Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Alah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Tentunya saya sebagai penyusun telah menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Rupanya saya menyadari bahwa Makalah ini memang belum mencapai kesempurnaan,
masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Maka untuk itu, saya sebagai
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat
memperbaiki dalam penulisan Makalah yang saya buat selanjutnya.
Akhirnya saya sebagai penyusun berharap, semoga Makalah yang saya buat dapat
menambah wawasan kepada saya pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan
mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan
aman. Wi-Fi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet, Wi-Fi juga dapat digunakan
untuk membuat jaringan tanpa kabel di perusahaan. Karena itu banyak orang mengasosiasikan
Wi-Fi dengan kebebasan, karena teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan kepada pemakainya
untuk mengakses internet atau mentransfer data dari ruang meeting, kamar hotel, kampus, dan
café-café yang bertanda Wi-Fi Hot Spot.
WiFi adalah suatu rangkaian produk yang didesain untuk penggunaan teknologi
Wireless Local Area Networks (WLAN) berdasarkan standar spesifikasi IEEE802.11 yang
mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth besar, mencapai 11 Mbps. Wi-Fi
dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11,
yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n. Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-Fi.
Variasi g dan n merupakan salah satu produk yang memiliki penjualan terbanyak pada 2005. Di
banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk
mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a
menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit,
lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam
IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. Dengan begitu mengijinkan
operasi dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi berikut: Channel 1 –
2,412 MHz; Channel 2 – 2,417 MHz; Channel 3 – 2,422 MHz; Channel 4 – 2,427 MHz; Channel
5 – 2,432 MHz; Channel 6 – 2,437 MHz; Channel 7 – 2,442 MHz; Channel 8 – 2,447 MHz;
Channel 9 – 2,452 MHz; Channel 10 – 2,457 MHz; Channel 11 – 2,462 MHz Secara teknis
operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi dan informasi yang
bekerja pada jaringan dan perangkat WLANs (wireless local area network). Dengan kata lain,
Wi-Fi adalah nama dagang (certification) yang diberikan pabrikan kepada perangkat
telekomunikasi (Internet) yang bekerja di jaringan WLANs dan sudah memenuhi kualitas
interoperability yang dipersyaratkan.
Teknologi Internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur
Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE)
berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi
sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless
Metropolitan Area Network (WMAN). Karena perangkat dengan standar teknis 802.11b
diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang digunakan di frekuensi 2,4 GHz atau yang lazim
disebut frekuensi ISM (Industrial, Scientific dan Medical). Sedang untuk perangkat yang
berstandar teknis 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi perangkat WMAN atau juga disebut
Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita frekuensi 5 GHz.
Wi-Fi sudah sangat populer di luar negeri. Amerika Serikat adalah salah satu negara
yang paling berhasil memasyarakatkan Wi-Fi. Bahkan, beberapa PDA di Amerika Serikat
dirancang secara khusus dengan modul Wi-Fi terintegrasi. Oleh karena kemudahan koneksi,
reliabilitas, dan kecepatannya, Wi-Fi tampak cukup berhasil. Penggunaan hubungan nirkabel
(wireless) sampai saat ini mengandalkan gelombang elektromagnetik, baik berbentuk gelombang
radio maupun cahaya.
Di awal 1990-an, ketika teknologi nirkabel masih belum terlalu berkembang, beberapa
organisasi, mulai dari bank sampai keperguruan tinggi, sempat memanfaatkan modem optik
berbasis sinar laser untuk menghubungkan dua lokasi yang terpisah secara line-of-sigth. Jarak di
antara kedua lokasi ini maksimal tidak lebih dari beberap ratus meter. Bandwidth yang dicapai
bisa sampai 10 megabit per detik. Gangguan terjadi bila hujan turun atau bila polusi debu
demikian buruknya, sehinggga sinar laser terhalang jalannya.
Teknologi telah jauh berkembang sejak saat itu. Komunikasi data melalui gelombang
cahaya umumnya beralih dari transmisi di udara bebas ke transmisi melalui serat optik.
Penurunan harga kabel optik dan peralatan terkaitnya sangat menolong peningkatan
popularitasnya pada aplikasi-aplikasi point-to-point yang memerlukan bandwidth tinggi dan
jarak jangkau teknologi ini sudah semakin jauh dan pemanfaatannya sebagai pengganti copper-
links semakin popular.
Dalam bentuknya yang kini tersedia, teknologi nirkabel telah semakin baik untuk
penggunaan jarak-dekat. Mulai dari Bluetooth sampai ke Wi-Fi, produk-produknya semakin
membanjiri pasar. Bukan saja penggunaannya semakin mudah, harga dan kapasitasnya pun
semakin baik. Bila teknologi kabel berkembang dari jarah dekat ke jauh, teknologi nirkabel
berkembang dari jarak jauh ke dekat.
