Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Alah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Tentunya saya sebagai penyusun telah menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Rupanya saya menyadari bahwa Makalah ini memang belum mencapai kesempurnaan,
masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Maka untuk itu, saya sebagai
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar dapat
memperbaiki dalam penulisan Makalah yang saya buat selanjutnya.
Akhirnya saya sebagai penyusun berharap, semoga Makalah yang saya buat dapat
menambah wawasan kepada saya pada khususnya dan kepada para pembaca pada umumnya.

Kandis, 30 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3. Tujuan ................................................................................................. 2
1.4. Manfaat ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1. Wi-Fi dan Perkembangannya .............................................................. 3
2.2. Cara Kerja Wi-Fi................................................................................. 9
2.3. Pengaruh Wi-Fi terhadap Masyarakat ................................................ 11
2.4. Pengaruh Wi-Fi terhadap Mahasiswa ................................................. 15
2.5. Upaya mengurangi dampak negatif penggunaan Wi-Fi ..................... 16
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17
KESIMPULAN ............................................................................................ 17
SARAN .......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Baru-baru ini, jika anda sudah di bandara, kedai kopi, perpustakaan atau hotel
kemungkinan anda sudah tepat di tengah sebuah jaringan nirkabel. Banyak orang menggunakan
jaringan nirkabel, juga disebut WiFi 802,11 untuk menghubungkan komputer mereka di rumah,
dan beberapa kota yang mencoba untuk menggunakan teknologi untuk memberikan gratis atau
biaya rendah Internet akses kepada penduduk. Dalam waktu dekat ini, jaringan nirkabel dapat
menjadi begitu luas yang dapat mengakses Internet di mana saja hampir setiap saat, tanpa
menggunakan kabel. Saat ini semua orang sudah familiar dengan istilah Hot-Spot, WiFi
(Wireless Fidelity), Jaringan Wireless dan sejenisnya. Layanan seperti ini akan mudah ditemui di
berbagai tempat-tempat umum seperti kampus, hotel, rumah makan, bandara dan lain-lain.
Dengan menggunakan layanan WiFi, kita dengan mudah bisa terkoneksi ke Internet tanpa perlu
dibebani kerepotan dengan menyambungkan kabel ke suatu alat yang disebut switch/hub.
Tentunya kita harus memeliki peralatan seperti Notebook atau Mobile-Phone yang mendukung
koneksi WiFi dan adanya software yang membantu koneksi peralatan kita tadi ke suatu alat yang
sering disebut Access Point. Jaringan nirkabel (wireless local area network-WLAN) atau Wi-Fi
(Wireless Fidelity) dimana akses internet pun dapat dilakukan dalam area jaringan, dan tanpa
kabel. Hal itu memungkinkan mengakses internet di rumah, di kantor, di kafe, dan tempat-tempat
umum lainnya yang menyediakan koneksi semacam itu.
Kelihatannya memang mengasyikkan. Access Point atau hotspot, yang memungkinkan
sambungan broadband internet secara nirkabel kini sudah dapat dijumpai di tempat publik dan
menciptakan lonjakan permintaan layanan Wi-Fi. Ketersediaan akses internet publik tanpa kabel
kini semakin merebak, publisitasnya pun makin hot, media yang menambah khasanah dunia
perteknologian.
Tanpa disadari, menjamurnya akses internet melalui koneksi Wi-Fi telah menjadi
dilema tersendiri dalam dunia internet. Banyak pihak yang menjadikannya sebagai sarana daya
tarik tersendiri dalam promosi kepentingan tertentu. Namun, yang menjadi permasalahan terletak
pada pengaruh Wi-Fi tersebut. Disamping keuntungan-keuntungan yang diperoleh, banyak hal-
hal negatif yang timbul akibat dari Wi-Fi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Wi-Fi ?
2. Bagaimana perkembangan Wi-Fi hingga sekarang?
3. Bagaimana cara kerja Wi-Fi?
4. Bagaimana pengaruh Wi-Fi dilingkungan masyarakat khususnya dilingkungan mahasiswa?
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar pembaca mengetahui apa itu Wi-Fi, perkembangannya
hingga sekarang, cara kerjanya dan bagaimana pengaruhnya terhadap masyarakat, menyangkut
pengaruh positif dan pengaruh negatif.
1.4. Manfaat
Makalah ini diharapkan mampu menambah pengetahuan pembaca mengenai wifi.
Disamping itu, pembaca juga mampu mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari wifi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Wi-Fi dan Perkembangannya


Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian yaitu
sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area
Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11.
WI-FI merupakan istilah yang diberikan untuk sistem wireless LAN yang menggunakan
standar 802.11 yang ada saat ini. Istilah WI-FI diciptakan oleh sebuah organisasi bernama WI-FI
alliance yang bekerja menguji dan memberikan sertifikasi untuk perangkat-perangkat WLAN.
Perangkat wireless diuji berdasarkan interoperabilitasnya dengan perangkat-perangkat wireless
lain yang menggunakan standar yang sama. Setelah diuji dan lulus, sebuah perangkat akan diberi
sertifikasi “WI-FI certified”. Artinya perangkat ini bisa bekerja dengan baik dengan perangkat-
perangkat wireless lain yang juga bersertifikasi ini. Pada awalnya, sertifikasi WI-FI hanya
diberikan pada perangkat wireless yang bekerja pada standar 802.11b.

Wi-Fi (Wireless Fidelity) adalah koneksi tanpa kabel seperti handphone dengan
mempergunakan teknologi radio sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan cepat dan
aman. Wi-Fi tidak hanya dapat digunakan untuk mengakses internet, Wi-Fi juga dapat digunakan
untuk membuat jaringan tanpa kabel di perusahaan. Karena itu banyak orang mengasosiasikan
Wi-Fi dengan kebebasan, karena teknologi Wi-Fi memberikan kebebasan kepada pemakainya
untuk mengakses internet atau mentransfer data dari ruang meeting, kamar hotel, kampus, dan
café-café yang bertanda Wi-Fi Hot Spot.
WiFi adalah suatu rangkaian produk yang didesain untuk penggunaan teknologi
Wireless Local Area Networks (WLAN) berdasarkan standar spesifikasi IEEE802.11 yang
mampu menyediakan akses internet dengan bandwidth besar, mencapai 11 Mbps. Wi-Fi
dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11,
yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g, and 802.11n. Spesifikasi b merupakan produk pertama Wi-Fi.
Variasi g dan n merupakan salah satu produk yang memiliki penjualan terbanyak pada 2005. Di
banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk
mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a
menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit,
lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam
IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz. Dengan begitu mengijinkan
operasi dalam 11 channel (masing-masing 5 MHz), berpusat di frekuensi berikut: Channel 1 –
2,412 MHz; Channel 2 – 2,417 MHz; Channel 3 – 2,422 MHz; Channel 4 – 2,427 MHz; Channel
5 – 2,432 MHz; Channel 6 – 2,437 MHz; Channel 7 – 2,442 MHz; Channel 8 – 2,447 MHz;
Channel 9 – 2,452 MHz; Channel 10 – 2,457 MHz; Channel 11 – 2,462 MHz Secara teknis
operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi dan informasi yang
bekerja pada jaringan dan perangkat WLANs (wireless local area network). Dengan kata lain,
Wi-Fi adalah nama dagang (certification) yang diberikan pabrikan kepada perangkat
telekomunikasi (Internet) yang bekerja di jaringan WLANs dan sudah memenuhi kualitas
interoperability yang dipersyaratkan.
Teknologi Internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur
Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronis Engineers (IEEE)
berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi
sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless
Metropolitan Area Network (WMAN). Karena perangkat dengan standar teknis 802.11b
diperuntukkan bagi perangkat WLAN yang digunakan di frekuensi 2,4 GHz atau yang lazim
disebut frekuensi ISM (Industrial, Scientific dan Medical). Sedang untuk perangkat yang
berstandar teknis 802.11a dan 802.16 diperuntukkan bagi perangkat WMAN atau juga disebut
Wi-Max, yang bekerja di sekitar pita frekuensi 5 GHz.
