DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
BANDAR LAMPUNG
2017
BAB I
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Yustin Sopyan
Umur : 48 Tahun
Alamat : Jl Pramuka gg Purnawirawan Kemiling
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status : Menikah
Suku bangsa : Lampung
Tanggal masuk : 20 Desember 2017
Nomor RM : 042209
ANAMNESIS
Keluhan utama : nyeri lengan kanan atas sejak 5 bulan yang lalu
Sekitar 5 bulan yang lalu os merasa nyeri pada lengan kanan bagian atas.
Os mengatakan tangan kanan os mulai terasa nyeri ketika os mengambil koper
diatas lemari 5 bulan yang lalu. Os hanya menganggap nyeri tersebut adalah hal
biasa karna kelelahan sehingga os tidak berobat ke Rumah Sakit. Os mendatangi
tukang urut tradisional hingga 4 kali untuk mengurangi rasa nyeri pada lengan
kanan os, namun tidak ada perubahan. Kemudian OS memeriksakan diri ke
puskesmas, setelah diberi obat dari puskesmas nyeri tersebut hilang, tetapi ketika
obatnya habis nyeri tersebut berulang kembali. Os mengaku kesulitan bila
melakukan aktifitas terutama aktifitas yang harus mengangkat tangan kanan ke
atas misalnya ketika ingin menyisir rambut, keramas, dan menggaruk punggung,
os juga tidak bisa miring ke kanan saat tidur, dan tangan kanan terasa lebih kaku
dibanding tangan kiri. Hingga akhirnya tanggal 20 Desember 2017 os datang ke
Poliklinik Penyakit Saraf RS Pertamina Bintang Amin untuk melakukan
pemeriksaan karena 1 minggu ini nyeri lengan kanan atas semakin memberat dan
tangan kanan os menjadi sulit untuk digerakkan. Pasien mengaku jarang
melakukan angkat-angkat berat, riwayat trauma disangkal. Rasa kelemahan,
kesemutan pada tangan kanan disangkal. Pasien sebelumnya tidak pernah sakit
seperti ini
Status Present
- Vital Sign
Nadi : 78 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,0 0C
Status Generalis
KEPALA
LEHER
Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Tekanan Vena jugularis : Normal
Trakea : Tidak terdapat deviasi trachea
THORAKS
Jantung
Inspeksi : Tidak ditemukan kelainan
Palpasi : Tidak ditemukan kelainan
Perkusi Kanan : Tidak ditemukan kelainan
Kiri : Tidak ditemukan kelainan
Auskultasi : Tidak ditemukan kelainan
Paru
Inspeksi : Dinding toraks simetris, tidak ditemukan kelainan,
tidak ada deformitas, tidak ada retraksi otot
Palpasi : Vokal fremitus normal, krepitasi (-)
Perkusi Kanan : Sonor
Kiri : Sonor
Auskultasi Kanan : Bunyi vesikuler normal, Ronki/ Wheezing (-/-)
Kiri : Bunyi vesikuler normal, Ronki/ Wheezing (-/-)
ABDOMEN
Inspeksi : Dinding perut datar, tidak ada jejas, supel
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
EKSTREMITAS
Ekstremitas superior dextra dan sinistra: Oedem ( - ), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Kekuatan otot 4/5
Ekstremitas inferior dextra dan sinistra: Oedem (-), Deformitas (-)
Bengkak (-), Sianosis (-)
Kekuatan otot 5/5
IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Saraf Cranialis
N. Olfaktorius (N.I)
Daya penciuman hidung : Normosmia/Normosmia
N. Opticus (N.II)
Tajam penglihatan : Tidak diperiksa (tidak ada snellen chart)
Lapang penglihatan : Tidak ada penyempitan lapang pandang
Tes Warna : Tidak ada kelainan
Fundus Oculi : Tidak dilakukan
N. Occulomotorius, N. Trochealis, N. Abducen (N.III-N.IV-N.VI)
Kelopak mata
Ptosis : (-/-)
Endoftalmus : (-/-)
Exsoftalmus : (-/-)
Pupil
Diameter : 3mm/ 3mm
Bentuk : Bulat/Bulat
Isokor/anisokor : Isokor
Posisi : Central, simetris
