Anda di halaman 1dari 20

2.

9 Tower Crane
1. Pengertian
Tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat
material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada
ruang gerak yang terbatas. Tower crane terdiri dari bermacam-macam
jenis. Pada saat pemilihan tower crane sebagai alat pengangkatan yang
akan digunakan, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah
seperti kondisi lapangan yang tidak luas, ketinggian tidak terjangkau oleh
alat lain dan alat tidak memerlukan pergerakan.
Pertimbangan ini direncanakan sebelum proyek dimulai karena
tower crane diletakkan di tempat yang tetap selama proyek berlangsung.
Tower crane harus dapat memenuhi pemindahan material sesuai dengan
daya jangkau yang ditetapkan serta pada saat peroyek telah selesai
pembongkaran crane harus dapat dilakukan dengan mudah.

Gambar 2. Tower Crane


Sumber: (Pramana, 2010)

2. Bagian-bagian
Bagian dari tower crane adalah mast atau tiang utama, fondasi (base
/ footing block) dan upper structure.
Upper
Pondasi Tiang Structure

Gambar Bagian-bagian Tower Crane


Sumber: (Hafied, 2016)

a. Fondasi (Footing Block)


Bagian ini berfungsi meneruskan beban dari tower crane ke
tanah keras dan sebagai penahan agar tower crane tidak jatuh. Pada
bagian inilah kaki tower crane dibaut pada fondasi beton yang masif
dan besar. Besar ukuran fondasi tergantung ketinggian tower crane
nantinya. Jika daya dukung tanah dimana tower crane berdiri tidak
dipastikan, maka fondasi dapat diperkuat dengan tiang pancang atau
bored pile di bawahnya.
b. Mast
Mast merupakan tiang vertikal yang berdiri di atas base atau
dasar. Bagian ini merupakan bagian vertikal dari tower crane yang bisa
terus bertambah seiring dengan kebutuhan proyek. Pada bagian ini
terdapat tangga vertikal yang dibagi per section yang nantinya akan
digunakan oleh operator untuk naik ke atas.
c. Upper Structure
Gambar 2. Menjelaskan tentang upper structure pada tower
crane yang meliputi horizontal jib, machinary jib, operator’s cab dan
counter jib.
Horizontal jib Machinary Jib Operator’s Counter Jib
Cab
Gambar 2. Upper Structure pada Tower Crane
Sumber: (Hafied, 2016)

1) Horizontal Jib
Jib merupakan tiang horizontal yang panjangnya ditentukan
berdasarkan jangkauan yang diinginkan. Horizontal jib adalah
bagian horizontal dari sebuah tower crane yang panjang dan
berfungsi sebagai bagian pengangkat beban. Horizontal jib dapat
disebut pula sebagai hoisting jib atau working jib.
2) Machinary Jib
Pada bagian inilah terdapat motor penggerak tower crane,
alat elektronik dan sebuah beton masif yang berfungsi sebagai
counter balance. Oleh karena itu sering pula disebut counter
balance jib.
3) Operator’s Cab
Operator’s cab adalah tempat dimana operator bekerja.
Cab ini haruslah memiliki jendela besar untuk memastikan operator
memiliki pandangan penuh terhadap lokasi konstruksi. Mengingat
letaknya yang tinggi, cab ini juga sebaiknya dilengkapi dengan AC
dan perlengkapan lainnya.
4) Counter Jib
Counter jib adalah tiang penyeimbang. Pada counter jib
dipasangkan counterweight sebagai penyeimbang beban. Trolley
merupakan alat yang bergerak sepanjang jib yang digunakan untuk
memindahkan material secara horisontal dan pada trolley tersebut
dipasangkan hook atau kait. Kait dapat bergerak secara vertikal
untuk mengangkut material. Tie ropes adalah kawat yang berfungsi
untuk menahan jib supaya dalam kondisi lurus 90º terhadap tiang
utama. Pada bagian atas tiang utama sebelum jib terdapat ruang
operator dan dibawah ruang tersebut terdapat slewing ring yang
berfungsi untuk memutar jib. Selain itu juga terdapat climbing
device yang merupakan alat untuk menambah ketinggian crane.
Lengan pada crane disebut sebagai jib terdiri dari dua
macam yaitu saddle jib dan lufting jib. Saddle jib adalah lengan
yang mendatar dengan sudut 90º terhadap mast atau tiang tower
crane. Jib jenis ini dapat bergerak 360º. Saddle jib terdiri dari dua
bagian yaitu jib panjang yang berfungsi untuk pengangkatan
material dan jib pendek yang berfungsi untuk penyeimbang
(counter jib).
Sedangkan lufting jib mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan saddle jib karena sudut antara tiang dengan jib dapat diatur
lebih dari 90º. Dengan kelebihan ini maka hambatan pada saat
lengan berputar dapatt dihindari. Dengan demikian pergerakan
tower dengan lufting jib lebih bebas dibandingkan dengan alat yang
menggunakan saddle jib. Jib jenis ini juga dapar bergerak 360º
terhadap tiangnya.

