Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 2, 2012, Hal.

117-127

TEKNOLOGI PENGOLAHAN BIODIESEL DARI MINYAK GORENG


BEKAS DENGAN TEKNIK MIKROFILTRASI DAN TRANSESTERIFIKASI
SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN BAKAR MESIN DIESEL

(TECHNOLOGY PROCESSING OF BIODIESEL FROM USED COOKING


OIL BY MICROFILTRATION AND TRANSESTERIFICATION TECHNIQUES AS
AN ALTERNATIVE FUEL OF DIESEL ENGINE)

Evy Setiawati1), Fatmir Edwar2)


Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru

ABSTRAK
Peningkatan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) mengakibatkan penurunan cadangan BBM
fosil.Pemerintah berupaya mencari sumber-sumber BBM alternatif yang dapat diperbaharui, salah satunya
biodiesel. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi pengolahan biodiesel dan mengetahui
kualitas bahan bakar biodiesel dari bahan baku minyak goreng bekas. Teknologi pengolahan biodiesel minyak
goreng bekas menggunakan variasi 3 (tiga) jenis penyaringan mikrofilter, yaitu 1 µm, 5 µm, dan 16 µm. Sintesis
biodiesel menggunakan satu tahap transesterifikasi dengan katalis NaOH. Variasi proses transesterifikasi
berlangsung selama 30, 60, dan 90 menit pada suhu 650C. Teknologi pemurnian biodiesel menggunakan teknik
dry washing. Identifikasi dan interpretasi biodiesel menggunakan metode Gas Chromatograhy-Mass
Spectroscopy (GC-MS).
Kondisi optimum biodiesel minyak goreng bekas adalah dengan perlakuan filtrasi ukuran 16 µm dan lama
proses transesterifikasi 60 menit. Struktur senyawa yang dihasilkan dari biodiesel minyak goreng bekas adalah
metil ester oleat, metil ester palmitat, metil ester stearat, metil ester risinoleat, metil ester tridekanoat, dan metil
ester arachidat. Karakteristik sifat fisik biodiesel secara umum telah memenuhi standar SNI-04-7182-2006,
kecuali temperatur destilasi 90% vol biodiesel yang dihasilkan telah melampaui syarat mutu SNI-04-7182-2006,
namun dinilai masih memenuhi persyaratan biosolar.
Key words: Biodiesel, Minyak Goreng Bekas, Mikrofiltrasi, Transesterifikasi

ABSTRACT
The increasing of fuel oil needing (BBM) cause the reduction of fossil fuel. Government tried for seeking the
alternative sources of renewable fuel, the one is biodiesel. This study aims to develop a biodiesel processing
technology and to know the quality of biodiesel from used cooking oil feedstock. The processing technology of
used cooking oil biodiesel used 3 (three) types of microfilter filtering, namely 1 μm, 5 μm, and 16 μm. Synthesis of
biodiesel used a single step transesterification with NaOH catalyst. Variations of transesterification process
lasted for 30, 60, and 90 minutes at a temperature of 650C. Technology purification of biodiesel used dry washing
techniques. Identification and interpretation of biodiesel used Chromatograhy Gas-Mass Spectroscopy (GC-
MS) method.
The optimum condition of waste cooking oil biodiesel was the filtration of 16 μm and the 60 minutes
transesterification. The various structure of compounds produced from the waste cooking oil biodiesel were oleic
methyl esters, palmitic methyl ester, stearic acid methyl ester, ricinoleat methyl ester, tridecanoic methyl ester,
and arachidat methyl ester. Characteristics of biodiesel physical properties in general had met the standard SNI-
04-7182-2006, except the 90 vol% distillation temperature of biodiesel. It had exceeded the quality requirements
of SNI-04-7182-2006, but it was still considered to meet the requirements of biosolar.
Key words: Biodiesel, Used Cooking Oil, Microfiltration, Transesterification

BAB I. PENDAHULUAN dikembangkan (Darmanto, Ireng, 2006).


