Bahan kimia pengoksidasi, yang juga dikenal sebagai bahan oksidatro (oxidizing substances) adalah bahan kimia yang kaya akan oksigen. Dalam penguraiannya atau reaksinya dengan senyawa lain, zat-zat ini akan melekpaskan oksigen yang dikandungnya. Hydrogen peroksida dan peroksida organik seperti asetil peroksida dan benzyl peroksida adalah contoh-contoh peroksida pengoksidasi yang sangat reaktif. Dengan beberapa pelarut yang mudah menguap atau dengan bahan-bahan pereduksi, zat-zat ini bereaksi dengan hebat dan sering menimbulkan kebakaran. Tempat untuk menyimpan atau gudang zat-zat pengoksidasi, termasuk papan- papannya, harus tahan appi, sejuk, bersih, berventilasi baik, dan cukup jauh dari tempat praktikum atau tempat penelitian. Lantai ruangan harus tahan api, tidak kedap air, dan tidak ada yang pecah atau retak yangmemungkinkan terdapatnya tetesan atau tumpahan zat-zat pengsidasi ini. Dalam hal ini, kebiasaan menangani tatalaksana ruangan dengan baik mutlak diperlukan dan adanya tumpahan bahan-bahan kimia pengoksidasi harus segera diatasi.
2) Bahan kimia yang mudah meledak
Bahan kimia yang mudah meledak atau bahan kimia eksplosif (explosive ) adalah bahan kimia yang mempunyai sifat reaktif dan mudah meledak. Bahan kimia ini tidak stabil dan sangat peka terhadap pengaruh goncangan, tekanan, atau pukulan. Bahan ini juga dapat meledak walaupun tanpa dicampur dengan bahan-bahan kimia lain dan hanya karena pengaruh proses mekanik yang cukup ekstrem. Ledakan bahan kimia terjadi akibat terbebasnya energy secara cepat dan tidak terkendali dari bahan kimia tersebut. Energy yang bebas ini dapat berupa panas, sinar, dan suara. Energy tersebut tidak selalu terdapat bersama-sama. Panas yang dapat menjalar dari tempat ledakan ke suatu tempat atau benda-benda sekelilingnya. Sisa ledakan sebagai akibat reaksi kimia dapat berupa gas, campuran gas, atau campuran gas dan bahan padat. Tempat penyimpanan bahan-bahan ini harus terlindungi dari panas dan berventilasi baik. Dalam penempatannya, sifat khusu dan jumlah masing-masing bahan ini harus diperhatikan. Jarak antara letak bahan kimia yang satu dan bahan kimia yang lain juga harus diperhatikan, yaitu berdasarkan tingkat kemudahan bahan-bahan tersebut meledak. Pengawasan yang ketat terhadap penyimpanan bahan-bahan ini serta penggunaan alat keamanan atau alat keselamatan sangat diperlukan.
3) Bahan kimia beracun
Bahan kimia beracun atau bahan kimia toksik adalah bahan kimia yang apabila masuk ke dalam tubuh pada dosis tertentu akan membahayakan kesehatan bahkan jiwa manusia. Dalam laboratorium kimia, banyak tersimpan garam-garam, alkali-alkali, dan logam-logam berat yang umumnya bersifat toksik. Dalam takaran tertentu, beberapa bahan kimia toksik dapat menimbulkan keracunan apabila masuk ke dalam tubuh. Akiba keracunan tersebut bergantung pada jumlah bahan yang masuk ke dalam tubuh, mulai dari keracunan ringan sampai kematian. Keracunan oleh bahan kimia itu sendiri terjadi karena berbagai penyebab, misalnya toksik dalam takaran berlebihan dengan tujuan untuk bunuh diri atau karena kecelakaan. Bahan kimia toksik masuk kedalam tubuh secara ingesti (melalui mulut) bersama- sama dengan makanan atau minuman. Keracunan bahan kimia sering dijumpai terutama pada anak-anak di bawah umur lima tahun karena anak seusia itu mempunyai kebiasaan untuk memasukkan segala benda ke dalam mulut.
4) Bahan kimia karsinogenik
Pada mulanya yang dimaksudkan dengan bahan-bahan kimia karsinogenik adalah bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan kanker ganas. Akhir-akhir ini yang dimaksud dengan bahan-bahan karsinogenik adalah bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan kanker, tanpa memperhatikan apakah kanker itu kanker ganas atau kanker ringan. Bahan karsinogenik yang masuk ke dalam tubuh segera dipengaruhi oleh enzim- enzim. Enzim utama yang memengaruhi bahan kimia karsinogenik adalah golongan enzim oksidase. Reaksi oksidase secara efektif dapat menetralkan baham kimia karsinogenik tersebut menjadi bahan kimia yang tidak berbahaya.
5) Bahan kimia yang mudah terbakar
Berdasarkan tingkat bahaya, bahan kimia yang mudah terbakar (flammable substance) dikelompokkan atas bahan kimia yang mudah terbakar, bahan kimia yang sangat mudah terbakar, dan bahan kimia yang terbakar dengan hebat. Bahan-bahan kimia yang mudah terbakar ini dapat berupa bahan padat, cair, atau gas. Magnesium, kalium, natrium, belerang, dan fosfor adalah contoh-contoh zat padat yang mudah terbakar, dan dengan air akan bereaksi membentuk gas hydrogen yang juga mudah terbakar. Uap beberapa pelarut organik yang banyak digunakan dalam praktikum, seperti dietileter, benzene, etanol 95%, pentana, n-heksana, aseton, dan karbon disulfide, mudah terbakar akibat pengaruh benda panas atau percikan api. Gas-gas tertentu yang disimpan dalam laboratorium untuk persediaan atau gas-gas tertentu yang diperoleh sebagai hasil percobaan dalam laboratorium, seperti gas metana, propane, etana, hydrogen dan asetilen juga mudah terbakar.