Gambar 2. Bagian-bangian Detail Tower Crane


Sumber: (Rostiyanti, 2008)

3. Jenis-jenis
Jenis-jenis atau tipe tower crane dibagi berdasarkan cara crane
tersebut berdiri. Pemilihan jenis tower crane harus memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa aspek seperti situasi proyek, bentuk struktur
bangunan, kemudahan saat pemasangan dan pembongkaran serta
ketinggian bangunan. Tower crane statis terdiri dari beberapa macam tipe
yaitu free standing crane, tied-in tower crane dan climbing crane, jenis
yang dapat digerakkan adalah rail mounted crane. (Lihat Gambar 2.).

Free Standing
01 Tower Crane

Climbing Crane 02

04 Rail Mounted
Crane
Tied in 03
Crane

Gambar 2. Jenis-jenis Tower Crane


Sumber: (Rostiyanti, 2008)

a. Free Standing Crane (Static Tower Crane)


Free standing crane berdiri diatas fondasi yang khusus
dipersiapkan untuk alat tersebut. Jika crane harus mencapai ketinggian
yang besar maka digunakan fondasi dalam seperti tiang pancang. Syarat
dari fondasi crane adalah fondasi tersebut harus mampu menahan
momen akibat angin dan ayunan beban, berat crane, dan berat material
yang diangkat. Free standing crane dapat berdiri sampai dengan
ketinggian 100 meter. Tiang utama (mast) diletakkan di atas dasar
(footing block) dengan diberi ballast sebagai penyeimbang
(counterweight). Ballast ini terbuat dari beton atau baja. Saddle jib
dapat digunakan pada crane ini.
b. Rail Mounted Crane (Travelling Tower Crane)
Penggunaan rel pada rail mounted crane harus mempermudah
alat untuk bergerak sepanjang rel khusus. Desain pemasangan rel harus
memperhatikan ada dan tidaknya tikungan karena tikungan akan
mempersulit gerakan crane, agar tetap seimbang gerakan crane tidak
perlu terlalu cepat. Kelemahan dari crane tipe ini adalah harga rel yang
cukup mahal. Rel harus diletakkan pada permukaan datar sehingga
tiang tidak menjadi miring. Namun, keuntungan adanya rel adalah
jangkauan crane menjadi lebih besar.
Tumtable dari rail-mounted crane terletak di bagian bawah.
Crane jenis ini digerakkan dengan menggunakan motor penggerak, jika
kemiringan tiang melebihi 1/200 maka motor penggerak tidak mampu
menggerakkan crane. Ketinggian maksimum rail mounted crane
adalah 20 meter dengan berat beban yang diangkat tidak melebihi 4 ton.
Batasan ini perlu diperhatikan untuk menghindari jungkir mengingat
seluruh badan crane bergerak pada saat pengangkatan material.
c. Tied in Crane
Crane mampu berdiri bebas pada ketinggian kurang dari 100
meter. Jika diperlukan crane dengan ketinggian lebih dari 100 meter
maka crane harus ditambatkan atau dijangkar pada struktur bangunan.
Crane yang dirambatkan pada struktur bangunan dikenal sebagai tied
in crane. Fungsi dari penjangkaran adalah untuk menahan gaya
horisontal. Dengan demikian crane tipe ini dapat mencapai ketinggian
sampai 200 meter.
d. Climbing Crane
Dengan lahan yang terbatas maka alternatif penggunaan crane
adalah crane panjat atau climbing crane. Crane tipe ini diletakkan
dalam struktur bangunan, yaitu pada core atau inti bangunan. Crane
bergerak naik bersamaan dengan struktur naik. Pengangkatan crane
dimungkinkan adanya dongkrak hidrolis atau hydraulics jacks.
4. Kriteria pemilihan Tower Crane
Material yang diangkut oleh crane tidak boleh melebihi
kapasitasnya karena dapat menyebabkan terjadinya jungkir. Dalam
pemilihan kapasitas crane, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Berat, dimensi dan daya jangkau pada beban terberat
b. Ketinggian maksimum alat
c. Perakitan alat di proyek
d. Berat alat yang harus ditahan oleh strukturnya
e. Ruang yang tersedia untuk alat
f. Luas area yamg harus dijangkau alat
g. Kecepatan alat untuk memindahkan material
Sedangkan faktor luar yang harus diperhatikan antara lain adalah
kekuatan angin terhadap alat, ayunan beban pada saat dipindahkan,
kecepatan pemindahan material dan pengereman mesin dalam
pergerakannya.

5. Pemasangan dan Pembongkaran Tower Crane


Karena jangkauan ketinggian yang cukup jauh maka pada saat
pemasangan tower crane harus dilakukan secara bertahap dengan
menggunakan mobile crane seperti telescoping crane. Yang harus menjadi
perhatian adalah apakah pada tahapan perencanaan sudah diperhitungkan
tambahan fondasi bagi tower crane serta tenaga listrik untuk pengoperasian
tower crane.
Selanjutnya tahapan pemasangan adalah pertama menempatkan
keempat kaki crane pada permukaan mendatar footing block yang
diletakkan tepat di tengah-tengah. Kemudian kaki tersebut di cor supaya
menjadi satu bagian dengan footing block. Langkah selanjutnya adalah
pemasangan mast atau tiang yang harus benar-benar tegak lurus. Pada saat
pemasangan mast juga dipasangkan climbing device sebagai alat penambah
ketinggian tiang.
Setelah itu slewing dipasang di atas mast yang dilanjutkan dengan
pemasangan operator cabin. Tahap selanjutnya adalah pemasangan
counter jib, counterweight, jib beserta trolley dan hook. Sebelum
pemasangan dilakukan semua bagian disiapkan di tempat. Jib dipasang dan
diangkat secara mandiri atau dengan bantuan crane lain. Untuk lebih
jelasnya maka tahapan ini dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.
Gambar 2. Proses Pemasangan Tower Crane
Sumber: (Rostiyanti, 2008)
Setelah proyek selesai maka tower crane harus dibongkar. Urutan
pekerjaan pembongkaran merupakan kebalikan dari pekerjaan
pemasangan. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa lokasi di sekitar tower
crane sudah tidak leluasa mengingat bangunan sudah didirikan disana.
Untuk pekerjaan pembongkaran crane, tingkat resiko kecelakaan pada
pekerja sangat tinggi, sehingga diperlukan pekerja yang benar-benar
menguasai alat dan tidak takut akan ketinggian.
Pada saat ketinggian tower crane akan ditambah maka climbing
device dioperasikan, harus diperhatikan bahwa ketinggian tower crane
harus 4 sampai 6 meter lebih tinggi dari permukaan tertinggi yang akan
dilayani. Selain itu, pada saat pelaksanaan penembahan ketinggian harus
diperhatian apakah semua alat bantu sudah siap dipakai, tambahan tiang
sudah disediakan dan cuaca di lokasi proyek yang tidak berangin.

