Anda di halaman 1dari 12

Kasus 2

Topik : Kejang Demam


Tanggal Kasus : 05 Agustus 2018
Presenter : dr. Helda Inggriawita
Tanggal Presentasi : 01 September 2018
Pendamping : dr. Novieka Dessy M
Tempat Presentasi : RS Bhayangkara Hoegeng Imam Santoso Banjarmasin
Objektif Presentasi : Keterampilan, Diagnostik
Pasien : Anak
Deskripsi : Perempuan , 2 tahun, kejang sejak 30 menit SMRS. Durasi
kejang >15 menit. frekuensi kejang 1 kali di rumah dan 1 kali
di IGD, demam (+) dialami 1 hari SMRS,
Tujuan : Menegakkan diagnosis dan tatalaksana Kejang Demam
Bahan Bahasan : Kasus
Cara Membahas : Diskusi
Data Pasien : Nama Pasien : An. R P
Usia : 2 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Pekerjaan :-
Tanggal masuk: 05 Agustus 2018

Data untuk bahan diskusi :


1. Diagnosis
Kejang Demam Kompleks

2. Riwayat Pengobatan
Paracetamol

1
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami kejang, dialami Os sejak 30 menit
SMRS. Durasi kejang >15 menit. frekuensi kejang 1 kali di rumah dan 1 kali di
IGD, Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas, kemudian kejang
seluruh tubuh . Setelah kejang pasien sadar. Demam (+) dialami Os 1 hari SMRS,
demam mendadak tinggi. Batuk (+) sejak 3 hari, Mual (-), Muntah (-), BAB cair
(-). Riwayat kejang sebelumnya (-).

4. Riwayat Keluarga
Riwayat Kejang demam (kakak)
Riwayat kejang orangtua (-)

5. Riwayat Pekerjaan
-

6. Lain-lain :
a. pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis

Vital Sign : TD :-
N : 101 kali / menit
RR : 24 kali / menit
o
T : 39,9 C
BB : 11 kg
Kulit : Kelembaban cukup. Ikterik (-) Pucat (-)
Kepala dan Leher
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-) ikterik (-/-)
 Hidung : Sekret (-) epitaksis (-)

2
 Mulut : Mukosa basah. sianosis (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-) peningkatan JVP (-)
Pemeriksaan Thorax
 Pulmo
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris. Retraksi (-).
 Palpasi : Fremitus vokal simetris kanan dan kiri
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi : Vesikuler. Ronkhi (-). Wheezing (-)
 Cor
 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea midclavikula sinistra
 Perkusi : Batas jantung
Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Bawah : ICS V linea parasternalis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dextra
Kiri : ICS IV linea midklavikula sinistra
 Auskultasi : S1>S2. Reguler. Murmur (-) Gallop (-)
Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : dinding dada setinggi dinding perut
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : Supel. H/L tidak teraba. Nyeri tekan (-) turgor kembali cepat
 Perkusi : Timpani
Urogenital : dalam batas normal
Pemeriksaan Ekstrimitas
akral hangat, CRT < 2
Meningeal Sign
 Kaku kuduk : (-)
 Brudzinsky I : (-)

3
 Brudzinsky II : (-)
 Kernig sign : (-)

b. Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin : 11,7 g/Dl
Hematokrit : 32,5
Eritrosit : 4,25 juta/uL
Leukosit : 10.600/uL
Trombosit : 291.000/uL

c. Terapi Rs Bhayangkara
Stesolid supp 10 mg
IVFD D5 ½ NS 14 tpm
Inj. Santagesic 3 x 125 mg
Inj. Ceftriaxone 2x 500 mg
Inj. Dexamethasone 3 x 2,5 mg
Ambroxol 3 x cth 1

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Kerja
Kejang Demam Kompleks

2. Subyektif
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami kejang, dialami Os sejak 30 menit
SMRS. Durasi kejang >15 menit. frekuensi kejang 1 kali di rumah dan 1 kali di
IGD, Tangan dan kaki pasien kaku, mata melirik ke atas, kemudian kejang
seluruh tubuh . Setelah kejang pasien sadar. Demam (+) dialami Os 1 hari SMRS,
demam mendadak tinggi. Batuk (+) sejak 3 hari, Mual (-), Muntah (-), BAB cair
(-).Riwayat kejang sebelumnya (-).

4
3. Objektif / Dasar Diagnosis
Hasil pemeriksaan fisik menunjang diagnosis, pada kasus ini, diagnosis
ditegakkan berdasarkan :
1) Gejala Klinis :5
- Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38% ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
- Kejang fokal atau fokal menjadi umum
- Durasi > 15 menit
- Kejang berulang dalam 24 jam

2) Pada pemeriksaan fisik :


Pada kejang demam tidak ditemukan penurunan kesadaran. Pemeriksaaan
umum ditujukan untuk mencari tanda- tanda infeksi penyebab demam.
Pemeriksaan neurologis seperti tanda rangsang meningeal tidak ditemukan
kelainan.

