Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Antraks

Disebut juga malignant pustule , malignand edema, Charbon, Ragpicker disease, atau woolsorter disease.
Penyakit antraks adalah peneyakit yang disebabkan oleh Basillus Antrachspada binatang (zoonotik)
ternak dan binatang buas yang bisa ditularkan kemanusia. Terminology kata Antraks berasal dari bahasa
Yunani ‘anthrax’ yang berarti arang atau batu bara yang muncul karena kulit penderita terbentuk luka
berwarna hitam.

Penyakit ini menjadi lebih menarik perhatian para ahli karena isu terorisme yang berupa spora antraks
melalui kertas atau amplopsurat. Spora yang terhisap oleh manusia dapat menyebabkan antraks paru paru
yang mortalitasnya lebih tinggi daripada antraks tipe kulit.

Sejarah penyakit ini mulai dikenal pada taun 152 sebagai malignant pustule. Pada tahun 1780 Chabert
melaporkan detail tentang penyakit antraks pada hewan. Hewan yang sering terserang adalah sapi,
kambing, kuda, dan babi. Oleh sebab itu , penularan penyakit ini sangat berhubungan dengan pekerja
peternak, petani, pelerja ditempat pemotongan hewan ,pekerja pabrik yang mengolah hasil hasil
peternakan.

EPIDIOMOLOGI

Serangan penyakit ini pada manusia umumnya bersifat sporadic, tersebar di seluruh penjuru dunia yang
ditularkan dari Asia, Eropa, dan Afrika mealui lintas perdangangan ternak. Perkiraan prevalensi seluruh
dunia pertahun adalah 10000-100000 orang.

Di Amrerika Serikat terdapat 400 kasus antraks selama tahun1845-1955. 80% penderita mempunyai
riwayat kontak dengan wol, bulu kambing, atau produk impor lainnya dari asia, afrika, dan timur tengah.
Pada tahun 1978 dilaporkan juga terjadi enam kasus antraks yang menimpa pekerja pertanian dan pabrik
tekstil. Sementara itu, selama periode tahun 1965-1980 di Inggris ditemukan145 kasus yang 23 diantara
nya tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dari 23 kasus tersebut, 19 orang diantaranya adalah laki laki
dan 15 orang penderita mempunyai pekerjaan yang berhubungan dengan makanan ternak.

Di Indonesia, kasus Antraks pada manusia pertama kali dilaporkan di kabupaten Kolaka, Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 1832.

ETIOLOGI
Bacillus antrhracis adalah bakteri Gram-positif, tidak bisa bergerak, berkapsul, dan mampu membentuk
spora. Pembentukan spora terjadi pada keadaan aerob dan sedikit kalsium, yaitu di alam terbuka seperti di
tanah atau udara luar. Kuman vegetative akan segera mati pada keadaan itu, sehingga kuman menjadi
inaktif dan membentuk spora yang bisa bertahan hidup bertahun tahun pada tanah dan produk hewan
seperti bulu.

Bakteri ini mempunyai ukuran 1-2µm x 5-10 µm, berbentuk batang , ujung batang berbatang tegas,
tersusun berderetrderet yang membentuk formasi seperti ruas bambu atau batu bata memanjang. Spora
antraks berbentuk oval, tidak terlihat pada perawarnaan Gram kecuali dengan pewarnaan khusus. Spora
Antraks tahan terhadap cuaca panas dan dingin dan akan kembali aktif setelah masuk ke dalam tubuh
hewan. Pada tanah kering, spora dapat bertahan selama 60 tahun. Spora akan mati pada suhu 100 0C (suhu
air mendidih) dalam waktu 10 menit, pada karbol 5% dalam waktu 10 hari, pada formalin 10% dalam
waktu 4 jam, dan pada hydrogen peroksida selama 1 jam. Kuman kuman antraks dapat tumbuh optimal
pada media umum di laboratorium, misalnya pada media agar bernutrisi atau media agardarah pada suhu
370C dan PH 7-7,4. Bakteru vegetative mudah mati oleh antibiotic, disinfektan, atau antiseptic. Kuman
mati pada suhu 540C dalam waktu 30 menit.

PENULARAN

Penularan pada manusia biasanya melalui cara cara dibawah ini :

1. Kontak dengan kulit manusia yang lesi, lecet, atau abrasi

2. mengonsumsi daging yang terkontaminasi kuman vegetative atau spora melalalui tangan

3. menghisap spora di tempat kerja yang berkaitan dengan produk hewan

4. digigit serangga yang baru saja menggigit hewan infektif (jarang)

Spora hasil rekayasa genetic dapat dikirimkan melalui surat dan produk pos lainnya. Spora yang
berukuran 1-3 µm bisa melewati pori pori amplop kertas yang besarnya + 10 µm. dengan demikian, spora
akan berhamburan jika amplop di goyang atau di gerakan, dan spora tersebut bisa terhisap atau menempel
pada tangan manusia.

