Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN

PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA


DI SMAN 1 SAJIRA
TAHUN 2014

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyusun Karya Tulis Ilmiah

Oleh :
SITI KHODIJAH
12073

AKADEMI KEBIDANAN LA TANSA MASHIRO


RANGKASBITUNG
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada tahun 2007 pernah diliris hasil survey Durex dan hasil Harris Interactive yang
menunjukan bahwa usia rata-rata kehilangan keperawanan di Indonesia itu sekitar 19,1
tahun. Angka usia di Indonesia itu berada di urutan ke 9 dari Negara Asia yang
disurvey, yaitu Malaysia (23 tahun), India (22,9 tahun), Singapore (22,8 tahun), China
(22,1 tahun), Thailand (20,5 tahun), Hongkong (22,2 tahun), Vietnam (19,2 tahun),
Jepang (19,4 tahun), dan Taiwan (18,9 tahun). Namun, angka usia di Indonesia itu
masih di atasnya usia rata-rata di 27 negara Eropa yang sekitar 16 tahun, dengan usia
tertinggi di Spanyol yang sekitar 19,2 tahun dan usia terendah Iceland yang sekitar 15,6
tahun, maupun juga di Amerika Serikat yang sekitar 18 tahun. (Aryanti,2013)
Data BKKBN menunjukan pada tahun 2010 di JABODETABEK, remaja yang
hilang keperawanannya mencapai 51%. Remaja perempuan yang kegadisannya sudah
hilang: Surabaya 54%, Medan 52%, Bandung 47%, Yogyakarta 37%. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia mendapatkan hasil yang mencengangkan setelah
melakukan penelitian di 12 kota besar di Indonesia pada tahun 2007: 92% pelajar itu
sudah melakukan kissing, petting dan oral sex, 62% pernah melakukan hubungan intim,
22.7% siswi SMA pernah melakukan aborsi. Dan menariknya lagi masih menurut
BKKBN, usia mulai pacaran adalah 12 tahun. (Siauw,2013)
Berdasarkan penelitian Australian Nasional University dan Pusat Penelitian
Kesehatan Universitas Indonesia pada tahun 2010 di Jakarta, Tanggerang, dan Bekasi
dengan sampel 3.006 responden usia kurang dari 17 sampai 24 tahun, ada 20,9 persen
remaja hamil dan melahirkan sebelum menikah. Terungkap pula, 38,7 persen remaja
hamil sebelum menikah dan melahirkan setelah menikah.(Aby,2012)
Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya mengatakan, ada sumber yang menyatakan 50
persen remaja di wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi (jabotabek) pernah
melakukan hubungan seks di luar pernikahan, yaitu di Rangkasbitung. (Mansyur,2010)
Saat ini diperkirakan terdapat 1,2 milyar remaja di seluruh dunia:sekitar 90 persen
remaja tinggal di Negara berkembang dan 60 persen ada di Asua. Dari jumlah
penduduk dunia, 600 juta di antaranya perempuan. Berdasarkan sensus penduduk
2010. BPS mencatat ada sekitar 43,4 juta remaja di Indonesia (18,3 persen penduduk)
dengan komposisi remaja laki-laki dan perempuan relative berimbang.(Majalah
Bidan,2013)
Remaja mempunyai sifat yang unik, salah-satunya salah satunya adalah sifat ingin
meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan di sekitarnya.
Disamping itu remaja mempunyai kebutuhan akan kesehatan seksual, dimana
kebutuhan kesehatan seksual tersebut sangat bervariasi.(Kusmiran,2011)
Usia remaja merupakan usia transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Perubahan ini secara psikologis membuat anak-anak usia remaja selalu ingin mencoba
tantangan baru yang belum pernah diperoleh di masa kanak-kanak. Kecenderungan
ingin mencoba hal baru, bahkan cenderung memberontak dari kemapanan, semakin
diperparah dengan berbagai informasi dan tayangan media tanpa sensor yang dapat
diperoleh dengan berbagai cara.(Verawati,2014)
Sebagian kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami tentang
apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, antara lain
boleh atau tidaknya melakukan pacaran, melakukan onani, nonton bersama atau
ciuman. Ada beberapa kenyataan-kenyataan lain yang cukup membingungkan antara
apasaja yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Kebingungan ini
akan menimbulkan suatu perilaku seksual yang kurang sehat di kalangan remaja.
Perasaan atau berdosa tidak jarang dialami oleh kelompok remaja yang pernah
melakukan onani dalam hidupnya. Hal ini di akibatkan adanya pemahaman tentang ilmu
pengetahuan yang di pertentangkan dengan pemahaman agama, yang sebenarnya
harus saling menyokong. (Soetjiningsih,2010)
Bila tidak disadari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal baru yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa memberikan dampak yang akan
menghancurkan masa depan remaja dan keluarga. (Tarwoto,2010)
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tidak mampu
mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan seks
pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh
pasangan, khususnya remaja putri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.
(Kumalasari,2012)
Setiap orang yabg sudah aktif seksual, baik laki-laki maupun perempuan, berisiko
terluar penyakit kelamin. Perempuan lebih berisiko tertular, karena bentuk alat
reproduksinya lebih rentan terhadap penularan IMS. Sayangnya, separuh dari
perempuan yang tertular tidak tahu dirinya sudah terinfeksi.(Widyantoro,2011)
Beberapa Ahli berpendapat bahwa penyimpangan perilaku seksual remaja ini
dapat di atasi. Beberapa cara untuk mengatasi perilaku seksual remaja adalah mengikis
kemiskinan, menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi, memperbanyak
akses pelayanan kesehatan yang diiringi dengan sarana konseling, meningkatkan
pertisipasi remaja dengan mengembangkan pendidikan sebaya.(Kumalasari,2012)
Mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan
pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli dan
bertanggung jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada
remaja yang memiliki permasalahan khusus.(bkkbn,2002:98)
Sasaran program kesehatan reproduksi remaja (KKR) adalah agar seluluruh
remaja dan keluarga memiliki pengetahuan kesadaran sikap dan perilaku kesehatan
reproduksi sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun
2015.(Widyastuti,2009)
Berdasarkan informasi yang di peroleh, dari hasil wawancara dengan 21
responden di SMAN 1 Sajira, 21 responden mengaku sudah memiliki pacar, mengaku
pernah berpegangan tangan, mengaku pernah berpelukan, mengaku pernah
berciuman, dan 2 responden mengaku pernah meraba payudara pasangannya.
Berdasarkan uraian dan data yang diperoleh diatas, maka penulis tertarik ingin
melakukan penelitian dan mengambil judul “Hubungan Pengetahuan Kesehatn
Reproduksi dengan Penyimpangan Perilaku Seksual di SMAN 1 Sajira”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan kesehatn reproduksi dengan
penyimpangan perilaku seksual di SMAN 1 Sajira.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan pengetahun kesehatan reproduksi dengan penyimpangan
perilaku seksual di SMAN 1 Sajira tahun 2014.
2. Tujuan khusus
a) Diketahuinya distribusi frekuensi penyimpangan perilaku seksual siswa di SMAN 1
Sajira.
b) Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi siswa di
SMAN 1 Sajira.
c) Diketahuinya hubungan pengetahun kesehatan reproduksi dengan penyimpangan
perilaku seksual siswa di SMAN 1 Sajira tahun 2014.

