Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau
cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan
atau tanpa zat tambahan (Anief, 2006).
Tablet merupakan bentuk sediaan padat dari satu atau lebih bahan obat dengan
atau tanpa bahan tambahan. Tablet dapat dibuat dengan kompresi dalam mesin
tablet atau pencetakkan. Tablet sangat baik dalam bentuk, ukuran, dan berat,
faktor-faktor ini bergantung pada sampai batas tertentu pada tujuan penggunaan
dan berat bahan obat yang terkandung dalam setiap tablet (Jenkin, 1966).
Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk
sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan
tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet cetak
dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah
ke dalam lubang cetakan (Depkes RI, 1995).
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan
kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan
aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Depkes RI, 1995).
Granul dengan proses basah : zat berkhasiat, bahan pengisi, dan bahan
penghancur dicampur baik-baik lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu
ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, lalu dikeringkan
dalam dalam almari pengering (temperatur 40-50ºC). Setelah kering diayak lagi,
agar menjadi granul dengan ukuran yang diperlukan, lalu ditambah bahan pelican,
dibuat tablet dengan mesin tablet (Anief, 1994).
Granul dengan proses kering : bila zat berkhasiat dapat rusak apabila kena air
atau tak tahan pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Ialah zat berkhasiat,
bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat (jika perlu) dan bahan pelican,
dicampur lalu dibuat tablet besar-besar (slugging) setelah itu tablet dipecah
menjadi granul lalu diayak. Setelah itu dibuat tablet yang baik dengan mesin
tablet (Anief, 1994).

1
1.2 Prinsip Percobaan
Bahan aktif yang tahan pemanasan dan stabil pada air dibuat dengan metode
granulasi basah. Dimana bahan aktif dan bahan tambahan dicampurkan dengan
bahan pengikat basah untuk membuat granulat-granulat.

1.3 Tujuan Percobaan


 Untuk mengetahui cara pembuatan tablet antalgin metode granulasi basah.
 Untuk mengetahui hasil uji prefomulasi tablet antalgin yang dibuat secara
granulasi basah
 Untuk mengetahuihasil uji evaluasi tablet antalgin yang dibuat secara
granulasi basah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sediaan bentuk padat secara umum dibagi menjadi dua bentuk formulasi,
yaitu tablet dan kapsul. Telah diperkirakan bahwa sediaan bentuk padat
merupakan sekitar 90% dari semua dosis yang digunakan untuk memberikan jalur
sistemik dalam terapi. Bagian pentingnya adalah bentuk dosis dalam pengobatan
dan pengelolaan tingkat penyakit. Kegunaan tablet yang secara luas telah dicapai
karena kenyamanan dan juga perbedaan dari tipe-tipe tablet (Jones, 2008).
Tablet adalah sediaan padat yang berbentuk rata atau cembung rangkap,
umumnya bulat, dibuat dengan mengempa atau mencetak obat atau campuran
obat dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan dapat berupa bahan pengisi,
penghancur, pengikat dan pelicin (Anief, 2006).
Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa ; zat pengisi
dimasukkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya digunakkan saccarum
lactis, amilum manihot, calcii phoshas, calcii carbonas dan zat lain yang cocok ;
zat pengikat, dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya yang digunakan adalah mucilage gummi arabici 10-20% (panas), solutio
methylcellulosum 5% ; zat penghancur dimaksudkan agar tablet dapat hancur
dalam perut. Biasanya yang digunakan adalah amylum manihot kering, gelatinum,
agar-agar, natrium alginat ; zat pelicin, dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada
cetakan. Biasanya digunakan talcum 5%, magnesii stearas, acidum stearinicum
(Anief, 1994).
Penggunaan : bentuk tablet dapat digunakan baik untuk tujuan pengobatan
lokal maupun sistemik. Pengobatan lokal misalnya : tablet yang digunakan
melalui vagina, dikenal sebagai tablet vagina, berbentuk seperti amandel
digunakan sebagai antiinfeksi, antifungi, penggunaan hormon secara lokal.
Lozenges, bentuk obat yang menyenangkan dan efektif untuk efek lokal dimulut
dan tenggorokan, umumnya digunakan sebagai antiinfeksi (Anief, 1986).
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang
ditelan masuk perut terdapat pula yang lain seperti : tablet bukal, digunakan
dengan cara dimasukkan di antara pipi, dan gusi dalam rongga mulut, biasanya

3
diberi hormone steroid, absorpsi, terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran
darah ; tablet sublingual, digunakan dengan jalan dimasukkan ke bawah lidah,
biasanya berisi hormone steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk
peredaran darah. Tablet nitroglycerinum juga merupakan tablet sublingual karena
cepat member efek pada jantung dan bila melalui lambung akan rusak ; tablet
implantasi, berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara
implantasi dalam kulit badan. Sedangkan tablet hipodermik dilarutkan dalam air
steril untuk injeksi untuk disuntikkan di bawah kulit (Anief, 1986).
Untuk dimaksud dan tujuan tertentu tablet disalut dengan zat penyalut
yang cocok, biasanya berwarna atau tidak (Anief, 1994).
Tablet disalut untuk berbagai alasan, antara lain melindungi zat aktif dari
udara, kelembaban atau cahaya, menutupi rasa tidak enak, membuat penampilan
lebih baik dan mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna (Depkes RI,
1995).
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali
bahan pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak
mengisi cetakan dengan baik. Jadi dengan dibuat granul, akan terjadi
“freeflowing”, mengisi cetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi
“capping” (retak) (Anief, 1986).
Granul dengan proses basah : zat berkhasiat, bahan pengisi, dan bahan
penghancur dicampur baik-baik lalu dibasahi dengan larutan pengikat, bila perlu
ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, lalu dikeringkan
dalam dalam almari pengering (temperatur 40-50 ºC). Setelah kering diayak lagi,
agar menjadi granul dengan ukuran yang diperlukan, lalu ditambah bahan pelican,
dibuat tablet dengan mesin tablet (Anief, 1994).
Metode granulasi basah merupakan yang terluas digunakan orang dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam
pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : menimbang
dan mencampur bahan-bahan ; pembuatan granulasi basah ; pengayakan adonan
lembab menjadi pelet atau granul ; pengeringan ; pengayakan kering ;
pencampuran bahan pelincir ; pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