6. Pemilihan Kapasitas dan Jangkauan Crane


Kapasitas angkat crane tergantung dari panjang boomnya. Semakin
panjang boom maka kapasitas angkatnya di bagian ujung akan semakin
kecil. Setiap produsen pembuat crane akan memberikan buku panduan
mengenai kapasitas alat yang diproduksinya. Gambar-gambar dan tabel
berikut merupakan contoh panduan kapasitas pengangkatan material oleh
crane.
Secara garis besar, pada saat menghhitung beban sebaiknya
perhitungan total beban dilakukan dengan menambahkan 5% dari total.
Jadi pengasumsian beban adalah 105% dari beban yang sebenarnya. Angka
5% ini adalag faktor keamanan (safety factor). Sedangkan berat material
yang diangkut sebaiknya memenuhi hal-hal seperti:
a. Untuk mesin beroda crawler adalah 75% dari kapasitas alat
b. Untuk mesin beroda ban adalah 85% dari kapasitas alat
c. Untuk mesin yang memiliki kaki (outrigger) adalah 85% dari kapasitas
alat
2.10 Pemancang
Proyek-proyek besar seperti gedung pencakar langit (high rise
building) memerlukan fondasi yang kuat untuk menyangga beban yang besar
di atasnya. Jika daya dukung tanah di lokasi tidak memungkinkan untuk
menahan beban yang besar, fondasi semacam ini sangat diperlukan. Bentuk
dari fondasi yang umum dipakai sebagai penyangga bangunan adalah fondasi
tiang. Bahan dasar fondasi tiang yag umumnya dipakai adalah kayu, beton,
baja, dan komposit. Jenis-jenis fondasi beton ini dapat berupa pandasi
precast-prestressed dan fondasi cast-in-place.
Fondasi precast dan fondasi tiang dari baja dan komposit umumnya
disebut sebagai fondasi tiang pancang karena fondasi ini dipancangkan pada
suatu titik diatas permukaan dimana akan dibangun suatu bangunan.
Pemancangan tiang ini dilakukan dengan menggunakan alat pancang khusus.
Pada penggunaan fondasi jenis cast-in-place biasanya yang pertama
dilakukan adalah melakukan pengeboran yang kemudian dilanjutkan dengan
pengecoran beton.
1. Alat Pemancang Tiang
Beberapa jenis alat pemancang tiang yang umum digunakan
dalam proyek konstruksi dapat dilihat pada Gambar 2.

Hydraulic
Drop
Hammer
Hammer

Diesel Vibratory
Hammer Pile Driver
Gambar 2. Alat Pemancang Tiang
Sumber: (Rostiyanti, 2008)
a. Drop Hammer
Drop hammer merupakan palu berat yang diletakkan pada
ketinggian tertentu diatas tiang. Paku tersebut kemudian dilepaskan
dan jatuh mengenai bagian atas tiang yang kepala tiang. Untuk
menghindari tiang menjadi rusak akibat tumbukan ini, maka kepala
tiang dipasangkan semacam topi atau cap sebagai penahan energi atau
shock absorber. Biasanya cap terbuat dari kayu.
Palu dijatuhkan sepanjang alurnya. Pada bagian atas palu
terdapat kabel yang berfungsi untuk menahan agar palu tidak jatuh
lebih jauh. Ukuran umum palu berkisar antara 250 sampai 1500 kg.
Tinggi jatuh palu berkisar antara 1,5 sampai 7 meter yang tergantung
dari jenis bahan dasar fondasi. Jika diperlukan energi yang besar untuk
memancangkan tiang fondasi sebaiknya menggunakan palu yang
berat dengan tinggi jatuh yang kecil daripada palu yang lebih ringan
dengan tinggi jatuh yang besar.
Pemancangan tiang biasanya dilakukan secara perlahan.
Jumlah jatuhnya palu per menit (blow per minute) dibatasi pada empat
sampai delapan kali. Jika jumlah tiang yang akan dipancang tidak
banyak maka jenis alat pancang ini efisien untuk digunakan.
Keuntungan dari alat ini adalah investasi yang rendah, mudah dalam
pengoperasian, mudah dalam mengatur energi per blow dengan
megatur tinggi jatuh. Akan tetapi alat ini pun juga memiliki beberapa
kekurangan diantaranya adalah kecepatan pemancangan yang kecil,
kemungkinan rusaknya tiang akibat tinggi jatuh yang besar,
kemungkinan rusaknya bangunan di sekitar lokasi akibat getaran pada
permukaan tanah serta tidak dapat digunakan untuk pekerjaan bawah
air.
Kelebihan:

