Anda di halaman 1dari 25

Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.

html

KTI tentang GASTRITIS BAB I PENDAHULUAN


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan yang kita hadapi sekarang ini adalah penyakit saluran
pencernaan seperti gastitis. Masyarakat pada umumnya mengenal gastritis dengan sebutan
penyakit maag yaitu penyakit yang menurut mereka bukan suatu masalah yang besar, misalnya
jika merasakan nyeri perut maka mereka akan langsung mengatasinya dengan makan nasi,
kemudian nyerinya hilang. Penyakit gastritis ini bila tidak di atasi dengan cepat maka dapat
menimbulkan perdarahan (hemorha gastritis) sehingga banyak darah yang keluar dan
berkumpuldi lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung, kanker lambung
sehingga dapat menyebabkan kematian (Harison, 2000:1550, dalam, Hastuti:2007).

Indonesia terus berupaya melakukan pembangunan Nasional, salah satunya dibidang


kesehatan yaitu MDGs. Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan Komitmen Indonesia
kepada masyarakat global yang merupakan suatu kesepakatan dan kemitraan global untuk
memperbaiki kesejahteraan masyarakat ditunjukkan oleh paket berisi tujuan yang mempunyai
batas waktu dan target terukur. Komitmen Indonesia mencapai MDGs adalah komitmen
meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia (DKK Padang, 2011).
Permasalahan dalam sistem pencernaan tidak boleh diabaikan. Masalah pencernaan yang paling
umum terutama maag pada remaja adalah penyakit meningkatknya asam lambung atau gastro-
esophageal reflux, sebagian besar dikenal sebagai penyakit maag. Gangguan ini harus diberi perlakuan
khusus karena dapat menimbulkan masalah yang lebih serius yang dapat mempengaruhi sistem
pernapasan. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran dan jumlah bahan
makanan yang dimakan tiap hari guna untuk mendapatkan kebutuhan zat gizi yang cukup untuk
kelangsungan hidup, pemulihan setelah sakit, beraktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Apabila
pola makan tidak sehat akan terjadi gangguan pola makan seperti timbulnya gastritis. Maka perlu
diperhatikan frekuensi, waktu dan jenis makanan dan pada remeja yang paling rawan terserang penyakit
ini ( Erna:http://repository.unand.ac.id/id/eprint/18360 ).
Penyakit gastritis terjadi karena dua hal, yaitu gangguan fungsional dari lambung yang tidak baik
dan terdapat gangguan struktur anatomi. Gangguan fungsional berhubungan dengan adanya gerakan
dari lambung yang berkaitan dengan sistem saraf di lambung atau hal-hal yang bersifat psikologis.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Gangguan suktur anatomi bisa berupa luka erosi atau juga tumor. Faktor kejiwaan atau stres juga
terhadap timbulnya serangan ulang penyakit gastritis (Sukarmin, 2011).

Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara
dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya
Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden
gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di
Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang
dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial
lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah
penyakit yang dapat menyusahkan kita. Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia
menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup
tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk ( Kurnia, Rahmi:2011).

Sedangkan di Indonesia sudah pernah di lakukan penelitian kuman Helicobacter Pylori


tetapi belum dalam skala besar pada pasien gastritis yang dapat menimbulkan ulkus lambung
namun dari pemeriksaan yang dilakukan pada pasien gastritis sekitar 60-70% ditemukan kuman
(Harison, 2000:1551, dalam Hastuti:2007).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Padang, pada tahun 2011 penyakit
Gastritis menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak, kasus Gastritis yaitu sebesar
21.606 kasus (DKK Padang, 2011).

Survei awal sudah dilakukan peneliti pada tanggal 12 Februari 2013. Di Madrasah Aliyah
Negri 2 Padang. Setelah dilakukan wawancara dengan guru di UKS Madrasah Aliyah Negri 2
Padang. Ditemukan kelas XII sebanyak 375 orang, terdiri dari kelas IPA yang berjumlah 178
orang, IPS 136 orang, IAI 61 orang. Dari laporan UKS Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang, pada
tahun 2012 terdapat 87 siswa kelas XI yang berkunjung ke UKS, dan ditemukan 43 orang siswa
yang mengalami gangguan pencernaan. Sedangkan dari hasil wawancara dengan 5 orang siswa,
4 orang mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit gastritis dan cara perawatannya. Jika hal
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

ini tidak di tindak lanjuti dengan baik akan berdampak negatif terhadap proses belajar siswa di
Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti tentang “ Gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit gastrtis di MAN 2
Padang tahun 2013”.