4
Penimbangan dan pencampuran : bahan aktif, pengisi, dan bahan
penghancur yang diperlukan dalam formula tablet ditimbang sesuai dengan
jumlah yang dibutuhkan untuk membuat sejumlah tablet yang akan diproduksi
dan dicampur, diaduk baik, biasanya dengan menggunakan mesin pencampur
serbuk atau mikser. Diantara pengisi yang digunakan adalah laktosa, kaolin,
mannitol, amilum, gula bubuk dan kalsium fosfat. Pemilihan dari bahan pengisi
sebagian berdasarkan pengalaman si pembuat waktu membuat tablet lain dan
biaya pembuatan serta kecocokan obat dengan bahan pembantu lainnya dalam
formula. Sebagai contoh garam-garam kalsium tidak dapat digunakan sebagai
pengisi pada pembuatan kapsul atau tablet antibiotik tetrasiklin, karena
menggangu absorpsi obat ini dari saluran pencernaan (Ansel, 1989).
Bahan penghancur meliputi tepung jagung dan kentang, turunan amilim
seperti natrium amilumglikolat, senyawa selulosa seperti karboksimetilselulosa,
resin penukar kation dan bahan bahan lain yang membesar atau mengembang
dengan adanya lembap dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan
tablet setelah masuk kedalam cairan pencernaan. Dalam percobaan mekanisme
amilum sebagai penghancur tablet, telah diamati bahwa pecah-pecahnya
permukaan tablet terjadi dimana kelompok butir-butir amilum terdapat maa tablet
pecah mungkin hasil dari hidrasi kelompok hidroksi molekul amilum,
menyebabkan terpisah keluar. Jika amilum digunakan 5% umumnya cocok untuk
membantu penghancuran, tetapi sampai kira-kira 15% dapat dipakai untuk
memperoleh daya hancur yang lebih cepat. Jumlah seluruhnya dari bahan
penghancur tidak selalu ditambahkan kedalam campuran obat dan pengisi, tetapi
sebagian (kadang-kadang separuh dari yang digunakan) disisakan untuk
ditambahkan belakangan, bersama bahan pelincir, untuk membuat granulasi dari
obat. Proses ini menghasilkan dua kali penghancuran dari tablet, yang pertama
hasil penghancuran terakhir dan, memecahkan menjadi bagian atau bongkahan
kecil dari tablet dan yang kedua penghancuran dari penambahan bahan
penghancur yang pertama dan menghancurkan potongan coltonvan tablet menjadi
partikel yang halus (Ansel, 1989).
Untuk menyempurnakan pencampuran komponen supaya mencapai dosis
pemberian yang tepat, demikian juga keseragaman daya hancur tablet yang akan

5
dihasilkan, perlu ketelitian dan perhatian sepenuhnya. Kadang-kadang serbuk
yang telah dicampur, diagak dengan ayakan yang derajat kehalusannya cukup
untukemungkinkan dari terjadinya penggumpalan (Ansel, 1989).
Pembuatan granulasi basah : supaya campuran serbuk mengalir bebas dan
merata dari hopper (wadah berbentuk seperti corong, yang menampung obat dan
mengatur arusnya menuju mesin pembuat tablet) kedalam cetakan, mengisinya
dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk menjadi
granula yang bebas mengalir kedalam cetakan disebut granulasi. Hal ini dapat
dilakukan secara baik dengan menambahkan cairan pengikat atau perekat kedalam
campuran serbuk, melewatkan adonan yang lembap melalui ayakan yang
ukurannya seperti yang diinginkan, granul yang dihasilkan melalui pengayakan ini
dikeringkan, lalu diayak lagi dengan ayakan yang ukurannya lebih kecil supaya
mengurangi ukuran granul berikutnya. Unsur pengikat dalam tablet juga
membantu merekatkan granul satu dengan yang lainnya, menjaga kesatuan tablet
setelah dikompresi. Diantara bahan pengikat yang digunakan adalah 10-20%
cairan berair yang dibuat dari tepung jagung, 25-50% larutan glukosa, molase,
macam-macam bom alam (seperti akasia), derivat selulosa (seperti metilselulosa,
karboksimetilselulosa dan selulosa mikrokristal), gelatin dan povidon. Jika bahan
obat sangat dipengaruhi oleh pengikat berair, maka zat pengikat ini dapat tanpa air
atau dapat ditambahkan dalam keadaan kering. Umumnya kerja pengikat akan
lebih efektif apabila serbuk dicampur dengan perekat dalam bentuk cair. Jumlah
bahan pengikat yang digunakan sebagian merupakan pekerjaan seni dan
pelaksanaan tergantung pada bahan lainnya dalam formula. Bagaimanapun juga
sejumlah bahan yang akan ditambahkan kedalam campuran obat harus
memberikan kelembapan tang cukup supaya serbuk dapat bercampur dengan
meremas menggunakan tangan sampai secukupnya. Harus hati-hati tidak boleh
terlalu basah dan terlalu kering. Bila dibasahi secara berlebihan biasanya
menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat tablet yang bagus,
pembasahn yang kurang biasanya menghasilkan tablet yang terlalu lunak dan
cenderung mudah remuk. Bila diinginkan warna dan rasa yang cocok dapat
ditambahkan kedalam bahan pengikat sehingga terjadi granulasi dengan warna
dan rasa yang diinginkan (Ansel, 1989).