Wi-Fi sudah sangat populer di luar negeri. Amerika Serikat adalah salah satu negara
yang paling berhasil memasyarakatkan Wi-Fi. Bahkan, beberapa PDA di Amerika Serikat
dirancang secara khusus dengan modul Wi-Fi terintegrasi. Oleh karena kemudahan koneksi,
reliabilitas, dan kecepatannya, Wi-Fi tampak cukup berhasil. Penggunaan hubungan nirkabel
(wireless) sampai saat ini mengandalkan gelombang elektromagnetik, baik berbentuk gelombang
radio maupun cahaya.
Di awal 1990-an, ketika teknologi nirkabel masih belum terlalu berkembang, beberapa
organisasi, mulai dari bank sampai keperguruan tinggi, sempat memanfaatkan modem optik
berbasis sinar laser untuk menghubungkan dua lokasi yang terpisah secara line-of-sigth. Jarak di
antara kedua lokasi ini maksimal tidak lebih dari beberap ratus meter. Bandwidth yang dicapai
bisa sampai 10 megabit per detik. Gangguan terjadi bila hujan turun atau bila polusi debu
demikian buruknya, sehinggga sinar laser terhalang jalannya.
Teknologi telah jauh berkembang sejak saat itu. Komunikasi data melalui gelombang
cahaya umumnya beralih dari transmisi di udara bebas ke transmisi melalui serat optik.
Penurunan harga kabel optik dan peralatan terkaitnya sangat menolong peningkatan
popularitasnya pada aplikasi-aplikasi point-to-point yang memerlukan bandwidth tinggi dan
jarak jangkau teknologi ini sudah semakin jauh dan pemanfaatannya sebagai pengganti copper-
links semakin popular.
Dalam bentuknya yang kini tersedia, teknologi nirkabel telah semakin baik untuk
penggunaan jarak-dekat. Mulai dari Bluetooth sampai ke Wi-Fi, produk-produknya semakin
membanjiri pasar. Bukan saja penggunaannya semakin mudah, harga dan kapasitasnya pun
semakin baik. Bila teknologi kabel berkembang dari jarah dekat ke jauh, teknologi nirkabel
berkembang dari jarak jauh ke dekat.
Masalah pengelolaan dan penggunaannya menjadi sangat sederhana, sedemikian rupa
sehingga tidak memerlukan latihan khusus. Ketersediaan di pasar bebas juga semakin baik, dan
dengan cepat dipadukan dengan spectrum produk teknologi informasi dan komunikasi, mulai
dari PDA (Personal Digital Assistant), komputer pangku (laptop computer) sampai ke server
yang melayani kemudahan komputasi di gedung-gedung perkantoran, hotel dan bahkan mal-mal
perbelanjaan.
Kaitan yang ingin disoroti disini adalah bagaimana kendala otoritas telekomunikasi
dalam penggunaan teknologi nirkabel, khususnya yang menyangkut strategi frekuensi radio,
alokasinya perizinannya dan pemantauan serta pengawasannya. Dengan spectrum yang sangat
luas, pengelolaan frekuensi radio menjadi sangat sentral bagi arah perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi di setiap negara. Justru hal inilah yang membuat musykil, di samping
menarik untuk di simak karena implikasinya yang sangat serius dalam kehidupan bangsa dan
negara. Spectrum frekuensi yang sangat luas ini menyentuh alat-alat rumah tangga, telepon
genggam, sampai kepada siaran televisi yang dipancarkan langsung melalui satelit diangkasa.
Tingginya animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet menggunakan
teknologi Wi-Fi dikarenakan paling tidak dua faktor. Pertama, kemudahan akses. Artinya, para
pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan
dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita
dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital assistance) atau laptop
berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot. Menjamurnya
hotspot di tempat-tempat tersebut yang dibangun oleh operator telekomunikasi, penyedia jasa
Internet bahkan orang perorangan dipicu faktor kedua, yakni karena biaya pembangunannya
yang relatif murah atau hanya berkisar 300 dollar Amerika Serikat. Peningkatan kuantitas