Berdasarkan hasil evaluasi kelayakan
Bahan bakar minyak bumi beberapa bahan baku biodiesel, Ruhyat
diperkirakan akan habis jika dieksploitasi dan Firdaus (2006) telah menentukan
secara besar-besaran. Ketergantungan bahwa jenis minyak nabati yang paling
terhadap bahan bakar minyak bumi dapat layak digunakan sebagai bahan baku
dikurangi dengan cara memanfaatkan biodiesel adalah minyak goreng bekas
bahan bakar biodiesel, dimana bahan (minyak jelantah). Menurut Chhetri (2008),
bakunya masih sangat besar untuk alasan utama untuk mencari sumber

117
Teknologi Pengolahan Biodiesel ..… (Evy Setiawati)

alternatif bahan bakar mesin diesel memerlukan konsumsi methanol dua kali
dikarenakan tingginya hargaproduk lipat, rendemen biodiesel juga menurun
minyak.Pengolahan biodiesel dari minyak sebesar 20%-30% dan memerlukan
jelantah merupakan cara yang efektif untuk waktu reaksi lebih lama
menurunkan harga jual biodiesel karena (http://aesigit.multiply.com/journal/item/1).
murahnya biaya bahan baku (Zhang, Y., Buchori, L (2009) menilai proses produksi
Dub_e, M.A., McLean, D.D., Kates, M., biodoesel berbahan baku minyak jelantah
2003). Selain itu pemanfaatan limbah kurang ekonomis jika menggunakan dua
minyak goreng dapat juga mengatasi tahap esterifikasi dan transesterifikasi.
masalah pembuangan limbah minyak dan Buchori, L (2009) memproduksi biodiesel
kesehatan masyarakat. dengan proses perengkahan non katalis
Minyak jelantah mempunyai catalytic cracking. Namun perengkahan non
kandungan asam lemak bebas yang cukup katalis berlangsung pada suhu dan tekanan
tinggi. Oleh karena itu untuk menurunkan yang tinggi sehingga membutuhkan energi
angka asam, pada umumnya diperlukan 2 yang besar. Saifuddin, et al (2009) telah
(dua) tahap konversi minyak jelantah mengembangkan teknik pengolahan
menjadi biodiesel, yaitu proses esterifikasi biodiesel minyak jelantah menggunakan
dan transesterifikasi (Hambali, dkk, 2008). proses enzimatis. Kelemahan dari teknik ini
Kelemahan proses ini adalah terjadinya yaitu memerlukan biaya produksi yang
blocking reaksi pembentukan biodiesel, tinggi dan waktu reaksi yang lama.
yaitu methanol yang seharusnya bereaksi Untuk menghasilkan biodiesel yang
dengan trigliserida terhalang oleh reaksi berkualitas tinggi, diperlukan suatu
pembentukan sabun, sehingga konsumsi pretreatment yang tepat sebelum dilakukan
methanol naik 2 (dua) kali lipat, katalis tahap transesterifikasi (Gerpen, 2005).
diperlukan dalam jumlah besar, sulitnya Asam lemak bebas yang terkandung dalam
memisahkan biodiesel dengan gliserol minyak jelantah merupakan penyebab
akibat terbentuknya sabun sehingga kerusakan pada minyak. Salah satu cara
rendemen yang dihasilkan menurun. Hal ini menghilangkan sumber-sumber penyebab
dapat mengurangi kualitas biodiesel yang kerusakan minyak adalah dengan
dihasilkan. menggunakan teknologi mikrofiltrasi.
Beberapa penelitian tentang sintesis Mikrofiltrasi bertujuan untuk mengurangi
biodiesel dari minyak jelantah telah atau menghilangkan padatan tersuspensi
dilakukan. Solikhah, dkk (2009) telah dan senyawa organik seperti protein,
mensintesis biodiesel dari minyak jelantah karbohidrat, dan asam lemak bebas (Nasir,
dengan proses trans-esterifikasi, namun dkk, 2002). Pada penelitian ini digunakan
kualitas biodiesel yang diuji hanya meliputi teknik pemurnian biodiesel menggunakan
viskositas, gliserol bebas, dan gliserol total. metode dry washing untuk meningkatkan
Padahal untuk menghasilkan biodiesel yang kuantitas dan kualitas biodiesel.
berkualitas baik dan mempunyai
karakteristik mirip dengan solar harus
memenuhi semua persyaratan SNI 04- BAB II. TUJUAN PENELITIAN
7182-2006. Jaruyanon, P dan Wongsapai,
W (2008); Suirta, I.W (2009) telah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mensintesis minyak jelantah menggunakan mengembangkan teknologi pengolahan
proses esterifikasi menggunakan katalis biodiesel menggunakan proses mikrofiltrasi
asam sulfat dan transesterifikasi. Wang dan satu tahap transesterifikasi serta
(2007) telah mensintesis biodiesel mengetahui kualitas bahan bakar biodiesel
menggunakan proses katalisis 2 (dua) dari bahan baku minyak goreng bekas.
tahap, yaitu proses esterifikasi dengan
katalis feri sulfat dan katalis basa potasium
hidroksida. Proses pengolahan biodiesel
yang menggunakan 2 (dua) tahap, yaitu
esterifikasi dan transesterifikasi