Masalah pengelolaan dan penggunaannya menjadi sangat sederhana, sedemikian rupa
sehingga tidak memerlukan latihan khusus. Ketersediaan di pasar bebas juga semakin baik, dan
dengan cepat dipadukan dengan spectrum produk teknologi informasi dan komunikasi, mulai
dari PDA (Personal Digital Assistant), komputer pangku (laptop computer) sampai ke server
yang melayani kemudahan komputasi di gedung-gedung perkantoran, hotel dan bahkan mal-mal
perbelanjaan.
Kaitan yang ingin disoroti disini adalah bagaimana kendala otoritas telekomunikasi
dalam penggunaan teknologi nirkabel, khususnya yang menyangkut strategi frekuensi radio,
alokasinya perizinannya dan pemantauan serta pengawasannya. Dengan spectrum yang sangat
luas, pengelolaan frekuensi radio menjadi sangat sentral bagi arah perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi di setiap negara. Justru hal inilah yang membuat musykil, di samping
menarik untuk di simak karena implikasinya yang sangat serius dalam kehidupan bangsa dan
negara. Spectrum frekuensi yang sangat luas ini menyentuh alat-alat rumah tangga, telepon
genggam, sampai kepada siaran televisi yang dipancarkan langsung melalui satelit diangkasa.
Tingginya animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet menggunakan
teknologi Wi-Fi dikarenakan paling tidak dua faktor. Pertama, kemudahan akses. Artinya, para
pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan
dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita
dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital assistance) atau laptop
berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot. Menjamurnya
hotspot di tempat-tempat tersebut yang dibangun oleh operator telekomunikasi, penyedia jasa
Internet bahkan orang perorangan dipicu faktor kedua, yakni karena biaya pembangunannya
yang relatif murah atau hanya berkisar 300 dollar Amerika Serikat. Peningkatan kuantitas
pengguna Internet berbasis teknologi Wi-Fi yang semakin menggejala di berbagai belahan dunia,
telah mendorong Internet service providers (ISP) membangun hotspot yang di kota-kota besar
dunia. Mewabah Di Indonesia sendiri, penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai
menggejala di beberapa kota besar. Di Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang
berselancar sambil menunggu pesawat take off di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan
hal yang asing. Fenomena yang sama terlihat diberbagai kafe –seperti Kafe Starbuck dan La
Moda Cafe di Plaza Indonesia, Coffee Club Senayan, dan Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak
Town Square dimana pengunjung dapat membuka Internet untuk melihat berita politik atau gosip
artis terbaru sembari menyeruput cappucino panas. Dewasa ini, bisnis telepon berbasis VoIP
(Voice over Internet Protocol) juga telah menggunakan teknologi Wi-Fi, dimana panggilan
telepon diteruskan melalui jaringan WLAN. Aplikasi tersebut dinamai VoWi-FI (Voice over Wi-
Fi).
Beberapa waktu lalu, standar teknis hasil kreasi terbaru IEEE telah mampu mendukung
pengoperasian layanan video streaming. Bahkan diprediksi, nantinya dapat dibuat kartu (card)
berbasis teknologi Wi-Fi yang dapat disisipkan ke dalam peralatan eletronik, mulai dari kamera
digital sampai consoles video game (ITU News 8/2003). Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa bisnis dan kuantitas pengguna teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan
secara ekonomis hal itu berimplikasi positif bagi perekonomian nasional suatu negara, termasuk
Indonesia.
Contoh : di Yogyakarta, dari sekitar 240 warung internet di sana, sekitar 120 di
antaranya telah memanfaatkan frekuensi 2,4 GHz. Salah satunya warnet perpustakaan UGM.
Mereka juga menyebarkan data internet ke warnet lain di sekitarnya yang berminat. Sejumlah
warnet di Yogya juga membentuk jaringan lokal antarwarnet memakai frekuensi 2,4 GHz.
Mereka memilih satu warnet induk yang bertugas meneruskan data dari ISP ke antena warnet
anggotanya. Konsumen nantinya juga diuntungkan karena biaya akses internet dari warnet akan
semakin murah. Penggunaan frekuensi 2,4 GHz yang bebas biaya ini memang menguntungkan
para pengusaha warnet. Mereka tidak perlu membayar pulsa telepon saat mengakses internet. Di
banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk
mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a
menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit,
lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam
IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz.
