Anda di halaman 1dari 13

A.

JUDUL PERCOBAAN
Netralisasi Asam Basa.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan titrasi asam basa dengan menggunakan indikator.
C. LANDASAN TEORI
Asam basa memiliki beberapa konsep atau teori. Teori yang pertama
yaitu teori Arrhenius. Teori Arrhenius mengemukakan bahwan asam ialah zat
yang melepaskan ion H+ dalam air sedangkan basa ialah zat yang melepaskan
ion OH- dalam air. Contoh teori asam basa menurut Arrhenius :
Asam : H2SO4 2H+ + SO42-
Basa : NaOH Na+ + OH-
Teori Bronsted mengemukakan bahwa asam ialah zat yang mendonorkan
proton kepada zat lain, sedangkan basa ialah zat yang menerima proton dari
zat lain. Dalam hal ini, proton ialah atom hidrogen yang kehilangan
elektronnya. Menurut teori bronsted, reaksi asam dan basa akan menghasilkan
asam dan basa lain atau dikenal dengan istilah pasangan asam-basa konjugasi.
Contoh teori asam basa bronsted :
HCOOH + H2O HCOO- + H3O+
Dimana H2O dan H3O+ serta HCOOH dan HCOO- adalah pasangan asam-basa
konjugasi. Teori yang terakhir yaitu teori lewis. Teori Lewis mengemukakan
bawah asam ialah akseptor pasangan elektron, sedangkan basa ialah donor
pasangan elektron (Goldberg, 2005:198).
Asam dan basa memiliki sifat yang bertolak belakang atau sangat
berbeda. Adapun sifat asam yaitu berasa masam. Asam menyebabkan
perubahan warna pada zat warna tumbuhan. Asam juga bersifat korosif
terutama pada logam. Dan asam dapat memerahkan kertas lakmus biru.
Sedangkan basa memiliki rasa pahit dan jika mengenai kulit akan terasa licin
serta bersifat kaustik atau dapat merusak kulit. Basa dapat membirukan kertas
lakmus merah. Asam dan basa juga memiliki satu persamaan, yaitu dalam
bentuk larutan dalam air, asam dan basa sama-sama dapat menghantarkan
arus listrik (Chang. 2005:96).
Menurut Khopkar (2008:40-41), dalam asam basa kita sering mendengar
istilah titrasi. Titrasi sendiri dapat dibedakan menjadi 4, antara lain :
1. Titrasi asam-basa yang meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun
lemah.
2. Titrasi redoks yaitu titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi
reduksi.
3. Titrasi pengendapan yaitu titrasi yang meliputi pembentukan endapan,
seperti titrasi Ag atau Zn dengan K4Fe(CN)6 dengan indikator
pengadsorpsi.
4. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi EDTA seperti
titrasi spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengompleksan
Asam dan basa kuat terurai sempurna dalam larutan berair. Oleh karena
itu, pH pada berbagai titik selama titrasi dapat dihitung langsung dari jumlah
stoikiometri asam dan basa yang dibiarkan bereaksi. Pada titik ekivalen, pH
ditentukan oleh tingkat terurainya air. Pada 25⁰C pH air murni adalah 7.
Dasar perhitungan pada reksi asam-basa yang terpenting adalah
kesetimbangan dan stoikiometri reaksi (Day, 2001:129).
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekivalen
antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam atau
basa lemah jika penitrasian adalah asam atau basa kuat dengan perbandingan
tetapan disosiasi asam lebih besar dari 104. Selama titrasi asam basa
berlangsung, pH larutan berubah secara drastis bila volume titrannya
mencapai titik ekivalen. Kesalahan titik akhir dan pH pada titik ekivalen
merupakan tujuan pembuatan kurva titrasi (Khopkar, 2008:41)
Titrasi asam-basa dapat dilakukan dengan menggunakan indikator atau
menggunakan pH meter. Titrasi asam-basa menggunakan indikator
didasarkan pada rekasi netralisasi asam-basa. Pada titik ekivalen, jumlah asam
yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan
titik ekivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam-basa, yaitu suatu zat
yang perubahan warnanya tergantung pada pH larutan. Titik akhir tidak selalu
berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi.
Dengan pemilihan indikator yang tepat, maka kita dapat memperkecil
kesalahan titrasi (Tim Dosen, 2017:21).
Netralisasi berhubungan dengan reaksi penetralan yang merupakan reaksi
antar asam dengan basa. Reaksi asam-basa dalam medium air biasanya
menghasilkan air dan garam yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk
dari suatu kation selain H+ dan suatu anion OH-. Berikut persamaan sederhana
asam dan basa :