6
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu
granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada pada
bahan pengisi. Zat pengikat dapat di tambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih
efektif dalam larutan. Bahan pengikat yang umum meliputi gom akasia, gelatin,
sukrosa, povidon, metilselulosa, karboksimetilselulosa dan pasta pati yang
terhidrolisis. Bahan pengikat kering yang paling efektif adalah selulosa
mikrokristal, yang umumnya digunakan dalam membuat tablet kempa langsung
(Depkes RI, 1995).
Penyaringan adonan lembap menjadi pelet atau granul : pada umumnya
granulasi basah ditekan melalui ayakan nomor 6 atau 8. Hal ini yaitu fluidization
disalurkan kedalam fluid bed dries. Dibuat granul dengan menekankan pada alat
yang dibuat berlubang-lubang. Setelah semua bahan berubah menjadi granul,
kemudian di tebarkan diatas selembar kertas yang lebar dalam nampan yang
dangkal dan dikeringkan (Ansel, 1989).
Pengeringan granul : kebanyakan granul dikeringkan dalam kabinet
pengering dengan sistem sirkulasi udara dan pengendalian temperarur. Diantara
metode terbaru untuk pengeringan sekarang ini yaitu fluidization disalurkan
kedalam fluid bed dryers. Pada metode ini granul dikeringkan dalam keadaan
tertutup dan diputar- putar sambil dialirkan udara yang hangat. Jika efektivitas
bahan pengikat tergantung pada adanya sedikit uap air, granulasi tidak sempurna
keringnya. Bagaimanapun kelebihan jumlah dari uap air yang tertinggal dalam
granulasi ini sering menyebabkan terjadinya pecah pada penyalut tablet kompresi
yang dilakukan belakangan. Granulasi dapat juga diselesaikan memakai peralatan
granulasi dengan mesin, termasuk dengan lapisan yang dicairkan di semprotkan
paddisemprotkan. Pada proses ini campuran serbuk yang akan dibuat granul,
diubah menjadi larutan atau suspensi dan disemprotkan, dikeringkan dalam
fluidized bed untuk menghasilkan granul yang seragam dan mudah mengalir
(Ansel, 1989).
Penyaringan kering : setelah dikeringkan, granul dilewatkan melalui
pengayakan dengan lubang lebih kecil daripada yang biasa dipakai untuk
pengayakan granulasi asli. Seberapa jauh ukuran granul dihaluskan, tergantung
pada ukuran punch yang akan dipakai dan tablet yang akan diproduksi. Seleksi

7
yang tepat tergantung pada pengalamn, tapi pada umumnya semakin kecil tablet
yang akan diproduksi semakin halus granul yang dipakai. Ayakan dengan ukuran
12 sampai 20 biasanya dipakai untuk maksud tersebut. Pengukuran granul
diperlukan sehingga rongga cetakan untuk memproduksi tablet-tablet kecil dapat
diisi penuh (Ansel, 1989).
Granul dengan proses kering : bila zat berkhasiat dapat rusak apabila kena
air atau tak tahan pemanasan dibuat dengan proses pengeringan. Ialah zat
berkhasiat, bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat (jika perlu) dan
bahan pelican, dicampur lalu dibuat tablet besar-besar (slugging) setelah itu tablet
dipecah menjadi granul lalu diayak. Setelah itu dibuat tablet yang baik dengan
mesin tablet (Anief, 1994).
Granulasi kering juga dapat dilakukan dengan meletakkan massa serbuk
diantara mesin rol yang menjalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa
padat yan tipis, selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan
ukuran yang diinginkan (Depkes RI, 1995).
Tablet harus memenuhi syarat-syarat : keseragaman bobot ; keseragaman
isi zat berkhasiat ; waktu hancur (disintegrationtest) ; waktu larut (dissolationtest)
; selain tersebut harus diuji dulu mengenai kekerasan tablet dan juga kerapuhan
tablet (Anief, 1986).
Ada beberapa sifat penting dari tablet yang digunakan sebagai standar
kontrol kualitas , dalam satu atau lain cara, mempengaruhi kemanjuran bentuk
sediaan tablet. Ciri-cirinya adalah variasi berat, ketebalan tablet, tablet kekerasan,
konten keseragaman, disintegrasi, dan variasi berat pembubaran di tablet
mengindikasikan variabilitas spondingcorre total kandungan obat untuk bahan
aktif dari tablet. Ketebalan tablet dan diameter tablet merupakan berdimensi
tablet. Ketebalan tablet dapat bervariasi, tetapi variasi ketebalan tablet juga dapat
terjadi bahkan ketika bobot tablet tetap konstan. Kekerasan tablet adalah bagian
dari tablet yang dapat diukur dengan menggunakan beberapa perangkat yang
tersedia secara komersial yang dirancang khusus untuk tujuan tersebut. Ini penguji
mekanik untuk kekerasan tablet bervariasi dalam penampilan dan sampai batas
tertentu pada prinsipnya operasi mereka (Banker, 1792).

8
Laktosa merupakan disakarida alam dari susu yang mengandung lebih
kurang 4,6% laktosa, setara dengan lebih kurang 38% kandungan padat kering.
Laktosa berada dalam 2 bentur isomer, laktosa alfa dan beta, dapat berbentuk
kristal atau amorf. Laktosa a kristalin berada dalam bentuk monohidrat dan
anhidrat. Bentuk amorf murni laktosa tidak ada dalam perdagangan (Agoes,
2008).
Amilum dan turunan amilum : amilim dapat berfungsi sebagai bahan
penghancur, pengikat, dan atau pengisi bergantung pada tipenya. Sumber amilum
dapat berasal dari singkong, jagung, kentang, dan beras. Amilum dimodifikasi
baik secara parsial maupun secara penuh dari biji mekanik atau kimia. Turunan
amiljm yang sudah diesterifikasi dikenal sebagai amilum karboksimetil, amilum
hidroksietil, dan amilum granul atau agromerat (Agoes, 2008).
Pengikat : salah satu fungsi penting eksipien dalam formuasi tablet adalah
membentuk aglomerat dari BA, pengisi, dan eksipien lain, dengan kekecualian
lubrikan, glidan, dan lain sebagainya (yaitu untuk menggerakkan / mengalirkan
serbuk). Aglomerasi BA dan eksipien melalui proses granulasi basah bertujuan :
meningkatkan sifat aliran serbuk sehingga ruahan serbuk dapat secara akurat
dibagi untuk menghantarkan takaran obat ; meningkatkan keterkempaan yang
menghasilkan tablet dengan friabilitas rendah dan kekuatan kekerasan gang baik.
Hal ini dicapai dengan menggunakan eksipien yang mempunyai sifat mengikat
karena forsa kohesi dan adhesi (Agoes, 2008).
Pemampatan serbuk adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
situasi dimana bahan-bahan dihadapkan pada suatu tingkat dari gaya mekanik.
Pada industri farmasi, efek dari gaya semacam itu sanagt perlu didalam
pengolahan tablet dan granul, dalam pengisian cangkang kapsul gelatin, dan
penanganan serbuk secara umum (Marshall, 1989).
Karena gaya ikatan tak jenuh pada permukaan benda padat ini, maka gaya-
gaya yang cukup saling mendekati akan tertarik dan cenderung melekat satu sama
lain. Daya tarik antara partikel-partikel sejenis disebut kohesi. Sebagai tambahan,
jika mereka mendekati tipe-tipe lain dari partikel atau pemukaan padat, mereka
akan tertarik padanya, menimbulkan apa yang dinamakan adhesi. Daya tarik ini
menimbulkan sifat intristik (dalam) dari serbuk bahan dasar (bulk powdered