D. Ruang Lingkup
1. Lingkup Materi
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kesehatan reproduksi remaja, penelitian ini
dilakukan atas dasar banyaknya penyimpangan seksual pada remaja dengan cara
membagikan kuesioner.

2. Lingkup Responden
Sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Sajira.
3. Lingkup Tempat dan Waktu
Penelitian ini berlokasi di SMAN 1 Sajira pada tahun 2014.
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Ini Dapat Bermanfaat Untuk:
1. Manfaat bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam bidang kesehatan
reproduksi dan penyimpangan perilaku seksual pada remaja serta sebagai penerapan
ilmu yang telah di dapatkan dalam penelitian ini.
2. Manfaaat tempat penelitian
Memberikan bahan masukan atau sumber informasi tentang hubungan pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan penyimpangan perilaku seksual kepada siswa serta guru
SMAN 1 Sajira.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan dan informasi dalam penelitian
lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan
penyimpangan perilaku seksual di SMAN 1 Sajira.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Penyimpangan perilaku seksual


1. Pengertian
Penyimpangan adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran
terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. (Paul B. Horton). Perilaku
menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang
terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di
masyarakat.(kamus bahasa Indonesia)
Seksual secara umum adalah suatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-
hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim antara laki-laki dan perempuan.
Karakteristik seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi yang berbeda.
Hurlock (1991) mengemukakan tanda-tanda kelamin sekunder pada remaja putra
adalah tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat,
suara membesar, dan lainnya. Sedangkan pada remaja putri adalah pinggul melebar
payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut kemaluan, dan mulai mengalami
menstruasi. (Tarwoto,2012)

Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja kearah


kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat dan dorongan untuk menyalurkan
keinginan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara
dua insan, sebagai fungsi perkembangbiakan dan mempertahankan keturunan.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh tingkah laku
seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini
dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan,
bercumbu, dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa orang (baik sejenis maupun
lawan jenis), orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang
tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan berakibat fisik bagi orang yang
bersangkutana atau lingkungan social. Tetapi sebagian perilaku seksual (yang di
lakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat
serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan penyerangan.
Penyimpangan perilaku seksual adalah perilaku seksual, baik dengan lawan jenis
maupun sesama jenis yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
Perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan
seksual secara wajar antara lain:
1. Masturbasi atau onani
Yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genetalia dalam rangka
menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang sering kali
menimbulkan goncangan pribadi dan emosi. Anggapan bahwa masturbasi dapat
melemahkan syahwat atau mempengaruhi kemampuan untuk mendapatkan keturunan
dapat menimbulkan perasaan takut atau perasaan berbeda.
Untuk menanggulangi perilaku ini, perlu dilakukan hal-hal berikut.
a) Memberikan penjelasan yang tepat
b) Anjurkan remaja untuk melakukan aktifitas secara positif agar tidak terlalu banyak
untuk berfantasi, misalnya dengan mengikuti kegiatan olahraga, kepramukaan, atau
aktifitas lain yang produktif, dan menghindari media pornografi.
c) Bila beban psikologis sangat menggangu, dapat diberikan obat sesuai dengan gejala
yang mendasarinya.
2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan, seperti sentuhan, pegang
tangan, sampai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan yang pada dasarnya adalah
keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi
dorongan seksual atau kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ kelamin atau
seksual melalui berbagai perilaku. Contoh perilakunya adalah berfantasi, masturbasi,
cium pipi, cium bibir, petting, berhubungan intim (intercourse).
Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan
lawan jenis. Contohnya: masturbasi, fantasi seksual, atau menonton/membaca buku
yang berisi informasi porno.
Cara yang bias dilakukan orang untuk menyalurkan dorongan seksual antara lain:
1. Menahan diri dengan berbagai cara;
2. Menyibukan diri dengan berbagai aktivitas;
3. Menghabiskan tenaga dengan berolahraga;
4. Memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada tuhan;
5. Menyalurkannya melalui mimpi erotis (mimpi basah);
6. Berkhayal atau berfantasi tentang seksual;
7. Masturbasi atau onani;
8. Melakukan aktivitas seksual nonpenetrasi (berpegangan tangan, berpelukan, cium pipi,
cium bibir, cumbuan berat, petting);
9. Melakukan aktivitas seksual penetrasi (intercourse). (Kusmiran,2011)
Berbagai perilaku yang mengarah pada pemuasan dorongan seksual pada
dasarnya menunjukan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikan atau
mengalihkan dorang tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya masih dapat dikerjakan.
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalau muncul pada
remaja. oleh karena itu, bila tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah), maka harus
dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut.
(Tarwoto,2012)

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi permasalah seksual remaja


Menurut Sarlito W.Sarwono (1994), factor-faktor yang di anggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja adalah sebagai berikut.
a) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat remaja.
Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk
perilaku tertentu.
b) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia
perkawinan, adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial
yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk
perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain)
c) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki
kecenderungan untuk melakukan hal tersebut.
d) Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran
informasi dan rangsangan melalui media massa yang dengan teknologi yang canggih
(contoh: VCD, buku pornografi , foto, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak
terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba,
akan meniru apa dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya
mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
e) Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang masih
mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, menjadikan mereka tidak
terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
f) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat,
sebagai akibat dari perkembangan peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan
wanita semakin sejajar dengan pria.(Tarwoto,2012)
Menurut Elizabeth B. Hurlock, beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual pada remaja adalah sebagai berikut:
1. Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu bersal dari keluarga dimana
anak mulai tumbuh dan berkembang.
2. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/pendidikan formal yang cukup berperan
terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya.
3. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan dan perkembangan di segala
bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia.
Dalam buku Bunga Rampai Obstetri Dan Ginekologi Sosial, faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual remaja berupa hal-hal berikut:
1. Dorongan seksual
2. Keadaan kesehatan tubuh
3. Psikis
4. Pengetahuan seksual
5. Pengetahuan seksual sebelumnya.(Romauli,2011)