1.2 Rumusan Masalah

Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “ Bagaiman gambaran


pengetahuan dan sikap siswa tentang gastritis di MAN 2 Padang tahun 2013? “.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa tentang
gastritis di Madrasah Aliyah Negri 2 Padang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pengertian gastritis
1.3.2.2 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang penyabab gastritis
1.3.2.3 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang tanda dan gejala gastritis
1.3.2.4 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pencegahan gastritis
1.3.2.5 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang perawatan gastritis dirumah
1.3.2.6 Diketahuinya tingkat pengetahuan siswa tentang pengobatan gastritis.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti


Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Sebagai aplikasi ilmu yang diperoleh terutama riset keperawatan dan dapat menambah
pengetahuan dan keterampilan penulis dalam melakukan penelitian serta menambah wawasan
tentang gastritis.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan perencanaan program usaha
kesehatan sekolah, khususnya tentang penyakit gastritis.
1.4.3 Bagi Institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai data dasar bagi peneliti lainya yang ingin melanjutkan
penelitian dengan lingkup yang sama.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Juni tahun 2013 di MAN 2
Padang pada siswa kelas XII, penelitian ini hanya untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan
sikap siswa tentang penyakit gastritis di MAN 2 Padang dan metode yang digunakan adalah
deskriptif, populasinya adalah semua siswa kelas XII yang berkunjung ke UKS. Dan teknik
pengambilan sampel menggunakan total sampling dimana semua siswa kelas XII yang
berkunjung ke UKS akan dijadikan sampel.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Tinjaun Teoritis


2.1.1 Defenisi Gastritis
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaan. Pelepasan epitel
akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung ( Sukarmin, 2012:147 ).
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi. Dan erosi itu sendiri adalahkerusakan yang terjadi tidak lebih dalam
daripada mukosa muskularis. Pada pemeriksaan mikroskopik menunjukan mukosa merah, erosi
kecil dan perdarahan (Doengus, 2008).
Gastritis kronik merupakan peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahan dan ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopalogi biopsi mukosa lambung. Dan
ditandai dengan atropi progresif epitel kelenjar disertai dengan kehilangan chief cell. Akibat
produksi asam klorida pepsin dan faktor intrinsik menurun, dinding lambung menjadi tipis
sehingga fungsi sebagai absorbsi menurun ( Mansjoer, 2001:493 ).
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1. Pemakaian obat NSAIDS ( Non Steroid Anti Inflamasi Drugs )
Pemakaian obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin, asam mefenamat, aspilet dalam
jumlah besar. Obat antiinflamasi non steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung
yang berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung karena terjadinya difusi balik ion
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