9
solids) : mereka akan mempertahankan gerakan-gerakan diferensial dari partikel-
partikel pembentuknya (konstituen) jika menghadapi gaya dari luar (Marshall,
1989).
Kebanyakan pengikat bersifat hidrofilik dan arut dalam air. Gim akan dan
polimer berfungsi dengan membentuk lapis tipis pada permukaan partikel. Pada
saat dikema, partikel cenderung beraglomerasi. Bahan sangat larut seperti gula,
mengikat partikel bersama dengan membentuk jembatan kristal. Pengikat untuk
proses granulasi basah biasanya dilarutkan dalam air atau suatu pelarut (umumnya
alkohol), dan larutan pengikat digunakan untuk membentuk massa basah atau
granulasi. Kadang-kadang lebih baik mencampur pengikat dalam keadaan kering
dengan BA dan eksipien, kemudian digranulasi dengan air. Pada umumnya
pengikat efektif dengan jumlah air (kelembapan) kecil. Dalam pengikatan partikel
bersama, yang berperan penting adalah firsa van der walls dan ikatan hidrogen.
Mikrokristalin selulosa (MCC) adalah pengikat granulasi basah yang juga
berfungsi baik sebagai pengikat kering dalam formulasi kempa langsung (Agoes,
2008).
Musilago amili : musilago amili dibuat dengan cara mensuspensikan
amilum 5% atau 10% dalam air dingin dan memanaskan (pada pemanas yang
temperaturnya terkontrol karena kalau temperatur tidak konsisten muilago yang
dihasilkan berbeda sifat dan karakteristiknya) terjadi pengembangan sempurna
(konsentrasi amilum dalam formula saat bervariasi antara 2% - 5%). Pasta amilum
akan menghasilkan granul yang lunak, akan tetapi konsentrasi nya dalam formula
terbatas karena faktor viskositas dari gel yang akan menjadi sulit ditangani selama
granulasi. Magnesium stearat ; mg-stearat merupakan lubrikan yang paling efektif
dan digunakan secara luas. Bahan berasal dari sumber hewani yang merupakan
campuran bervariasi dari stearat dan palimilat dan menunjukkan morfologi terbaik
sebagai lubrikan jika dibuat melalui proses presipitasi. Mg stearat yang berasal
dari sumber tanaman mengandung lebih dati 90% stearat dan tidak seefektif
lubrikan yang berasal dari hewan. Konsentrasi efektif mg stearat antara 0,2-2%.
Biasanya divamohr dengan serbuk atau campuran granul untuk waktu relatif
singkat ( tidak melebihi 5) (Agoes, 2008).

10
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
- Alu
- Ayakan mesh 12
- Ayakan mesh 14
- Batang pengaduk
- Beaker glass 100 mL (Pyrex)
- Brush tabung
- Cakram
- Corong
- Corong alir
- Desintegration Tester (Copley)
- Gelas ukur 25 mL (Pyrex)
- Hardness Tester (Copley)
- Hotplate (Mansion)
- Kertas label
- Kertas perkamen kecil
- Kertas perkamen kajang
- Kuas
- Lemari pengering
- Loyang
- Lumpang
- Mesin pencetak tablet (Erweka)
- Neraca analitik (Boeco Germany)
- Penjepit tabung
- Penggaris
- Pinset
- Pot plastik besar
- Roche Friabilator (Copley)
- Serbet

11
- Spatel
- Spatula
- Sudip
- Termometer 1100C
- Tissue 250 sheets (Nice)

3.2 Bahan
- Antalgin 50 gram
- Amilum manihot 6,5 gram
Pengembang dalam 3,25 gram
Pengembang luar 3,25 gram
- Mucilago amily 10% 19,5 gram
Amilum 10% 1,95 gram
Aquadest 17,55 gram
- Mg stearat 0,65 gram
- Talcum 0,65 gram
- Laktosa 5,25 gram

3.3 Formula lengkap


R/ Antalgin 500 mg
Mucilago amyli 10% 30 %
Amilum manihot 10 %
Talkum 1 %
Mg sterat 1 %
Laktosa q.s
m.f. tab dtd C

Rencana kerja
Metode : Granulasi Basah
Diameter : 13 mm
Bobot tablet : 650 mg
Jumlah tablet : 100 tablet

12
3.4 Perhitungan bahan
Berat total = 650 mg × 100
= 65000 mg
= 65 gram

Zat berkhasiat : Antalgin = 500 mg × 100


= 50000 mg
= 50 gram

10
Pengembang : Amilum manihot = × 65 gram
100

= 6,5 gram
- Pengembang dalam = 3,25 gram
- Pengembang luar = 3,25 gram

30
Pengikat : Mucilago amily 10% = 100 × 65 gram

= 19,5 gram
10
- Mengandung amilum 10% = 100 × 19,5 gram = 1,95 gram

- Aquadest = 19,5 – 1,95 = 17,55 gram

1
Pelicin : Talcum = 100 × 65 gram = 0,65 gram
1
Mg stearat = 100 × 65 gram = 0,65 gram

Pengisi : Laktosa = Jumlah seluruh massa – Jumlah bahan yang dipakai


= 65 – (50 + 6,5 + 1,95 + 0,65 + 0,65)
= 5,25 gram

Bahan pengikat yang terpakai = 13,15 gram× 100% = 1,315%

13,15
Presentase bahan pengikat yang terpakai = × 100% = 67,43%
19,5

13
Bahan pengikat yang sisa = 6,35 gram

Berat granulat basah = 52,7 gram

Berat granulat kering = 49,76 gram

Berat teoritis = bahan obat + pengembang dalam + pengikat + pengisi


= 50 + 3,25 + 1,95 + 5,25
= 60,45 gram

Berat teoritis
Presentase berat = Berat seluruhnya × 100%
60,45
= × 100%
65

= 93%

100%
Massa tablet seluruhnya = × berat kering
𝑋%
100%
= × 49,76 gram
93%

= 53,50 gram

Berat eksternal setelah dikoreksi :


