Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Iklim
Menurut The National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA,
2007) perubahan iklim adalah pergeseran jangka panjang dalam statistik dari cuaca.
Perubahan iklim terjadi diseluruh dunia dan memberikan dampak yang signifikan
kepada sektor perikanan. Perubahan iklim dengan kenaikan suhu yang berlangsung
terus menerus akan mengakibatkan naiknya paras laut yang secara langsung akan
mengurangi luas kawasan pesisir. Dampak perubahan iklim yang diakibatkan dengan
meningkatnya suhu udara di bumi tentu cukup mengkhawatirkan bagi kehidupan
manusia. Dampak naiknya suhu air laut memberikan pengaruh yang sangat kompleks
terhadap berbagai aspek kelautan termasuk perikanan (Susilowati dan Hartoko,
2011).
Perubahan iklim mengakibatkan perubahan fisik lingkungan di wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil antara lain berupa intrusi air laut ke darat, gelombang pasang,
banjir, kekeringan, genangan di lahan rendah, dan erosi pantai. Perubahan fisik akan
mengimbas pada segala sektor kehidupan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Perubahan fisik tersebut berdampak pada morfologi pantai, ekosistem alamiah,
permukiman, sumberdaya air, perikanan dan kondisi sosial-ekonomi maupun budaya
masyarakat. Naiknya suhu udara akan berdampak pada meningkatnya suhu air, dan
secara tidak langsung menambah volume air di samudera, yang berimplikasi pada
semakin tinggi paras laut (sea level) (Diposaptono et.al, 2009).
Perubahan pada alam yang drastis dan sulit untuk diantisipasi, selanjutnya
akan menambah kepanikan terhadap kejutan alam yang siap melenyapkan tanaman
atau hasil tangkapan mereka. Masyarakat nelayan hidup dalam ketidakpastian hasil
matapencahariannya, karena bergantung pada alam (musim dan cuaca). Adanya
imbas dari perubahan iklim yang berpengaruh secara langsung terhadap
lingkungannya, menjadikan ketidakpastian tersebut semakin meningkat terhadap
aspek penghidupan nelayan (Numberi 2009).
Konvensi PBB (1990) mengenai perubahan iklim yang menyatakan: “Climate
change means a change of climate which is attributed directly or inderictly to human
activities that alters the composition of the global atmosphere and which is in
addition to natural climate variability observed over comparable time periods.
Menurut Diposaptono et.al., (2009) menyatakan bahwa perubahan iklim adalah
perubahan pada unsur-unsur dalam jangka waktu yang panjang (50-100 tahun) yang
dipengaruhi oleh kegiatan manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Perubahan iklim juga akan meningkatkan temperatur air laut, yang akan
mengubah pola arus laut, angin, serta pola turun hujan. Air laut yang lebih hangat
dapat mencegah perkembangbiakan plankton dan mengurangi ketersediaan makanan
ikan. Beberapa spesies ikan kemungkinan akan bermigrasi ke wilayah lain yang
memiliki kondisi suhu dan makanan yang lebih baik. Curah hujan di Indonesia sangat
bervariasi secara spasial dan temporal. Secara umum terdapat siklus tahunan dan
setengah tahunan di dalam pola musiman curah hujan di Indonesia (Chang dan Wang,
2005). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) seperti terlihat dalam
Gambar 1.1 berikut :

