I. DESKRIPSI SINGKAT
V. URAIAN MATERI
1. Infeksi Bakteri
Pada infeksi bakteri akan terjadi peningkatan jumlah neutrofil yang
signifikan, diikuti oleh monosit makrofag. Komponen sel yang
terpengaruh pada keadaan infeksi bakteri adalah segmen inti dan
sitoplasma, dapat terjadi hipersegmentasi, granula toksik dan
vakuolisasi sitoplasma sel PMN.
2. Infeksi Virus
Pada infeksi virus akan terjadi peningkatan jumlah limfosit yang
signifikan. Komponen sel yang terpengaruh pada keadaan infeksi virus
adalah ukuran sel limfosit dan bentuk inti serta sitoplasma. Limfosit
mengalami perubahan bentuk menjadi limfosit atipik. Pada infeksi
virus tertentu seperti infeksi virus pox mungkin saja terjadi
peningkatan jumlah basofil.
3. Infeksi Parasit
Pada infeksi parasit seperti infeksi oleh cacing ( cacing pita atau cacing
cambuk ) akan terjadi peningkatan jumlah eosinofil yang signifikan.
Terkadang terjadi peningkatan jumlah basofil. Komponen sel relatif
tidak terpengaruh pada keadaan infeksi parasit.
4. Infeksi Jamur
Pada infeksi jamur tidak terjadi peningkatan jumlah leukosit baik
granulosit maupun agranulosit. Komponen sel pun relatif tidak ada
perubahan.
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGINYA SERTA ARTI KLINIS
KELAINAN MORFOLOGI LEUKOSIT
Kelainan kualitatif :
1. Kelainan sitoplasma
· Granulasi toksik
Pada sediaan hapus yang langsung dibuat terlihat vacuola berukuran kecil ,
ini menunjukkan adanya infeksi berat, keracunan dan ketoasidosis diabetic.
2. Kelainan inti sel
· Hipersegmentasi
Hipersegmentasi biasanya terjadi pada infeksi kronik atau sepsis. Netrofil
disebut hipersegmentasi bila terdapat 25% segmen inti 4 atau 4% segemen 5 atau
cukup 1 % segmen inti 6 atau lebih kelainan ini di sebabkan gangguan
pematangan pada inti neutrofil yang mengalami hipersegmentasi.
· Inti piknotik
Inti piknotik merupakan neutrofil yang mati atau berdegenerasi. Sel ini
memiliki inti yang telah memadat dengan kromatin yang jelas.Neutrofil piknotik
ini adalah indikator infeksi berkepanjangan atau infeksi berat.
· Anomali Pelger Huet
Suatu kelainan bawaan yaitu berkurangnya segmentasi pada neutrofil dan
kromatin inti menjadi halus (leukemia kronik, mielodisplastik)
Kelainan Kuantitatif, yakni :
A. Leukositosis
Neutrofilia
Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah tepi lebih dari normal, ini bisa
disebabkan :
– Infeksi akut contoh : radang paru, pneumonia, meningitis
– Infeksi lokal yang disertai dengan produksi dan penimbunan nanah
– Intoksikasi, misal pada zat-zat kimia, uremia.
– Selain itu ada juga Neutrofilia Fisiologik yang disebabkan oleh olahraga yang
berlebihan, stress, ini disebut juga Pseudonetrofilia.
Basofilia
Peningkatan jumlah basofil dalam darah, ditemukan pada :
– Infeksi oleh virus (Smallpox, Chickenpox)
– Kadang-kadang sesudah Spleenektomi, Anemia hemolitik kronis
Monositosis
Limfositosis
Eosinofilia
B. Leukopenia
Neutropenia
Limfopenia
Eosinopenia
Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah tepi, ditemukan pada :
– Penyakit alergi (Urticaria, Asthma bronchiale).
– Infeksi parasit misal pada : Schistosomiasis, Trichinosis, Cacing tambang)
– Sesudah penyinaran
– Hodgkin’s disease, Poli arthritis nodosa,dll
– Keganasan, penyakit kulit misal Eksim
VI. REFERENSI
1. M.Harmening D, Clinical Hematology and fundamentals of hemostasis.
Edisi ke-5. Fratantoro C, editor Philadelphia ; F.A Davis Company; 2009.
2. Hall R. Medical laboratory Harmatology, London; Butterworth & co;
1984.
3. Freund M. Atlas hematology. Edisi ke 2nd. Philadelphia: Lippincott
williams & Wilkins;2014