Investasi yang Rendah


1

2 Pengoperasian Mudah

3 Mudah dalam mengatur


energi per blow dengan
megatur tinggi jatuh

4
Kekurangan:

1 Kecepatan Pemancangan Kecil

2 Kemungkinan
rusaknya tiang
akibat tinggi jatuh
yang besar
3
Gambar 2. Drop Hammer
Sumber: (Rostiyanti, 2008)

b. Diesel Hammer
Alat pemancang tipe ini berbentuk lebih sederhana dibandingkan
dengan hammer lainnya. Diesel hammer memiliki satu silinder dengan
dua mesin diesel, piston atau ram, tangki bahan bakar, tangki pelumas,
pompa bahan bakar, injector, dan mesin pelumas. Dalam
pengoperasiannya, energi alat di dapat dari berat ram yang menekan
udara di dalam silinder.
Diesel hammer terdiri dari dua jenis yaitu terbuka dan tertutup.
Jenis alat yang bagian ujungnya terbuka mampu melakukan 40 sampai
55 blow per menit. Dalam pengoperasiannya, energi alat di dapat dari
berat ram yang menekan udara di dalam silinder. Alat yang bagian
ujungny tertutup dapat menghasilkan blow 75 sampai 86 per menit.
Pada tipe diesel hammer ini pemukul mendapatkan tenaga dari
motor diesel dan jatuh karena berat sendiri. Alat ini sering kita jumpai
di lapangan karena praktis dan ekonomis serta dapat dipakai sampai
tiang pancang yang besar dan berat. (Lihat Gambar 2.)
Gambar 2. Diessel Hammer
Sumber: (Subkhi, 2016)

Cara kerja diesel hammer adalah hammer diletakkan di ujung


atas tiang pancang. Kemudian kombinasi piston dan beban/ram ditarik
ke atas, sampai ujung atas dari langkah/stroke, kemudian dilepaskan
untuk memulai operasi mesin tersebut. Kemudian sewaktu beban/piston
sudah dekat dengan bagian bawah dari langkah, pompa dari bahan bakar
menyemprot bahan bakar ke dalam ruang bahan bakar, yang terletak
antara beban dan landasan. Dan perjalanan langkah ke bawah ini akan
menempatkan udara dan bahan bakar sehingga terjadi penyalaan panas.
Dan peledakan ini akan memukul tiang pancang ke bawah, sedangkan
beban/piston akan bergerak ke atas, untuk mengulangi langkah
berikutnya. Saat sekarang sudah banyak model, sehingga mempunyai
spesifikasi yang bermacam-macam.
Terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pemakaian diesel
hamer dibandingkan dengan jenis pemancang lainnya. Beberapa
kelebihan diesel hammer diantaranya adalah pemancangan dengan
menggunakan alat diesel hammer memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan pemancangan mekanis lainnya karena diesel
hammer lebih segaris dengan sumbu tiang pancang. Selain itu, diesel
hammer terhitung lebih ekonomis dalam pemakaian, pengoperasiannya
lebih cepat, tidak diperlukannya energi luar dalam pengoperasiannya,
mudah dalam pemakaian di daerah terpencil, berfungsi dengan baik
pada daerah yang dingin serta mudah dalam perawatan. Sedangkan
kekurangan dari alat diesel hammer ini adalah sulit dalam menentukan
energi per blow, dan sulit dipakai pada kondisi tanah yang lunak, serta
rentan terhadap polusi udara maupun suara.