Asam + Basa garam + air
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
(Chang, 2005:99).
Indikator asam-basa adalah zat yyanf berubah warnanya atau membentuk
fluoresen atau kekeruhan pada suatu range (trayek) pH tertentu. Indikator
asam-basa terletak pada titik ekivalen dan ukuran dari pH. Zat-zat indikator
dapat berupa asam atau basa, larut, stabil dan menunjukkan perubahan warna
yan kuat. Indikatpr asam-basa biasa terbuat dari zat organik. Perubahan warna
pada indikator asam-basa, perubahan warna disebabkan oleh resonansi isomer
elektron. Berbagai indikator asam-basa mempunya tetapan ionisasi yang
berbeda dan mengakibatkan penunjujjan warna pada range pH yan berbeda
juga (Khopkar, 2008: 46-47)
Menurut Underwood (2001:153), ada beberapa macam indikator asam-
basa yang dapat digunakan untuk menentukan pH larutan. Antara lain :
Tabel 3.1 Beberapa Indikator Asam-Basa
No Indikator Perubahan warna dengan Jangka pH
naiknya pH
1 Asam pikrat Tak berwarna ke kuning 0,1-0,8
2 Biru timol Merah ke kuning 1,2-2,8
3 2,6-Dinitrofenol Tak berwarna ke kuning 2,0-4,0
4 Kuning metil Merah ke kuning 2,9-4,0
5 Biru bromtimol Kuning ke biru 3,0-4,6
6 Jingga metil Merah ke kuning 3,1-4,4
7 Hijau bromkresol Kuning ke biru 3,8-5,4
8 Merah metil Merah ke kuning 4,2-6,2
9 Lakmus Merah ke biru 5,0-8,0
10 Ungu metil Ungu ke hijau 4,8-5,4
11 p-Nitrofenol Tak berwarna ke kuning 5,6-7.6
12 Ungu bromkresol Kuning ke ungu 5,2-6,8
13 Biru bromtimol Kuning ke biru 6,0-7,6
14 Merah netral Merah ke kuning 6,8-8,0
15 Merah fenol Kuning ke merah 6,8-8,4
16 p-a Naftotalein Kuning ke merah 7,0-9,0
17 Fenolftalein Tak berwarna ke merah 8,0-9,6
18 Timolftalein Tak berwarna ke biru 9,3-10,6
19 Kuning R alizarin Kuning ke lembayung 10,1-12,0
20 1, 3, 5- Tak berwarna ke jingga 12,0-14,0
Trinitrobenzena
Indikator yang digunakan dalam percobaan ini ialah indikator universal
dan indikator phenolftalein. Indikator fenolftalein merupakan asam diprotik
dan tidak berwarna. Indikatir fenolftalein terurai lebih dahulu menjadi tidak
berwarna dan kemudian, dengan hilangnya proton kedua, menjadi ion dengan
sistem terkonjugat, menghasilkan warna merah (Underwood, 2001:142).
Larutan asam-basa yang digunakan dalam laboratorium biasanya berada
dalam konsentrasi sekitar 0,05 sampai 0,5 M. Larutan dengan konsentrasi
sekian memerlukan volume yang masuk akal untuk di titrasi. Dalam praktek
laboratorium, orang lazim menyiapkan larutan suatu asam dan suatu basa kira-
kira pada konsentrasi yang diinginkan dan kemudian menstandarkan larutan
tersebut dengan suatu standar primer. larutan asam ini distandarkan terhadap
suatu standar primer menurut cara yang lazim. Reaksi antara zat yang dipilih
sebagai suatu standar primer dan asam atau basa seharusnya dengan nyata
memenuhi persyaratan untuk analisis titrimetri (Day, 2000:164-165)
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Buret 50 ml 1 buah
b. Pipet ukur 10 ml 1 buah
c. Labu erlenmeyer 100 ml 3 buah
d. Bulb pipet 1 buah
e. Gelas kimia 100 ml 1 buah
f. Corong biasa 1 buah
g. Lap halus 1 buah
h. Lap kasar 1 buah
i. Labu semprot 1 buah
j. Pipet tetes 3 buah
k. Statif dan klem 1 buah
2. Bahan
a. Tissue
b. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,1 M
c. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,2 M
d. Indikator phenolftalein (PP)
e. Indikator universal
f. Aquades (H2O)
E. PROSEDUR KERJA
1. Larutan NaOH 2 M dimasukkan kedalam buret 50 ml sebanyak 10 ml.
2. Larutan HCl 0,1 M dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer sebanyak 10 ml
menggunakan pipet ukur 10 ml, kemudian pH larutan diukur.
3. Larutan NaOH 0,2 M sebanyak 1 ml ditambahkan kedalam larutan HCl 0,2 M
melalui buret, kemudian pH larutan diukur.
4. Tiga tetes indikator phenolftalein (PP) ditambahkan kedalam erlenmeyer yang
berisi 10 ml larutan HCl 0,1 M dan 1 ml larutan NaOH 0,2 M.
5. Keadaan awal (skala) dalam buret dicatat
6. Larutan HCl dititrasi dengan larutan NaOH hingga berubah menjadi merah
muda.
7. Keadaan akhir (skala) dalam buret dicatat. Kemudian pH larutan diukur.
8. 1 ml NaOH 0,2 M ditambahkan kedalam larutan HCl melalui buret,
kemudian pH larutan diukur menggunakan indikator universal.
9. Titrasi diulangi sebanyak 2 kali.