5
Pengembang luar = 100 × 49,76 gram

= 3,981 gram

1
Pelicin : - Talcum = 100 × 49,76 gram

= 0,4976 gram
1
- Mg Stearat = 100 × 49,76 gram

= 0,4976 gram

14
3.5 Prosedur
1. Ditimbang bahan obat (Antalgin), bahan pengembang dalam (Amilum
Manhot), bahan pengikat (Amilum Manihot) dan bahan pengisi (Saccharum
Lactis)
2. Dibuat Musilago Amily, dimasukkan 1,95 gram amilum manihot kedalam
beaker glass (beaker glass dan batang pengaduk sudah ditara), ditambahkan
air 17,55 ml kedalam beaker glass, dipanaskan diatas penangas air sambil
diaduk-aduk menjadi massa yang kental dan transparan, jika massa kurang,
ditambahkan air sampai 19,5 gram, diaduk kembali sehingga massa homogen
3. Dicampurkan bahan obat (Antalgin) dan bahan pengembang dalam (Amilum
Manihot) sampai homogen. Lalu, ditambahkan bahan pengisi (Saccharum
Lactis) dan dihomogenkan kembali
4. Ditambahkan bahan pengikat (Musilago Amily) sedikit demi sedikit hingga
didapat massa yang kompak
5. Diayak granul dengan ayakan mesh 12
6. Dikeringkan granul di lemari pengering pada suhu 40o – 60oC selama 1 hari
7. Diamati granulat kering setelah 1 hari
8. Diayak kembali granul kering dengan ayakan mesh 14
9. Ditimbang massa granul kering = 49,76 gram
10. Ditimbang bahan pengembang luar (Amilum Manihot) dan bahan pelicin
(Talcum dan Mg Stearat)
11. Ditambahkan bahan pengembang luar (Amilum Manihot) dan bahan pelicin
(Talcum dan Mg Stearat) ke dalam lumpang yang berisi granul kering
12. Diaduk secara merata dengan menggunakan sudip
13. Diuji preformulasi
a. Sudut diam
- Dialirkan granul kering yang akan dicetak ke dalam corong alir yang ditutup
bagian bawahnya
- Dibuka penutup dan dibiarkan granul mengalir
- Dihitung sudut diamnya
Syarat : 20°< θ < 40°

15
b. Waktu alir
- Dimasukkan granul yang akan dicetak ke dalam corong alir yang telah ditutup
bagian bawahnya
- Dialirkan hingga seluruh granul mengalir
- Ditentukan waktu alir mulai dari granul mengalir sampai seluruh granul
mengalir keluar
- Diulang sebanyak tiga kali untuk memperoleh hasil rata-rata
Syarat: t alir < 10 detik (untuk 100 gram)
c. Indeks tap
- Dimasukkan 25ml granul ke dalam gelas ukur 25ml
- Ditapping sebanyak 20 kali
- Ditentukan penurunan volume
- Dilakukan sebanyak tiga kali hingga diperoleh hasil rata-rata
Syarat: I ≤ 20%
14. Dicetak tablet
- Disiapkan mesin pencetak tablet single punch, dipasang punch bawah dengan
diameter sesuai tablet yang akan dicetak dan diatur dienya
- Dimasukkan massa tablet ke dalam hopper, lalu diatur sekrup atas dan bawah
untuk menentukan volume dan tekanan
- Dicetak 1 buah tablet, dicek beratnya (pengatur pada punch bawah) dan
tekanannya (pengatur punch atas)
- Ditimbang tablet apakah sudah sesuai dengan berat yang diinginkan, jika
sudah di uji kekerasannya
- Jika tablet sudah memenuhi syarat, dicetak 10 tablet lagi, di uji kembali berat
serta kekerasannya, jika tidak mengalami perubahan dapat dicetak seluruhnya
- Dicatat jumlah tablet yang tercetak
15. Uji Evaluasi
a. Keseragaman Bobot
- Dibersihkan tablet, diambil 20 tablet kemudian di-timbang.
- Ditentukan bobot rata-rata kemudian ditimbang satu persatu, hitung deviasi
dan diambil 3 tablet yang berdeviasi tertinggi.
Syarat :

16
- Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet menyimpang lebih
besar dari kolom A
- Tidak boleh satu tablet pun lebih dari kolom B Tabel Keseragaman Bobot

Penyimpangan
Bobot Rata-Rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg s/d 150 mg 10% 20%
151 mg s/d 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
b. Kekerasan Tablet
- Diletakkan tablet diantara anvil dan punch.
- Ditekan tombol new size untuk mengetahui diameter tablet.
- Ditekan tombol test untuk mengetahui kekerasan tablet.
- Diuji untuk 5 tablet.
Syarat : Kekerasan tablet = 4-8 Kg
c. Waktu Hancur
- Dimasukkan 6 tablet pada masing-masing tabung di keranjang, lalu letakkan 6
tablet diatas cakram penuntun, dijalankan alat.
- Dicelupkan pada air dengan suhu 370C (lebih kurang 10C) dengan tinggi air
tidak boleh kurang dari 15 cm, sehingga tabung dapat dinaik turunkan secara
teratur 30 kali permenit.
- Pada kedudukan tertinggi, bagian bawah keranjang masih berada pada
permukaan air dan pada kedudukan terendah bagian atas keranjang berada
didalam air.
- Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada lagi tablet yang tertinggal pada kawat
kasa.
- Dicatat waktu setiap tablet hancur.
Syarat :
- Kecuali dinyatakan lain dalam monografi waktu yang dibutuhkan untuk
menghancurkan 6 tablet biasa tidak boleh lebih dari 15 menit dan bersalut
tidak boleh lebih dari 60 menit.

17
- Bila tidak hancur ulangi dengan 12 tablet, syarat dipenuhi jika dari 18 tablet
tidak lebih dari 2 tablet yang tidak hancur.
d. Uji Friabilitas
- Dibersihkan 20 tablet dan ditimbang yang merupakan berat awal, Misalnya A
gram
- Dimasukkan tablet ke dalam alat dengan putaran 100 kali 4 menit.
- Dikeluarkan 20 tablet tadi, dibersihkan dari debu dan ditimbang berat
akhirnya, Misalnya B gram
Syarat : Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 0,8%
e. Uji Keseragaman Ukuran
- Disejajarkan jangka sorong dan tablet
- Diatur skala jangka sorong sesuai diameter tablet
- Ditegakkan tablet
- Diatur skala jangka sorong sesuai tebal tablet
1
Syarat : Diameter tablet tidak lebih dari 3× dan tidak kurang dari 1 3 tebal tablet

18
3.6 Flowsheet
3.6.1 Pembuatan Mucilago amily 10%

Amilum Manihot

- Ditimbang 1,95 gram amilum manihot


- Dimasukkan aquadest ke dalam gelas ukur
sebanyak 17,55 ml
- Dimasukkan aquadest ke dalam gelas beker
yang telah berisi amilum manihot
- Dipanaskan di atas hotplate sambil diaduk
hingga diperoleh massa yang kental dan
transparan

- Dicukupkan dengan aqua


- Ditimbang
Mucilago amily 19,5 gram50 gram antalgin, 3,25 gram amilum
manihot dan 5,25 gram saccharum lactis
3.1 Dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus
homogen
3.2 Dimasukkan mucilago amily 10% sedikit demi
sedikit sambil digerus hingga diperoleh massa yang
kompak
3.3 Diayak massa dengan ayakan mesh no. 12
- dest

19
3.6.2 Pembuatan Granul

Antalgin Amilum Manihot Saccharum Lactis

- Ditimbang 50 gram antalgin, 3,25 gram


amilum manihot dan 5,25 gram saccharum
lactis
- Dimasukkan ke dalam lumpang dan
digerus homogen
- Dimasukkan mucilago amily 10% sedikit
demi sedikit sambil digerus hingga
diperoleh massa yang kompak
- Diayak massa dengan ayakan mesh no. 12

Granulat basah52,7 gram

- Dikeringkan dalam lemari pengering pada


suhu 40 – 60oC selama 1 hari
- Diayak kembali granul dengan ayakan
mesh no. 14

Granulat kering 49,76 gram

- Ditimbang 3,25 gram amilum manihot,


talcum 0,4976 gram dan Mg stearat 0,4976
gram
- Dimasukkan ke dalam lumpang yang
berisi granulat kering
- Dicampur secara merata dengan
menggunakan sudip

Granul 54 gram

20
3.6.3 Uji Preformulasi
a) Sudut diam

Granul

- Dialirkan granul ke dalam corong alir yang


bagian bawahnya ditutup
- Dibuka dan dibiarkan granul mengalir
- Dihitung sudut diamnya

θ = 26,7o

b) Waktu alir

Granul

- Dimasukkan ke dalam corong alir yang ditutup


bagian bawahnya
- Dialirkan hingga seluruh granul mengalir
- Ditentukan waktu alir mulai dari granul
mengalir hingga seluruh granul mengalir keluar

t = 2,77 s

c) Indeks tap

Granul

- Dimasukkan granul ke dalam gelas ukur


- Ditapping sebanyak 20 kali
- Ditentukan penurunan volume
- Dilakukan tapping sampai hasil penurunan
granul stabil

I = 6,33 %

21
3.6.4 Pencetakan Tablet

Massa Tablet

- Disiapkan mesin pencetak tablet single punch


- Dipasang punch bawah dengan diameter sesuai
tablet yang akan dicetak
- Dimasukkan massa tablet ke dalam hopper
- Dicetak 1 buah tablet, dicek beratnya
- Ditimbang tablet apakah sudah sesuai dengan
berat yang diinginkan
- Dicetak 10 tablet lagi
- Dicetak 10 tablet lagi
- Diuji kembali berat serta kekerasannya
- Dicatat jumlah tablet yang tercetak

Tablet yang tercetak = 79

3.6.5 Uji evaluasi


a) Keseragaman Bobot

Tablet

- Dibersihkan tablet, diambil 20 tablet


kemudian di-timbang
- Ditentukan bobot rata-rata kemudian
ditimbang satu persatu, hitung deviasi dan
diambil 3 berat tablet yang berdeviasi
tertinggi.
A1 = 6,55 %
A2 = 8,9 %
A3 = 9,23 %

22
b) Kekerasan Tablet

Tablet
- Diletakkan tablet diantara anvil dan
punch
- Ditekan tombol new size untuk
mengetahui diameter tablet
- Ditekan tombol test untuk
mengetahui kekerasan tablet
- Diuji untuk 5 tablet
Hasil = 6,048 kg

c) Waktu Hancur
Tablet

- Dimasukkan 6 tablet pada masing-masing


tabung di keranjang, lalu letakkan 6 tablet
diatas cakram penuntun, dijalankan alat.
- Dicelupkan pada air dengan suhu 370C (lebih
kurang 10C) dengan tinggi air tidak boleh
kurang dari 15 cm, sehingga tabung dapat
dinaik turunkan secara teratur 30 kali permenit.
- Pada kedudukan tertinggi, bagian bawah
keranjang masih berada pada permukaan air
dan pada kedudukan terendah bagian atas
keranjang berada didalam air
- Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada lagi
tablet yang tertinggal pada kawat kasa. Dicatat
waktu setiap tablet hancur.
Hasil = 9,66 menit

23
d) Uji Friabilitas
Tablet
- Dibersihkan 20 tablet dan ditimbang yang
merupakan berat awal, Misalnya A g
- Dimasukkan tablet ke dalam alat dengan
putaran 100 kali selama 4 menit
- Dikeluarkan 20 tablet tadi, dibersihkan dan
ditimbang berat akhirnya, Misalnya B g
- Dihitung friabilitasnya
Hasil = 0,39%

e) Keseragaman Ukuran
Tablet
- Disejajarkan jangka sorong dan tablet
- Diatur skala jangka sorong sesuai
diameter tablet
- Ditegakkan tablet
- Diatur skala jangka sorong sesuai tebal
tablet
Diameter = 13,08 mm
Tebal = 3,16 mm

24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data hasil uji preformulasi
4.1.1.1 Sudut diam

No. Tinggi (h=cm) Diameter (d=cm)