6) Bahan kimia yang reaktif terhadap air
Bahan kimia yang reaktif terhadap air (water reactive substance) adalah bahan kimia yang apabila berkontak dengan air akan menghasilkan reaksi yang hebat. Hasil reaksi adalah panas dan atau gas yang mudah terbakar Logam alkali (misalnya, natrium atau kalium) dan logam alkali tanah (misalnya, kalsium) merupakan logam-logam yang sangat reaktif terhadap air. Logam kalium atau logam natrium dengan cepat bereaksi dengan air membentuk kalium hidroskida atau natrium hidroksida dan gas hydrogen. Kalium dan natrium bereaksi sangat hebat dengan air sehinggan hydrogen yang terbentuk dalam reaksi tersebut akan langsung terbakar oleh panas reaksi yang ditimbulkan. Reaksi kalsium dengan air tidak sehebat reaksi natrium atau kalium dengan air.
7) Bahan kimia yang reaktif terhadap asam
Terdapat beberapa bahan kimia yang reaktif terhadap asam (acid reactive substance). Bahan-bahan kimia ini sangat mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas, gas yang mudah terbakar, dan atau gas beracun. Logan seng dengan asam klorida atau logam magnesium dengan asam sulfat dapat bereaksi menghasilkan gas hydrogen yang mudah terbakar. Logam tembaga dengan asam nitrat pekat dapat bereaksi membentuk gas.
8) Bahan kimia toksik-karsinogenik
Bahan-bahan kimia kasinogenik umumnya mempunyai sifat toksik. Dalam menangani bahan-bahan kimia, cara yang terbaik adalah menganggap bahwa semua bahan kimia ini beracun, kecuali apabila kita benar-benar telah mengetahuinya bahwa bahan kimia tersebut tidak beracun. Hal ini sangat penting agar kita berhati-hati dalam menangani setiap bahan kimia karsinogenik. Makan-minum dalam laboratorium harus dihindarkan untuk mencegah kontaminasi. Selain itu, sebagai usaha terakhir, bekerja dengan bahan-bahan kimia toksik harus memakai alat-alat pelindung diri yang sesuai. Pelindung pernapasan (masker), sarung tangan, dan kacamata pelindung harus digunakan meskipun terasa kurang nyaman ketika dipakai, tetapi jelas lebih aman. Perlu diingat bahwa usaha pencegahan tersebut tidak hanya menekankan pada pencegahan akibat-akibat fatal, tetapi juga lebih banyak usaha menjaga kesehatan dalam jangka panjang atau menghindari akibat kronis. Ruangan yang sejuk dengan ventilasi yang baik diperlukan dalam menyimpan bahan-bahan kimia yang toksik. Bahan kimia ini ditempatkan di dalam lemari atau rak dan dijauhkan dari bahan-bahan kimia yang mudah terbakar, serta dijaga agar tidak berkontak langsung dengan sinar matahari. Ruang tempat penyimpanan bahan-bahan ini perlu dilengkapi dengan sarung tangan, masker, dan pakaian kerja. Makanan atau minuman tidak boleh disimpan di tempat zat-zat toksik ini diletakkan, diberikan atau digunakan. Perlu diingat bahwa ada bahan kimia nontoksik yang dapat terurai membentuk bahan kimia toksik apabila berhubungan dengan udara lembap. Oleh karena itu, penyimpanan bahan kimia tersebut harus dihindarkan dari air. Selain itu, ada pula bahan kimia nontoksik yang dapat berubah menjadi bahan kimia toksik apabila berkontak dengan asam. Bahan kimia ini tidak boleh disimpan di area yang sama dengan tempat penyimpanan asam.
9) Bahan kimia radioaktif
Secara umum, bahaya radiasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahaya radiasi ekterna dan bahaya radiasi interna. Kedua bahaya radiasi ini ditanggulangi dengan cara yang berbeda yaitu : a. Bahaya radiasi eksterna dapat ditanggulangi dengan mengatur waktu (semakin singkat, semakin baik), mengatur jarak (semakin jauh, semakin baik), atau memasang perisai radiasi diantara sumber radiasi dan tubuh. Dengan melakukan pengaturan tersebut, dosis radiasi yang diterima oleh orang yang menangani zat radioaktif dapat ditekan serendah mungkin. b. Bahaya radiasi interna dapat ditanggulangi dengan mencegah masuknya zat radioaktif ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan luka terbuka pada kulit. Jadi, bila tugas kita adalah menangani zat radioaktif yang berbentuk gas, serbuk, atau cairan, kita harus mengusahakan untuk tidak makan (minum) atau merokok di tempat kerja dan menggunakan pakaian kerja khusus. Selain itu, kita perlu membuat pengaturan ventilasi ruangan yang baik, serta membuat dan mengikuti prosedur kerja yang baik dan ketat untuk mencegah tersebarnya kontaminasi ke tempat lain yang bersih.
Sumber: Sumadjo Damin. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta: Kedokteran EGC