3) Pemeriksaan Laboratorium:
Hemoglobin : 11,7 g/Dl
Hematokrit : 32,5
Eritrosit : 4,25 juta/uL
Leukosit : 10.600/uL
Trombosit : 291.000/uL

4) Assessment
 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yng terjadi pada kenaikan suhu
rectal >380C akibat dari suatu proses ekstrakranial. Kejang berhubungan
dengan demam tetapi tidak disebabkan infeksi intracranial atau penyebab

5
lain seperti trauma, gangguan keseimbangan elektrolit, hipoksia atau
hipoglikemia. 5

 Etiologi
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui,
akan tetapi umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat
mempengaruhi terjadinya kejang. 1

 Faktor resiko1
1. Demam
a. Demam yang berperan pada Kejang Demam, akibat:
- Infeksi saluran pernafasan
- Infeksi saluran pencernaan
- Infeksi THT
- Infeksi saluran kencing
- Infeksi virus akut lain
- Pasca imunisasi
b. Derajat demam
- 75% dari anak dengan demam >390C
- 25% dari anak dengan demam >400C

2. Usia
a. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan -6 tahun
b. Puncak tertinggi pada usia 17-23 bulan
c. Kejang demam sebelum usia 5-6 bulan mungkin disebabkan oleh
infeksi SSP.
d. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu di pertimbangkan febrile
seizure plus (FS+)

6
3. Gen
a. Resiko meningkat 2-3 x bila saudara sekandung mengalami kejang
demam
b. Resiko meningkat bila orangtua mengalami kejang demam.

 Klasifikasi Kejang Demam


Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Kejang demam sederhana
- Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik
- Durasi < 15 menit
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam
2. Kejang demam kompleks
- Kejang fokal atau fokal menjadi umum
- Durasi >15 menit
- Kejang berulang dalam 24 jam

 Tatalaksana
a. Penatalaksanaan Saat Kejang
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien
datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat
yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena
adalah 0,3 -0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit
atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang
praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam
rektal. Diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg
untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat
badan lebih dari 10 kg. Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk
anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3
tahun.5

7
Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat
diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5
menit. Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang,
dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan Diazepam
intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti
diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali
dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila
kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam
setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka
pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang berhenti,
pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam apakah
kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.5

b. Pemberian obat pada saat demam


1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi
resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat
bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis Paracetamol yang
digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
Meskipun jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom
Reye terutama pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan
asam asetilsalisilat tidak dianjurkan.2,3,6

2. Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus,
begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada
suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia,

8
iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,
karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.

c. Pemberian Obat Rumat


1. Indikasi Pemberian obat Rumat
Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri
sebagai berikut (salah satu) ;
- Kejang lama > 15 menit
- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental, hidrocephalus.
- Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali
atau lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari
12 bulan, kejang demam ≥ 4 kali per tahun.5

2. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat


Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif
dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti
ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat
dapat menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya
diberikan terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian
fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam
valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang
dari 2 tahun asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati.
Dosis asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan
fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat

9
diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan.5

 Edukasi Pada Orang Tua


Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada
saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah
meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :
a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
b. Memberitahukan cara penanganan kejang
c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus
diingat adanya efek samping obat.4,5

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang


1) Tetap tenang dan tidak panik.
2) Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.
3) Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring.
Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun
kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
4) Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5) Tetap bersama pasien selama kejang.
6) Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
7) Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau
lebih .5

10
Terapi RS Bhayangkara :
- Stesolid supp 10 mg
- IVFD D5 ½ NS 14 tpm
- Inj. Santagesic 3 x 125 mg
- Inj.Ceftriaxone 2x 500 mg
- Inj. Dexamethasone 3 x 2,5 mg
- Ambroxol 3 x cth 1

Pendidikan :
Pendidikan dilakukan kepada keluarga pasien serta diberikan penjelasan tentang
kemungkinan yang terjadi pada pasien dan rencana tatalaksana.

Konsultasi :
Dijelaskan adanya penanganan lebih lanjut dengan mengkonsultasikan ke dokter
Spesialis Anak dan di rencanakan untuk di observasi dan masuk ruangan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran.


Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB
Sauders.Philadelpia.
3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006.
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta
4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak.Badan penerbit IDAI. Jakarta
5. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Revisi 2014.IDI. Jakarta
6. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2.
FKUI. Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai