. Gatal pada tepi kelopak mata
2. Rasa panas pada tepi kelopak mata
3. Merah/hiperemia pada tepi kelopak mata
4. Terbentuk sisik yang keras dan krusta terutama di sekitar dasar bulu mata
5. Kadang disertai kerontokan bulu mata (madarosis), putih pada bulu mata (poliosis),
dan trikiasis
6. Dapat keluar sekret yang mengering selama tidur, sehingga ketika bangun kelopak
mata sukar dibuka
Faktor Risiko
1. Kelainan kulit, misalnya dermatitis seboroik
2. Higiene personal dan lingkungan yang kurang baik
B. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
1. Skuama atau krusta pada tepi kelopak.
2. Bulu mata rontok.
3. Dapat ditemukan tukak yang dangkal pada tepi kelopak mata.
4. Dapat terjadi pembengkakan dan merah pada kelopak mata.
1
5. Dapat terbentuk krusta yang melekat erat pada tepi kelopak mata. Jika krusta
dilepaskan, bisa terjadi perdarahan.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan
Kriteria Rujukan
Pasien dengan blefaritis perlu dirujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis mata) bila
terdapat minimal satu dari kelainan di bawah ini:
1. Tajam penglihatan menurun
2. Nyeri sedang atau berat
3. Kemerahan yang berat atau kronis
4. Terdapat keterlibatan kornea
5. Episode rekuren
6. Tidak respon terhadap terapi
2
Prognosis
1. Ad vitam : Bonam
2. Ad functionam : Bonam
3. Ad sanationam : Bonam
6.Hal-hal yang Anjuran kepada pasien untuk menghindari factor pencetus
perlu
diperhatikan
7. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum
8. Dokumen
Terkait