118
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 2, 2012, Hal. 117-127

BAB III. METODE PENELITIAN kemudian proses pemisahan


dimulai yaitu dengan mengambil
· Bahan dan alat lapisan bawah (gliserol) terlebih
Bahan yang diperlukan dalam penelitian dahulu kemudian cairan yang di
ini adalah minyak goreng bekas (minyak
atasnya (biodiesel).
jelantah), metanol, NaOH, asam periodat,
H2SO4, KI, asam klorida, akuades, c. Proses Pemurnian:
bleaching earth, filter paper 1 µm, 5 µm, 16 ü Timbang adsorben bleaching
µm, etanol, fenolftalein, KOH, K2Cr2O4, earth 1% dari volume minyak
Na2S2O3.5H2O, CHCl3, CH3COOH, CCl4, jelantah. Campurkan adsorben ke
aluminium foil, toluena, H3PO4. Alat yang dalam biodiesel, aduk selama 15
digunakan dalam penelitian ini adalah menit pada suhu 550C.
neraca analitik, hot plate dan stirring , ü Pisahkan antara biodiesel dan
pompa vakum, jerigen, corong pisah 500 adsorben menggunakan filter
mL, heater, termometer, labu leher tiga 1000 vaccum pump.
mL, kondensor. erlenmeyer 500 mL, 1000
d. Proses Analisis:
mL, beaker glass 2000 mL.
ü Identifikasi secara kualitatif hasil
· Metode Penelitian sintesis biodiesel menggunakan
a. Proses Pretreatment: Gas Chromatograhy-Mass
ü Minyak jelantah disaring Spectroscopy (GC-MS).
menggunakan variasi filter Kondisi alat GC-MS :
berdasarkan ukuran pori, yaitu · Merk : Shimadzu QP2010S
1 μm, 5 μm, dan 16 μm · Kolom : Rastek Rxi-5MS
ü Setelah pretreatment, dilakukan · Panjang : 30 meter
analisis pendahuluan terhadap · ID : 0,25 mm
minyak jelantah, yaitu uji kadar · Gas Pembawa : Helium
FFA (max 5%) ü Analisis kuantitatif karakteristik
b. Proses Transesterifikasi: biodiesel mengacu pada SNI 04-
ü Siapkan larutan sodium metoksid 7182-2006.
dengan cara mencampurkan Adapun alur dari penelitian
NaOH 48 g ke dalam 2,4 L ditampilkan pada Gambar 1.
methanol.
e. Variabel Penelitian
ü Minyak jelantah dituang ke dalam
Va r i a b e l p e r l a k u a n y a n g
wadah, kemudian dipanaskan
digunakan dalam penelitian ini meliputi
sampai mencapai suhu 50oC.
lama proses transesterifikasi (A) yang
Setelah suhu tersebut tercapai
terdiri dari 30 menit (a1), 60 menit (a2),
maka larutan sodium metoksid
dan 90 menit (a3) dan ukuran filter (B)
dituangkan ke dalam minyak
terdiri dari 1 µm (b1), 5 µm (b2), dan
jelantah sambil diaduk.
16 µm (b3). Jumlah ulangan setiap
Pemanasan dan pengadukan
percobaan adalah 3 kali. Pengujian awal
secara merata dilakukan pada
kualitas biodiesel dilakukan terhadap
suhu 65oC dengan variasi waktu
parameter Total Acid Number, Gliserol
selama 30, 60, dan 90 menit.
Total, Gliserol Bebas, dan Kadar Ester.
ü Setelah proses pemanasan dan
pencampuran selesai kemudian
campuran tersebut didiamkan
(settling) selama ± 1 jam dalam air
panas. Setelah terjadi endapan