hidrogen ke epitel lambung. Selain itu jenis obat ini dapat mengakibatkan kerusakan langsung
pada epitel mukosa karena dapat bersifat iritatif dan siftnya yang asam dapat menambah derajat
keasaman pada lambung.
2.1.2.2 Konsumsi alkohol berlebihan
Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat merusak sawar pada mukosa
lambung. Rusaknya sawar memudahkan terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
2.1.2.3 Faktor makanan
Pola kebiasaan makan yang tidak teratur, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan
minuman seperti cuka, cabe, asam, kopi, alkohol,porsi makan terlalu banyak dan sering
terlambat makan.karena tidak ada makanan yang masuk
2.1.2.4 Rokok
Asam nikotin pada rokok dapat meningkatkan adhesi thrombus yang berkontribusi pada
penyempitan pembuluh darah sehingga suplai darah ke lambung mengalami penurunan.
Penurunan ini dapat berdampak pada penurunan produksi mukus yang salah satu fungsinya
untuk melindungi lambung dari iritasi. Selain itu CO yang dihasilkan oleh rokok lebih mudah di
ikat oleh Hb daripada O2 sehingga memungkinkan penurunan perfusi jaringan pada lambung.
Kejadian gastritis pada perokok juga dapat di picu oleh pengaruh asam nikotinatyang
menurunkan rangsangan pada pusat makan, perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung
dapat langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak ada makanan yang
masuk.
2.1.2.5 Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi mempunyai sifat dasar meruak sel yang pertumbuhannya abnormal,
perusakan ini ternyata dapat juga mengenai sel inang pada tubuh manusia. Pemberian kemoterapi
dapat juga mengakibatkan kerusakan langsung pada epitel mukosa lambung.
2.1.2.6 Stres
Stres psikologi akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik yang dapat merangsang
peningkatan produksi asam lambung. Peningkatan hcl dapat di rangsang oleh mediator kimia
yang dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin.
2.1.2.7 Infeksi sistemik
Pada infeksi sistemik toksik yang dihasilkan oleh mikroba akan merangsang peningkatan
laju metabolik yang berdampak pada peningkatan aktifitas lambung dalam mencerna makanan.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Peningkatan HCL lambung dalam kondisi seperti ini dapat memicu timbulnya perlukaan pada
lambung.
2.1.2.8 Iskemia dan syok
Kondisi iskemia dam syok hipovolemia mengancam mukosa lambung karena penurunan
perfusi jaringan lambung yang dapat mengakibatkan nekrosis lapisan lambung.
2.1.2.9 Trauma mekanik
Trauma mekanik yang mengenai daerah abdomen seperti benturan saat kecelakaan yang
cukup kuat juga dapat menjadi penyebab ganggguan keutuhan jaringan lambung. Kadang
kerusakan tidak sebatas mukosa, tetapi juga jaringan otot dan pembukuh darah lambung
sehingga pasien dapat mengalami perdarahan yang hebat. Trauma juga bisa disebabkan
tertelanyabenda asing yang keras dan sulit dicerna.
2.1.2.10 Infeksi mikroorganisme
Koloni bakteri yang menghasilkan toksikdapat merangsang pelepasan gastrin dan
peningkatan sekresi asam lambung.
2.1.3. Manifestasi klinik
2.1.3.1 Gastritis Akut
2.1.3.1.1 Hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena
kehilangan darah
2.1.3.1.2 Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan itu misalnya
nyeri timbul pada ulu hati.
2.1.3.1.3 Mual-mual dan muntah.
2.1.3.1.4 Perdarahan saluran cerna.
2.1.3.1.5 Pada kasus yang amat ringan perdarahan ber-manifestasi sebagai darah samar pada tinja dan
secara fisis akan di jumpai tanda-tanda anemia defesiensi dengan etiologa yang tidak jelas.
2.1.3.1.6 Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang mengalami
perdarahan yang hebat sehingga tanda dan gejala gangguan hemodinamika yang nyata seperti
hipotensi, pucat, keringat dingin, sampai gangguan kesadaran.
2.1.3.2 Gastritis Kronis
2.1.3.2.1 Gejalanya bervariasi antara satu orang dengan yang lain dan kadang tidak jelas.
2.1.3.2.2 Perasaan penuh, anoreksia.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Perasaan cepat penuh diakibatkan sekresi yang berlebihan pada lambung ketika ada
makanan yang masuk. Sehingga kapasitas makanan menjadi menurun karena sebagian besar
telah diisi mukus dan cairan hasil sekresi.