F. HASIL PENGAMATAN
Table 1.1 titrasi larutan asam klorida dengan natrium hidroksida.
PH setelah Titrasi PH
PH PH
penambahan lanjutan setelah +
awal
Erlenmeyer 1 ml NaOH Volume PH NaOH
HCl
0,2 M NaOH NaOH 0,2 M
1 1 7 ml 7 14
I
1 1 6,5 ml 7 13
II
1 1 7 ml 8 14
III
6,83 ml
Rata-rata

𝑉1 NaOH+𝑉2 NaOH+𝑉3 NaOH


Volume rata-rata NaOH =
3

(7+6,5+7)ml
= = 6,83 ml
3

G. ANALISIS DATA
1. pH larutan HCl sebelum penambahan NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M
M NaOH = 0,2 M
V HCl = 10 ml
Ditanyakan: PH = …?
Penyelesaian:
HCl H+ + Cl-
[H+] = M HCl-
= 0,1 M
= 10-1 M
pH = -Log [H=]
= -Log 10-1 M
= 1 – Log 1
pH = 1
2. pH larutan setelah penambahan 1 ml NaOH
Diketahui : M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 ml = 0,01 L
M NaOH = 0,2 M
V NaOH = 1 ml = 0,001 L
Ditanyakan: PH = …..?
Penyelesaian:
n HCl = M HCl . V HCl
= 0,1 M . 0,01 L
= 0,001 mol
n NaOH = M NaOH . V NaOH
= 0,2 M . 0,01 L
= 0,0002 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(aq)
Mula” : 0,01 mol 0,002 mol - -
Reaksi: 0,0002 ml 0,0002 ml 0,0002 mol 0,0002 mol
Sisa : 0,0008 mol - 0,0002 mol 0,0002 mol
n sisa
[HCl] =
v total
0,0008 mol
=
0,011 L