119
Teknologi Pengolahan Biodiesel ..… (Evy Setiawati)

Gambar 1. Diagram Alir Percobaan

BAB IV. HASIL PENELITIAN dibandingkan dua tahap. Hal ini


menyebabkan bahan baku menghasilkan
Rendemen yang dihasilkan pada karakteristik yang baik, yaitu mempunyai
penelitian ini tergolong tinggi (96-98)% nilai bilangan asam yang rendah.
dikarenakan oleh adanya proses
pengolahan bahan baku minyak jelantah · Identifikasi Senyawa Biodiesel
yang sesuai. Sumangat dan Hidayat (2008) Berdasarkan analisis GC-MS, biodiesel
menyatakan bahwa proses transesterifikasi minyak jelantah mengandung 7 (tujuh)
satu tahap menghasilkan persentase senyawa. Kandungan senyawa tersebut
rendemen metil ester yang lebih baik dapat dilihat pada Tabel 1.

120
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 2, 2012, Hal. 117-127

Senyawa metil ester yang diperoleh risinoleat termasuk ester yang unik,
tersebut sesuai dengan kandungan asam memiliki gugus OH dan rantai rangkap,
lemak yang terdapat pada bahan dasar memiliki nilai lubrisitas yang paling tinggi
minyak goreng kelapa dan kelapa sawit diantara ester yang lain.
yang digunakan untuk sintesis biodiesel,
seperti asam oleat, asam palmitat, asam · Pengujian Awal Kualitas Biodiesel
stearat dan asam arachidat (Goering, et al., Rata-rata Total Acid Number (TAN) dari
masing-masing perlakuan lama
1982 dalam Angin, A.P, 2010), asam
transesterifikasi (A) dan ukuran filter (B)
risinoleat berasal dari minyak sawit. Ester ditampilkan pada Gambar 2.

Tabel 1. Kandungan Senyawa Biodiesel

Puncak Waktu Retensi % Senyawa Senyawa


1 17,070 0,56 Metil ester tridekanoat
2 19,368 39,93 Metil ester heksadekanoat(metil ester palmitat)
3 20,850 0,15 Olealdehid
4 21,163 51,29 Metil ester 9-octadecanoat(metil ester oleat)
5 21,326 4,58 Metil ester oktadekanoat(metil ester stearat)
6 22,925 3,31 Metil ester risinoleat(metil undekanoat)
7 23,137 0,18 Metil ester eikosanoat(metil arachidat)

Gambar 2. Total Acid Number pada Berbagai Perlakuan

121
Teknologi Pengolahan Biodiesel ..… (Evy Setiawati)

Perlakuan A, B dan interaksi kedua biodiesel (α = 0,05). Namun interaksi antara


perlakuan tersebut berpengaruh nyata lama proses dan ukuran filter berpengaruh
terhadap nilai TAN biodiesel (α = 0,05). Pada nyata terhadap nilai GT. KadarGT dalam
Gambar 2 terlihat bahwa hasil biodiesel mengalami penurunan dengan
transesterifikasi minyak jelantah secara semakin lamanya waktu transerterifikasi
umum memiliki bilangan asam yang rendah dan semakin kecilnya ukuran filter. Hasil ini
dan memenuhi standar biodiesel telah sesuai dengan penelitian Wahyuni
berdasarkan SNI 04-7182-2006 (maksimal (2010) yang menyatakan bahwa penurunan
0,80 mg KOH/g). Perolehan bilangan asam nilai gliserol terikat menunjukkan bahwa
yang rendah ini dikarenakan bahan baku jumlah mono-, di-, dan trigliserida dalam
minyak jelantah yang digunakan sudah biodiesel semakin kecil. Semakin lama
diolah cukup baik dengan kadar asam lemak waktu transesterifikasi menyebabkan
bebas yang rendah (0,139-0,433%). trigliserida minyak semakin banyak yang
Rata-rata Gliserol Total (GT) dari terkonversi menjadi metil ester. Hal ini
masing-masing perlakuan A dan B disebabkan oleh jumlah trigliserida dalam
ditampilkan pada Gambar 3. contoh yang berkurang dan bereaksi
dengan metanol membentuk asam lemak
Pada Gambar 3 terlihat bahwa biodiesel metil ester.
memiliki kadar gliserol total yang rendah dan Rata-rata Gliserol Bebas (GB) dari
memenuhi standar SNI 04-7182-2006 masing-masing perlakuan A dan B
(maksimal 0,24%-massa). Perlakuan A dan ditampilkan pada Gambar 4.
B tidak berpengaruh nyata terhadap nilai GT

Gambar 3. Gliserol Total pada Berbagai Perlakuan

Gambar 4. Gliserol Bebas pada Berbagai Perlakuan

122
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 2, 2012, Hal. 117-127

Gambar 5. Kadar Ester pada Berbagai Perlakuan

Pada Gambar 4 terlihat bahwa secara


umumbiodiesel mempunyai kadar gliserol a. Massa jenis pada 400C
bebas yang tinggi dan tidak memenuhi SNI Massa jenis biodiesel yang
04-7182-2006 (maksimal 0,02%-massa). 3
dihasilkan sebesar 852 kg/m (max 850-
Tingginya kadar gliserol bebas ini 3
890 kg/m ). Nilai ini merupakan
disebabkan adanya proses pencucian dan
konversi minyak nabati yang kurang indikator banyaknya zat-zat pengotor,
sempurna selama proses seperti sabun dan gliserol hasil reaksi
transesterifikasi.Gliserol bebas yang penyabunan, asam-asam lemak yang
terdapat di dalam biodiesel adalah sisa-sisa tidak terkonversi menjadi metil ester
pencucian pada tahap pemurnian atau hasil (biodiesel), air, sodium hidroksida sisa,
samping hidrolisis ester karena terdapat air. ataupun sisa metanol yang terdapat
Hanya biodiesel dengan perlakuan a2b3 dalam biodiesel. Jika massa jenis
dan a3b3 yang memenuhi persyaratan.
biodiesel melebihi ketentuan sebaiknya
Rata-rata Kadar Ester dari masing-
tidak digunakan karena akan
masing perlakuan A dan B ditampilkanpada
meningkatkan keausan mesin dan
Gambar 5.
menyebabkan kerusakan mesin.
Pada Gambar 5 terlihat bahwa 0
b. Viskositas kinematik pada 40 C
secara umum biodiesel mempunyai kadar
Viskositas kinematik pada
ester yang memenuhi SNI 04-7182-2006 0
40 Cbiodiesel yang dihasilkan sebesar
(minimal 96,5%). Kadar ester menunjukkan 2 2
3,5796 mm /s (max 2,3–6,0 mm /s).
besarnya perubahan reaktan menjadi
Biodiesel ini didominasi oleh metil oleat
kompleks teraktifkan. Peningkatan kadar
sehingga berkontribusi terhadap
ester terjadi karena semakin lamanya reaksi
rendahnya viskositas yang dihasilkan,
sehingga tumbukan antar molekul reaktan
selain itu karena tingkat efektivitas
semakin sering terjadi.
proses reaksi yang tinggi. Jika bahan
· Kualitas Biodiesel Sesuai SNI bakar terlalu kental, maka dapat
04-7182-2006 menyulitkan aliran, pemompaan, dan
Sebagian besar hasil uji biodiesel penyalaan. Jika bahan bakar terlalu
perlakuan a2b3 telah memenuhi encer, maka menyulitkan penyebaran
persyaratan SNI 04-7182-2006, yaitu bahan bakar sehingga sulit terbakar
perlakuan mikrofiltrasi ukuran 16 µm dan akan menyebabkan kebocoran
dan lama transesterifikasi sebesar 60 dalam pipa injeksi.
menit.