B. Remaja
1. Pengertian
Remaja dalam ilmu psikologis diperkenalkan dengan istilah lain, sepertipuberteit,
adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa
latin “adolescare” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang
dimaksud adalah bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan
psikologi.
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi
reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan perkembangan,
baik fisik, mental, maupun peran sosial. (Sumardi,dkk.,2002:35)
Pieget (1991) menyatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia
dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana
anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.(Ali,2005:9)
2. Batasan Usia
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan social budaya setempat. Ditinjau
dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan
dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari permasalahan pokok
ini, WHO menetapkan batasan usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja
(Surjadi,dkk.,2002:1).
Dengan demikian dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang mereka yang berusia 10-19 tahun dan
belum kawin.
Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10-21 tahun (BKKBN,2006).

3. Karakteristik remaja berdasarkan umur


Karakteristik remaja berdasarkan umur adalah sebagai berikut.
a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tuubuhnya
4) Mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja pertengahan (13-15 tahun)
1) Mencari identisas diri
2) Timbul keinginan untuk berkencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Remaja akhir (17-21 tahun)
1) Pengungkapan kebebasan diri
2) Lebih selektif dalam memilih teman sebaya
3) Mempunyai citra tubuh (body image) terhadap dirinya sendiri
4) Dapat mewujudkan rasa cinta

4. Perubahan fisik pada masa remaja


1. Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan
organ seks. Dalam Modul Kesehatan Reproduksi Remaja (depkes,2002) disebutkan
bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut.
a) Remaja Laki-laki
Remaja Laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi
basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.
Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi
ini terjadi karena sperma yang terus-menerus di produksi perlu dikeluarkan. Ini adalah
pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki.
b) Remaja wanita
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah ditandai
dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan
lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari
uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause
yaitu ketika seseorang berumur 40-50 tahun.
2. Tanda-tanda seks sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut.
a) Remaja laki-laki
(1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
(2) Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul
menyempit.
(3) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada tangan dan kaki.
(4) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi.
(5) Tumbuh jakun, suara menjadi besar.
(6) Penis dan buah jakar membesar.
(7) Kulit menjadi lebih kasar,tebal, dan berminyak.
(8) Rambut menjadi lebih berminyak.
(9) Produksi keringat menjadi lebih banyak.
b) Remaja wanita
(1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar.
(2) Pinggul melebar, bulat dan membesar.
(3) Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina.
(4) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.
(5) Pertumbuhan payudara, putting susu membesar dan menonjol, serta kelenjar susu
berkembang, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
(6) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar,
kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
(7) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang
akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai.
(8) Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

5. Perkembangan Remaja Dan Tugasnya


Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakanya serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku secara dewasa. Adapun tugas perkembangan remaja menurut Hurlock
(1991) adalah:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu menerima hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian ekonomi
Remaja merasa sanggup untyuk hidup berdasarkan usaha sendiri. Ini terutama sangat
penting bagi laki-laki. Akan tetapi dewasa ini bagi kaun wanita pun tugas ini berangsur-
angsur sangat penting
e. Mencapai kemandirian emosional
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat dipoerlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
g. Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki
dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan sebagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
(Kumalasari,2012)

C. Kesehatan Reproduksi Remaja


1. Pengertian
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.(UU No 23, 1992)
Reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata produksi yang
artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu
proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya.
Sedangkan yang disebut organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk
reproduksi manusia.(Wordpress.com)
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang
utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya.(WHO)
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang
utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan, dalam segala hal yang
berhubungan dengan system reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
(ICPD.Cairo,1994)
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup
fisik, mental dan kedudukan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses
reproduksi, dan pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah.( Depkes RI,2000)
Kesehatan reproduksi remaja (KKR) secara umum mendefinisikan sebagai kondisi
sehat dan sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu
laki-laki dan wanita usia 10-24 tahun. (BKKBN-UNICEF, 2004)