GEJALA dan TANDA

Jumlah spora yang bisa mengakibatkan manifestasi klinis pada manusia adalah beberapa ribu sampai
40.000 spora. Masa inkubasinya 7 hari dengan rata rata 2-5 hari. Secara klinis antraks dibedakan menjadi
a) Antraks kulit
Tipe ini merupakan tipe terbanyak, yang mencakup 90% kasus Antraks di Indonesia. Antraks tipe
ini bermula mula rasa gatal yang kemudian menjadi vesikel, lalu pecah, dan terbentuk ulkus yang
ditutuppi kerak hitam kering
b) Antraks saluran pencernaan
Gejala antraks tipe ini bermula dengan sakit perut yang hebat, mual, muntah, dan demam.
Penderita tertular akibat menelan daging yang terkontaminasi spora. Mortalitasnya cukup tinggi
(CFR 25 – 75%)
c) Antraks paru
Tipe ini jarang ditemukan. Penularan terjadi karena spoar terhisap oleh penderita. Gejalanya
tidak khas, bisa berupa batuk, lesu, lemah, dan tanda tanda bronchitis lainnya. Angka kematian
tipe ini adalah paling tinggi sekitar 75-90%
d) Antraks otak
Tipe ini sangat jarang, biasanya merupakan komplikasi dari tipe tipe lainnya.

PENGOBATAN

Obat pilihan utama untuk Antraks adalah penicillin. Bila pasien hiporsensitif terhadap penisilin, obat ini
dapat diganti dengan tentrasiklin, klomramfenikol, atau eritromisin. Untuk antraks tipe kulit diberikan
penicillin prokain 2 x 1,2 juta unit/hari selama 5-7 hari yang dilakukan secara intramuscular, atau benzyl
penicillin 4 x 250000 unit/hari secara intramuscular dengan melakukan skin test terlebih dahulu.

Untuk antraks tipe saluran pencernaan, apat diberikan tetraksiklin 1 gram/hari dan untuk antraks tipe paru
diberikan IVFD penicillin G 18 – 24 unit/hari ditambahkan streptomisin 1-2 gram.

PENCEGAHAN

Upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan antraks adalah sebagi berikut :

1. Penyembelihan hewan hanya dilakukan di rumah potongm di luar tempat itu harus ada izin dinas
peternakan setempat

2. hewan yang dicurigai sakit antraks tidak boleh disembelih

3. daging hewan yang dicurigai sakit antraks tidak boleh dikonsumsi


4. tidak boleh sembarangan memandikan orang yang meninggal karena sakit antraks

5. dilarang memproduksi barang yang berasal dari kulit, tanduk, bulu atau tulang hewan yang sakit atau
mati karena antraks

6. Melapor ke puskesmas atau dinas peternakan setempat apabila menemukan ada hewan yang diduga
menderita antraks

7. melakukan vaksinasi pada hewan ternak.

KUSTA

PENDAHULUAN

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang mudah meupakan masalah yang sangat kompleks.
Penyakit kusta merupakan salah satu manifestasi kemiskinan karena kenyataan nya sebagian besar
penderita kusta berasal dari golongan ekonomi rendah. Penyakit kusta bila tidak ditangani dengan cermat
dapat menyebabkan cacat, dan keadaan ini menjadi penghalang bagi pasien kusta dalam menjalani
kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhan social ekonominya.

ETIOLOGI

Penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-
8 mikron, lebar 0,2 - 0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tesrebar satu satu, hidup dalam sel,
dan bersifat tahan asam (BTA)

Penyakit kusta bersifat menahun karena bakteri kusta memerlukan waktu 12-21 hari untuk membelah diri
dan masa tunasnya ratarata 2-5 tahun. Penyakit kusta dapat ditularkan kepada oarng lain melalui saluran
pernafasan dan kontak kulit. Bakteri kusta ini banyak terdapat pada kulit tangan, daun telinga, dan
mukosa hidung.

