NIM : 1608511055
5. Jelaskan fase kerja tokson sampai menimbulkan efek keracunan, dengan menjelaskan
secara detail dan menyerttakan tiga contoh tokson!
Jawab:
Fase Toksodinamika:
Fase Eksposisi:
Karbon monoksida akan terhirup oleh manusia, dan akan masuk ke dalam tubuh
nya melalui jalur inhalasi (pernapasan). Hal ini bisa saja berasal dari asap
kendaraan, Karbon monoksida dari asap rokok, baik sebagai perokok atau dari
perokok pasif, terkena paparan karbon monoksida dengan menggunakan peralatan
gas atau kompor kayu terbakar dan perapian, mesin kecil bertenaga bensin dan
alat kerja (misalnya, kompresor bertenaga gas atau mesin cuci tekanan) dapat
menghasilkan karbon monoksida dalam waktu singkat.
Fase Toksodinamika:
Adsorbsi:
Ketika gas CO secara inhalasi masuk ke paru-paru, kemudian mengalir ke
alveoli masuk ke aliran darah. Gas CO dengan segera mengikat
hemoglobin di tempat yang sama dengan tempat oksigen mengikat
hemoglobin, untuk membentuk karboksi hemoglobin (COHb). Afinitas
pengikatan karbon monoksida untuk hemoglobin adalah 200-250 kali lebih
besar dari oksigen untuk hemoglobin. Pembentukan COHb mengurangi
kapasitas O2 membawa darah dan mengganggu pelepasan O2 dari Hb
untuk pemanfaatannya dalam jaringan. Melalui mekanisme yang sama,
karbon monoksida menyebabkan O2 dalam sel otot menurun dengan
mengikat, dan menggusur O2 dari mioglobin. Meskipun semua jaringan
rentan terhadap karbon monoksida akibat cedera hipoksia, organ-organ
yang memiliki kebutuhan tertinggi pada O2 sangat rentan, termasuk otak
dan jantung. Toksikokinetik Inhalasi karbon monoksida cepat dan
ekstensif diserap ke dalam darah lalu didistribusikan ke seluruh tubuh .
Distribusi:
Distribusi karbon monoksida dalam tubuh sebagian besar menunjukkan
ikatan antara karbon monoksida dan protein heme (misalnya : Hb,
mioglobin). Pengukuran total konsentrasi karbon monoksida dalam
jaringan yang diperoleh dari otopsi manusia menunjukkan konsentrasi
tertinggi dalam darah, limpa, paru-paru, ginjal, dan otot rangka, dengan
tingkat tinggi terdeteksi juga di otak dan jaringan adiposa. Namun, seperti
disebutkan sebelumnya , karena permintaan O2 di otak lebih tinggi
daripada jaringan lain, otak adalah organ yang paling sensitif terhadap efek
karbon monoksida. Konsentrasi yang lebih tinggi dari karbon monoksida
dalam darah, jantung, otot rangka, dan limpa menunjukkan kelimpahan
karbon monoksida utama yang mengikat protein dalam jaringan. Dalam
darah, karbon monoksida cepat terdistribusi ke eritrosit, kemudian akan
membentuk kompleks dengan Hb (COHb). Bila terhirup, karbon
monoksida akan berikatan dengan Haemoglobin (Hb) dalam darah
membentuk Karboksihaemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa.
Hal ini disebabkan karbon monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat
dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu aktifitas seluler lainnya yaitu
dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan sejumlah besar
oksigen seperti otak dan jantung. Efek paling serius adalah terjadi
keracunan secara langsung terhadap sel-sel otot jantung, juga
menyebabkan gangguan pada sistem saraf. Karbon monoksida yang terikat
dalam otot membentuk kompleks dengan mioglobin (COMb). Karbon
monoksida dalam sistem maternal terdistribusi ke jaringan janin dimana
CO akan mengikat Hb janin dan protein heme lainnya . Konsentrasi COHb
darah janin steady-state sekitar 10-15 % lebih tinggi dari darah ibu (rasio
maternal janin / = 1,1-1,15) dan kinetika eliminasi COHb pada janin lebih
lambat dari darah ibu. Karbon monoksida yang terserap dieliminasi dari
tubuh lewat pernafasan dan metabolisme oksidatif.
Metabolisme:
Metabolisme oksidatif karbon monoksida telah diperkirakan menjadi
fraksi yang relatif kecil ( < 10 % ) dari eliminasi endogen karbon
monoksida. Dalam kondisi tertentu, rute dominan dalam eliminasi karbon
monoksida adalah pernafasan. Penurunan % COHb setelah penghentian
suatu paparan karbon monoksida setidaknya melewati dua fase kinetik.
Fase cepat dianggap menunjukkan kombinasi antara ekshalasi karbon
monoksida dan distribusi karbon monoksida darah ke jaringan yang lambat
setelah penghentian paparan.
Eliminasi:
Eliminasi karbon monoksida paruh waktu pertama meningkat dengan usia,
dengan peningkatan paling menonjol terjadi dari usia 2 sampai 20 tahun
dan sekitar 6 % lebih lama pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Olahraga menurunkan eliminasi karbon monoksida babak pertama,
meskipun latihan dan peningkatan respirasi akan menyebabkan
peningkatan paparan CO, itu jika CO masih terdapat di lingkungan.
Fase Toksodinamika:
Fase eksposisi :
Masuknya arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari makanan atau
minuman.
Fase toksokinetika :
Adsorpsi :
Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus halus
kemudian masuk ke peredaran darah.
Distribusi :
Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ
seperti hati, ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut. Arsenik trioksida
(As2O3) yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi
enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun
enzim yang berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak.
Metabolisme :
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut
terjadi apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang
berada dalam enzim. Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks
piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi
piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA
(tricarbocyclic acid), dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim
dan kofaktor. Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat
koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-
enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril sangat
berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari
dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya
bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam
piruvat dalam darah. Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi
pada fase kedua dari glikolisis dengan jalan berkompetisi dengan fosfat
dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.Dengan adanya pengikatan
arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses
enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.
Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun gugus –SH yang
terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat
sebagai enzim metabolik. Karena adanya protein yang juga mengandung
gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang menyebabkan As juga
ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung
dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan
tulang beberapa tahun kemudian.
Eliminasi :
Didalam tubuh arsenik bervalensi lima (As5+) dapat berubah menjadi
arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi tiga
(As3+) adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang
keduanya dapat diekskresi melalui urine.
Fase toksodinamika :
Akibat merugikan dari arsen bagi kesehatan manusia adalah apabila terkandung >100
ppb dalam air minum; dengan gejala keracunan kronis berupa iritasi usus, kerusakan
syaraf dan sel, kelainan kulit atau melanoma serta kanker usus.