= 0,07 mol / L = 0,7 M


[H+] = M . a
= 0,07 . 1
= 0, 07 mol / L = 7 . 10-2 M
pH = -Log [H+]
= -Log 7 . 10-2
= 2 – Log 7
= 2 – 0,8
= 1,2
3. pH larutan setelah mencapai titik ekivalen
Diketahui: M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 ml = 0,01 L
M NaOH = 0,2 M
Ditanyakan: V NaOH
pH
Penyelesaian:
V1M1 = V2M2
V2M2
V1 =
M1
0,01 L .0,1 M
=
0,2 𝑀

= 0,003 L
n HCl = M HCl . V HCl
= 0,1 M . 0,01 L
= 0,001 mol
n NaOH = M NaOH . V NaOH
= 0,2 M . 0,005 L
= 0,001 mol
HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Mula” 0,001 mol 0,001 mol - -
Bereaksi 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol 0,001 mol
Sisa - - 0,001 mol 0,001 mol
[H+] [OH] = 10-14
[H+] = 10-7
pH = -Log [H+]
= 7-Log 10 = 7
4. pH larutan setelah melewati titik ekivalen yaitu penambahan 1 ml NaOH
M NaOH = 0,2 M
[OH] = b x Mb
= 1 x 0,2
= 0,2 = 2. 10-1
POH = -Log 2. 10-1
= 1 – Log 2
pH = 14 – ( 1 – Log 2 )
= 14 – 1 + Log 2
= 13 + Log 2
= 13 + 0,30
= 13,30

a. Kurva titrasi secara teori


Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1,2
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 13,30
b. Kurva titrasi 1
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 14

c. Kurva titrasi 2
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1
c. pH larutan ekivalen = 7
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 13
d. Kurva titrasi 3
Keterangan:
a. pH awal larutan = 1
b. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 1
c. pH larutan ekivalen = 8
d. pH larutan setelah penambahan NaOH sebanyak 1 ml = 14