2. Tujuan Dan Sasaran Kesehatan Reproduksi Remaja


a. Tujuan Umum
Mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 melalui peningkatan pengetahuan,
kesadaran sikap dan perilaku remaja dan orang tua agar peduli dan bertanggung
jawab dalam kehidupan berkeluarga, serta pemberian pelayanan kepada remaja yang
memiliki permasalahan khusus (bkkbn,2002:98)
Sasaran program kesehatan reproduksi remaja (KKR) adalah agar seluluruh remaja
dan keluarga memiliki pengetahuan kesadaran sikap dan perilaku kesehatan reproduksi
sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun 2015.
(BKKBN,2002:98)
b. Tujuan Khusus
Mengintip buku materi program kb dan kesehatan reproduksi (bkkbn,2002:98-
101) tujuan khusus dalam kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut:
1) Seluruh lapisan masyarakat mendapat informasi tentang KKR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan penyebaran informasi KKR melalui mass
media.
2) Seluruh remaja di sekolah mendapatkan informasi tentang KKR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan penyebaran informasi KKR disekolah umum
SLTP,, dan SMU, pesantren, dll.
3) Seluruh remaja dan keluarga yang menjadi anggota kelompok masyarakat mendapat
informasi tentang KKR.
Sasarannya ialah meningkatnya cakupan remaja dan orang tua yang memperoleh
informasi KKR melalui kelompok remaja dan orang tua seperti: karang taruna, remaja
masjid, perusahaan, remaja gereja, PKK, pramuka, pengajian dan arisan.
4) Seluruh remaja di perusahaan tempat kerja mendapat informasi tentang KKR.
sasarannya ialah meningkatnya cakupan remaja yang memperoleh informasi dan
layanan KKR melalui perusahaan di tempat mereka bekerja.
5) Seluruh remaja yang membutuhkan konseling serta pelayanan khusus yang dilayani.
sasarannya ialah meningkatnya jumlah dan pemanfaatan ousat konseling dan
pelayanan khusus bagi remaja.
6) Seluruh masyarakat mengerti dan mendukung pelaksanaan program KKR.
sasarannya ialah meningkatnya komitmen bagi politisi , toga, toma, serta LSM dalam
pelaksanaan KKR.(Widyastuti,2009)
3. Hak-Hak Reproduksi
a. Hak untuk hidup
b. Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
c. Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
d. Hak privasi
e. Hak kebebasan berpikir
f. Hak atas informasi dan edukasi
g. Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk dan merencanakan
sebuah keluarga
h. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak
i. Hak atas pelayanan dan proteksi kehehatan
j. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
k. Hak atas dasar kebebasan berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
l. Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan.(Tarwoto,2010)