Reflek Cahaya Langsung : (+/+)
Reflek Cahaya tidak langsung : (+/+)
Gerakan bola mata
Media : +/+
Lateral : +/+
Superior : +/+
Inferior : +/+
Obliqus superior : +/+
Obliqus inferior : +/+
N. Trigeminus (N. V)
Sensibilitas
Ramus oftalmikus : tidak ada kelainan
Ramus maksilaris : tidak ada kelainan
Ramus Mandibularis : tidak ada kelainan
Motorik
M. maseter : tidak ada kelainan
M. temporalis : tidak ada kelainan
M. pterigoideus : tidak ada kelainan
Reflek
Reflek kornea : (+/+)
Reflex bersin : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. Fascialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu
Diam : Biasa
Tersenyum : Dapat, simetris
Meringis : Dapat, simetris
Bersiul : Dapat, simetris
Menutup Mata : Dapat, simetris
Sensoris:
Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal
N. vestibulocochlearis (N. VIII)
N. cochlearis
Ketajamam pendengaran : Kiri = Kanan
Tinitus : (-/-)
N. vestibularis
Tes vertigo : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nistagmus : Tidak ada kelainan
N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X)
Suara bindeng/nasal : Tidak ditemukan
Posisi uvula : Central
Palatum mole : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus palatoglossus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Arcus pharingeus : Istirahat : Simetris
Bersuara : Simetris
Reflek batuk : Tidak dilakukan
Reflek muntah : Tidak dilakukan
Peristaltik usus : Tidak dilakukan
Bradikardi : Tidak ditemukan
Takikardi : Tidak ditemukan
N. Accesorius (N.XI)
M. sternocleidomastoideus : (+/+)
M. trapezius : (+/+)
N. Hipoglossus (N.XII)
Atropi : (-)
Fasikulasi : (-)
Deviasi : (-)
Gonda (-/-)
Sensibilitas
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Fungsi luhur
Pemeriksaan tambahan
VAS :
- Nyeri Statis :0
- Nyeri Dinamis :8
- Nyeri Tekan :3
Gerak Aktif Lengan kanan:
- Fleksi Shoulder : Sangat nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Shoulder: Sangat nyeri, ROM terbatas
- Abduksi : Sangat nyeri, ROM terbatas
- Adduksi : Sedikit nyeri, ROM terbatas
Gerak Pasif Lengan kiri :
- Fleksi Shoulder : Sangat nyeri, ROM terbatas
- Ekstensi Shoulder: Sangat nyeri, ROM terbatas
- Abduksi : Sangat nyeri, ROM terbatas
- Adduksi : Sedikit nyeri, ROM terbatas
Tes Mossley :-
Tes Apley Scratch :+
Gambaran Rontgen:
Kesan :
Radiografi Glenohumerale joint dexa proyeksi AP/Lateral saat ini
masih dalam batas normal.
RESUME
V. DIAGNOSIS
Klinis : Frozen Shoulder
Topis : Glenohumerale
Etiologi: Inflamasi
VI. DIAGNOSIS BANDING
- Tendinitis bicipitalis
- Bursitis subacromial
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Fisioterapi
Active Exercise
Medikamentosa
Meloxicam 2x7,5 mg
Neurodex 1x1
IX. PROGNOSA
PEMBAHASAN KASUS
Kasus Teori
Os merasa nyeri dan Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu
kaku pada lengan kanan kelainan dimana terjadi inflamasi pada kapsul sendi
atas yang semakin bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi glenohumeral,
memberat sejak 1 sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi
minggu yang lalu. keterbatasan gerak dan nyeri yang kronis.
3. Fisioterapi
4. Active Exercise
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Frozen shoulder, atau adhesive capsulitis adalah suatu kelainan dimana
terjadi inflamasi pada kapsul sendi bahu, yaitu jaringan ikat disekitar sendi
glenohumeral, sehingga sendi tersebut menjadi kaku dan terjadi keterbatasan
gerak dan nyeri yang kronis.
Rusaknya jaringan lokal tersebut berupa inflamasi pada membrane
synovial dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive
sehingga menimbulkan nyeri dan kemudian disusul dengan reflek spasme yang
menyebabkan imobilisasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya kontraktur dan
penebalan pada kapsul anterior, perlengketan pada kapsul inferior dna tegang pada
kapsul posterior, dan selnajutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut,
sehingga ditemukan adanya keterbatasan dan nyeri saat digerakkan.
III. Epidemiologi
Nyeri pada bahu merupakan penyebab kelainan muskuloskletal tersering
ketiga setelah nyeri punggung bawah dan nyeri leher. Prevalensi dari frozen
shoulder pada populasi umum dilaporkan sekitar 2%, dengan prevalensi 11% pada
penderita diabetes.
Frozen shoulder dapat mengenai kedua bahu, baik secara bersamaan atau
berurutan, pada sebanyak 16% pasien. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebih
sering pada pasien dengan diabetres dari pada yang tidak. Pda 14% pasien, saat
frozen shoulder masih terjadi pada suatu bahu, bahu kontralateral juga
terpengaruh. Frozen shoulder kontralateral biasanya terjadi dalam waktu 5 tahun
onset penyakit. Suatu relapse frozen shoulder pada bahu yang sama jarang terjadi.
Frozen shoulder sering terjadi pada pasien denga hipertiroid dan
hipertriglicemi. Meskipun berbagai penulis melaporkan bahwa penyakit jantung,
tuberkulosis, dan berbagai kondisi medis lainnya dapat berhubungan dengan FS,
namun asosiasi ini sebagian besar hanya anekdot dan tidak didukung dengan studi
case control.
IV. Etiologi
Frozen shoulder dapat terjadi akibat suatu proses idiopatic atau akibat
kondisi mendara yang menyebabkan sendi tidak digunakan. Idiopatic frozen
shoulder sering terjadi pada dekade ke empat atau ke enam.
Rotator cuff tendinopati, bursitis subacromial akut, patah tulang sekitar
collum dan caput humeri, stroke paralitic adalah factor predisposisi yang sering
menyebabkan terjadinya frozen shoulder. Penyebab tersering adalah rotator cuff
tendinopati dengan sekitan 10% dari pasien degan kelainan ini akan mengalamai
frozen shoulder. Pasien dengan diabetes mellitus dan pasien yang tidak
menjadalani fisioterapi juga memiliki resiko tinggi. Penggunaan sling terlalu lama
juga dapat menyebabkan frozen shoulder.
Frozen shoulder dapat terjadi setelah imobilisasi yang lama akibat trauma
atau operasi pada sendi tersebut. Biasanya hanya satu bahu yang terkena, akan
tetapi pada sepertiga kasus pergerkana yang terbatas dapat terjadi pada kedua
lengan.
V. Patofisiologi
Patofisiologi frozen shoulder masih belum jelas, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa dasar terjadinya kelainan adalah imobilisasi yang lama. Setiap
nyeri yang timbul pada bahu dapat merupakan awal kekakuan sendi bahu. Hal ini
sering timbul bila sendi tidak digunakan terutama pada pasien yang apatis dan
pasif atau dengan nilai ambang nyeri yang rendah, di mana tidak tahan dengan
nyeri yang ringan akan membidai lengannya pada posisi tergantung. Lengan yang
imobil akan menyebabkan stasis vena dan kongesti sekunder dan bersama-sama
dengan vasospastik, anoksia akan menimbulkan reaksi timbunan protein, edema,
eksudasi, dan akhirnya reaksi fibrosis. Fibrosis akan menyebabkan adhesi antara
lapisan bursa subdeltoid, adhesi ekstraartikuler dan intraartikuler, kontraktur
tendon subskapularis dan bisep, perlekatan kapsul sendi.
Penyebab frozen shoulder mungkin melibatkan proses inflamasi. Kapsul
yang berada di sekitar sendi bahu menebal dan berkontraksi. Hal ini membuat
ruangan untuk tulang humerus bergerak lebih kecil, sehingga saat bergerak terjadi
nyeri.
Penemuan makroskopik dari patofisiologi dari frozen shoulder adalah
fibrosis yang padat dari ligament dan kapsul glenohumeral. Secara histologik
ditemukan prolifrasi aktif fibroblast dan fibroblas tersebut berubah menjadi
miofibroblas sehingga menyebabkan matriks yang padat dari kolagen yang
berantakan yang menyebabkan kontraktur kapsular. Berkurangnya cairan synovial
pada sendi bahu juga berkontribusi terhadap terjadinya frozen shoulder.
Pendapat lain mengatakan inflamasi pada sendi menyebabkan thrombine
dan fibrinogen membentuk protein yang disebut fibrin. Protein tersebut
menyebabkan penjedalan dalam darah dan membentuk suatu substansi yang
melekat pada sendi. Perlekatan pada sekitar sendi inilah yang menyebabkan
perlekatan satu sama lain sehingga menghambat full ROM. Kapsulitis adhesiva
pada bahu inilah yang disebut frozen shoulder.
Pada tahap kronis dapat menyebabkan antero postion head posture karena
hipomobile dari struktur cervicothoracal. Terkadang hipomobile pada kondisi
frozen shoulder mengakibatkan nyeri sehingga menyebabkan kontraktur pada
ligament supraspinosus, dan spasme pada otot-otot cervicothoracal dan jika
berkepanjangan akan menimbulkan “vicious circle of reflexes” yang
mengakibatkan medulla spinalis membangkitkan aktivitas efferent system
simpatis secara berlebihan sehingga menimbulkan mikrosirkulasi pada
glenohumeral yang menyebabkan ketegangan miofibroblas. Ketegangan
miofibroblas tersebut mengakibatkan kontraktur pada otot-otot fixator gelang
bahu dan ligament longitudinal posterior. Karena stabilitas sendi sebagian besar
oleh muskulotendinogen, maka gangguan pada otot gelang bahu akan
memperparah keterbatasan gerak bahu.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik
secara gerak aktif maupun pasif. Pada pemeriksaan fisik, fleksi atau elevasi
mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurangdari 45 derajat, dan rotasi internal
dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang. Terdapat pula
restriksi pada rotasi eksternal.
Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk mengeveluasi lingkup
gerak sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis skapula
dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder
pasien tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan
dari tendon yang membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan
berkelanjutan akan terlihat bahu yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis,
karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan otot rotator cuff lainnya.
IX. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari frozen shoulder berfokus pada mengembalikan
pergerakan sendi dan mengurangi nyeri pada bahu. Biasanya pengobatan diawali
dengan pemberian NSAID dan pemberian panas pada lokasi nyeri, dilanjutkan
dengan latihan-latihan gerakan. Pada beberpa kasus dilakukan TENS untuk
mengurangi nyeri.
Langkah selanjutnya biasanya melibatkan satu atau serangkaian suntikan
steroid (sampai enam) seperti Methylprednisolone. Pengobatan ini dapat perlu
dilakukan dalam beberapa bulan. Injeksi biasanya diberikan dengan bantuan
radiologis, bisa dengan fluoroskopi, USG, atau CT. Bantuan radiologis digunakan
untuk memastikan jarum masuk dengan tepat pada sendi bahu. Kortison
injeksikan pada sendi untuk menekan inflamasi yang terjadi pada kondisi ini.
Kapsul bahu juga dapat diregangkan dengan salin normal, kadang hingga terjadi
rupture pada kapsul untuk mengurangi nyeri dan hilangnya gerak karena
kontraksi. Tindakan ini disebut hidrodilatasi, akan tetapi terdapat beberapa
penelitian yang meragukan kegunaan terapi tersebut.
Apabila terapi-terapi ini tidak berhasil seorang dokter dapat
merekomendasikan manipulasi dari bahu dibawah anestesi umum untuk
melepaskan perlengketan. Operasi dilakukan pada kasus yang cukup parah dan
sudah lama terjadi. Biasanya operasi yang dilakukan berupa arthroskopi.
Mungkin diperlukan juga fisioterapi dan latihan gerak. Fisioterapi dapat
berupa pijatan atau pemberian panas.
X. Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar
penderita frozen shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.
DAFTAR PUSTAKA