Tujuh perusahaan membentuk Indonesian Wi-Fi Consortium (IWC) untuk
mengembangkan wireless local area network (WLAN) bagi keperluan public dengan target
membangun 10 hotspot hingga akhir. Konsorsium itu terdiri dari PT Acer Indonesia, PT
Cyberindo Aditama (CBN), Cisco Systems Indonesia, PT Intel Indonesia, PT Microsoft
Indonesia dan PT Jaring Semesta Infosolusi (Polaris|NET), didukung PT Elexmedia
Komputindo. Tjahja Suprapto, wakil IWC dari PT Jaring Semesta Infosolusi, menjelaskan
pembentukan organisasi ini bertujuan mengedukasi masyarakat sekaligus mengembangkan pasar
Wi-Fi untuk keperluan publik di Tanah Air. "Memang ada model bisnisnya, tetapi fokus kami.
saat ini adalah bagaimana Wi-Fi diterima denganbaik sebab pemerintah pun belum menentukan
regulasi yang pasti mengenai Wi-Fi ini," tuturnya usai peluncuran konsorsium. Konsorsium
sudah membangun total enam hotspot di Jakarta sehingga dengan proyek ini mereka ditargetkan
memiliki 16 hotspot di Ibukota hingga akhir tahun ini yang seluruhnya berlokasi di kafe-kafe
strategis.
2. INFRASTRUKTUR
Sistem kedua yang paling umum adalah Infra Structure. Sistem Infra Structure
membutuhkan sebuah perangkat khusus atau dapat difungsikan sebagai Access point melalui
software bila mengunakan jenis Wireless Network dengan perangkat PCI card. Mirip seperti Hub
Network yang menyatukan sebuah network tetapi didalam perangkat Access Point menandakan
sebuah sebuah central network dengan memberikan signal (melakukan broadcast) radio untuk
diterima oleh computer lain. Untuk mengambarkan koneksi pada Infra Structure dengan Access
point minimal sebuah jaringan wireless network memiliki satu titik pada sebuah tempat dimana
computer lain yang mencari menerima signal untuk masuknya kedalam network agar saling
berhubungan. Sistem Access Point (AP) ini paling banyak digunakan karena setiap computer
yang ingin terhubungan kedalam network dapat mendengar transmisi dari Access Point tersebut.
Access Point inilah yang memberikan tanda apakah disuatu tempat memiliki jaringan WIFI dan
secara terus menerus mentransmisikan namanya – Service Set IDentifier (SSID) dan dapat
diterima oleh computer lain untuk dikenal. Bedanya dengan HUB network cable, HUB
mengunakan cable tetapi tidak memiliki nama (SSID). Sedangkan Access point tidak
mengunakan cable network tetapi harus memiliki sebuah nama yaitu nama untuk SSID.
Contoh Wi-fi Hardware yang digunakan di masyarakat :
Wi-fi dalam bentuk PCI
Atas keluhan ini berikut anjuran dokter yang mendiagnosanya sebagai suatu keadaan
elektrosensitif, wanita tadi melindungi rumahnya dengan perangkat khusus antiradiasi untuk
meminimalkan gelombang elektromagnetik dari teknologi wi-fi di sekitar tempat tinggalnya.
Beberapa publikasi lanjutan tentang dampak radiasi wi-fi ini kemudian dilansir di Swedia
langsung dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat pernyataan perdana menterinya sendiri.
Lagi-lagi, kemungkinan pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya ini
sempat dianggap sebagai hoax, suatu berita isu yang belum bisa diyakini kebenarannya, namun
adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi resmi mungkin mulai membuat
beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal ini.
Sebagian laporan resmi tersebut menyebutkan tingginya intensitas radiasi
elektromagnetik di beberapa situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga yang melaporkan bahwa
intensitas tadi masih berada di bawah ambang batas senilai dengan radiasi elektromagnetik yang
dihasilkan oleh beberapa perangkat yang aman seperti televisi maupun radio, begitupun,
kesimpang-siuran ini jelas menimbulkan suatu kekhawatiran bagi sebagian orang yang sangat
perduli dengan kesehatannya, belum lagi pengakuan sejumlah aktifis di luar negeri yang
bergabung untuk mendesak pembatasan penggunaan wi-fi, yang bagi sebagian masyarakat lain
sangat diperlukan itu.
http://id.wikipedia.org/wiki/Wi-Fi)
http://rachmad29.blogspot.com/2008/08/sejarah-wireless-lan-wifi.html
http://www.arusty.com/dampak-negatif-dari-wifi-wireless-fidelity.html
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2137:wi-fi-dan-
kesehatan&catid=28&Itemid=48
elib.unikom.ac.id/download.php?id=50510
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21326/5/Chapter%20I.pdf