pengguna Internet berbasis teknologi Wi-Fi yang semakin menggejala di berbagai belahan dunia,
telah mendorong Internet service providers (ISP) membangun hotspot yang di kota-kota besar
dunia. Mewabah Di Indonesia sendiri, penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai
menggejala di beberapa kota besar. Di Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang
berselancar sambil menunggu pesawat take off di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan
hal yang asing. Fenomena yang sama terlihat diberbagai kafe –seperti Kafe Starbuck dan La
Moda Cafe di Plaza Indonesia, Coffee Club Senayan, dan Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak
Town Square dimana pengunjung dapat membuka Internet untuk melihat berita politik atau gosip
artis terbaru sembari menyeruput cappucino panas. Dewasa ini, bisnis telepon berbasis VoIP
(Voice over Internet Protocol) juga telah menggunakan teknologi Wi-Fi, dimana panggilan
telepon diteruskan melalui jaringan WLAN. Aplikasi tersebut dinamai VoWi-FI (Voice over Wi-
Fi).
Beberapa waktu lalu, standar teknis hasil kreasi terbaru IEEE telah mampu mendukung
pengoperasian layanan video streaming. Bahkan diprediksi, nantinya dapat dibuat kartu (card)
berbasis teknologi Wi-Fi yang dapat disisipkan ke dalam peralatan eletronik, mulai dari kamera
digital sampai consoles video game (ITU News 8/2003). Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa bisnis dan kuantitas pengguna teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan
secara ekonomis hal itu berimplikasi positif bagi perekonomian nasional suatu negara, termasuk
Indonesia.
Contoh : di Yogyakarta, dari sekitar 240 warung internet di sana, sekitar 120 di
antaranya telah memanfaatkan frekuensi 2,4 GHz. Salah satunya warnet perpustakaan UGM.
Mereka juga menyebarkan data internet ke warnet lain di sekitarnya yang berminat. Sejumlah
warnet di Yogya juga membentuk jaringan lokal antarwarnet memakai frekuensi 2,4 GHz.
Mereka memilih satu warnet induk yang bertugas meneruskan data dari ISP ke antena warnet
anggotanya. Konsumen nantinya juga diuntungkan karena biaya akses internet dari warnet akan
semakin murah. Penggunaan frekuensi 2,4 GHz yang bebas biaya ini memang menguntungkan
para pengusaha warnet. Mereka tidak perlu membayar pulsa telepon saat mengakses internet. Di
banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk
mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a
menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit,
lainnya sama. Versi Wi-Fi yang paling luas dalam pasaran AS sekarang ini (berdasarkan dalam
IEEE 802.11b/g) beroperasi pada 2.400 MHz sampai 2.483,50 MHz.
Tujuh perusahaan membentuk Indonesian Wi-Fi Consortium (IWC) untuk
mengembangkan wireless local area network (WLAN) bagi keperluan public dengan target
membangun 10 hotspot hingga akhir. Konsorsium itu terdiri dari PT Acer Indonesia, PT
Cyberindo Aditama (CBN), Cisco Systems Indonesia, PT Intel Indonesia, PT Microsoft
Indonesia dan PT Jaring Semesta Infosolusi (Polaris|NET), didukung PT Elexmedia
Komputindo. Tjahja Suprapto, wakil IWC dari PT Jaring Semesta Infosolusi, menjelaskan
pembentukan organisasi ini bertujuan mengedukasi masyarakat sekaligus mengembangkan pasar
Wi-Fi untuk keperluan publik di Tanah Air. "Memang ada model bisnisnya, tetapi fokus kami.
saat ini adalah bagaimana Wi-Fi diterima denganbaik sebab pemerintah pun belum menentukan
regulasi yang pasti mengenai Wi-Fi ini," tuturnya usai peluncuran konsorsium. Konsorsium
sudah membangun total enam hotspot di Jakarta sehingga dengan proyek ini mereka ditargetkan
memiliki 16 hotspot di Ibukota hingga akhir tahun ini yang seluruhnya berlokasi di kafe-kafe
strategis.