2.1.3.2.3 Distres epigastrik yang tidak nyata.


Distres epigastrik yang tidak nyata sering berkaitan dengan perasaan gaster seperti penuh
kalau dilakukan pengecekan secara detail lambung tidak mengalami peningkatan intralumennya.
Respon ini terkait dengan adaptasi psikologi yang berlangsung lama, jadi penderita seolah-olah
terbawa emosi lambung terasa penuh.
2.1.3.2.4 Cepat kenyang
Penjelasan mengenai cepat kenyang prosesnya seperti lambung terasa cepat penuh (Sukarmin,
2012).
2.1.4 Cara Perawatan Gastritis Dirumah
2.1.4.1 Makan dengan perlahan-lahan, usahakan makanan dalam bentuk lunak dan hangat. Kurangi
makanan yang berbumbu pedas, bergas seperti kol, nangka dan lain-lain.
2.1.4.2 Bila selesai makan, beristirahatlah sebentar, berilah lambung anda waktu untuk menurunkan atau
mengurangi rasa nyeri.
2.1.4.3 Pada penderita gastritis disarankan jangan terlalu banyak berfikir untuk menghindari stress,
faktor stres ini dihindari secepat mungkin tanpa obat seperti meditasi atau menekuni hobi.
2.1.5 Terapi Pengobatan Medis Penyakit Gastritis.
Secara medis obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengatasi gejala sakit lambung
adalah antasid, karena antasid dirancang untuk membantu melawan pengaruh merusak yang
begitu kuat dari asam hidroklorida yang diproduksi di dalam lambung. Antasid, seperti halnya
obat-obat yang lainnya, dapat menimbulkan efek samping.

Antasida yang berisi aluminium dan magnesium dan karbonat kalsium dan magnesium.
Dengan pemberian antasid tadi maka suasana asam dalam lambung dapat dikurangi. Obat-obat
ini dapat menghasilkan efek samping seperti diare atau sembelit karena dapat mempengaruhi
penurunan rangsangan peristaltik usus.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Obat-obat untuk gastritis umumnya dimakan 2jam sebelum dan sesudah makan. Adapun
tujuan obat tersebut di minum 2 jam sebelum makan adalah untuk menetralisir asam lambung
karena pada saat tersebut penumpukan asam di dalam lambung sudah cukup banyak dan pada
orang yang menderita maag di dalam lambungnya telah terjadi luka-luka kecil di dinding
lambung yang apabila terkena asam dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan
keluhan perih sedangkan obat yang diminum 2 jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi
dinding lambung dari asam yang terus diproduksi. Selama 2 jam sesudah makan asam yang ada
di lambung akan terpakai untuk mencerna makanan shingga ternetralisir dan tidak melukai
dinding lambung namun setelah 2 jam lambung akan segera kembali memproduksi asam padahal
makanan yang telah di cerna lambung sudah mulai kosong dam masuk ke usus (Hendra //
www.Sehat-Bugar.com).
2.1.6 Cara Pencegahan Penyakit Medis Gastritis.
2.1.6.1 Biasakan makan secara teratur dan sesuai jadwal, makanlah dengan tenang dan tidak terburu-
buru, jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin karena dapat menimbulkan
rangsangan pada lambung, mengkonsumsi makanan yang mudah di cerna, jangan biarkan
lambung kosong terlalu lama dan jangan makan berlebihan, kurangi makanan yang pedas dan
asam seperti acar, kari lada, kafein dan makanan yang dapat merangsang sekresi lambung seperti
kangkung, kol dan nangka.
2.1.6.2 Hindari Rokok
Ada banyak sekali metode yang biasa dipakai untuk mendorong perokok agar
dapatmenghilangkan kebiasaan itu. Misalnya buatlah catatan harian untuk mengetahui berapa
banyak uang yang anda habiskan untuk membeli sebuah rokok sehingga kita atau pengeluaran
sehari-hari. Yakinkanlah diri anda untuk dapat berhenti merokok.
2.1.6.3 Hindarilah minum minuman yang berakohol, kopi, teh kental.
2.1.6.4 Berolah Raga teratur.
2.1.6.5 Kendalikan stress dam emosi dengan baik. Stres dan ketegangan kini menjadi suatu bagian
integral dari kehidupan agar dapat mengatasi secara efektif, harus mahami ambisi, rasa takut dan
kecemasan. Suatu kesadaran pribadi akan membuat anda mempunyai bekal yang jauh lebih
untuk menghadapi perubahan dan stres.
2.1.6.6 Pola tidur yang teratur dan usahakan dapat beristirahat yang cukup, pada malam hari usahakan
dapat tidur minimal 8 jam dan siang hari dapat beristirahat dengan rilek selama 1 jam.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