4. Pengaruh Buruk Akibat Hubungan Seksual Pranikah Bagi Remaja


Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tidak mampu
mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan seks
pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh
pasangan, khususnya remaja putri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan masyarakat.
Berikut ini akibat hubungan pranikah.
a. Bagi remaja
1) Remaja laki-laki menjadi tidak perjaka, wanita menjadi tidak perawan.
2) Resiko tertular penyakit menular seksual (PMS) meningkat, seperti gonoroe, sifilis,
herpes simpleks (genetalis), klamidia, kondiloma akuminata dan HIV/AIDS.
3) Remaja putri terancam kehamilan yang tidak di inginkan, penguguran kandungan yang
tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena
perdarahan atau keracunan kehamilan.
4) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, merasa berdosa, dan hilang harapan masa
depan)
5) Kemungkinan hilang kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan
bekerja.
6) Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat.
b. Bagi keluarga
1) Menimbulkan aib keluarga
2) Menambah beban ekonomi
3) Mempengaruhi kejiwaan bagi anak karena adanya tekanan (ejekan) dari masyarakat.
4) Bagi masyarakat
5) Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun.
6) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.
7) Meningkatkan beban ekonomi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat
menurun.(Kumalasari,2012)
Setiap orang yang sudah aktif seksual, baik laki-laki maupun perempuan, berisiko
terluar penyakit kelamin. Perempuan lebih berisiko tertular, karena bentuk alat
reproduksinya lebih rentan terhadap penularan IMS. Sayangnya, separuh dari
perempuan yang tertular tidak tahu dirinya sudah terinfeksi.
Beberapa jenis IMS jenis IMS rermasuk infeksi HIV & AIDS baru timbul gejalanya
setelah melewati masa tunas beberapa tahun atau bulan. IMS tidak dapat dicegah
hanya dengan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual, minum jamu
atau minum obat antibiotik.
Beberapa jenis IMS yang umum terdapat di Indonesia adalah:
1. Gonore (GO atau kencing nanah).
Penyebabnya adalah bakteri Neisseria gonorrhea dengan masa inkubasi antara 2-10
hari setelah terjadi hubungan seksual. Gejala-gejala pada perempuan seperti: keluar
cairan kental berwarna kekuningan, neri perut bagian bawah, dapat muncul tanpa
keluhan.(Widyantoro,2011)
Sementara pada pria gejala yang tampak adalah keluar cairan putih kuning kehijau-
hijauan, rasa gatal, panas dan nyeri uretra, bengkak pada uretra dan berwarna
kemerahan, sakit pada saat berkemih serta nyeri ketika ereksi.(Kumalasari,2012)
Komplikasi yang mingkin terjadi:
a) Penyakit radang panggul
b) Kemandulan
c) Infeksi mata pada bayi baru lahir
d) Memudahkan penularan infeksi HIV
2. Sifilis (raja singa).
Penyebabnya kuman treponema pallidum dengan masa tanpa gejala 2-6 minggu
(kadang-kadang tiga bulan) setelah hubungan seksual.
Munculnya gejala-gejala dibagi menjadi tiga tahap:
a) Primer: luka tunggal, menonjol dan tidak nyeri.
b) Sekunder: bintik/bercak merah di tubuh yang hilang sendiri atau tanpa gejala.
c) Tersier: kelainan jantung, kulit, pembuluh darah dan gangguan saraf.
Komplikasi yang mungkin tarjadi:
1) Kerusakan otak dan jantung
2) Keguguran atau lahir cacat
3) Memudahkan penularan infeksi HIV
