Anda di halaman 1dari 8

DASAR TEORI LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TAMBANG

TUGAS MODUL 6
KEGIATAN BELAJAR 4
REKLAMASI TAMBANG

OLEH:

DWI ANGGA OKTAVIANTO

18150449510028

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA

2018
1. Apa yang dimaksud dengan reklamasi bekas tambang?

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang

terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya

guna sesuai peruntukannya. Reklamasi lahan bekas tambang selain merupakan upaya

untuk memperbaiki kondisi lingkungan pasca tambang, agar menghasilkan lingkungan

ekosistem yang baik dan juga diupayakan menjadi lebih baik dibandingkan rona awalnya,

dilakukan dengan mempertimbangkan potensi bahan galian yang masih tertinggal

(Supratman, 2018).

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang

terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan berdaya

guna sesuai peruntukannya (Suprapto)

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk

menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat

berfungsi kembali sesuai peruntukannya (UU Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara)

2. Bagaimana perenan pemerintah dalam reklamasi bekas tambang?

Pemerintah sebagai salah satu pemangku kepentingan dalam bidang

pertambangan memiliki peran kunci untuk terlaksannya kegiatan reklamasi pasca

tambang. Undang Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara dalam pasal 6 menyatakan bahwa pemerintah pusat memiliki wewenang dalam

hal pengawasan dan pembinaan reklamasi pasca tambang, sedangkan wewenang yang

sama juga dimiliki oleh pemerintah provinsi (pasal 7), serta pemerintah kabupaten kota

(pasal 8).

Dalam mewujudkan wewenang tersebut sevagai salah satu contohnya saya

gambarkan peranan Pemerintah Kota Samarinda yang diwakili melalui Dinas

Pertambangan Umum dan Energi Provinsi Kalimantan Timur, beserta di bantu oleh Komisi

Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang dalam melakukan tahap pengawasan dan
pembinaan. Tahap pengawasan dan pembinaan ini merupakan skema program

pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota

Samarinda dengan jangka waktu selama tiga hingga enam bulan bahkan juga satu tahun.

Hal ini tidak terlepas dari peranan kebijakan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013

tentang Reklamasi dan Pasca Tambang khususnya terhadap mekanisme dana jaminan

reklamasi dan pasca tambang. Perincian ketentuan norma hukum mengenai Komisi

Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang Daerah dalam pelaksanaan reklamasi dan

pasca tambang di Kalimantan Timur dikarenakan kedudukannya memiliki peranan penting

terhadap pengawasan reklamasi dan pasca tambang di wilayah Kalimantan Timur, dimana

komisi ini merupakan ujung tombak terlaksananya reklamasi dan pasca tambang guna

meminimalisir pelanggaran dan pemberian sanksi hukum terhadap perusahaan

pertambangan di wilayah Kalimantan Timur.

Pengawas Reklamasi dan Pasca Tambang Daerah meliputi kebenaran antara

dokumen rencana reklamasi pasca tambang dan realisasi pelaksanaan reklamasi pasca

tambang, dan menerima laporan pengaduan atas dampak negatif yang ditimbulkan dari

kegiatan pertambangan mineral dan batubara. Jaminan Pascatambang adalah dana yang

disediakan oleh Pemegang Izin Usaha Pertambangan atau Izin Usaha Pertambangan

Khusus sebagai jaminan untuk melakukan kegiatan Pascatambang.

3. Jelaskan langkah-langkah pelaksanaan kegiatan rekalamasi bekas tambang!

1) Penataan lahan (recountouring) yang akan direklamasi

Lahan yang akan direklamasi ditata sedemikan rupa agar lereng-lereng tidak

menyebabkan erosi dan sedimentasi yang mengakibatkan pencemaran lingkungan. Hal

ini dilakukan dengan memperhatikan daya tahan tanah dan penataan saluran drainase.

Selain itu yang dapat dilakukan adalah konvesi tanah permukaan bekas tambang,

lapisan tanah paling atas atau tanah pucuk, merupakan lapisan tanah yang perlu

dikonservasi, karena paling memenuhi syarat untuk dijadikan media tumbuh tanaman.

Hal ini mencerminkan bahwa proses reklamasi harus sudah mulai berjalan sejak proses
penambangan dilakukan, karena konservasi tanah pucuk harus dilakukan pada awal

penggalian.