2.1.6.7 Mengkonsumsi obat sakit maag yang biasanya bersifat antasid yang dimana dapat menurunkan
keasaman cairan dilambung dengan cara menaikan Ph, sehingga untuk sementara gejala sakit
akan hiang. Namun kesembuhan tersebut bersifat sementara karena lambung masih lemah akibat
erosi, serta belum seimbangnya produksi kelenjar-kelenjar lambung.
2.1.6.8 Dianjurkan minum susu, karena selain bisa menetralkan asam lambung yang berlebihan, susu
juga banyak mengandung protein dan kalsium yang sangat berguna dalam pergantian sel-sel
jaringan tubuh.
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Batasan usia Remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat. Remaja menurut
BKKBN adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 10-19 tahun dan belum
menikah. Sedangkan menurut WHO adalah penduduk laki-laki atau perempuan yang berusia 15-
24 tahun ( BKKBN, 2003).

2.2.2 Pola Makan dan Batasan Remaja


Remaja juga merupakan kelompok yang rentan terhadap pengaruh lingkungan, dapat
mempengaruhi gaya hidup remaja termasuk kebiasaan mengkonsumsi makanan.

Studi terakhir di Amerika Serikat memperlihatkan setengah dari remaja wanita memiliki
kebiasaan makan yang tidak sehat. Misalnya, tidak makan seharian, makan hanya sedikit,
menggunakan makanan pengganti (makanan cair atau minuman pengganti makanan), dan
melewatkan sedikitnya satu kali waktu makan. Selain itu, mereka juga merokok dengan tujuan
memertahankan berat badan. Pada remaja pria, persentasenya lebih rendah, yaitu satu banding
tiga. Pola makan dan kebiasaan buruk ini, menurut ahli, akan terus berlanjut hingga mereka
dewasa nanti (kompas.com).
Remaja paling sering menjadi korban makanan tidak sehat seperti minuman bersoda, junk
food atau makanan berpengawet lainnya. Dan bila saat remaja tidak dikontrol dengan baik,
kebiasaan makan tersebut bisa bertahan hingga dewasa.
Sebuah studi baru menemukan bahwa pola diet dan praktik makan tidak sehat yang dimulai sejak
masa remaja sering terus berlanjut hingga usia dewasa. Hal ini berarti anak harus selalu diajarkan
makanan sehat terutama memasuki usia remaja.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa upaya awal dan berkelanjutan ditujukan untuk
pencegahan, identifikasi dini dan pengobatan perilaku makan teratur pada orang muda
(Medinda:2011).
Batasan remaja menurut WHO: Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan
kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati sebagai berikut:
2.2.2.1 Masa remaja awal /dini (Early adolescence) umur 11-13 tahun.
2.2.2.2 Masa remaja pertengahan (Middle adolescence) umur 14 -16 tahun.
2.2.2.3 Masa remaja lanjut (Late adolescence) umur 17-20 tahun.

2.2.3 Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode:

2.2.3.1 Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), Ciri khasnya :


2.2.3.1.1 Lebih dekat dengan teman sebaya.
2.2.3.1.2 Ingin Bebas
2.2.3.1.3 Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
2.2.3.2 Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya :
2.2.3.2.1 Mencari identitas diri.
2.2.3.2.2 Timbulnya keinginan untuk kencan.
2.2.3.2.3 Punya rasa cinta yang mendalam
2.2.3.2.4 Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
2.2.3.2.5 Berkhayal tentang aktivitas seks.
2.2.3.3 Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :
2.2.3.3.1 Pengungkapan kebebasan diri.
2.2.3.3.2 Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.
2.2.3.3.3 Punya citra jasmani diri.
2.2.3.4. Dapat mewujudkan rasa cinta.
2.2.3.5 Mampu berfikir abstrak.
(BKKBN, 2003)

2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahudan ini terjadi setelah orang telah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

menusia yakni indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besarpengetahuan manusia
di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010).
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-

beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu ( Notoadmodjo,

2010) :