123
Teknologi Pengolahan Biodiesel ..… (Evy Setiawati)

c. Angka setana berwarna orange terang, mengkilap,


Angka setana merupakan dan hampir sama baru.
kemampuan bahan bakar untuk g. Residu karbon
menyala sendiri. Angka setanabiodiesel Residu karbon biodiesel yang
yang dihasilkan sebesar 67,2 (max 51). dihasilkan sebesar 0,01%, nilai ini telah
Pada proses transesterifikasi selama 60 sesuai dengan syarat mutu biodiesel
menit, dihasilkan angka setana yang SNI-04-7182-2006 (max 0,05%). Hal ini
tinggi. Minyak kelapa dan sawit menandakan bahwa biodiesel tersebut
mengandung asam lemak jenuh yang tidak mengandung sisa karbon di atas
tinggi sehingga dapat diperkirakan standar.Residu karbon bahan bakar
memiliki angka setana yang lebih tinggi. yang tinggi menyebabkan silinder cepat
Metil ester asam lemak tak jenuh (r>0) terabrasi, selain itu akan
memiliki bilangan setana yang lebih mengakibatkan terbentuknya deposit
kecil dibanding metil ester asam lemak karbon dan zat yang kental pada piston
jenuh (r = 0). Meningkatnya jumlah dan silinder.
ikatan rangkap (tak jenuh) suatu metil h. Air dan sedimen
ester asam lemak akan menyebabkan Kadar air dalam minyak merupakan
penurunan bilangan setana. salah satu tolak ukur mutu minyak.
d. Titik nyala Kadar air dan sedimen biodiesel minyak
Titik nyala biodiesel yang dihasilkan jelantah yabg dihasilkan di bawah
sebesar 1750C. Nilai telah sesuai 0,05%. Rendahnya kadar air dan
dengan syarat mutu biodiesel (min sedimen dapat memperkecil
1000C) sehingga biodiesel berada kemungkinan terjadinya reaksi
dalam batas aman terhadap bahaya hidrolisis yang dapat menyebabkan
kebakaran selama penyimpan, kenaikan kadar asam lemak bebas.
penanganan dan transportasi.Titik Kandungan air dalam bahan bakar juga
nyala berhubungan dengan keamanan dapat menyebabkan turunnya panas
dan keselamatan, terutama dalam pembakaran, berbusa dan bersifat
handling and storage. Titik korosif jika bereaksi dengan sulfur
nyalamengindikasikan tinggi rendahnya karena akan membentuk asam. Apabila
volatilitas dan kemampuan untuk biodiesel mengandung banyak
terbakar dari suatu bahan bakar. sedimen maka sangat mempengaruhi
e. Titik kabut kelancaran distribusi bahan bakar pada
Titik kabut biodiesel yang dihasilkan ruang pembakaran sehingga
sebesar 110C (min 180C). Titik kabut mempengaruhi akselerasi kerja mesin
suatu bahan bakar yang sudah diesel. Kandungan sedimen yang
terdestilasi adalah temperatur dimana terlampau tinggi dapat menyumbat dan
bahan bakar menjadi berkabut karena merusak mesin.
kehadiran dari kristal-kristal lilin. i. Temperatur destilasi 90% vol
f. Korosi lempeng tembaga Temperatur destilasi 90% vol
Metode korosi lempeng biodiesel yang dihasilkan sebesar
tembagadigunakan untuk memprediksi 365,20C. Nilai ini telah melampaui
derajat korosifitas relatif lempeng syarat mutu SNI-04-7182-2006, yaitu
0
tembaga yang diujikan pada biodiesel. sebesar 360 C, namun dinilai masih
Hasil pemeriksaan biodiesel diperoleh memenuhi persyaratan biosolar (max
0
penggolongan 1a, dimana tidak 370 C) sehingga aman digunakan
ditemukan berkas korosifitas pada sebagai bahan bakar.
lempeng tembaga dengan penampakan