GEJALA DAN TANDA

Tiga gejala (cardinal sign) penyakit kusta adalah

1. Makula Hipopigmentasi atau anestesi pada kulit

2. kerusakan saraf perifer


3. Hasil pemeriksaan laboratorium dari kerokan kulit menunjukan BTA positif

TABEL 6.1 Kriteria penentuan tipe kusta

Kelainan Kulit dan hasil PB MB


Pemeriksaan Bakteriologis
1. Bercak (macula)
a. Jumlah 1-5 Banyak
b. Ukuran Kecil dan Besar Kecil kecil
c. Distribusi Unilateral atau bilateral asimetris Bilateral, simetris
d. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat
e. Batas Tegas Kurang tegas
f. Kehilangan sensasi rasa Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada,
pada area bercak terjadi pada yang sudah lanjut
g. kehilangan kemampuan Bercak tidak berkeringat, bulu rontok Bercak masih berkeringat, bulu
berkeringat, bulu rontok pada pada area bercak tidak rontok
area bercak
2. infiltrat
a. Kulit Tidak ada Ada, kadang kadang tidak ada
b. Membran mukosa (hidung Tidak pernah ada Ada, kadang kadang tidak ada
tersumbat, perdarahan di
hidung)
3. Ciri cirri khusus ‘central healing’ (penyembuhan di 1. lesi ‘punched out)’
tengah) 2. Madarosis
3. Ginekomastia
4. Hidung pelana
5. Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang kadang ada
5. penebalan saraf perifer Lebih sering terjadi dini, asimetris Terjadi pada penyakit lanjut
biasanya lebih satu dan simetris
6. Deformatis (cacat) Biasanya asimetris, terjadi dini Terjadi pada stadium lanjut
7. Apusan BTA negative BTA positf
PB : Pausibaselar

MB : Multibaselar
PENGOBATAN

Kriteria penentuan tips pengobatan kusta dengan cara MDT (multidrug therapy) versi WHO dijelaskan
berikut ini :

PB MB
Rifampisin 600 mg/bulan 600 mg/bulan
Lamprene - 300 mg/bulan
Lamprene - 50 mg/hari
DDS 100 mg/bulan 100 mg/bulan
DDS 100 mg/bulan 100 mg/hari

Dosis Anak : Rifampisin : 10-15 mg/kg/bulan

DDS : 1-2 mg/kg/hari

Lamprene : 100 mg/minggu, 150 mg/bulan

Pengobatan : PB : 9bulan, MB : 18 Bulan

PES

PENDAHULUAN

Pes memiliki nama lain plague, sampar. Pes ini merupakan salah satu penyakit zoonis pada rodensia bisa
di tularkan kepada manusia, dan merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan terjadinya
wabah. Hal ini terdapat dalam UU No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, dan pes juga
termasuk penyakit karantina internasional karena penyebarannya yang sangat cepat dan luas.

ETIOLOGI

Penyakit pes disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Y.pestis adalah basil gram negative, tidak bergerak,
dan tidak membentuk spora. Hewan reservoirnya adalah rodensia (hewan pengerat). Antara lain tikus,
kelinci, (Amerika, bajing), sedangkan vector penular penyakitnya adalah pinjal (kutu) Xenopsylla
cheopis, Culex iritans.

PENULARAN
Masa inkubasi penyakit pes berkisaran 2-6 hari (tipe bubo) dan 1-72 hari tipe paru. Penyakit pes dapat
ditularkan melalui cara cara berikut ini :

1. Tikus Liar yang terinfeksi digigit oleh pinjal, selanjutnya pinjal menggigit manusia yang sedang berada
dihutan

2. Tikus liar menggigit langsung manusia

3. Tikus rumah yang darahnya infektif digigit oleh pinjal kemudian menggigit tikus rumah yang
selanjutnya oleh pinjal ditularkan kepada manusia

4. Tikus liar yang infektif digigit oleh pinjal. Pinjal kemudian mengigit tikus rumah yang selanjutnya oleh
pinjal ditularkan kepada manusia

5. Manusia yang terinfeksi digigit oleh pinjal yang ada pada manusia, selanjutnya pinjal tersebut mengigit
manusia lainnya.

6. Penularan dari manusia ke manuisa terjadi melalui droplet dari pes paru.

Model penularan nomor 1-5 terjadi pada penyakit pes tipe bubo. Tipe ini dapat berlanjut menjadi tipe
paru.

GEJALA dan TANDA

Terdapat demam tanpa sebab yang jelas dan demam bisa tinggi terdapat bubo pada inguinal, femoral, dan
ketiak. Gejala penyakit dapat didominasi oleh sesak nafas dan batuk.

PENGOBATAN

Pengobatan penderita dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotic berikut ini :

1. Streptomisin 3 g/hari selama 1 minggu, kemudian dosis diubah menjadi 2g/hari selama 5 hari

2. setelah panas menghilang, penderita dapat diberikan tetrasiklin atau kloramfenikol 4-8 g/hari selama 2
hari, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 g/hari selama 5 hari.

PENCEGAHAN

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

1. menempatkan kandang ternak diluar rumah


2. Merekonstruksi rumah

3. membuat ventilasi

4. Melapisi lantai dengan semen

5. Melampor ke puskesmas bila ditemukan banyak tikus yang mati

6. Mengatur ketinggian tempat tidur setidaknya >20cm dari lantai

Anda mungkin juga menyukai