2.3.2.1 Tahu ( know )


Tahu di artikan sebagai mengingat materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifikdari bahan yang di pelajari
atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
2.3.2.2 Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek
yang di ketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham contohnya adalah menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
2.3.2.3 Aplikasi ( Application )
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi ( sebenarnya ). Aplikasi ini dapat di artikan aplikasi atau penggunaan
hukuk-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
2.3.2.4 Analisa ( Analsis )
Analisi adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebutdan masih ada
kaitanya satu sama lainnya. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerjaseperti dapat menggambarkan ( membuat bagan ).
2.3.2.5 Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu merupakan
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang adamisalnya dapat menyusun,
dapat merencanakan, dapat meringkas dan menyesuaikan terhadap teori atau rumus yang ada.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

2.3.2.6 Evaluasi ( Evaluasi )


Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat di lakukuan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur, dapat kita sesuaiakn
dengan singkatan tersebut diatas.

2.3.3 Penilaian pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada pertanyaan positif jawaban ya

di beri nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Pada pertanyaan negatif setiap jawaban ya diberi

nilai 0 dan jawaban yang tidak diberi nilai 1

Mean = Xin

Keterangan:

Mean = rata-rata hitung sampel

Xi = nilai dalam suatu sampel

n = Jumlah sampel

Kategori :

Tinggi : ≥ Mean

Rendah :< Mean


Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

2.4 Sikap

2.4.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang

sudah melibatkan faktor pendapatdan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-

tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan

gejala kejiwaan yang lain (Notoadmodjo, 2010).

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari sesesorang terhadap suatu

stimulus atau objek.(Notoadmodjo, 2007: 142).

Komponen pokok sikap :

Menurut allport dalam Notoadmodjo 2010, sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu :

2.4.1.1 Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan,

pendapat atau pemikiran sesorang terhadap objek.

2.4.1.2 Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaiman penilaian orang

tersebut terhadap objek.

2.4.1.3 Kecendrungan untuk bertindak, artinya sikap adalah merupakan komponenm yang mendahului

tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau

berprilaku terbuka.

2.4.2. Tingkat Sikap


Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Seperti halnay pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan

intensitasnya, sebagai berikut :

2.4.2.1 Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).

2.4.2.2 Menanggapi (responding)

Menggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang

dihadapi.

2.4.2.3 Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau

stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau

menganjurkan orang lain merespon.

2.4.2.4 Bertanggung jawab (responsibel)

Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah

diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya,dia harus

berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemooh atau adanya resiko lain.

2.4.3 Pengukuran Sikap

Sikap diukur dengan skala likert. Jawaban setiap pertanyaan positif mempunyai gradasi :

Sangat Setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat

tidak setuju (STS) diberi nilai 1, sedangkan untuk pertanytaan negatif mempunyai gradasi :

Sangat setuju (SS) diberi nilai, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi niali 3, sangat

tidak setuju (STS) diberi nilai 4.


Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Hasil Perhitungan persentase dimasukkan dalam kriteria standar objektif yaitu

berdasarkan teori dari setiap aspek dan kriteria

T = 50 + 10 X-X̅S

Keterangan:

T= Skor sikap responden

X=Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

X̅= Mean skor kelompok

S= Deviasi standar skor kelompok

Setelah dijumlahkan skor masing-masing responden akan dibagi menjadi 2 kategori :

Positif : Skor T ≥ Mean

Negatif : Skor T< Mean

2.5 Alur Fikir


Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superfisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan dalam saluran pencernaan. Pelepasan epitel
akan merangsang timbulnya proses inflamasi pada lambung ( Sukarmin, 2012:147 ).
Berdasarkan urain diatas, kita perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang gastritis
yang meliputi pengertian, faktor pencetus, tanda dan gejala, pencegahan, penatalaksanaan, dan
komplikasi gastritis. Dengan pengetahuan yang baik maka diharapkan siswa dapat melakukan
tindakan pencegahan dan perawatan gastritis. Dilihat dari kerangka teori maka peneliti
membatasi penelitian ini sebatas menggambarkan pengetahuan dan sikap siswa tentang penyakit
gastritis dengan alur fikir :
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Tinggi