2) Penyebaran tanah pucuk

Kegiatan penyebaran tanah pucuk dilakukan merata diseluruh area yang akan

direklamasi. Pelaksanaan kegiatan ini mengacu kepada dokumen rencana reklamasi

yang telah disepakati dan dilakukan paralel dengan penataan lahan. Untuk

mendapatkan tanah pucuk tersebut diambil dari penyimpanan tanah pucuk yang telah

diamankan dari hasil pengupasan bahan galian.

Pemindahan tanah yang dihitung untuk pekerjaan reklamasi hanya pemindahan tanah

pucuk (topsoil) saja, sedangkan pemindahan tanah penutup (overburden) tidak karena

penggalian dan penimbunan overburden (OB) pada blok penambangan merupakan

bagian dari kegiatan operasi penambangan dimana OB langsung ditimbun ke blok

penambangan yang telah selesai ditambang, sehingga biaya yang diperlukan

dibebankan kepada biaya operasi penambangan.

3) Penataan Lahan

Penataan lahan dilakukan untuk memperbaiki kondisi bentang alam, antara lain dengan

cara:

a) Menutup lubang galian (kolong) dengan menggunakan limbah tailing (overburden).

Lubang kolong yang sangat dalam dibiarkan terbuka, untuk penampung air;

b) Membuat saluran drainase untuk mengendalikan kelebihan air,

c) Menata lahan agar revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali, diantaranya

dilakukan dengan cara meratakan permukaan tanah, jika tanah sangat

bergelombang penataan lahan dilakukan bersamaan dengan penerapan suatu teknik

konservasi, misalnya dengan pembuatan teras.


d) Menempatkan tanah pucuk agar dapat digunakan secara lebih efisien. Karena

umumnya jumlah tanah pucuk terbatas, maka tanah pucuk diletakan pada areal atau

jalur tanaman. Tanah pucuk dapat pula diletakkan pada lubang tanam.

4) Pengaturan sistem drainase

Pengaturan drainase pada lingkungan reklamasi dan penutupan tambang dikelola

secara seksama untuk menghindari efek pelarutan sulfida logam, erosi dan bencana

banjir yang sangat berbahaya, dapat menyebabkan rusak atau jebolnya bendungan

penampung, settling pond, atau bendungan tailing serta infrastruktur lainnya. Kapasitas

drainase harus memperhitungkan iklim dalam jangka panjang, curah hujan maksimum,

serta banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik periode waktu

jangka panjang maupun pendek. Arah aliran yang tidak terhindarkan harus meleweti

zona mengandung sulfida logam, perlu pelapisan pada badan alur drainase

menggunakan bahan impermeabel. Hal ini untuk menghindarkan pelarutan sulfida

logam yang potensial menghasilkan air asam tambang.

5) Pengendalian erosi dan sedimentasi

Untuk pengendalian erosi dan sedimentasi, pengaturan bentuk lahan harus disesuaikan

terlebih dahulu dengan kondisi atau keadaaan topografi dan keadaan hidrologi daerah

tersebut, kegiatan ini meliputi:

Pengaturan Bentung Lereng

Pengaturan bentuk lereng bertujuan untuk mengurangi kecepatan air limpasan (run off),

erosi, sedimentasi dan longsor. Dalam menentukan kemiringan lereng dibutuhkan

informasi kekuatan batuan, kekuatan batuan untuk menahan tekanan atau gaya

tergantung dari sifat fisik dan sifat mekanik batuan tersebut, sehingga pada saat kita

akan menentukan suatu kemiringan atau jenjang dan ketinggian suatu lereng, ada

baiknya menyesuaikan dengan sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan itu sendiri.

6) Penanaman tanaman tertutup (cover crop)


Fungsi dari tanaman penutup (cover crop) adalah untuk mengurangi terjadinya erosi

dan meningkatkan kesuburan tanah di lokasi bekas penambangan, yang mana nantinya

akan terlihat hijau dengan tumbuhnya cover crop atau tanaman polongan dan juga

untuk menjaga kelembaban tanah tersebut. Untuk penanaman tanaman penutup tanah

(cover crop) dapat memilih untuk campuran jenis tanaman polongan seperti

Centrasema Pubescens (CP), Colopogonium Mucoides (CM), dan jumlah penyebaran

per Hektar berkisar 100-200 kg. dan sistim yang dapat direncanakan seperti spot atau

membuat jalur paritan, Untuk mengevaluasi keberhasilan pertumbuhan tanaman dapat

ditentukan dari presentasi penutupan tajuk pertumbuhannya, perkembangan akarnya,

peningkatan humus dan berfungsi sebagai filter alam, dengan cara ini dapat diketahui

sejauh mana tingkat keberhasilan penanaman cover crop dalam merestorisasi lahan

bekas tambang.dan selanjutnya dapat dilakukan penanaman tanaman fast grow 1-2

minggu setelah penanaman cover crop.

7) Penanaman tanaman pionir

Untuk mengurangi kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit, serta untuk lebih

banyak menarik binatang penyebar benih, khususnya burung, lebih baik jika digunakan

lebih dari satu jenis tanaman pionir/multikultur.

8) Penanggulangan logam berat

Pada areal yang mengandung logam berat dengan kadar di atas ambang batas

diperlukan perlakuan tertentu untuk mengurangi kadar logam berat tersebut. Vegetasi

penutup tanah yang digunakan untuk memantapkan timbunan buangan tambang dan

membangun kandungan bahan organik, bermanfaat pula untuk mengurangi kadungan

logam berat dengan menyerapnya ke dalam jaringan (Notohadiprawiro, 2006).

Beberapa laporan juga menunjukkan bahwa bahan organik berkorelasi negatif dengan

kelarutan logam berat di dalam tanah, karena keberadaan bahan organik tanah

meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Hasil penelitian menunjukkan


pemberian bahan organik dikombinasikan dengan pencucian dapat menurunkan

kandungan logam mercuri (Hg) dalam tanah sampai 84%.


Daftar Pustaka
 Thomas, Larry (2002)., Coal Geology, John Wiley & Sons.
 2. Hartman, Howard L., (2002), Introductory Mining Engineering 2nd edition, John
Wiley & Sons.
 Suprapto, Sabtanto Joko. Tinjauan Reklamasi Lahan Bekas Tambang dan Aspek
Konservasi Bahan Galian
 Hilmansyah, Reklamasi Bekas Tambang, Sumber internet
[repository.unisba.ac.id]

BAB II
DASAR TEORI

2.1. Survey Tambang Terbuka


Pengukuran (survey) adalah sebuah teknik pengambilan data yang
dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke obyek lainnya. Hasil penelitian
geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengolahan data pengukuran adalah dasar
dari pembuatan peta (Tim Asisten, 2014)
Survei pertambangan yaitu sebuah cabang ilmu dan teknologi dan bidang pertambangan. Pekerjaan ini
meliputi pengukuran, perhitungan, dan pemetaan yang melayani tujuan mendapatkan informasi pada semua
tahap dari prospeksi untuk eksploitasi dan memanfaatkan kandungan mineral, baik berada pada permukaan
maupun pada bawah tanah. Berikut ini adalah kegiatan utama dari survei tambang:
1. Menginterpretasi geologi tentang kandungan mineral dalam kaitannya dengan eksploitasi ekonomi daripadanya
2. Penyelidikan dan negosiasi hak pertambangan mineral
3. Membuat dan merekam, dan perhitungan pengukuran survei tambang pertambangan kartografi
4. Investigasi dan prediksi dampak tambang yang bekerja pada permukaan dan dibawah permukaan.
5. Perencanaan tambang perencanaan dalam konteks lingkungan setempat dan rehabilitasi setelah ditambang.
(Anonim, 2014)
Pekerjaan survey pada survey tambang terbuka dapat dikategorikan sebagai pekerjaan Geodesi
Rendah (Plane Geodesi). Pada umumnya wilayah tambang tidak mencakup areal yang terlalu luas sehingga
kelengkungan bumi dapat diabaikan (dalam beberapa area tambang, kelengkungan bumi tetap diperhitungkan).

Pemetaan topografi merupakan pengukuran yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah peta yang
mangambarkan suatu permukaan datar dari seluruh atau bagian dari permukaan bumi, untuk memperlihatkan
kenampakan fisik, politik, atau lainnya tiap titik pada diagram dihubungkan dengan posisi geografi menurut skala
dan proyeksi tertentu (Firmansyah, 2012)
Sepanjang zaman, peta telah mempunyai dampak mendalam pada kegiatan manusia, dan dewasa ini
tuntutan akan peta barangkali lebih besar dari sebelumnya. Peta-peta sangat penting dalam rekayasa,
pengelolaan sumber daya, pertanian, dan banyak bidang lainnya. Peta memperlihatkan beraneka ragam cirinya
topografi, batas-batas hak milik

Anda mungkin juga menyukai