124
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 2, 2012, Hal. 117-127

j. Abu tersulfatkan n. Gliserol bebas dan gliserol total


Kadar abu tersulfatkan biodiesel Kadar gliserolmerupakan
telah memenuhi persyaratan mutu, yaitu parameter utamakualitas
0,02 %. Kadar abu tersulfatkan biodiesel.Kadar gliserol bebas pada
menunjukkan kontaminan materi dan zat penelitian ini sebesar 0,01168% (max
organik seperti residu katalis dan sabun 0,02%). Gliserol bebas merupakan hasil
yang teroksidasi dalam proses hidrolisis mono-, di-, dan trigliserida
pembakaran sehingga membentuk selama penyimpanan dan dipengaruhi
deposit pada mesin. oleh proses produksi. Sedangkan kadar
k. Belerang gliserol total hasil penelitian ini sebanyak
Kandungan belerang dalam bahan 0,23381 (max 0,24%). Adanya senyawa
bakar diesel sangat tergantung pada asal gliserida dalam bentuk gliserol bebas
bahan baku yang akan diolah. Kadar dan gliserol total dalam biodiesel
belerang biodiesel ini sangat kecil, di disebabkan konversi minyak nabati yang
bawah 0,0017% (max 100%), hal ini kurang sempurna selama proses
menandakan bahwa bahan baku yang transesterifikasi atau adanya reaksi balik
digunakan berkualitas tinggi karena tidak antara gliserin dan metil ester.
mengandung belerang. Keberadaan o. Kadar ester alkil
belerang tidak diharapkan karena Kadar ester alkil pada biodiesel
sifatnya merusak yaitu apabila oksida dengan lama proses tranesterifikasi
belerang kontak dengan air merupakan selama 60 menit ini sebesar 96,5%. Nilai
bahan yang korosif terhadap logam di ini didukung oleh hasil penelitian Hikmah
ruang bakar. Hal lain yang lebih penting dan Zuliyana (2010) yang menyatakan
adalah timbulnya polusi bagi lingkungan bahwa kesetimbangan reaksi sudah
hidup yang merupakan hasil tercapai dalam waktu kurang lebih 60
pembakaran. menit, sehingga dalam waktu yang lebih
l. Fosfor lama dari 60 menit tidak akan
Fosfor dalam biodiesel dibatasi menguntungkan karena tidak
maksimal 10 ppm, karena kandungan memperbesar hasil/kadar ester dan
fosfor yang tinggi dapat merusak catalytic reaksi bersifat reversible (bolak- balik).
converters. Kadar fosfor biodiesel yang p. Angka iodium
dihasilkan dibawah baku mutu, yaitu 6 Angka iodium menunjukkan
ppm, sehingga tidak menimbulkan kerak banyaknya ikatan rangkap dua di dalam
di kamar pembakaran mesin diesel dan asam lemak penyusun biodiesel. Angka
tidak meningkatkan jumlah emisi iodium biodiesel penelitian ini sebesar
partikulat dalam emisi gas buang. 106,15%. Biodiesel dengan kandungan
m. Angka asam angaka iodium yang tinggi (>115%) akan
Angka asam adalah jumlah mengakibatkan kecenderungan untuk
milligram KOH yang diperlukan untuk terpolimerisasi dan pembentukan
menetralkan asam lemak bebas yang deposit di lubang saluran injector noozle
terdapat dalam satu gram minyak atau dan cincin piston pada saat mulai
lemak.Angka asam dari biodiesel yang pembakaran.
dihasilkan sebesar 0,12489 mg-KOH q. Uji Helphen
(max 0,8 mg-KOH/g). Rendahnya asam Biodiesel pada penelitian ini tidak
lemak yang dihasilkan menandakan mengandung asam lemak
bahwa kandungan asam lemak bebas siklopropenoid sehingga aman
pada bahan baku minyak jelantah telah digunakan untuk mesin diesel (uji
menurun. Helphen = -).

125
Teknologi Pengolahan Biodiesel ..… (Evy Setiawati)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Pemilihan Bahan Baku Biodiesel di DKI


Jakarta, Universitas Mercu Buana,
· Kesimpulan Jakarta
Dari hasil dan pembahasan maka dapat Chhetri, A.B., Watts, K.W., Islam, M.R.,
diambil kesimpulan sebagai berikut: 2008, Waste Cooking Oil as an
1. Teknologi mikrofiltrasi dapat Alternate Feedstock for Biodiesel
digunakan untuk meningkatkan Production, Energies, ISSN 1996-1073
Zhang, Y., Dub_e, M.A., McLean, D.D.,
kualitas bahan baku minyak jelantah,
Kates, M., 2003, Biodiesel Production
berupa penurunan kadar asam from Waste Cooking Oil: 1. Process
lemak bebas sebesar 13%-72%. Design and Technological Assessment,
2. Kondisi optimum biodiesel minyak Bioresource Technology 89 (2003):1-
jelantah dicapai pada saat perlakuan 16, Elsevier
filtrasi ukuran 16 µm dan lama Hambali, E., Mujdalipah, S., Tambunan
proses tansesterifikasi 60 menit A.H., Pattiwiri A.W., Hendroko, R.,
(a2b3). 2008, Teknologi Bioenergi, Agromedia
Pustaka, Jakarta
3. Struktur senyawa yang dihasilkan
Solikhah, M.D., Paryanto, I., Barus, B.R.,
dari biodiesel minyak jelantah adalah 2009, Efek Kualitas Minyak Jelantah
metil ester oleat, metil ester palmitat, terhadap Harga Proses Produksi dan
metil ester stearat, metil ester Kualitas Biodiesel, Seminar Nasional
risinoleat, metil ester tridekanoat, Teknik Kimia Indonesia-SNTKI,
dan metil ester arachidat. Dan Bandung
kandungan terbesarnya adalah metil Jayuranon, P, and Wongsapai, W, 2008,
ester oleat dengan kandungan Biodiesel Technology and Management
From Used Cooking Oil in Thailand
senyawa 51,29%.
Rural Areas, Thailand
4. Karakteristik sifat fisik biodiesel Suirta, I.W., 2009, Preparasi Biodiesel dari
secara umum telah memenuhi Minyak Jelantah Kelapa Sawit, Jurnal
standar SNI-04-7182-2006, kecuali Kimia, Universitas Udayana
temperatur destilasi 90% vol Wang, Y., Ou., S., Liu., P., Zhang, Z., 2007,
biodiesel yang dihasilkan telah Preparation of Biodiesel from Waste
melampaui syarat mutu SNI-04- Cooking Oil via Two-Step Catalyzed
7182-2006, namun dinilai masih Process, Energy Conversion &
Management, Elsevier
memenuhi persyaratan biosolar.
http://aesigit.multiply.com/journal/item/1
· Saran diakses tanggal 19 Agustus 2011
Untuk menindaklanjuti hasil penelitian, Buchori, L., 2009, Pembuatan Biodiesel dari
diperlukan komitmen/dorongan pemerintah Minyak Goreng Bekas dengan Proses
untuk mengumpulkan minyak goreng bekas Catalytic Cracking, Seminar Nasional
baik dari sisi industri makanan maupun Teknik Kimia Indonesia-SNTKI,
rumah tangga dan menggalakkan program Bandung
penggunaan bahan bakar biodiesel. Saifuddin, N., Raziah. A.Z., Farah, H.N.,
2009, Production of Biodiesel from High
Value Cooking Oil Using an Optomized
DAFTAR PUSTAKA Lipase Enzyme/Acid - Catalyzed Hybrid
Process, E-Journal of Chemistry
Darmanto, S., Ireng, S.A., 2006, Analisa Gerpen, J.V., 2005, Biodiesel Processing
Biodiesel Minyak Kelapa sebagai Bahan and Production, Fuel Processing
Bakar Alternatif Minyak Diesel, Traksi Technology, Elsevier
4(2):64
Ruhyat, N., Firdaus, A., 2006, Analisis

126
Jurnal Riset Industri Vol. VI No. 2, 2012, Hal. 117-127

Nasir, M., Wuryaningsih, Anah, L., Astrini,


N., Hilyati, 2002, Proses Pemurnian
Minyak Makan (Edible Oil): 1. Pengaruh
Tekanan dan Temperatur Proses
Mikrofiltrasi Minyak Kelapa terhadap
Kualitas Minyak Kelapa, Prosiding
Seminar Tantangan Penelitian Kimia
Sumangat D., dan Hidayat, T., 2008,
Karakterisasi Metil Ester Minyak Jarak
Pagar Hasil Proses Transesterifikasi
S a t u d a n D u a Ta h a p , J u r n a l
Pascapanen 5(2)
Angin, A.P., 2010, Biodiesel Alternatif
Pengganti Bahan Bakar Minyak Bumi,
Universitas Darma Agung, Medan
Wahyuni, A. 2010, Karakterisasi Mutu
Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit
Berdasarkan Perlakuan Tingkat Suhu
yang Berbeda menggunakan Reaktor
Sirkulasi, IPB, Bogor
Hikmah, M.N., Zuliyana, 2010, Pembuatan
Metil Ester (Biodiesel) dari Minyak
Dedak dan Metanol dengan Proses
Esterifikasi dan Transesterifikasi,
Universitas Diponegoro, Semarang

127

Anda mungkin juga menyukai