3. Herpes Genital (Herpes Simplex)
Disebabkan oleh virus Herpes Simplex. Gejala-gejalanya muncul antara 4-7 hari
setelah hubungan seksual. Gejala-gejala yang muncul pada tahap awal: bintil-bintil
berair pada alat kelamin berkelompok seperti anggur kecil-kecil dan sangat nyeri, biltil-
bintil tersebut pecah meninggalkan luka kering mengerak yang dapat hilang sendiri,
gejala dapat kambuh lagi bila ada faktor pencetus (stress, haid, alcohol,dll)
Komplikasi yang mungkin terjadi:
a) Nyeri sekitar alat kelamin
b) Dapat ditularkan ke mata bayi baru lahir (buta)
c) Dapat menyebabkan infeksi berat yang menyebabkan kematian pada janin atau
keguguran
d) Meningkatkan risiko terkena HIV/AIDS
4. Trikomoniasis
Disebabkan oleh protozoa trichomonas vaginalis. Gejala- gejala yang mungkin muncul:
Keluar cairan vagina encer berwarna kuning kehijauan,berbusa, dan berbau busuk,
serta sekitar kemaluan bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak
nyaman.(Widyantoro,2011)
Gejala pada pria: terutama yang diserang adalah uretra dan kelenjar prostat.
Keluhannya sering kencing, nyeri saat kencing dan adanya nanah yang keluar dari
penis.(Kumalasari,2012)
Komplikasi yang mungkin terjadi:
a) Lecet sekitar kemaluan
b) Bayi lahir prematur
c) Memudahkan penularan HIV
5. Ulkus mole (Chancroid)
Disebut juga “bubo,” disebabkan oleh bakteri Homophilus ducreyi. Gejala-gejala yang
mungkin muncul: luka lebih dari 1 dengan diameter ± 2 cm, cekungpinggirnya tidak
teratur, keluar nanah dan nyeri, biasanya hanya pada salah satu alat kelamin , sering
disertai pembengkakan di lipatan paha berwarna kemerahan yang bernanah dan nyeri.
Komplikasi yang mungkin terjadi:
a) Kematian janin pada ibu hamil yang tertular
b) Memudahkan penularan HIV.
6. Klamidia
Disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Infeksi ini biasanya kronis. Pada
perempuan, sering tanpa gejala. Gejala-gejala yang mungkin muncul: cairan vagina
encer dan berwarna kekuning-kuningan, nyeri di rongga panggul, perdarahan setelah
hunbungan seksual. (Widyantoro,2011)
Gejala pada pria: sakit ringan pada saat kencing, sakit di saluran kencing, keluarnya
sekret dari alat kelamin. (Kumalasari,2012)
5. Cara Mengatasi Perilaku Seksual Remaja
Beberapa ahli berpendapat bahwa penyimpangan perilaku seksual remaja ini dapat
di atasi. Beberapa cara untuk mengatasi perilaku seksual remaja adalah sebagai
berikut.
a. Mengikis kemiskinan, sebab kemiskinan membuat banyak orang tua melacurkan
anaknya sendiri.
b. Menyediakan informasi tentang kesehatan reproduksi, karena ketidaktersediaan
informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja untuk
melakukan eksplorasi sendiri, baik melakui media informasi maupun dari teman sebaya.
c. Memperbanyak akses pelayanan kesehatan, yang diiringi dengan sarana konseling.
d. Meningkatkan pertisipasi remaja dengan mengembangkan pendidikan sebaya.
e. Meninjau ulang segala peraturan yang membuka peluang terjadinya reduksi atas
pernikahan dini.
f. Meminimalkan informasi tentang kebebasan seks. Dalam hal ini media masa dan
hiburan sangan berperan penting.
g. Meningkatkan lingkungan keluarga yang kukuh, kondusif dan informative. Pandangan
bahwa seks adalah hal tabu yang telah sekian lama tertanam justru membuat remaja
enggan bertanya tentang kesehatan reproduksinya dengan orang tuannya
sendiri.(Kumalasari,2012)