2.2.Cara Kerja Wi-Fi


Gambar 1 : Satu wireless router dapat mengijinkan
beberapa perangkat untuk terhubung

 Mode Akses Koneksi Wi-fi ada 2 yaitu :


1. AD-HOC
Sistem Ad-hoc adalah sistem peer to peer, dalam arti satu computer dihubungkan ke 1
computer dengan saling mengenal SSID. Bila digambarkan mungkin lebih mudah
membayangkan sistem direct connection dari 1 computer ke 1 computer lainnya dengan
mengunakan Twist pair cable tanpa perangkat HUB. Jadi terdapat 2 computer dengan perangkat
WIFI dapat langsung berhubungan tanpa alat yang disebut access point mode. Pada sistem
Adhoc tidak lagi mengenal system central (yang biasanya difungsikan pada Access Point).
Sistem Adhoc hanya memerlukan 1 buah computer yang memiliki nama SSID atau sederhananya
nama sebuah network pada sebuah card/computer. Dapat juga mengunakan MAC address
dengan sistem BSSID (Basic Service Set IDentifier - cara ini tidak umum digunakan), untuk
mengenal sebuah nama computer secara langsung. Mac Address umumnya sudah diberikan
tanda atau nomor khusus tersendiri dari masing masing card atau perangkat network termasuk
network wireless. Sistem Adhoc menguntungkan untuk pemakaian sementara misalnya
hubungan network antara 2 computer walaupun disekitarnya terdapat sebuah alat Access Point
yang sedang bekerja.

2. INFRASTRUKTUR
Sistem kedua yang paling umum adalah Infra Structure. Sistem Infra Structure
membutuhkan sebuah perangkat khusus atau dapat difungsikan sebagai Access point melalui
software bila mengunakan jenis Wireless Network dengan perangkat PCI card. Mirip seperti Hub
Network yang menyatukan sebuah network tetapi didalam perangkat Access Point menandakan
sebuah sebuah central network dengan memberikan signal (melakukan broadcast) radio untuk
diterima oleh computer lain. Untuk mengambarkan koneksi pada Infra Structure dengan Access
point minimal sebuah jaringan wireless network memiliki satu titik pada sebuah tempat dimana
computer lain yang mencari menerima signal untuk masuknya kedalam network agar saling
berhubungan. Sistem Access Point (AP) ini paling banyak digunakan karena setiap computer
yang ingin terhubungan kedalam network dapat mendengar transmisi dari Access Point tersebut.
Access Point inilah yang memberikan tanda apakah disuatu tempat memiliki jaringan WIFI dan
secara terus menerus mentransmisikan namanya – Service Set IDentifier (SSID) dan dapat
diterima oleh computer lain untuk dikenal. Bedanya dengan HUB network cable, HUB
mengunakan cable tetapi tidak memiliki nama (SSID). Sedangkan Access point tidak
mengunakan cable network tetapi harus memiliki sebuah nama yaitu nama untuk SSID.
Contoh Wi-fi Hardware yang digunakan di masyarakat :
Wi-fi dalam bentuk PCI