Pada gambar peta tipe hujan yang ada di Indonesia bagian selatan garis
equator (seperti Jawa dan Bali) akan mengalami pengunduran awal musim hujan rata-
rata dengan intensitas musim hujan yang cenderung meningkat. Berdasarkan tim
Riset Kedeputian Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Iptek-Kementrian
Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia tahun 2009, Wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Indonesia merupakan salah satu wilayah yang sangat rentan
terhadap dampak perubahan iklim.
Dampak dari adanya iklim yang berubah-ubah menyebabkan terjadinya
perubahan pergerakan arah angin yang berhembus. Menurut Chang, dkk (2009)
melaporkan bahwa kecepatan angin di laut China Selatan meningkat tajam dan
berlangsung dalam waktu yang lama selama terjadinya La Nina sehingga
menyebabkan pergeseran arus hangat ke wilayah laut Jawa sampai Samudera Hindia
yang mengakibatkan penurunan suhu air yang signifikan. Perubahan arah angin
tersebut akan mengakibatkan terjadinya kondisi perubahan iklim yang membuat
produksi ikan menurun yang berujung pada menurunnya pendapatan dan ketahanan
pangan, sehingga nelayan mencari mata pencaharian alternatif atau menggunakan
teknik memancing yang dapat menghasilkan lebih banyak tangkapan tetapi
membebani ekosistem laut (Brashares, 2004). Kondisi tersebut membuat pengelolaan
perikanan laut tangkap harus berubah untuk dapat beradaptasi dengan adanya
perubahan iklim (Allison, dkk: 2006; Grafton, 2010 dan Mcilgorm, dkk: 2010).
Namun untuk mengubah kondisi tersebut, pemerintah daerah belum menyediakan
langkah-langkah adaptif dan belum terdapat payung hukum di dalamya. Khususnya
peraturan yang mengatur pengelolaan ekosistem pesisir di mana memang pengaruh
perubahan iklim tidak dapat dirasakan secara langsung.
Berikut adalah skema dari perubahan iklim yang terjadi dapat dilihat pada
gambar 2.5, pada gambar tersebut menjelaskan bahwa peyaitu :
Gambar 2.5 Sistem Iklim

(Sumber: NOAA, 2008).


2.1.1 faktor penyebab terjadinya iklim

2.1.1 Dampak-Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sosial, Budaya Dan Ekonomi Nelayan
Perubahan iklim yang terjadi memiliki dampak bagi para nelayan di bidang soaial, budaya
dan ekonomi diantaranya sebagai berikut: menurut (Surtiari 2011; Priwardhani 2013; dan
Diposaptono et.al 2009) mengatakan bahwa indikator perubahan pola musim dan pola
angin yang dianut nelayan menyebabkan nelayan sulit memperkirakan kondisi laut,
menggangu kegiatan kenelayanan dan keselamatan nelayan. indikator hilangnya beberapa
hewan yang menjadi penanda pergantian musim, bergesernya waktu dimulai dan
berakhirnya musim, tidak terlacaknya angin dan gelombang yang telah dipercayai menjadi
penada awal dan berakhirnya musim, berubahnya kecepatan angin pada musim-musim
tertentu serta jangka waktu terjadinya angin dan gelombang pada musim tertentu
berdampak pada ketidakpastian waktu untuk melaut.
2.2 Lautan

2.3 Perikanan
Sektor perikanan merupakan salah satu faktor penggerak ekonomi bangsa.
hasil perikanan tangkap banyak dijadikan sebagai peluang untuk industry dalam
bidang perikanan. Dapat dilihat pada data mengenai produksi perikanan global di
perairan laut mencapai 82,6 juta ton pada tahun 2011 dan 79,7 juta ton pada tahun
2012. Dalam dua tahun, 18 negara menangkap lebih dari rata-rata satu juta ton per
tahun, terhitung lebih dari 76 persen dari hasil tangkapan laut global. Sebelas dari
negara-negara ini di Asia termasuk juga Federasi Rusia, yang menangkap ikan lebih
banyak di Pasifik daripada di Atlantik. (FAO Fisheries and Aquaculture, 2014).
Produksi perikanan dunia dapat dilihat pada Tabel 1.1 dibawah ini :

Iklim sangat mempengaruhi terhadap produksi perikanan di Pasifik Tenggara.


Sedangkan pada Produksi Perikanan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah
ini, Dpada tabel tersebut menejalakan mengenai jumlah produksi perikanan menurut
subsektor dari tahun 2009 – 2013 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik
dari sektor perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Sektor yang menonjol adalah
sektor perikanan tangkap dengan subsektor perikanan laut, walaupun menonjol
namun kenaikannya tidak banyak setiap tahunnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dampak perubahan iklim pada ekosistem laut dapat berpengaruh terhadap sektor
perikanan laut tangkap. Akibat yang ditimbulkan bagi kehidupan sosial ekonomi nelayan
adalah meningkatnya biaya melaut dan berubahnya perilaku melaut nelayan.

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai