Anda di halaman 1dari 8

SPEKTROFOTOMETRI ULTRA VIOLET (UV) – SINAR TAMPAK (VIS)

A. Prinsip Dasar Penyerapan Sinar UV-VIS


Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
spektrofotometer. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu, dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas sinar yang ditransmisikan atau yang
diabsorpsi.
Spektrofotometri UV-VIS adalah anggota teknik analisis spektroskopi
yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (200-400
nm) dan sinar tampak (400-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Spektrofotometri UV-VIS melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-VIS
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Aplikasi
kuantitatif untuk penetapan single component dan multiple component, sedangkan
aplikasi kualitatif untuk identifikasi jenis ikatan yang dimiliki oleh sampel target
sehingga dapat diprediksi struktur senyawanya.
Prinsip dasar dari penyerapan sinar UV-VIS adalah adanya perpindahan
elektron pada saat molekul (sampel target) dikenai sinar UV/VIS. Maka dari itu,
penyerapan sinar UV-VIS mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian
terbuang sebagai sinar atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Penyerapan sinar
tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul,
artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan elektron-
elektron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yag lebih
tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-VIS
karena mereka mengandung elektron, baik sekutu maupun menyendiri, yang
dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 1


Panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan
absorban maksimum disebut sebagai panjang gelombang maksimum (λmaks).
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron
akan menyerap sinar pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang
menyerap energi lebih sedikit akan menyerap sinar pada panjang gelombang yang
lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak memiliki
elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap sinar
pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.
Transisi elektronik pada saat diradiasi molekul dengan sinar UV/VIS dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) transisi elektron , π, dan n; (2)
transisi elektron d dan f; (3) charge-transfer electron.

B. Jenis-Jenis Transisi Elektron


Bila molekul menyerap sinar ultraviolet/terlihat pada tenaga tertentu, maka
hanya satu elektron dipromosikan ke tingkat tenaga yang lebih tinggi, dan
elektron-elektron lain tidak terpengaruh. Keadaan tereksitasi yang dihasilkan ini
mempunyai waktu hidup pendek (sekitar 10-6 hingga 10-9 det) dan sebagai akibat
adalah bahwa selama eksitasi elektronik atom-atom dari molekul tidak bergerak.
Pola transisi elektron mengikuti pola energi seperti ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1. Tingkat energi transisi elektronik


1. Transisi  *
Pemisahan energi yang paling tinggi diperoleh bila elektron-elektron
dalam ikatan tereksitasi dan menimbulkan serapan dalam daerah dari 120-200

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 2


nm. Daerah ini dikenal sebagai daerah Ultra Violet (UV) vakum dan relative
tidak banyak menimbulkan keterangan. Senyawa-senyawa yang paling banyak
dijumpai dalam daerah serapan tersebut adalah senyawa-senyawa golongan
alkana yang memiliki ikatan tunggal dengan Transisi  *. Oleh karena itu,
analisis senyawa golongan alkana tidak menggunakan spektroskopi melainkan
dengan cara yang lain, misalnya destilasi.

2. Transisi n *
Pada transisi ini tidak semua molekul dapat menyerap sinar UV/VIS.
Misalnya pada molekul H2O dengan panjang gelombang maksimal (λmaks)
sebesar 167 nm. Namun pada molekul CH3I mampu menyerap radiasi sinar
UV/VIS dengan λmaks sebesar 258 nm.

Tabel 1 Beberapa sampel dengan transisi n *

3. Transisi π π* Transisi n π*
Transisi ini paling berguna dan merupakan serapan-serapan karakteristik
dari senyawa-senyawa organik dan biasanya dihubungkan dengan “tingkat
tereksitasi polar”. Molekul-molekul yang melibatkan transisi π π* maupun
transisi n π* memiliki elektron π dan elektron n dalam ikatannya. Molekul-
molekul seperti ini nampak pada senyawa-senyawa organik yang memiliki
ikatan rangkap. Senyawa atau gugus fungsi yang memiliki ikatan rangkap
disebut dengan gugus kromofor organik.

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 3


Tabel 2 Karakteristik Penyerapan dari Beberapa Kromofor

Satu kromofor dapat terkonjugasi maupun tidak. Senyawa-senyawa


tersebut dinamakan dengan multi-kromofor. Konjugasi pada kromofor dapat
terjadi jika ikatan rangkap dalam senyawanya berada pada posisi yang dekat
dan berselang-seling.

Tabel 3 Efek Multi-kromofor pada penyerapan

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa olefin sebagai senyawa induk memiliki 1
ikatan rangkap memiliki λmaks sebesar 184 nm. Diolefin yang tidak
mengalami konjugasi memiliki λmaks yang tidak jauh berbeda dengan senyawa

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 4


induknya yaitu 185 nm. Namun apabila diolefin terkonjugasi maka λmaks akan
bergeser pada panjang gelombang 217 nm. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
adanya konjugasi pada kromofor dapat menyebabkan pergeseran kearah
panjang gelombang yang lebih panjang. Fenomena tersebut dinamakan
dengan red-shift (pergeseran merah). Hal ini terjadi dikarenakan orbital π*
terstabilkan sehingga energinya menjadi turun. Akibatnya senyawa tersebut
dapat diidentifikasi.
Senyawa-senyawa yang ada di alam mayoritas adalah senyawa aromatik,
yakni senyawa organik yang merupakan turunan dari benzena. Benzena
merupakan induk dari senyawa aromatik karena benzena memiliki ikatan
rangkap yang terkojugasi (berselang-seling). Benzena memiliki 3 puncak
serapan antara lain (1) puncak serapan tajam pada panjang gelombang 184 nm
(2) E2 band dengan panjang gelombang 204 nm, dan (3) B band dengan
panjang gelombang 256 nm. Puncak serapan pada panjang gelombang 184 nm
tidak dapat terdeteksi oleh alat spektrofotometer UV/VIS, karena yang bisa
terdeteksi hanya pita-pita pendek dengan λmaks 200 nm. Maka dari itu, untuk
analisis senyawa aromatik yang dilihat adalah E2 band dan B band. Panjang
gelombang pada kedua daerah serapan ini dipengaruhi oleh gugus
auxochrome, yaitu substituen yang tersubstitusi pada inti benzena.

Tabel 4 Karakteristik Penyerapan dari Senyawa Aromatik

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin negatif karakter gugus


auxochrome, maka panjang gelombang akan bergeser ke arah λmaks yang lebih
panjang. Sebagai contoh klorobenzena dengan gugus auxochrome Cl-

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 5


memiliki λmaks pada E2 band sebesar 210 nm dan λmaks pada B band sebesar
265 nm. Namun, jika gugus auxochrome yang terikat pada benzena diganti
dengan NH2- (anilina, C6H5NH2) maka panjang gelombang akan bergeser ke
arah λmaks yang lebih panjang, yaitu 230 nm pada E2 band dan 280 nm pada B
band. Sehingga bisa disimpulkan bahwa pengaruh gugus auxochrome dapat
berupa red shift. Semakin negatif karakter gugus auxochrome, maka red shift
akan semakin besar pula (pergeseran ke arah λmaks yang lebih panjang).

4. Transisi orbital d dan f


Senyawa-senyawa kompleks memiliki orbital d dan f. Orbital f terdapat
pada golongan lantanida dan aktinida. Senyawa golongan ini pada umumnya
tidak stabil karena sangat reaktif. Oleh karena itu senyawa yang melibatkan
transisi elektron pada orbital f umumnya tidak digunakan untuk tujuan
analisis.
Elektron yang menempati orbital d mempunyai 5 bentuk orbital, yaitu
orbital dxy, orbital dxz,orbital dyz, orbital dx2-y2, dan orbital dz2.

Gambar 2. Macam-macam orbital d dalam keadaan degenerate

Apabila atom pusat dari golongan transisi tidak mengikat ligan, maka
kelima orbital d dalam keadaan degenerate (memiliki tingkat energi yang
sama). Namun, jika ada ligan yang masuk, maka orbital d pada atom pusat
tersebut akan mengalami splitting. Elektron dapat melakukan transisi daro

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 6


orbital d bawah ke orbital d atas. Peristiwa semacam ini dinamakan dengan d-
d transition.

Gambar 3. Efek Medan Ligan pada Tingkat Energi Orbital d

d-d transition dapat terjadi apabila orbital d pada atom pusat tidak terisi
penuh, sehinggan elektron dapat melakukan transisi. Kuat tidaknya suatu
medan ligan akan mempengaruhi transisi elektron pada orbital d. Kenaikan
kekuatan medan ligan dapat dilihat sebagai berikut: I- < Br- < Cl- < F- <
OH- < C2O42 - - H2O < SCN- < NH3 < etilendiamina < o-phenantrolin < NO2- <
CN-. Semakin kuat medan ligannya, maka elektron akan semakin sulit pula
melakukan d-d transition. Apabila hal ini terjadi, maka transisi elektron akan
beralih pada cara charge-transfer electron.

5. Charge-transfer electron
Pada transisi ini, terjadi perpindahan elektron dari atom pusat ke ligan
maupun ligan ke atom pusat. Adanya serah terima elektron ini mengakibatkan
adanya spesi yang bertindak sebagai donor elektron dan akseptor elektron
dalam senyawa komplek tersebut. Peristiwa semacam ini disebut dengan
reaksi redoks internal, karena serah terima elektron terjadi dalam 1 senyawa.
Contohnya adalah kompleks besi(III) tiosianat.

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 7


C. Instrumentasi UV-VIS
Prinsip kerja dari instrumentasi UV-VIS adalah adanya sumber radiasi
polikromatis yang dilewatkan pada monokromator kemudian sinar monokromatis
dideteksi oleh detektor dan dibaca pada read-out. Hasil pembacaannya berupa %T
ataupun Absorbansi (A).

Gambar 4. Skema Diagram Single-Beam dan Double-Beam Spektrofotometer UV-VIS

Perbedaan antara single-beam dan double-beam terletak pada penempatan


sel blanko dan sel sampel. Jika sel blanko dan sel sampel dimasukkan bergantian,
maka analisisnya disebut dengan single-beam. Namun, jika sel blanko dan sel
sampel dimasukkan bersamaan, maka analisisnya disebut double-beam. Single-
beam hanya untuk analisis UV, sedangkan double-beam untuk analisis UV dan
Visible.

Spektroskopi UV-VIS || Yuniar W. Wikaton, S.Pd, Gr. Page 8

Anda mungkin juga menyukai