1 2,2 cm 10cm

2 2,8 cm 10,6 cm

3 2,6 cm 9,5 cm

Rata-rata 2,53 cm 10,03cm

2ℎ
Tan θ =
𝑑
2 ×2,53
= 10,03

= 0,504
θ = 26,7o
Kesimpulan : Hasil percobaan memenuhi syarat20o < θ < 40o

4.1.1.2 Waktu alir

No. Waktu alir (detik)

1 2,83 detik

2 2,73 detik

3 2,70 detik

25
T rata-rata 2,77 detik

Kesimpulan : Hasil percobaan memenuhi syarat t alir < 10 detik yaitu t


alir = 2,77 detik

4.1.1.3 Indeks tap

No. Vo (ml) Vtap (ml) I rata-rata

1 25 ml 23 ml 8%

2 25 ml 23,75 ml 5%

3 25 ml 23,5 ml 6%

Rata- rata 6,33%

Kesimpulan :Hasil percobaan memebuhi syarat I < 20% yaitu I = 6,33%

4.1.2 Pencetakan tablet


Jumlah tablet yang tercetak = 79 tablet

4.1.3 Uji Evaluasi


4.1.3.1 Keseragaman Bobot
No Bobot Deviasi No Bobot (mg) Deviasi
(mg)
1 640 6,5 11 575 58,5
2 640 33,5 12 625 8,5
3 645 11,5 13 675 41,5
4 610 23,5 14 615 18,5
5 630 3,5 15 655 21,5

26
6 690 56,5 16 630 3,5
7 625 8,5 17 625 8,5
8 670 36,5 18 650 6,5
9 675 41,5 19 670 36,5
10 635 1,5 20 625 8,5
Berat 20 tablet = 12,670 gram
berat seluruhnya 12,670 gram
Berat rata – rata = = = 633,5 mg
20 tablet 20 tablet
58,5
A1 = 633,5 x 100 % = 9,23%
56,5
A2 = 633,5 x 100% = 8,91%
41,5
A3 = 633,5 x 100% = 6,55%

Syarat :
- Jika ditimbang satu-persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet menyimpang
lebih besar dari kolom A
- Tidak boleh satupun tablet lebih dari kolom B

Tabel keseragaman bobot


Penyimpangan
Bobot Rata-Rata
A B
25 mg atau kurang 15 % 30 %
26 mg s/d 150 mg 10% 20%
151 mg s/d 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
Kesimpulan : Tablet tidak memenuhi syarat karena ad 3 tablet yang
menyimpang lebih dari 5% pada kolom A. Pada kolom B tablet memenuhi
syarat karena tidak ada satu pun penyimpangan > 10%.

4.1.3.2 Waktu Hancur


No Dengan Cakram
1 7 menit,37 detik
2 8 menit,25 detik

27
3 8 menit,25 detik
4 10 menit,38 detik
5 11 menit,25 detik
6 12 menit,48 detik
Rata-Rata 9,66 menit
Syarat :
- Kecuali dinyatakan lain dalam monografi waktu yang dibutuhkan untuk
menghancurkan 6 tablet biasa tidak boleh lebih dari 15 menit dan
bersalut tidak boleh lebih dari 60 menit
- Bila tidak hancur ulangi dengan 12 tablet, syarat dipenuhi jika dari 18
tablet tidak lebih dari 2 tablet yang tidak hancur
Kesimpulan : Tablet memenuhi syarat karena semua tablet hancur sebelum
15 menit.

4.1.3.3 Uji Kekerasan Tablet


No Kekerasan (kg)
1 6,17 kg
2 5,48 kg
3 6,43 kg
4 7,26 kg
5 4,90 kg
Rata-Rata 6,048 kg
Syarat : Kekerasan tablet = 4-8 kg
Kesimpulan : Hasil yang diperoleh memenuhi syarat karena tidak ada
kekerasan tablet yang > 4-8 kg.

4.1.3.4 Uji Friabililitas


Syarat : Kehilangan berat tidak boleh lebih dari 0,8%
Data : A = 12,67 gram
B = 12,62 gram
Maka friabilitas tablet = X 100%

28
12,67 – 12,62
= X 100%
12,67

= 0,39%
Kesimpulan: Tablet memenuhi syarat karena friabilitas tidak lebih dari
0,8%.

4.1.3.5 Uji Keseragaman Ukuran


No Diameter (mm) Tebal
1 13 3
2 13,25 3,5
3 13 3
Rata-Rata 13,08 3,16
1
Syarat : Diameter tablet tidak lebih dari 3× dan tidak kurang dari 1 tebal
3

tablet
Kesimpulan : Diameter tablet melebihi 3 kali dari tebal tablet jadi tablet
tidak sesuai persyaratan.

4.2 Pembahasan
Pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut: zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dicampur
homogen. Kemudian dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah
dengan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari
pengering pada suhu 40-50°C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin kemudian
dikempa menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 1988).
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh jumlah tablet sebanyak
79 tablet. Berat granul basah adalah 52,7 gram sedangkan berat granul kering
setelah dikeringkan pada suhu 40-60˚ selama 24 jam yaitu 49,76 gram. Secara
teoritis, berat dari granul kering yaitu 60,45 gram. Sehingga persentase beratnya
yaitu 93%. Bahan pengikat yang terpakai sebanyak 13,15 gram dengan sisa 6,35
gram, sehingga persentase bahan pengikat yang terpakai yaitu 67,43%. Adapun
bahan pengembang luar yang ditambahkan pada granul kering yaitu sebanyak