Wi-fi dalam bentuk USB

2.3.Pengaruh Wi-Fi terhadap Masyarakat

 Wi-Fi dan Kesehatan


Wi –Fi membawa pengaruh yang besar dalam lingkungan masyarakat. Selain pengaruh
positif yaitu kemudahan dalam mengakses dunia internet, Wi-Fi juga diduga berdampak negatif.
Wi-fi (wireless fidelity) yang lebih dikenal sebagai jaringan lokal nirkabel semakin
populer terutama di negara-negara maju dan berkembang. Dengan wi-fi orang bisa masuk ke
jaringan internet tanpa harus repot menyambungkan kabel dari komputer ke line telepon.
Di balik kemudahan yang ditawarkan wi-fi, ada beberapa keyakinan publik yang
menganggap wi-fi berdampak negatif terhadap kesehatan. Mereka yang tidak setuju dengan
kehadiran wi-fi beralasan radiasi elektro magnetik dari wi-fi bisa menyebabkan nyeri di kepala,
gangguan tidur dan mual-mual, terutama bagi mereka yang electrosensitive. Tapi benarkah wi-fi
berbahaya bagi kesehatan?
Ketakutan akan dampak buruk wi-fi terhadap kesehatan ini dimentahkan ilmuwan
Inggris. Seperti yang diungkapkan Sir William Stewart, ketua Health Protection Agency,
mengatakan pada BBC Programme Panorama, tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan
teknologi wi-fi. Tak ada bukti pasti yang menyebutkan, perangkat seperti ponsel dan wi-fi
menyebabkan kesehatan terganggu.
Hal senada juga diungkapkan Professor Lawrie Challis, dari Nottingham University.
Dalam pernyataannya pada BBC, Prof Challis, yang menjabat sebagai ketua Mobile
Telecommunications and Health Research (MTHR) menyebutkan: “Radiasi elektro magnetik
dari Wi-fi sangat kecil, pemancarnya juga berkekuatan rendah, selain itu masih ada jarak dengan
tubuh.
“Bisa jadi radiasi elektro magnetik sangat dekat dengan tubuh, ketika kita memangku
laptop, namun dalam pengamaatan saya setiap orang tua akan meminta anak mereka untuk tidak
terlalu sering menggunakan ponsel mereka dan selalu meminta mereka untuk menaruh laptop di
atas meja, bukan di pangkuan, jika mereka berinternet terlalu lama.”
Untuk mendukung pernyataan ini, tim Panorama BBC mengunjungi sebuah sekolah di
Norwich, yang memiliki seribu siswa, dan mencoba membandingkan tingkat radiasi dari ponsel
dan penggunaan wi-fi di dalam kelas. Hasilnya menunjukkan radiasi wi-fi di ruang kelas tiga kali
lebih besar dibanding pancaran yang dikeluarkan ponsel.
Namun ahli kesehatan psikis Professor Malcolm Sperrin mengatakan sinyal wi-fi yang
lebih besar tiga kali lipat dibanding radiasi ponsel di suatu sekolah masih belum relevan, karena
belum ditemukan pengaruhnya terhadap kesehatan.
“Wi-fi adalah teknologi yang menggunakan gelombang radio elektro magnetik rendah,
yang sebanding dengan oven microwave, bahkan 100 ribu kali lebih rendah dari microwave.”
Tipe radiasi yang dipancarkan gelombang radio (wi-fi), microwaves, dan ponsel telah
menunjukkan kenaikan level temperatur jaringan yang sangat tinggi, yang biasa disebut thermal
interaction, namun masih belum ada bukti level tersebut menyebabkan kerusakan.
Health Protection Agency menyebutkan duduk di ruangan yang memiliki hotspot selama
setahun sebanding dengan gelombang radio yang dipancarkan saat bercakap-cakap dengan
ponsel selama dua puluh menit.
“Gelombang radio sudah menjadi bagian dari kehidupan kita selama hampir seabad atau
lebih, namun jika ada gangguan yang signifikan terhadap kesehatan, pasti ada kajian yang akan
mencatatnya, dan selama ini berbagai studi masih belum menemukan bukti transmisi wi-fi bagi
kesehatan.
Hal senada juga didukung Professor Will J Stewart, rekan dari Royal Academy of
Engineering, yang mengatakan: “Ilmu pengetahunan telah mempelajari pengaruh ponsel bagi
kesehatan selama bertahun-tahun dan kekhawatiran akan dampak radiasi ponsel masih sangat
kecil.
“Begitu juga dengan wi-fi, jika digunakan dalam batas yang wajar tak akan ada
pengaruhnya bagi kesehatan dalam waktu yang lama. Namun bukan berarti semua radiasi elektro
magnetik tak berbahaya, misalnya sinar matahari yang terbukti menyebabkan kanker kulit, jadi
jika Anda menggunakan laptop saat berjemur di pantai, ada baiknya mencari tempat yang
teduh,” tambah Sperrin yang mengatakan sampai saat masih belum ada banyak bukti yang cukup
berrarti akan dampak negatif wi-fi.
Namun yang lebih dikhawatirkan Sperrin bukan pada gelombang wi-fi, namun pada
perilaku dalam penggunaan laptop, dan panas yang dihasilkan laptop pada beberapa bagian
sensitif pada tubuh, yang berdampak pada kesehatan.
 Radiasi Elektromagnetik Wi-Fi
Publikasi tentang dampak negatif wi-fi sehubungan dengan radiasi elektromagnetik yang
ditimbulkannya ini awalnya datang dari sebuah kasus yang dialami seorang wanita di London,
yang datang ke institusi kesehatan dengan keluhan nyeri di bagian kepala, telinga, tenggorokan
dan beberapa bagian tubuh lain bila berada dekat dengan peralatan elektronik atau menara
pemancar.
Perangkat elektronik, memang memiliki radiasi elektromagnetik dimana dalam jumlah
besar bisa mengakibatkan gangguan fisiologis hingga memicu pertumbuhan sel-sel abnormal
seperti kanker, namun intensitasnya berbeda-beda dan ada patokan batas aman yang dianggap
tidak sampai membahayakan kesehatan.