H. PEMBAHASAN
Titrasi ialah suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi dibedakan
menjadi 4 seperti yang sudah disebutkan pada landasan teori diatas.
Titrasi yang dilakukan pada percobaan kali ini yaitu titrasi asam-basa. Titrasi
asam-basa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan indikator
atau menggunakana pH meter. Pada percobaan kali ini, kita melakukan titrasi
asam-basa dengan menggunakan indikator. Titrasi asam-basa menggunakan
indikator didasarkan pada reaksi netralisasi asam dengan basa.
biasa ditempatkan didalam labu erlenmeyer. Sedangkan titer ialah zat yang telah
diketahui konsentrasinya dan biasa ditempatkan didalam buret. Dalam percobaan
kali ini, larutan asam klorida (HCl) berperan sebagai titran dan larutan NaOH
berperan sebagai titer. Percobaan kali ini menggunakan indikator, indikator ang
digunakan ada dua, yaitu indikator universal dan indikator phenolftalein. Indikator
universal ialah indikator pH berisi larutan dari beberapa senyawa yang
menunjukkan beberapa perubahan warna yang halus pada rentang pH antara 1-14
dan digunakan untuk mengukur pH. Sedangkan indikator phenoftalein adalah
indikator yang dibuat dengan kondensasi alhidrida fhalein dengan fenol.
Perubahan warna menjadi merah muda menunjukkan larutan mencapai titik
ekuivalen dari larutan asam menjadi larutan basa. Titik ekuivalen adalah kondisi
pada saat perbandingan jumlah mol asam dan mol basa sama dengan
perbandingan jumlah koefisien asam dan koefisien basa menurut reaksi, pH saat
mencapai titik ekuivalen adalah 7. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi
perubahan warna. Setelah itu penambahan NaOH agar diketahui perubahan pH
larutan setelah mencapai titik ekuivalen. Selain itu juga untuk mengetahui apakah
larutan NaOH yang digunakan masih berwarna atau tidak. setelah penambahan
larutan NaOH, pH larutan meningkat menjadi 14.
Prinsip dasar titrasi asam-basa ialah penetralan asam-basa menggunakan
indikator. Sedangkan prinsip kerjanya ialah penambahan sedikit titer ke dalam
titran, kemudian titran ditetesi indikator lalu dititrasi hingga mencapai titik
ekivalen yang ditandai dengan adanya perubahan warna.
Pada percobaan kali ini, kita menitrasi 3 larutan HCl 0,1 M yang ditempatkan
pada 3 labu erlenmeyer yang berbeda. pH awal ketiga larutan HCl 0,1 M diukur
menggunakan indikator universal dan mendapat hasil yang sama yaitu 1. Yang
artinya, HCl bersifat asam kuat. Setelah pH awal diukur, setiap larutan HCl 0,1 M
didalam 3 erlenmeyer ditambahkan 1 ml NaOH 0,2 M melalui buret. Kemudian
pH larutan diukur menggunakan indikator universal dan hasil yang didapat tidak
berubah, yaitu 1. Yang artinya, 1 ml NaOH 0,2 M yang ditambahkan tidak
mampu mengubah keasaman 10 ml HCl 0,1 M.
Kita menggunakan 3 tetes phenolftalein untuk masing-masing erlenmeyer,
kemudian dilakukan titrasi lanjut sampai terjadi perubahan warna dari tidak
berwarna menjadi merah muda. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk menitrasi
larutan pada erlenmeyer 1 ialah sebanyak 7 ml, pada erlenmeyer 2 sebanyak 6,5
ml dan pada erlenmeyer 3 sebanyak 7 ml. Sehingga diperoleh volume NaOH rata-
rata yang dibutuhkan yaitu sebanya 6,83 ml. pH pada titrasi lanjut yang diperoleh
pada erlenmeyer 1 dan 2 yaitu 7, sedangkan pada erlenmeyer 3 yaitu 8.
Berdasarkan teori bahwa pada titik ekivalen dari titrasi asam kuat dan basa
kuat, pH larutan pada temperature 250C sama dengan pH air yaitu sama dengan 7.
Namun pada erlenmeyer 3, pH yang didapatkan yaitu 8 yang artinya menyimpang
atau tidak sesuai dengan teori yang ada. Hal ini dikarenakan saat menitrasi larutan
yang ada didalam erlenmeyer, yang berisi 10 ml larutan HCl ditambah 1ml larutan
NaOH serta 3 tetes phenolftalein menggunakan larutan NaOH melalui buret, ada
kemungkinan terlalu banyak NaOH yang tercampur kedalam larutan sehingga
membuat larutan pada erlenmeyer 3 bersifat basa lemah. Faktor utama kesalahan
atau penyimpangan hasil percobaan dengan teori yang ada ialah kurangnya
ketelitian praktikan saat melakukan praktikum.
Setelah larutan pada tiap erlenmeyer di titrasi, ditambahkan lagi 1 ml NaOH
0,2 M pada tiap erlenmeyer kemudian pH larutan diukur. Pada erlenmeyer 1 dan 3
pH larutannya yaitu 14 sedangkan pada erlenmeyer 2, pH larutannya adalah 13.
Perbedaan ini dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dan pengetahuan praktikan
saat melakukan praktikum.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
titrasi asam basa menggunakan indikator didasarkan pada netralisasi asam basa.
Apabila asam kuat dan basa kuat direaksikan maka akan menghasilkan garam dan
air. Indikator yang digunakan ada dua yaitu indikator phenolftalein dan indikator
universal. Indikator phenoftalein berguna agar kita mengetahui kapan larutan
tersebut mencapai titik ekivalen dengan melihat perubahan warna yang terjadi.
Sedangkan indikator universal digunakan untuk mengukur pH larutan.

Anda mungkin juga menyukai