29
3,981 gram dan bahan pelicin talkum dan Mg Stearat masing-masing 0,4976
gram.
Dari uji preformulasi tablet yang telah dilakukan diperoleh besar sudut diam
adalah 26,7˚, dimana syarat besarnya sudut diam adalah lebih besar 20˚ dan lebih
kecil 40˚, berarti besarnya sudut diam dari granul yang dibuat memenuhi syarat.
Untuk uji waktu alir diperoleh hasil 2,77 detik, dimana syarat waktu alir adalah
lebih kecil dari 5 detik, sehingga waktu alir granul memenuhi syarat. Dan untuk
uji indeks tap diperoleh besar I = 6,33% yang telah memenuhi syarat I ≤ 20 %.
Jadi, data di atas dapat disimpulkan bahwa granul sudah memenuhi syarat untuk
dapat dicetak menjadi tablet.
Dari uji evaluasi tablet yang telah dilakukan, uji keseragaman bobot diperoleh
6,55%, 8,9% dan 9,23%, dimana syaratnya adalah tidak boleh lebih dari 2 tablet
menyimpang lebih besar dari kolom A (5%) dan tidak boleh satu pun lebih dari
kolom B (10%), berarti syarat dari uji keseragaman bobot tidak memenuhi syarat.
Hal ini disebabkan karena granul yang dibuat/dihasilkan pada percobaan tidak
sempurna sehingga pada saat pencetakan, aliran granul tidak merata atau laju alir
granul buruk. Untuk waktu hancur diperoleh hasil rata-rata 9,66 menit, dimana
syarat waktu hancur untuk tablet biasa membutuhkan waktu 15 menit hal ini
membuktikan bahwa waktu hancur memenuhi syarat, uji kekerasan tablet
diperoleh kekerasan tablet rata-rata 6,048 kg dimana syarat uji kekerasan tablet 4-
8 kg , maka memnuhi syarat. Untuk uji friabilitas mendapatkan hasil 0,39% yang
syaratnya tidak boleh lebih dari 0,8%, ini menunjukkan uji friabilitas tablet
memenuhi syarat. Dan untuk uji keseragaman ukuran mendapat hasil diameter
13,08 mm dan tebal 3,16 mm dimana syarta uji keseragaman tablet diameter tablet
1
tidak lebih dari 3× dan tidak kurang dari 1 3 tebal tablet, berarti syarat dari uji

keseragaman bobot tidak memenuhi syarat .Hal ini disebabkan karena pada
penambahan bahan pengikat tidak sesuai sehingga pada saat percetakan tablet di
dapat diameter dan ukurannya tidak sesuai persyaratan.

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
 Cara pembuatan tablet antalgin metode granulasi basah :
o Ditimbang bahan obat (Antalgin), bahan pengembang dalam (Amilum
Manihot), bahan pengikat (Amilum Manihot) dan bahan pengisi
(Saccharum Lactis)
o Dibuat Musilago Amily, dimasukkan 1,95 gram amilum manihot kedalam
beaker glass (beaker glass dan batang pengaduk sudah ditara),
ditambahkan air 17,55 ml kedalam beaker glass, dipanaskan diatas
penangas air sambil diaduk-aduk menjadi massa yang kental dan
transparan, jika massa kurang, ditambahkan air sampai 19,5 gram, diaduk
kembali sehingga massa homogen
o Dicampurkan bahan obat (Antalgin) dan bahan pengembang dalam
(Amilum Manihot) sampai homogen. Lalu, ditambahkan bahan pengisi
(Saccharum Lactis) dan dihomogenkan kembali
o Ditambahkan bahan pengikat (Musilago Amily) sedikit demi sedikit
hingga didapat massa yang kompak
o Diayak granul dengan ayakan mesh 12
o Dikeringkan granul di lemari pengering pada suhu 40o – 60oC selama 1
hari
o Diamati granulat kering setelah 1 hari
o Diayak kembali granul kering dengan ayakan mesh 14
o Ditimbang massa granul kering = 49,76 gram
o Ditimbang bahan pengembang luar (Amilum Manihot) dan bahan pelicin
(Talcum dan Mg Stearat)
o Ditambahkan bahan pengembang luar (Amilum Manihot) dan bahan
pelicin (Talcum dan Mg Stearat) ke dalam lumpang yang berisi granul
kering
o Diaduk secara merata dengan menggunakan sudip
o Diuji preformulasi

31
o Disiapkan mesin pencetak tablet single punch, dipasang punch bawah
dengan diameter sesuai tablet yang akan dicetak dan diatur dienya
o Dimasukkan massa tablet ke dalam hopper, lalu diatur sekrup atas dan
bawah untuk menentukan volume dan tekanan
o Dicetak 1 buah tablet, dicek beratnya (pengatur pada punch bawah) dan
tekanannya (pengatur punch atas)
o Ditimbang tablet apakah sudah sesuai dengan berat yang diinginkan, jika
sudah di uji kekerasannya
o Jika tablet sudah memenuhi syarat, dicetak 10 tablet lagi, di uji kembali
berat serta kekerasannya, jika tidak mengalami perubahan dapat dicetak
seluruhnya
o Dicatat jumlah tablet yang tercetak
 Didapat hasil uji preformulasi tablet antalgin yang dibuat secara granulasi
basah yaitu : sudut diam nya θ = 26,7o, waktu alir dengan t alir = 2,77 detik,
dan Indeks tap dengan I = 6,33%.
 Didapat hasil uji evaluasi tablet antalgin yang dibuat secara granulasi basah
yaitu : Keseragaman Bobot dengan A1= 9,23%, A2 = 8,91%, dan A3 =
6,55% (tidak memenuhi syarat), Waktu Hancur dimana t rata-rata = 9,66
menit (memenuhi syarat), Uji Kekerasan tablet dimana t rata-rata = 6,048 kg,
Uji Friabilitas dengan hasil friabiliatas = 0,39% (memenuhi syarat) dan Uji
Keseragaman Ukuran dimana diameter rata-rata = 13,08mm dan tebal rata-
rata = 3,16 mm.

5.2 Saran
 Pada percobaan selanjutnya bahan obat yang digunakan dapat diganti dengan
bahan obat lain seperti, parasetamol.
 Pada percobaan selanjutnya bahan pengikat yang digunakan dapat diganti
dengan bahan pengikat lain seperti, larutan CMC Na 10%.
 Pada percobaan selanjutnya uji evaluasi tablet yaitu uji disolusi tablet dapat
dilakukan

32
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1986. Ilmu farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia. Halaman 61-63
Anief, Moh. 1994. Ilmu meracik obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. Halaman 210-212
Ansel, C.Howard. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Jakarta : UI-PRESS.
Pages 261-265
Banker, G.S. 1982. Pharmaceutics and pharmacy practice. London : J.B.
LIPPINCONT. COMPANY. Pages 222-223
Jenkins, Glenn L, dkk. 1966. Clinical Pharmacy : A Text for Dispensing
Pharmacy. United States of America : McGraw-Hill, Inc. Page 81
http://enprints.ums.ac.id
http://enprints.uad.c.id

33

Anda mungkin juga menyukai