Kelebihan:
Mudah dalam
pemakaian di
Memberikan Tidak diperlukan daerah
hasil yang energi luar dalam terpencil dan
lebih baik pengoperasiannya dingin

Pengopera Perawatannya
si-annya mudah
lebih cepat,
lebih
ekonomis

Kekurangan:
Sulit dalam Rentan
Sulit dipakai
menentukan terhadap
pada tanah
energi per blow polusi udara
lunak
dan suara
01 02 03

Gambar 2. Kelebihan dan Kekurangan Diessel Hammer


Sumber: (Sajekti, 2009)

Gambar 2. Menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan pada


alat pemancang Diesel Hammer.

c. Hydraulic Hammer
Sistem pamancangan ini merupakan sistem pemancangan yang
bebas getaran dan dikenal dengan V-pile system. Keunggulan sistem
pemancangan ini jika dibandingkan dengan hammer lain adalah tiang
pancang dapat menggunakan tulangan pembesian yang lebih sedikit
karena impact yang terjadi lebih kecil. Daya dukung ultimate fondasi
tiang pancang dengan cara ini secara umum dibatasi sebesar reaksi yang
terjadi pada lapisan tanah untuk menahan gaya dongkrak hidraulika.
Cara kerja hammer ini adalah berdasarkan perbedaan tekanan
pada cairan hidrolis. Salah satu hammer tipe ini dimanfaatkan untuk
memancangkan fondasi tiang baja H dan fondasi lempengan baja
dengan cara dicengkram, di dorong dan ditarik. Dengan menggunakan
alat pemancang ini tekanan terhadap fondasi dapat mencapai 140 ton.
Selain itu, getaran dan polusi suara akibat pemakaian alat ini dapat
dikurangi. Alat ini baik digunakan jika ada keterbatasan daerah operasi
karena tiang pancang yang dimasukkan cukup pendek. Untuk
memperpanjang tiang maka dilakukan penyambungan pada ujung-
ujungnya. (Lihat Gambar 2.)

Dapat menggunakan Bekerja


tulangan pembesian berdasarkan
yang lebih sedikit perbedaan
karena impact yang tekanan pada
terjadi lebih kecil. cairan hidrolis.

Gambar 2. Hydraulic Hammer


Sumber: (Rostiyanti, 2008)

d. Vibratory Pile Driver


Alat ini sangat baik dimanfaatkan pada tanah lembap. Jika
material di lokasi berupa pasir kering maka pekerjaan lebih sulit karena
material tersebut tidak terpengaruh dengan adanya getaran yang
dihasilkan oleh alat. Vibratory pile driver memiliki beberapa batang
horizontal dengan beban eksentris. Pada saat pasangan batang berputar
dengan arah yang berlawanan, berat yang disebabkan oleh beban
eksentris menghasilkan getaran pada alat. Getaran yag dihasilkan
menyebabkan material di sekitar fondasi yang terikat pada alat ikut
bergetar. Pada pengoperasian dengan menggunakan alat ini biasanya
lead atau pengatur letak tiang tidak digunakan dengan demikian
biasanya alat ini dipasangkan pada crane dengan ukuran yang kecil.
Tenaga yang diperlukan untuk penggetaran alat dihasilkan dari tenaga
listrik atau tenaga hidrolis.
Efektivitas penggunaan alat ini tergantung pada beberapa faktor
yaitu amplitudo, momen eksentrisitas, frekuensi, berat bagian bergetar,
dan berat lain tidak bergetar. Amplitudo adalah gerakan vertikal alat
pada saat bergetar yang dihitung dalam milimeter. Dengan diketahuinya
momen eksentrisitas maka ukuran alat perlu diketahui. Nilai momen
eksentrisitas merupakan hasil perkalian dari berat eksentrisitas dengan
jarak antara pusat rotasi dengan titik pusat gravitasi eksentris. Frekuensi
adalah banyaknya getaran vertikal alat per menit. Karena pengaruh jenis
tanah, frekuensi alat pada tanah liat lebih kecil daripada jika alat
digunakan pada tanah berpasir. Yang dimaksud dengan bagian bergetar
adalah tiang, kepala alat, dan selubung alat. Sedangkan bagian alat yang
tidak ikut bergetar adalah motor penggerak dan mekanisme suspensi.