Atas keluhan ini berikut anjuran dokter yang mendiagnosanya sebagai suatu keadaan
elektrosensitif, wanita tadi melindungi rumahnya dengan perangkat khusus antiradiasi untuk
meminimalkan gelombang elektromagnetik dari teknologi wi-fi di sekitar tempat tinggalnya.
Beberapa publikasi lanjutan tentang dampak radiasi wi-fi ini kemudian dilansir di Swedia
langsung dari pemerintahnya serta di Norwegia lewat pernyataan perdana menterinya sendiri.
Lagi-lagi, kemungkinan pemberitaan yang awalnya banyak beredar di dunia maya ini
sempat dianggap sebagai hoax, suatu berita isu yang belum bisa diyakini kebenarannya, namun
adanya beberapa penelitian yang dilaporkan dari institusi resmi mungkin mulai membuat
beberapa pihak bersangkutan mulai memikirkan hal ini.
Sebagian laporan resmi tersebut menyebutkan tingginya intensitas radiasi
elektromagnetik di beberapa situs lokasi wi-fi, namun tak sedikit juga yang melaporkan bahwa
intensitas tadi masih berada di bawah ambang batas senilai dengan radiasi elektromagnetik yang
dihasilkan oleh beberapa perangkat yang aman seperti televisi maupun radio, begitupun,
kesimpang-siuran ini jelas menimbulkan suatu kekhawatiran bagi sebagian orang yang sangat
perduli dengan kesehatannya, belum lagi pengakuan sejumlah aktifis di luar negeri yang
bergabung untuk mendesak pembatasan penggunaan wi-fi, yang bagi sebagian masyarakat lain
sangat diperlukan itu.

2.4. Pengaruh Wi-Fi terhadap Mahasiswa

Mahasiswa merupakan salah satu subjek yang menggunakan akses internet.