Siswa kelas XII

Pengtahuann

Sikap

Sedang

Rendah

Positif

Negatif

2.6 Defenisi Operasional


No Variabel Defenisi Operasinal Cara Ukur Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

1 Pengetahuan Segala sesuatu yang Angket Kursioner Ordinal Tinggi :


dipahami oleh siswa ≥ mean
tentang gastritis,
meliputi: Rendah :
< mean

 Pengertian Gastritis merupakan


Angket Kursioner Ordinal
Tinggi :
peradangan yang ≥ mean
mengenai mukosa
lambung. Peradangan Rendah :
ini dapat < mean
mengakibatkan
pembengkakan mukosa
lambung sampai
terlepasnya epitel
mukosa superfisial
yang menjadi penyebab
terpenting dalam
gangguan dalam
saluran pencernaan.

Yang menjadi
penyebab gastritis
 Penyebab adalah pola makan
Angket Kursioner Ordinal
Tinggi :
yang tidak teratur,
≥ mean
mengkonsumsi rokok
dan alkohol serta stres Rendah :
yang berlebihan. < mean
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

 Tanda dan gejala Gejala yang Angket Kursioner Ordinal Tinggi :


ditimbulkan oleh ≥ mean
penyakit gastris
adalah mual, muntah, Rendah :
perut kembung, nafsu < mean
makan menurun,
susah tidur.
 Perawatan Tinggi :
Cara perawatan Angket Kursioner Ordinal
≥ mean
gastritis di rumah
adalah dengan makan Rendah :
teratur, tidak makan < mean
makanan pedas atau
mengendung bumbu,
jika merasakan nyeri
segera berikan
kompres hangat dan
bila selesai makan
hendaklah istirahat
terlebih dahulu,
janganlah terlalu
banyak berfikir.

 Pengobatan Untuk mengatasi Tinggi :


gejala sakit gastritis Angket Kursioner Ordinal ≥ mean
sebaiknya
menggunakan obat Rendah :
yang bersifat antasid < mean
minum pada waktu
sebelum dan sesudah
makan.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

BAB III

 Pencegahan Biasakan makan Angket Kursioner Ordinal Tinggi :


≥ mean
secara teratur dan
terjadwal, hindari Rendah :
< mean
mengkonsumsi
alkohol, rokok,
kopi, teh kental dan
berolah raga secara
teratur, kendalikan
stres dan emosi
biasakan istirahat
yang teratur. Positif apabila
skore T ≥ mean
2 Sikap Angket Kursioner Ordinal Negatif apabila
Respon siswa skore T < mean

Madrasah Aliyah
Negri 2 Padang
terhadap penyakit
gastritis

METODE PENELITIAN
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu memaparkan secara sederhana keadaan objek
untuk mendapatkan gambaran pengetahuan dan sikap siswa gastritis tentang penyakit gastritis di
Madrasah Aliyah Negri 2 Padang pada tahun 2013.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Madrasah Aliyah Negri 2 Padang. Penelitian ini direncanakan
dari bulan Maret - Juni 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dapat berupa
orang, benda, gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti (Notoatmojo, 1993:75,
dalam Setiadi, 2007). Populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang
ditentukan peneliti (Setiadi, 2007).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII MAN 2 Padang yang pernah
mengalami gangguan pencernaan yaitu sebanyak 43 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya


(Setiadi, 2007).

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili
seluruh populasi (Notoatmojo,1993:75, dalam Setiadi, 2007).

Sampel dalam penelitian ini merupakan keseluruhan dari populasi yang akan diambil yaitu
yang pernah mengalami gangguan pencernaan pada kelas XII sebanyak 43 orang.

3.3.2.1 Besar Sampel

Besarnya sampel pada penelitia ini adalah 43 orang siswa.

3.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel


Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini total sampling. Dimana semua

populasi dijadikan sampel.

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan responden

dan diberi penjelasan tentang persetujuan responden,setiap responden berhak menjadi

responden,kemudian kuisioner dibagikan pada masing-masing responden dan diisi langsung

ditempat.