Memiliki beberapa batang


horizontal dengan beban
eksentris

VPD

Tenaga yang diperlukan untuk


penggetaran alat dihasilkan
dari tenaga listrik atau tenaga
hidrolis

Gambar 2. Vibratory Pile Driver


Sumber: (Rostiyanti, 2008)

Gambar 2. Menjelaskan tentang Vibratory Pile Driver.


BAB III
KEMBANG SUSUT TANAH

3.1 Pengertian
Material yang ada di alam umumnya tidak homogeny, tetapi
merupakan material campuran. Material juga bervariasi dari jenis material
yang berpori sampai yang padat. Dengan keadaan yang bervariasi seperti ini
maka pada saat melakukan pemilihan alat berat yang akan dipakai di dalam
proyek konstruksi otomatis jenis material di lapangan dan material yang akan
dipakai merupakan hal yang perlu diperhatikan.
Material di suatu tempat atau ditempat asalnya disebut dengan
material asli atau bank material. Bila suatu bagian dari material akan
dipindahkan maka volume material yang dipindahkan tersebut berubah
menjadi lebih besar daripada volume material di tempat asalnya. Material
yang telah dipindahkan tersebut disebut material lepas atau loose material.
Demikian pula jika material yang telah dipindahkan tersebut kemudian
dipadatkan maka volume material akan menyusut. Material yang telah
dipadatkan disebut sebagai material padat atau compacted material. Hampir
seluruh material yang telah dipadatkan mempunyai volume yang lebih kecil
daripada volume tanah asli. Hal ini disebabkan karena pemadatan dapat
menghilangkan atau memperkecil ruang atau pori di antara butiran material.
Akan tetapi batuan pecah mempunyai bank volume yang hampir sama dengan
compacted volume. Pasir dan lempung padat tertentu bahkan mempunyai
compacted volume lebih besar daripada bank volume.
Kembang susut tanah adalah perubahan baik berupa penambahan atau
pengurangan volume tanah setelah diolah atau diubah dari bentuk asalnya.
(Lihat Gambar 3.1).
Perubahan baik berupa
penambahan atau pengurangan
volume tanah setelah diolah atau
diubah dari bentuk asalnya.

Gambar 3. Pengertian Kembang Susut Tanah


Sumber: (Joenoes, 2012)

3.2 Kondisi Asli (Bank Cubib Meters / BCM)


Bank Cubic Meters (BCM) adalah kondisi tanah yang belum
terusik/terganggu (m³). Dalam keadaan ini butiran-butiran tanah masih
terkonsolidasi dengan baik.

3.3 Kondisi Kembang


Pengembangan atau pemuaian volume (swell) terjadi ketika bagian-
bagian dari material yang kosong atau ruang yang terisi udara (voids) digali
dari tempat aslinya, apalagi jika material itu mempunyai butiran yang halus
sekali.
Terdapat beberapa faktor kembang pada beberapa jenis tanah seperti
pasir, tanah permukaan (top soil), tanah biasa, lempung dan batu. (Lihat
Gambar 3.2).

Gambar 3. Faktor Kembang pada Beberapa Jenis Tanah


Sumber: (Rochmanhadi, 1992)
3.4 Kondisi Lepas (LCM)

Anda mungkin juga menyukai