Mahasiswa akan merasa hampa tanpa internet. Ibaratnya, sedetik saja mereka tak bisa lepas dari
internet. Bagi mahasiswa internet merupakan media yang dapat digunakan untuk mengakses
tugas yang diberikan oleh dosen, bahkan mungkin juga mengembangkan diri dengan membentuk
jaringan. Bahkan kebutuhan akan akses internet bisa melampaui kebutuhan primer seperti
makan.
Di dalam dunia kampus, perkembangan teknologi wireless juga merajalela. Hal itu
bisa dilihat pada Access Point (AP) yang dipasang pada tiap jurusan, kantor dan perpustakaan.
Hanya dengan bermodal laptop atau handphone yang telah memiliki fasilitas wireless maka kita
dapat menikmati teknologi wireless di manapun dan kapanpun. Seperti kita ketahui bahwa laptop
di era sekarang ini bukan merupakan barang yang mewah bagi sebagian mahasiswa. Laptop
seperti kata “wajib” bagi mereka. Hal itu dikarenakan laptop digunakan sebagai kebutuhan
primer untuk menjalani aktifitas memperoleh ilmu pengetahuan dan proses pembelajaran di
kampus.
Seluruh sivitas akademika dan staf Universitas dapat menggunakan layanan akses
jaringan di dalam kampus secara gratis baik melalui jaringan kabel dengan terminal PC maupun
jaringan tanpa kabel (wireless) yang tersedia di seluruh gedung dan sekitarnya di dalam kampus.
Penyediaan fasilitas jaringan tanpa kabel atau Wi-Fi ditujukan bagi mereka yang memiliki laptop
maupun PDA.
Mahasiswa telah banyak menggunakan fasilitas Wi-Fi untuk mendapatkan akses
dalam mengerjakan tugas- tugas kuliah, mengembangkan jaringan dan juga untuk membuat
tulisan, dan mengakses hal- hal di luar pendidikan. Penggunaan fasilitas Internet tidak serta
merta memberikan dampak yang positif. Disamping penggunaannya yang mudah dan praktis,
Internet juga dapat membawa dampak yang negatif bila penggunaanya menyimpang. Apalagi
Internet saat ini telah banyak digunakan oleh mahasiswa, sehingga apabila penggunaanya
bersifat negatif maka akan terjadi penyimpangan pada sikap maupun perilaku mahasiswa sebagai
generasi penerus bangsa.
Disamping digunakan sebagai sarana untuk akses hal-hal yang menyangkut
pendidikan, Wi-Fi juga digunakan untuk akses hal-hal lain, seperti akses untuk jejaringan social.
Hal ini tentu saja menimbulkan pengaruh buruk bagi mahasiswa apalagi dilakukan saat proses
belajar mengajar.

2.5. Upaya mengurangi dampak negatif penggunaan Wi-Fi


1. Penggunaan dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap kesehatan.
2. Dalam lingkungan kampus, memblokir pengaksesan internet untuk alamat-alamat tertentu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kebutuhan informasi yang
membuat setiap orang harus dapat meng-update informasi tersebut setiap saat, maka teknologi
sekarang ini menghasilkan sebuah layanan pendukung yang lebih instan untuk dapat
merealisasikan hal tesebut. Wi-Fi adalah teknologi jaringan dengan tidak menggunakan kabel
seperti handphone, yaitu melakukan hubungan komunikasi dengan menggunakan gelombang
elektromagnetik sebagai pengganti kabel sehingga pemakainya dapat mentransfer data dengan
cepat dan aman.
Eksistensi dari Wi-Fi tentu memiliki kelemahan dan keunggulan dalam setiap aplikasi
penggunaannya. Disatu sisi berbagai kemudahan akan tersaji ketika menggunakan fasilitas
tersebut. Disisi yang lain, fasilitas tersebut juga digunakan untuk mengakses hal- hal yang di luar
jalur pendidikan. Misalnya, Pelanggaran hak cipta, pencurian identitas, cyber crime (hacker,
cracker, carder) dan pernyataan kebencian (hate speech), adalah biasa dan sulit dijaga dan
gambar- gambar, cerita- cerita yang “berbau” pornografi, yang dapat merusak mental psikis
mahasiswa, sehingga kurang bahkan tidak dapat fokus pada kuliah yang sedang dijalaninya.
B. SARAN
Menggunaan Wi-Fi dalam batasan wajar ini bisa mencegah pengaruh buruk terhadap
kesehatan, juga menggunakannya untuk hal-hal positif yang berguna bagi kepentingan pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Wi-Fi)

http://rachmad29.blogspot.com/2008/08/sejarah-wireless-lan-wifi.html
http://www.arusty.com/dampak-negatif-dari-wifi-wireless-fidelity.html
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2137:wi-fi-dan-
kesehatan&catid=28&Itemid=48
elib.unikom.ac.id/download.php?id=50510
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21326/5/Chapter%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai