Anda di halaman 1dari 18

laporan pendahulu tumor intra cranial

LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR INTRAKRANIAL

1. Anatomi Fisiologi

OTAK
Otak nampak seperti sebuah ‘’kembang kol’’ yang beratnya rata-rata 1,2 kg pada laki-laki
dan 1 kg pada perempuan. Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin: 'ensephalon')
dan sumsum tulang belakang (bahasa Latin: 'medulla spinalis'). Keduanya
merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu
perlindungan. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu:
1. Badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)
2. Serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)
3. Sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di dalam sistem
saraf pusat.
Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya
berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau kulitnya (korteks) dan bagian
putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang belakang bagian tengah berupa materi kelabu
berbentuk kupu-kupu, sedangkan bagian korteks berupa materi putih

Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak
belakang. Anehnya nama bagian-bagian tersebut tidak berdasarkan letaknya pada otak
(contohnya otak depan tidak berada di bagian depan). Tapi, nama bagian-bagian tersebut
didasarkan pada posisi saat manusia masih berbentuk embrio. Kemudian posisi bagian-bagian
otak tersebut berubah selama perkembangan janin dalam kandungan.
Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari empat bagian fungsional, yaitu medulla
oblongata, pons, bentuk reticular (reticular formation), dan cerebellum.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi otomatis otak,
seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pons merupakan ‘’stasiun pemancar’’ yang mengirimkan data ke pusat otak bersama
dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan perhatian
Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk ‘’mengaktifkan’’ bagian lain dalam otak.
Selain bagian-bagian yang telah disebutkan tadi, ada juga bagian yang
dinamakan cerebellumdengan banyak lilitannya. Cerebellum disebut juga otak kecil yang
berkerut sehingga hampir seperti otak besar (otak secara keseluruhan). Cerebellum
mengontrol banyak fungsi otomatis otak. Tapi, sebenarnya fungsi tersebut perlu ‘’dipelajari’’
dan dilatih, seperti keseimbangan dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang
kita lalui sudah biasa dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan.
Itulah salah satu kegunaan cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ control atas gerakan
kita.
Otak Tengah merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah lanjutan dari
formasi reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan (seperti gerak mata). Otak
tengah tampaknya lebih ‘’penting’’ fungsinya pada hewan mamalia daripada manusia, karena
pada manusia yang lebih dominan digunakan adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian
terbesar pada otak. Bagiannya yang paling utama adalah korteks yang mengandung kurang
lebih 10 miliar saraf dan terletak pada lapisan luar otak. Otak tengah juga merupakan
‘’puncak’’ fungsional otak yang respon terhadap fungsi yang ‘’lebih rumit’’, tindakan
sengaja, dan kesadaran.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah thalamus,
hypothalamus, dan system limbic.
Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai ‘’tempat penerimaan’’
untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk mengirim data dari mata dan
telinga menuju bagian yang tepat dalam korteks.
Hypothalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan mengatur
kepentingan biologis lainnya. Hypothalamus, thalamus, otak tengah, dan otak belakang (tidak
termasuk cerebellum) bersama-sama membentuk apa yang disebut ‘’tangkai/batang’’ otak
(the brain stem). Batang otak berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang
mendasar. Jika batang otak tersebut kekurangan aktivitas (kurang dirangsang), maka menurut
psikiater akan menyebabkan brain death atau kelumpuhan otak.
Di antara pusat otak dan korteks terletak system limbic (limbic berasal dari bahasa Latin
yang berarti batas). Anatomi system limbic ini hampir seperti hypothalamus. System limbic
memungkinkan kita mengontrol insting/naluri kita. Misalnya, kita tidak serta merta memukul
seseorang yang tidak sengaja menginjak kaki kita. System limbic terdiri dari tiga bagian
utama, yaitu amygdala dan septum yang berfungsi mengontrol kemarahan, agresi, dan
ketakutan, serta hippocampus yang penting dalam merekam memori baru.
Korteks (korteks cerebral) adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5 mm, tapi luas
bagiannya mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen bagian otak. Lipatan korteks yang
erat kaitannya dengan tengkorak manusia membuat otak tampak berkerut. Saraf dalam
korteks memproses data. Warna korteks kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan
dengan ‘’benda/zat kelabu’’ –the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan satu
sama lain (dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang menghubungkan bagian-bagian
terpisah (secara luas) pada otak tersusun dari saraf yang tertutup penyekat berlemak yang
disebut myelin. Myelin membuat jaringan tersebut berwarna putih (disebut juga ‘’benda/zat
putih’’)Korteks mempunyai sejumlah struktur dan bagian-bagian fungsional. Yang paling
nyata dari pembagian ini adalah belahan kiri dan kanannya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kedua belahan otak dihubungkan oleh sebuah ‘’bundel
serat tebal’’ yang disebut corpus callosum. Corpus callosum membantu menyatukan aktivitas
otak (memberitahu otak kiri tentang apa yang dilakukan otak kanan, juga sebaliknya).
Pembagian penting lainnya dalam korteks adalah empat buah lobus atau cuping,
yaitu temporal, frontal, occipital, dan parietal.
Bagian-bagian tersebut dinamai berdasarkan letaknya setelah tulang tengkorak. Sejak lama
muncul berbagai pendapat tentang fungsi tersebut dalam otak. Lobus frontal berhubungan
dengan konsentrasi, lobus temporal berhubungan dengan bahasa dan ingatan, lobus
parietalberhubungan dengan sensor data dan lobus occipital berhubungan dengan
pengelihatan dan persepsi. Jadi, proses kesadaran pikiran bergantung pada interaksi kompleks
di bagian-bagian otak

SARAF
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi.
Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf
mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan
efektor. Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi
mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh. Efektor adalah
sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan
kelenjar.

Sel saraf

Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan
(impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.

Struktur Sel Saraf


Setiap neuron
terdiri dari satu
badan sel yang di
dalamnya terdapat
sitoplasma dan inti
sel. Dari badan sel
keluar dua macam
serabut saraf,
yaitudendrit dan ak
son (neurit).
Dendrit berfungsi
mengirimkan
impuls ke badan
sel saraf,
sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan lain. Akson
biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek.
Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut
saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia
yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel
Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi.
Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi
mempercepat penghantaran impuls.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel
saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).

1.Sel saraf sensori


Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf
pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis).Ujung akson
dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
2.Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau
kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel
saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan
dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
3.Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di
dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel
saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem
saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel
saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan
membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau
simpul saraf.

2. Definisi
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intracranial yang
menempati ruang didalam tenggorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa
yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar masuk ke dalam jaringan.
Neoplasma terjadi akibat dari kompresi dan infiltrasi jaringan. Tumor-tumor otak jarang
bermetastase keluar system saraf pusat tetapi jejas metastase ke otak biasanya dari paru-paru,
payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pancreas, ginjal dan kulit. Pada usia dewasa
tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel glia membuat struktur dan mendukung system
otak dan medulla spinalis) dan merupakan supratentorial (terletak di atas penutup serebelum).
Jejas neoplasma di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian yang mengganggu fungsi
vital seperti pernapasan dan peningkatan TIK. Adapun definisi-definisi tumor otak
intracranial adalah sebagai berikut :
Tumor otak intrakranial adalah sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak dan selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang
berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan.
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi
pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur.
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ;
kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.
Tumor intracranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi
bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor yang paling
sering adalah meningioma, glioblastoma, dan metastase serebral dari bagian lain.
3. Epidemiologi
Tumor otak mewakili sebanyak 20% dari semua kanker pada anak-anak. Pada
kelompok usia ini 70% tumor primer tumbuh di daerah fosa posterior, sementara pada orang
dewasa, proporsi yang sama tumbuh di atas tentorium. Pada orang dewasa terdapat insiden
tumor primer dan metastatic yang hampir sama.
4. Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
Herediter
Predisposisi genetik pada tumor SSP muncul relatif jarang, walaupun glioma dapat
diturukan sebagai bagian dari penyakit keluarga. Secara khusus, mutasi dari germline yang
disebut gen tumor supresor menggambarkan beberapa sindrom genetik yang menyebabkan
peningkatan insiden dari perkembangan tumor otak : type 1 neurofibromatosis (mutasi dari
NF1), Turcot syndrome (mutasi dari APC), basal cell nevus syndrome (mutasi dari PTCH),
dan Li- Fraumeni syndrome (mutasi dari TP53 atau CKEK2) berhubungan dengan
peningkatan resiko tumor otak.
Beberapa laporan kasus telah menghubungkan antara tumor SSP dengan
malformasi, termasuk meduloblastoma dengan abnormalitas sistem gastrointestinal dan
genitourinaria, ependymoma dengan malformasi arteriovenus dari meningen, dan
glioblastoma multiforme dengan malformasi arteriovenus angiomatus yang berdekatand an
fistula arterivenus pulomonal. Tumor SSP dapat berhubungan dengan sindrom Dwon,
kelainan yang melibatkan kromosom 21. Studi epidemiologi menemukan bahwa kasus tumor
otak bisa 2-3 kali mempunyai hubungan dengan retardasi mental, walaupun hasilnya hanya
signifikan pada satu studi.
Karena hanya sedikit dari proporsi tumor otak yang murni diturunkan, hal ini lebih
berhubungan dengan interaksi gen dengan lingkungan. Bukti tmbahan etiologi familial
berasal dari studi epidemiologi yang membandingkan keluarga dengan riwayat tumor otak
dan dengan kontrol. Secara signifikan adanya riwayat keluarga meningkatkan kejadian tumor
dan kanker jenis lainnya.
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma.
Infeksi
Beberapa tipe virus (termasuk retrovirus, papovirus, dan adenovirus) telah
menunjukkan sebagai penyebab tumor otak secara eksperimental pada studi pada hewan.
Agen infeksius lainnya yang sudah diteliti berhubungan dengan tumor adalah Toxoplasma
gondii, yang telah dilaporkan dapat menyebabkan glioma pada hewan percobaan.
Kejang
Riwayat kejang telah dihubungkan secara konsisten terhadap tumor otak pada
beberapa penelitian kohort dari epilepsi dan dalam 2 penelitian kasus-kontrol pada glioma
dewasa. Untuk meningioma, satu penelitian menemukan kasus menjadi 5 kali pada orang
yang pernah kejang dan hingga 10 tahun atau lebih sebelum diagnosis.

Diet, Vitamin, Alkohol, Rokok, dan Zat Kimia

Senyawa N-nitroso telah diidentifikasi sebagai neurokarsinogen pada penelitian


eksperimental hewan. Senyawa ini dapat menginisiasi neurokarsinogenesis baik paparan
prenatal maupun postnatal. Sekitar setengah dari paparan senyawa ini pada manusia berasal
dari sumber endogen, yang muncul dari sistem pencernaan ketika senyawa amino (seperti
dari ikan, makanan lain, obat, dll) bertemu dengan agen nitrostating (seperti nitrit dari daging
yang diawetkan). Setengah lainnya berasal dari sumber eksogen, terutama asap rokok,
kosmetik, interior mobil, dan daging yang diawetkan. Kompleksitas lainnya dalam
menentukan sumber endogen adalah beberapa sumber, seperti sayuran, yang mungkin
mengandung nitrat, juga tinggi vitamin yang dapat memblok pembentukan senyawa N-
nitroso.

Radiasi Ionik
Radiasi ionik adalah faktor resiko paling tegas yang telah ditemukan pada neoplasma
glial dan meningeal. Iradiasi pada kranium, bahkan pada dosis rendah, dapat meningkatkan
insiden meningioma oleh satu faktor dari sepuluh dan insiden tumor glial oleh satu faktor dari
3 sampai 7, dengan masa laten 10 tahun atau lebih dari 20 tahun setelah paparan.
Terdapat kesepakatan yang wajar dari resiko kuat peningkatan tumor intrakranial
yang terjadi setelah terapi radiasi ionik. Bahkan dengan dosis yang realtif rendah yang
digunakan untuk terapi ringworm pada scalp (tinea kapitis) yang rata-rata 1,5 Gy, relatif
beresiko 18, 10,dan 3 telah diobservasi untuk tumor selubung saraf, meningioma, dan glioma.
Substansi-substansi Karsinogenik
—-Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-
urea.
5. Patofisiologi
Tumor intrakranial jinak memiliki efek yang membahayakan karena berkembang
didalam rongga tengkorak yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti
pertumbuhan yang cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis,
nekrosis, dan proliferasi vaskular. Namun, metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.
Gangguan neurologik pada tumor intrakranial biasanya disebabkan oleh dua faktor
yaitu gangguan fokal akibat tumor dan gangguan akibat peningkatan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai
darah akibat tekanan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan
suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke jaringan otak.
Peningkatan tekanan intrakranial disebabkan oleh bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahah sirkulasi cairan serebrospinal.
Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak
ruang yang relatif tetap pada ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan
edema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanisme belum begitu dipahami, tetapi diduga
disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema
akibat kerusakan sawar darah otak, semua menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan
tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateralis ke ruang
subarachnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat.
Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan- bulan untuk menjadi
efektif sehingga tidak berguna bila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi
ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan
cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila girus
medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui incisura tentorial oleh massa dalam
hemisfer otak. Herniasi menekan mesencephalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak. Kompresi medulla oblongata dan henti napas terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain yang terjadi akibat peningkatan tekanan intrakranial yang cepat
adalah bradikardi progesif, hipertensi sistemik, dan gagal napas.
6. Manifestasi Klinis
Tumor otak merupakan penyakit yang sukar terdiagnosa secara dini, karena pada
awalnya menunjukkan berbagai gejala yang menyesatkan dan eragukan tapi umumnya
berjalan progresif. Manifestasi klinis tumor otak dapat berupa:
Gejala serebral umum
Dapat berupa perubahan mental yang ringan (Psikomotor asthenia), yang dapat
dirasakan oleh keluarga dekat penderita berupa: mudah tersinggung, emosi, labil, pelupa,
perlambatan aktivitas mental dan sosial, kehilangan inisiatif dan spontanitas, mungkin
diketemukan ansietas dan depresi. Gejala ini berjalan progresif dan dapat dijumpai pada 2/3
kasus
 Gejala peningkatan tekanan intracranial
Sesuai dengan hipotesis Monro-Kille yang dimodifikasi, bahwa tengkorak adalah
sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial, yang tidak dapat tertekan (benda otak),
darah dalam vaskuler dan cairan serebrospinal. Jika salah satu komponen dalam tengkorak ini
volumenya meningkat, maka TIK akan meningkat, kecuali satu dari komponen lainnya
menurun. Gejala-gejala peningkatan TIK disebabkan oleh tekanan yang berangsur-angsur
terhadap otak akibat pertumbuhan tumor.
Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang nyata antara otak, cairan
serebrospinal, dan darah serebral semua terletak didalam tengkorak. Sebagai akibat
pertumbuhan tumor, maka kompensasi penyesuaian diri dapat dilakukan melalui penekanan
pada vena-vena intrakranial, melalui penurunan volume cairan serebrospinal (melalui
peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi), penurunan sedang pada aliran
darah serebral dan menurunnya massa jaringan otak intraselular dan ekstraselular. Bila
kompensasi ini semua gagal, pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan TIK.
Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala di daerah
frontal dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan malam hari, muntah proyektil,
papiledema (choked disc atau edema saraf optik), perubahan kepribadian, dan adanya variasi
penurunan fokal motorik, sensori dan disfungsi saraf kranial.
1. Sakit Kepala
Meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan menjadi buruk
oleh karena batuk, menegang atau melakukan gerakan yang tiba-tiba. Keadaan ini disebabkan
oleh serangan tumor tekanan atau penyimpangan struktur sensitive nyeri, atau oleh karena
edema yang mengiringi adanya tumor. Sakit kepala selalu digambarkan dalam atau meluas
atau dangkal tetapi terus menerus. Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal
bilateral, tumor kelenjar hipofisis menghasilkan nyeri yang menyebar antara dua pelipis
(bitemporal), tumor serebelum menyebabkan sakit kepala yang terletak pada daerah
suboksipital bagian belakang kepala.
2. Muntah
Kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan, yang selalu disebabkan adanya
iritasi pada pusat vagal di medulla. Jika muntah dengan tipe yang kuat, ini digambarkan
sebagai muntah proyektil. Lebih sering dijumpai pada tumor di fossa posterior.
3. Kejang
Bangkitan kejang dapat merupakan gejala awal dari tumor otak pada 25% kasus, dan
lebih dari 35% kasus pada stadium lanjut. Diperkirakan 2% penyebab bangkitan kejang
adalah tumor otak. Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsi
Resisten terhadap obat-obat epilepsi
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasen dengan
astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada glioblastoma.
4. Papiledema (edema pada saraf optik)
Ada sekitar 70% sampai 75% dari pasien yang dihubungkan dengan gangguan
penglihatan seperti penurunan ketajaman penglihatan, diplopia (pandangan ganda) dan
penurunan lapang pandang.

Gejala Terlokalisasi
Lokasi gejala-gejala terjadi spesifik sesuai dengan gangguan darah otak yang terkena,
menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan local, seperti pada ketidak normalan sensori dan
motorik, perubahan penglihatan, dan kejang. Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian
berbeda dari otak yang tidak diketahui, lokasi tumor dapat ditentukan, pada bagiannya,
dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor. Gejala spesifik tumor
otak yang berhubungan dengan lokasi:
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral, kejang fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului dengan
aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala choreoathetosis,
parkinsonism.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan obstruksi dari
cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba
nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi
pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai dengan
papil udem
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-otot
servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.
7. Klasifikasi
1. Glioma
Glioma bertanggung jawab atas sekitar 40-50% tumor intrakranial. Glioma
diklasifikasikan atas dasar asal embriologis. Pada orang dewasa, sel neuroglia susunan saraf
pusat berfungsi untuk perbaikan, penyokong, dan pelindung sel-sel saraf yang lunak. Glioma
terdiri atas jaringan penyambung dan sel-sel penyokong, yaitu neuroglia yang mempunyai
kemampuan untuk terus membelah selama hidup. Sel-sel glia berkumpul membentuk parut
sikatriks padat di bagian otak, tempat neuron menghilang oleh karena cedera atau penyakit
(Price dan Wilson, 1995).
Terdapat tiga jenis sel glia yaitu mikroglia, oligodendroglia, dan astrosit. Mikroglia
secara embriologis berasal dari lapisan mesodermal oleh karena itu pada umumnya tidak
diklasifikasikan sebagai sel glia sejati. Mikroglia masuk ke dalam susunan saraf melalui
sistem pembuluh darah dan berfungsi sebagai fagosit, membersihkan debris, serta melawan
infeksi. Oligodendroglia dan astrosit merupakan neuroglia sejati seperti neuron dan berasal
dari lapisan embrional ektodermal. Oligodendroglia berperan dalam pembentukan mielin.
Fungsi astrosit masih dalam penyelidikan. Bukti-bukti memperlihatkan bahwa sel-sel ini
mungkin berperan dalam menghantarkan impuls dan transmisi sinapsis dari neuron dan
bertindak sebagai penghubung antara pembuluh darah dan neuron.
2. Oligodendroglioma
Oligodendroglioma mirip dengan astrositoma namun terdiri atas sel-sel
oligodendroglia. Tumor relatif avaskular cenderung mengalami kalsifikasi.

3. Ependimoma
Ependimoma adalah tumor ganas yang berasal dari bagian dalam dinding ventrikel.
Pada anak-anak tempat yang paling sering adalah ventrikel keempat. Tumor ini menyerang
jaringan sekitarnya dan menyumbat ventrikel. Kematian biasanya terjadi dalam 3 tahun atau
kurang.
4. Astrositoma
Astrositoma menginfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam berbagai
ukuran. Walaupun menginfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi otak hanya sedikit
sekali, yaitu pada saat permulaan penyakit. Pada umumnya, astrositoma tidak ganas
walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi glioblastoma (suatu astrositoma
yang sangat ganas). Tumor-tumor ini pada umumnya tumbuh lambat. Oleh karena itu, klien
sering tidak datang berobat walaupun tumor sudah berjalan bertahun-tahun sampai timbul
gejala misalnya serangan epilepsi atau nyeri kepala.
5. Glioblastoma
Glioblastoma multiforme adalah glioma yang paling ganas. Tumor ini mempunyai kecepatan
tumbuh yang sangat tinggi dan eksisi bedah yang lengkap tidak mungkin dilakukan. Harapan
hidup pada umumnya kira-kira 12 bulan. Tumor ini dapat terjadi dimana saja tetapi paling
sering pada hemisfer serebri dan sering menyebar ke sisi yang berlawanan melalui korpus
kalosum.
6. Tumor meningeal
Meningioma merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesotel, serta sel-sel jaringan
penyambung arakhnoid dan dura mater yang paling penting. Sebagian besar tumor adalah
jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi jaringan yang berdekatan namun menekan struktur
yang berada di bawahnya. Oleh karena pertumbuhan tumor yang lambat, gejala-gejala
mungkin tidak diperhatikan dan diagnosis samaskali salah. Gejala-gejalanya antara lain
epilepsi isiopatik, hemiparesis dan afasia.
7. Tumor hipofisis
Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil, atau basofil dari hipofisis
anterior. Tumor-tumor ini menimbulkan nyeri kepala, hemianopsia bitemporalis (disebabkan
oleh karena penekanan pada kiasma optikum), dan tanda-tanda kelainan sekresi hormon
hipofisis anterior. Bermacam-macam cacar lapang penglihatan yang sering ditemukan bila
lesi melibatkan traktus optikus.
8. Tumor kromofob
Tumor kromofob adalah tumor nonsekretoris yang menekan kelenjar hipofisis, kiasma
optikum, dan hipotalamus. Gejala-gejala tumor otak ini adalah depresi fungsi seksual,
hipotiroididme sekunder, dan hipofungsi adrenal (amenore, impotensi, rambut rontok,
kelemahan, hipotensi, metabolisme basal rendah, hipoglikemia, dan gangguan elektrolit).
9. Adenoma eosinofilik
Umumnya lebih kecil dan tumbuh lebih lambat daripada tumor kromofob. Gejala-
gejalanya adalah kromegali pada orang dewasa, gigantisme pada anak-anak, nyeri kepala,
gangguan berkeringat, parastesia, nyeri otot, dan hilangnya libido. Gangguan lapang
penglihatan (hemianopsia bitemporalis) jarang dijumpai.
10. Adenoma basofil
Pada umumnya kecil. Tumor ini dihubungkan dengan gejala-gejala sindrom Chusing
(obesitas, kelemahan otot, atrofi kulit, osteoporosis, pletora, hipertensi retensi garam dan air,
hipertrikosis, dan diabetes melitus).
11. Neurilemoma
Tumor saraf pendengaran merupakan 3-10% tumor intrakranial. Tumor ini mungkin
berasal dari sel-sel Schwann selubung saraf. Serabut-serabut saraf kranial VIII menjadi rusak.
Pada penyakit recklinghausen dapat terjadi neurilemoma auditorius bilateralis. Pada
umumnya tumor ini jinak tetapi kadang-kadang dapat mengalami perubahan menjadi ganas.
Gejala-gejala neurilemoma pendengaran awal adalah tuli, tinitus, kehilangan reaktivitas
vestibular terhadap terhadap kalori, dan vertigo yang disusul rasa tidak enak pada
suboksipital, berjalan terhuyung-huyung, gangguan pada saraf-saraf otak yang berdekatan,
dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Pada umumnya terdapat nistagmus,
terutama horizontal. Pengobatan adalah dengan pengangkatan total jika memungkinkan,
karena pengangkatan yang tidak menyeluruh umunya akan diikuti kekambuhan tumor.
Sebagai konsekuensi pembedahan, klien dapat mengalami paralisis wajah dan tuli.
12. Pinealoma
Pinealoma (tumor adneksa) hanyalah bagian kecil dari lesi intrakranial yang dijumpai
dan termasuk tumor0tumor yang berasal dalam badan pineal (pinealoma), maupun dari
pleksus koroideus sekitarnya (papiloma koroid). Pinealoma menekan aqueduktus yang
menyebabkan hidrosefalus obstruktif dan juga hipotalamus yang mengakibatkan pubertas
prekoks dan diabetes insipidus. Papiloma koroid menyebabkan perdarahan intraventrikular
dan juga menyumbat sistem ventrikular.
13. Angioma
Angioma otak (bentuk pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat
di dalam atau di luar daerah otak). Beberapa kehidupan yang terdapat angioma tanpa
menyebabkan gejala-gejala, namun pada tumor otak lainnya menimbulkan gejala. Kadang-
kadang diagnosa memberi kesan dengan adanya angioma lain di beberapa tempat dalam
kepala atau dengan sebuah bruit (suara abnormal) terdengan sampai di tengkorak. Karena
dinding-dinding pembuluh darah pada angioma tipis, maka pasien beresiko terhadap adanya
cedera vascular serebral (stroke). Adanya perdarahan serebral pada orang dibawah 40 tahun
memberi kesan mungkin adanya angioma.
14. Neuroma akustik
Neuroma akustik adalah sebuah tumor pada saraf cranial kedepalan, saraf untuk
pendengaran dan keseimbangan. Itu biasanya muncul juga dalam meatus auditori internal,
dimana ini sering berkembang sebelum pengisian serebelopontin berhenti. Neuroma akustik
dapat tumbuh lambat dan mencapai ukuran besar sebelum diagnosa ditegakkan. Pasien
biasanya mengalami kehilangan pendengaran, tinnitus, dan episode vertigo dan gaya berjalan
sempoyongan. Akibat tumor menjadi membesar, sensasi nyeri pada wajah dapat terjadi pada
sisi wajah yang sama, sebagai hasil dari tekanan tumor pada saraf cranial kelima. Dengan
menggunakan teknik sinar x yang diperbaiki dan penggunaan mikroskop operasi dan
instrumen bedah-mikro, sehingga tumor-tumor besar yang dapat diangkat melalui kraniotomi
relatif kecil. Beberapa tumor-tumor ini cocok untuk radioterapi daripada pembedahan.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik
sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan
B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
B1 (Breathing)
Inspeksi, pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan pernapasan. Pengkajian inspeksi pernapasan pada klien tanpa
kompresi medula oblongata didapatkan tidak ada kelainan. Palpasi thoraks didapatkan taktil
premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan.
B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan
adanya kegagalan sirkulasi. Pengkajian pada klien tanpa kompresi medula oblongata
didapatkan tidak ada kelainan. TD biasanya normal, tidak ada peningkatan heart rate.
B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis bergantung pada
gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial. Pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias
klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
Tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan paling penting
yang membutuhkan pengkajian. Tingkat kesadaran klien dan respon terhadap lingkungan
adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan
untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan kesadaran.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor dan semikomatosa. Apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS
sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan
pemberian asuhan keperawatan.
Fungsi serebri
 Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara dan
observasi ekspresi wajah klien, aktivitas motorik pada klien tumor intrakranial tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
 Fungsi intelektual: didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada
beberapa kasus klien mengalami brain damage, yaitu kesukaran untuk mengenal persamaan
dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
 Lobus frontal: tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan mental, hemiparesis,
ataksia dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan dalam kepribadian. Beberapa
klien mengalami periode depresi, bingung atau periode dimana tingkah laku klien menjadi
aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit dari
perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan buruk. Hemiparesis disebabkan oleh
tekanan pada daerah dan lintasan motorik di dekat tumor. Jika daerah motorik terlibat, akan
terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung
bawah korteks prasentralis menyebabkan kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari
sedangkan tumor pada lobus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan
ekstremitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering
menyerupai ataksia serebellum. Bila lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan
terlihat adanya afasia dan apraksia.
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis: didapatkan bila kerusakan telah terjadi
pada lobus frontalis kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi
mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan
dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini menghadapi
masalah frustasi dalam program rehabilitasi mereka. Masalah psikologis lain juga umum
terjadi dan dimanifestasikan oleh labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan
kurang kerja sama.

Pemeriksaan saraf kranial


- Saraf I
Pada klien tumor intrakranial yang tidak mengompresi saraf ini tidak ada kelainan pada
fungsi penciuman.
- Saraf II
Gangguan lapang pandang disebabkan oleh lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual.
Papiledema
Papiledema disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papila saraf
optikus. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi tanda ini mengisyaratkan peningkatan
tekanan intrakranial. Sering kali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor
otak oleh karena pada beberapa indivisu fundus tidak memperlihatkan edema meskipun
tekanan intrakranial amat tinggi. Menyertai papiledema dapat terjadi gangguan penglihatan,
termasuk pembesaran bintik buta dan amaurosis fugaks (saat-saat ketika penglihatan
berkurang).
- Saraf III, IV, dan VI.
Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan manifestasi pada
suatu tanda adanya glioblastoma multiforme.
- Saraf V
Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak mengompresi saraftrigeminus maka tidak ada
kelainan fungsi saraf ini. Pada neurolema yang menganggu saraf ini akan didapatkan adanya
paralisis pada wajah unilateral.
- Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, otot wajah tertarik ke bagian sisi
yang sehat.
- Saraf VIII
Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan
tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran
temporalis atau korteks yang berbatasan.
- Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik, kesukaran membuka mulut.
- Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
- Saraf XII
Lidah simetris, terdapat devisiasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap normal.
Sistem motorik
Lesi serebellum mengakibatkan gangguan pergerakan (keseimbangan dan koordinasi).
Gangguan ini bervariasi tergantung pada ukuran dan lokasi spesifik tumor dalam serebellum.
Gangguan yang paling sering dijuai kurang menyolok tetapi memiliki karakteristik yang
sama dengan tumor serebellum yaitu hipotonia (tidak adanya resistensi normal terhadap
regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya) dan hiperekstensibilitas sendi.
Gangguan dalam koordinasi berpakaian merupakan ciri-ciri khas pada klien dengan tumor
lobus temporalis.
Gerakan involunter
Pada keadaan tertentu klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada tumor
lobus oksipital. Kejang berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal yang peka.
B4 (Bladder)
Inkontinensia unrine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada mesula
oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan tekanan
intrakranial disertai pergesaran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan
dapat berupa muntah proyektil.
B6 (Bone)
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensorik, mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Setelah diagnosis klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik untuk
memperkuat diagnosis dan mengetahui letak tumor. Bagi seorang ahli bedah saraf dalam
menegakkan diagnosis tumor intrakranial adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor,
karakteristik, lokasi, batas, hubungannya dengan system ventrikel, dan hubungannya dengan
struktur vital otak, misalnya sirkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu juga diperlukan
pemeriksaan radiologi canggih yang invasif maupun non invasif. Pemeriksaan non invasif
mencakup CT scan dan MRI, bila perlu diberikan kontras agar dapat mengetahui batas-batas
tumor. CT scan dan MRI memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
Pemeriksaan invasif seperti angiografi serebral dapat memberikan gambaran sistem
peredaran darah tumor dan hubungannya dengan system pembuluh darah sirkulus willisi.
Selain itu, dapat mengetahui hubungan massa tumor dengan vena otak dan sinus duramater.
Foto polos dada dan pemeriksaan lainnya juga perlu dilakukan untuk mengetahui apakah
tumor berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
CT-scan dan MRI
CT scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasien yang diduga
menderita tumor intrakranial. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang
berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranii. Gambaran CT Scan pada
tumor intrakranial umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong
struktur otak disekitarnya. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya
kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena
sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu
pemeriksaan CT scan disertai dengan pemberian zat kontras. Efek terhadap tulang berdekatan
misalnya hiperostosis akibat meningioma. Lesi yang multiple kemungkinan adanya
metastasis.
MRI lebih unggul dibanding CT scan
dengan kontras karena MRI lebih baik dalam memperlihatkan jaringan lunak. MRI juga lebih
sensitif dalam mendeteksi tumor kecil, memberikan visualisasi yang lebih detil, terutama
untuk daerah dasar otak, batang otak, dan daerah fossa posterior.

CT Scan meningioma

CT Scan Glioma

CT Scan meduloblastoma
MRI glioblastoma multiforme

MRI oligodendroglioma

Angiografi

Angiografi bisa menampilkan blush tumor atau pergeseran pembuluh yang diperlukan
untuk melengkapi hasil CT scan. Pada beberapa kasus diperlukan untuk informasi prabedah
seperti mengetahui pembuluh darah yang terkena atau konstriksi pembuluh darah utama oleh
tumor.
Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
Pemeriksaan sitologi pada cairan serebrospinal sangat membantu menegakkan
diagnosis bila berhasil mendapatkan sel tumor secara definitif. Hal ini terutama bila lokasi
tumor pada jaringan otak tidak mudah dicapai, misalnya pada tumor di daerah pineal.
Pemeriksaan cairan serebrospinal juga dapat dilakukan untuk melihat adanya tumor marker.
Meskipun tidak spesifik, beberapa tumor marker dapat mengarahkan pada adanya tumor
metastasis.
Punksi lumbal dilakukan harus benar-benar diyakini terlebih dahulu bahwa tidak ada
peningkatan tekanan intrakranial. Bila didapatkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial, maka punksi lumbal tidak boleh dilakukan karena akan memberikan resiko besar
terjadinya herniasi otak.
Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak rutin dilakukan, terutama pada pasien dengan massa
di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi
seperti abses serebri.
Tumor Marker
Usaha untuk mencari substansi yang menunjukkan pertumbuhan tumor spesifik dari
darah atau cairan serebrospinal terbatas pada hubungan antara peningkatan alfa feto protein
dan gonadotrofin khorionik manusia dengan germinoma ventrikel ketiga yang membantu
diagnosis. Perkembangan antibodi monoklonal, dengan perbaikan pada sensitivitasnya
mungkin memberikan pendekatan yang bermanfaat untuk lokasi tumor serta identifikasinya
dimasa yang akan datang.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibagi menjadi dua, yakni non-farmakologis dan farmakologis.
a. Non-farmakologis
Pembedahan
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologic (paralisis, kebutaan) atau
tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). Pendekatan
pembedahan konvensional memerlukan insisi tulang (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan
umum untuk mengobati pasien meningeoma, neuroma akustik, astrositoma kistik pada
cerebellum, kista koloid pada ventrikel ketiga, tumor congenital seperti kista dermoid dan
beberapa granuloma. Untuk pasien-pasien dengan glioma maligna pengangkatan tumor
secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal dengan tindakan
yang mencakup pengurangan TIK, pengangkatan jaringan nekrotik dan mengurangi bagian
yang besar dari tumor, yang secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau
menjadi resisiten terhadap radiasi atau kemoterapi.
Radioterapi
Tumor diterapi melalui radioterapi konvensional dengan radiasi total sebesar 5000-6000
rad tiap fraksi dalam beberapa arah. Kegunaan dari radioterapi hiperfraksi ini didasarkan
pada alasan bahwa sel-sel normal lebih mampu memperbaiki kerusakan subletal
dibandingkan sel-sel tumor dengan dosis tersebut. Radioterapi akan lebih efisien jika
dikombinasikan dengan kemoterapi intensif. Efek radioterapi tergantung dosis total dan
durasi pengobatan. Harus terdapat keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal sekitar.
Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar sensitivitasnya. Radioterapi terutama
bernilai pada pengelolaan tumor ganas, seperti astrositoma maligna, metastasis,
medulloblastoma, dan germinoma. Namun juga berperan penting pada beberapa tumor jinak,
seperti adenoma pituitary dan kraniofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui
jalur cairan serebrospinal seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh aksis neural dapat
menekan risiko terjadinya rekurensi dalam selang waktu singkat.

Kemoterapi
Jika tumor tersebut tidak dapat disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap
diperlukan sebagai terapi tambahan dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu
seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi
tambahan berupa kemoterapi dan regimen radioterapi dapat membantu sebagai terapi
paliatif. Obat kemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tumor secara selektif, namun
respon sel tumor berkaitan langsung dengan dosis. Tidak dapat dihindarkan bahwa dosis
tinggi menyebabkan toksisitas pada sum-sum tulang. Dalam praktek, dosis yang tidak
adekuat dapat menimbulkan depresi sum-sum tulang seperti leukopenia.

Imunoterapi
Imunoterapi dengan menggunakan teknik produksi antibodi monoclonal memberi
harapan yang lebih baik dalam mengatasi tumor ganas, walau pengangkutan dan lokasinya
masih merupakan masalah. Antibodi monoklonal berperan sebagai karier, yang membawa
obat sitotoksik, toksin atau radionuklida langsung ke daerah tumor. Antibodi monoklonal
dapat mengidentifikasi antigen yang terdapat pada sel tumor.
b. Farmakologis
Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran. Hal
ini dianggap bahwa kortikosteroid menurunkan radang sekitar pusat metastase dan
menurunkan edema sekitar. Kortikosteroid yang digunakan seperti Deksametason dan
Prednison.

Obat-obatan lain
Obat-obat lain ini mencakup agens-agens osmotic untuk menurunkan cairan pada otak,
yang ditunjukkan dengan penurunan TIK, seperti obat Manitol dan Gliserol. Obat-obat anti
kejang digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang, seperti obat Fenitoin. Hasil
pendukung telah ditunjukkan pada pengobatan terhadap lesi metastatic dengan agens
kemoterapi seperti karmustin (BCNU). Bila pasien mempunyai nyeri hebat, Morfin dapat
diinfuskan ke dalam ruang epidural atau subarachnoid melalui jarum spinal dan kateter
sedekat mungkin ke segmen spinal dimana nyeri dirasakan.

10. Prognosis
Tumor intrakranial tergantung pada jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di negara-
negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui pembedahan
dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun berkisar 50-60 % dan angka
ketahanan hidup 10 tahun berkisar 30-40 %. Terapi tumor intrakranial di Indonesia secara
umum prognosisnya masih buruk, berdasarkan tindakan operatif yang dilakukan pada
beberapa rumah sakit di Jakarta. Tumor otak umumnya memberikan prognosis yang jelek.

Anda mungkin juga menyukai