3.4.2 Jenis Pengumpulan Data

3.4.2.1 Data Primer

Data primer meliputi pengetahuan dan sikap tentang penyakit gastritis yang diperoleh

dengan menggunakan instrumen berupa kuersioner yang disesuaikan dengan kebutuhan

responden yang diteliti dengan .

a. Menjelaskan tentang penelitian dan tujuan penelitian

b. Menjelaskan tentang format persetujuan responden

c. Angket diberikan kepada responden untuk dipelajari terlebih dahulu, apabila sudah mengerti

responden dipersilahkan mengisinya.

d. Setelah selesai, angket dikumpulkan kembali kepada peneliti.

3.4.2.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti dari kepala sekolah, guru, staf pengajar yang ada di MAN 2
Padang dan siswa yang bermasalah dengan lambung.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Data diperiksa setelah diisi dengan benar dan semua item sudah dijawab oleh responden.

Kemudian dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut (Setiadi, 2007) :

a) Editting / memeriksa

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden.

Setelah kuisioner diisi dan dikembalikan oleh responden, langsung dilakukan pemeriksaan

kembali untuk melihat apakah tidak ada kesalahan dalam pengisian kursioner.

b) Memberi tanda kode / koding

Adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori, yang

biasanya klasifikasi dilakukan dengan memberi kode pada masing-masing jawaban.

c) Entry data

Jawaban yang sudah diberi kode kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung

frekuensi data.

d) Cleaning

Pembersihan data, lihat variabel apakah syudah benar atau belum.

3.6 Analisa Data

Data yang telah disajikan dalam bentuk tabel kemudian di analisa dan diklasifikasikan

dalam beberapa kelompok menurut variabel penelitian. Pengolahan data hasil penelitian

menggunakan kategori yang telah ditentukan. Dimana untuk skor setiap kuesioner jawaban yang

benar diberi 2, nilai 1 untuk jawaban yang mendekati benar dan jawaban yang salah 0.

Analisa data dilakukan secara univariat. Analisis univariat dilakukan pada masing-masing

variable tingkat pengetahuan dan sikap menggunakan statistic deskriptif yaitu distribusi

frekuensi.
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Untuk mendapatkan nilai rata-rata (mean), digunakan rumus

(Aziz, 2007)

Keterangan :

(x) : Nilai rata-rata

∑Xi : Nilai dalam suatu sampel

n : Total banyaknya pengamatan dalam satu sampel

Untuk menilai responden pada masing-masing variabel adalah :

a. Variabel Pengetahuan

Pengetahuan diukur dengan menggunakan kuesioner. Pada pertanyaan positif jawaban ya di beri

nilai 1 dan jawaban tidak diberi nilai 0. Pada pertanyaan negatif setiap jawaban ya diberi nilai 0

dan jawaban yang tidak diberi nilai 1 (Aziz,2007).

Mean = Xin

Keterangan:

Mean = rata-rata hitung sampel

Xi = nilai dalam suatu sampel

n = Jumlah sampel

Kategori

Tinggi : ≥ Mean
Sumber http://perawat-2010.blogspot.co.id/2013/04/kti-bab-i-pendahuluan.html

Rendah : < Mean

b. Variabel Sikap

diukur dengan skala likert. Jawaban setiap pertanyaan positif mempunyai gradasi : Sangat Setuju

(SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju

(STS) diberi nilai 1, sedangkan untuk pertanytaan negatif mempunyai gradasi : Sangat setuju

(SS) diberi nilai, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi niali 3, sangat tidak setuju

(STS) diberi nilai 4.

Hasil Perhitungan persentase dimasukkan dalam kriteria standar objektif yaitu berdasarkan

teori dari setiap aspek dan kriteria

T = 50 + 10 X-X̅̅ ̅̅ S

Keterangan:

T= Skor sikap responden

X=Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

X̅= Mean skor kelompok

S= Deviasi standar skor kelompok

Setelah dijumlahkan skor masing-masing responden akan dibagi menjadi 2 kategori :

Positif : Skor T ≥ Mean

Negatif : Skor T < Mean

Anda mungkin juga menyukai