Anda di halaman 1dari 5

DIARE

DIARE
(n) penyakit dengan gejala berak-berak; menceret.
(KBBI)

DIARRHEA
Pengeluaran tinja berair berkali-kali tidak normal. Familial chloride d., Jenis diare yang
parah yang dimulai pada awal masa bayi, ditandai dengan feses yang mengandung klorida yang
berlebihan akibat gangguan prtukaran klorida-bikarbonat di kolon bagian bawah. Akan dijumpai perut
kembung, kelesuan dan pertumbuhan serta perkembangan mental yang terlambat.
Diare (bahasa Inggris: diarrhea) adalah sebuah penyakit di saat tinja atau feses berubah menjadi
lembek atau cair yang biasanya terjadi paling sedikit tiga kali dalam 24 jam. Di negara berkembang,
diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, dan juga membunuh lebih dari 2,6 juta
orang setiap tahunnya. Osmotic d., diare yang diakibatkan oleh adanya larutan yang tidak terserap
aktif secara osmotic, seperti magnesium sulfat, dalam usus. Parental d., diare oleh karena infeksi
diluar saluran pencernaan. Secretory d., diare cair yang banyak akibat peningkatan rangsangan
sekresi ion dan air, penghambatan absorpsoion dan air, atau keduanya; osmolitas tinja kurang lebih
sama dengan plasma. Toxigenic d., diare cair yang banyak, yang disebabkan oleh enterotoksin dari
bakteri enterotoksigenik seperti Vibrio cholera dan galur Eschericia coli enterotoksigenik. Traveler’s
d., diare yang terjadi pada pelancong, terutama mereka yang mengunjungi daerah tropis atau
subtropics yang sanitasi nya kurang baik; diare ini dapat disebabkan oleh banyak agen, yang paling
sering yaitu Eschericia coli enterotoksigenik. Tropical d., lihat dibawah sprue. Weanling d., diare
pada bayi pada saat diberikan makanan selain susu ibunya, biasanya akibat sanitasi yang tidak adekuat
dan infeksi oleh Eschericia coli atau rotavirus.
(Kamus Saku Dorland).

Penyebab Diare
Mekanisme diare (Juffrie, 2011) Secara umum diare disebabkan dua hal yaitu gangguan pada
proses absorpsi atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian diare :
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorpsi
b. Gangguan sekresi
3. Pembagian diare menurut lamanya diare
a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non infeksi
c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi.

Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri


a. Infeksi non-invasif: Staphylococcus aureus,
Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Vibrio
cholerae, Escherichia coli patogen.
b. Infeksi invasif: Shigella, Salmonella
nontyphoid, Salmonella typhi, Campylobacter,
Vibrio non-cholera, Yersinia, Enterohemorrhagic
E. coli (subtipe 0157), Aeromonas,
Plesiomonas.
Pendekatan pasien dewasa dengan diare
akut:3
1. Melakukan penilaian awal.
2. Terapi dehidrasi.
3. Mencegah dehidrasi pada pasien tanpa tanda dehidrasi menggunakan cairan atau
larutan rehidrasi oral:
a) Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan rehidrasi oral dan koreksi
dehidrasi berat dengan larutan intravena yang tepat,
b) Memberikan hidrasi menggunakan larutan rehidrasi oral,
c) Mengobati gejala.
4. Stratifi kasi manajemen:
a) Petunjuk epidemiologis: makanan, antibiotik, aktivitas seksual, perjalanan wisata, penyakit
lainnya, wabah, musim.
b) Petunjuk klinis: diare berdarah, nyeri abdomen, disentri, penurunan berat badan, inflamasi fekal.
5. Mengambil spesimen fekal untuk analisis: Jika diare berat, inflamasi, berdarah atau persisten, dan
pada saat awal wabah atau epidemik.
6. Mempertimbangkan terapi antimicrobial untuk patogen spesifiak.

Cara Penularan Dan Faktor Resiko


Menurut Bambang dan Nurtjahjo (2011) cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-
oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak
langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau
tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, files, fluid, field).
Juffrie dan Mulyani (2011) Faktor resiko yang dapat meningkatan penularan enteropatogen antara
lain: tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4- 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak
memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan
(MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan
yang tidak higenis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut beberapa faktor
pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita
campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
1. Faktor umur
Sebagian besar episiode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insidensi tertinggi terjadi
pada kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini
menggambarkan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi,
pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan
tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen
merangsang paling tidak sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada orang
dewasa.

2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini meningkat setelah
umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunitas aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin
berlangsung beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung virus, bakteri atau kista
protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam penyebaran
banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga
kebersihan dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Escheria coli dapat
menyebabkan bakteremia dan infeksi sistemik pada neonatus. Meskipun Escheria coli sering
ditemukan pada lingkungan ibu dan bayi, belum pernah dilaporkan bahwa ASI sebagai sumber
infeksi Escheria coli (Alan & Mulya, 2013).

3. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Didaerah sub tropik, diare
karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare karena virus terutama
rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Didaerah tropik (termasuk indonesia), diare yang
disebabkan oleh retrovirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim
kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.
ETIOLOGI
1. Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak
pada anak (70-80%). Beberapa jenis virus
penyebab diare akut antara lain Rotavirus
serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia, Norwalk
virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40, 41), Small
bowel structured virus, Cytomegalovirus.
2. Bakteri
Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteropathogenic
E. coli (EPEC), Enteroaggregative E.
coli (EAggEC), Enteroinvasive E. coli (EIEC),
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC), Shigella
spp., Campylobacter jejuni (Helicobacter
jejuni), Vibrio cholerae 01, dan V. choleare 0139,
Salmonella (non-thypoid).
3. Protozoa
Giardia lamblia, Entamoeba histolytica,
Cryptosporidium, Microsporidium spp.,
Isospora belli, Cyclospora cayatanensis.
4. Helminths
Strongyloides stercoralis, Schistosoma spp.,
Capilaria philippinensis, Trichuris trichuria.

PATOFISIOLOGI
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non
inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang
menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam,
tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis
ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair
dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada
sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat
cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik,
sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat
diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare.
Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang ataupun
sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin
kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa
hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan
diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.
Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.Kelompok lain adalah
akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi
pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua
mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri
yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses.
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri
pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau
sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus.

OBAT ANTI-DIARE
Kelompok Anti-sekresi Selektif
Terobosan terbaru milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat
sebagai penghambat enzim enkephalinase, sehingga enkephalin dapat bekerja normal kembali.
Perbaikan fungsi akan menormalkan sekresi elektrolit, sehingga keseimbangan cairan dapat
dikembalikan. Hidrasec sebagai generasi pertama jenis obat baru anti-diare dapat pula digunakan dan
lebih aman pada anak.

Kelompok Opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl, serta kombinasi difenoksilat dan
atropine sulfat. Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari, loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. Efek
kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan, sehingga dapat
memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekuensi diare. Bila diberikan dengan benar cukup
aman dandapat mengurangi frekuensi defekasi sampai 80%. Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut
dengan gejala demam dan sindrom disentri.

Kelompok Absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap bahan infeksius atau toksin. Melalui efek tersebut, sel
mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

KOMPLIKASI
Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama, terutama pada lanjut usia dan
anak-anak. Pada diare akut karena kolera, kehilangan cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat
terjadi syok hipovolemik. Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya hypokalemia
dan asidosis metabolik. Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis, syok
hipovolemik sudah tidak dapat diatasi lagi, dapat timbul nekrosis tubular akut ginjal dan selanjutnya
terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak
adekuat, sehingga rehidrasi optimal tidak tercapai. Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah
komplikasi terutama oleh EHEC. Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan
trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya dengan penggunaan antibiotic masih kontroversial.
Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati demielinisasi akut, merupakan komplikasi potensial
lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni; 20-40% pasien Guillain – Barre menderita infeksi C. jejuni
beberapa minggu sebelumnya. Pasien menderita kelemahan motorik dan mungkin memerlukan
ventilasi mekanis. Mekanisme penyebab sindrom Guillain – Barre belum diketahui. Artritis pasca-
infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena Campylobacter, Shigella,
Salmonella, atau Yersinia spp.
PROGNOSIS
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi antimikrobial jika
diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas minimal.
Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia.
Di Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare infeksius < 1,0%. Pengecualiannya pada
infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.

ORALIT
Oralit
(n) Obat berupa bubuk garam untuk dicairkansebagai pengganti mineral dan cairan yang keluar akibat
penyakit muntah berak.
(KBBI)
Oralit adalah larutan untuk merawat diare. Larutan ini sering disebut rehidrasi oral. Larutan ini
mempunyai komposisi campuran Natrium klorida, kalium klorida, glukosa anhidrat dan natrium
bikarbonat. Larutan rehidrasi oral ini mempunyai nama generik oralit dan larutan ini sekarang dijual
dengan berbagai merek dagang seperti Alphatrolit®, Aqualyte®, Bioralit® dan Corsalit®.
Tujuannya adalah untuk mencegah dehidrasi. Terdapat dua jenis oralit, yaitu oralit dengan basa sitrat
(LGOS) dan oralit basa bikarbonat (LGOB).

Oralit tersedia dalam bentuk serbuk untuk dilarutkan dan dalam bentuk larutan diminum perlahan-
lahan.
Takaran pemberian oralit untuk mengatasi diare (1 jam pertama)

umur < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 12 tahun dewasa

300 ml dalam 1,5 gelas 600 ml dalam 3 gelas 1,2 l dalam 6 gelas 2,4 l dalam 12 gelas

Takaran pemberian oralit untuk mengatasi diare (setiap habis buang air)

umur < 1 tahun 1 - 4 tahun 5 - 12 tahun dewasa

100 ml dalam 0,5 gelas 200 ml dalam 1 gelas 300 ml dalam 1,5 gelas 400 ml dalam 5 gelas

Anda mungkin juga menyukai