6. Pembekalan Pengetahuan Remaja Terkait Kesehatan Reproduksi Remaja


Beberapa hal penting yang perlu diberikan sebagai bekal bagi remaja dalam kaitan
dengan kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
Perkembangan pengetahuan tentang perubahan yang etrjadi secara fisik, kejiwaan dan
kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi
berbagai keadaan yang membingungkan. Informasi tentang menstruasi dan mimpi
basah serta tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan wanita perlu di peroleh setiap
remaja.
b. Proses produksi yang bertanggungb jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan
naluri seksual dan menyalurkan menjadi kegiatan positif. Seperti olahraga dan
mengembangkan hobi yang positif. Penyaluran yang berupa hubungan seksual
dilakukann setelah berkeluarga untuk melanjutkan keturunan.
c. Pergaulan yang sehat antar remaja laki-laki dan wanita serta kewaspadaan terhadap
masalah remaja yang banyak ditemukan.
Remaja memerlukaan informasi tersebut agar waspada dan berperilaku seksual sehat
dalam bergaul dengan lawan jenisnya. Di samping itu remaja memerlukan pembekalan
tentang kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis serta mental
dalam menghadapi godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan
penggunaan napza.
d. Persiapan pernikahan
Informasi seperti ini perlu agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional
dalam memasuki kehidupan berkeluarga.
e. Kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya.
Remaja perlu mendapat informasi tentang hal ini sebagai persiapan bagi remaja laki-
laki dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.
(kumalasari,2012)

D. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan
ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), pengetahuan adalah
segala sesuatu yg diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini
dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya. Dalam
Wikipedia,pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari
oleh seseorang.(Riyanto,2013)
Tingkat pengetahuan menurut Benjamin S. Bloom (1956) ada 6 tahapan, yaitu
sebagai berikut.
1. Tahu (know).
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,
gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan sebagainya. Misalnya ketika
seseorang oerawat diminta untuk menjelaskan tentang imunisasi campak, orang yang
berada pada tahapan ini dapat menguraikan dengan baik dari definisi campak, manfaat
imunisasi campak, waktu yang tepat pemberian campak, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuab menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan, dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi tersebut secara
benar.
4. Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih suatu struktur oraganisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis).
Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Arikunto (2006) membuat kategori tingkatan pengetahuan seseorang menhadi tiga
tingkatan yang di dasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut.
1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%
2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56-74%
3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤ 55%

Anda mungkin juga menyukai