Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Pemasaran Global

Essay :
Disruptive Technology dan Pengaruhnya Terhadap Pemasaran Global

Oleh Kelompok 5:
Ni Luh Diah Ayu Wardani (1607521091)
I Dewa Gede Wilanta Tintara (1607521146)
Made Saitama Arie Putra (1607521156)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
Tahun 2018
Disruptive Technology dan Pengaruhnya Terhadap Pemasaran Global

Perbedaan pola hidup pada masa lalu dengan masa kini adalah salah satu hal yang
mencirikan adanya revolusi dari banyak aspek kehidupan. Revolusi yang terjadi telah berhasil
membentuk suatu kelompok opini sehingga menimbulkan nama Revolusi Industri sesuai dengan
fakta dan waktu terjadi. Pada revolusi industri pertama, terjadi sekitar 2 abad yang lalu telah
membuat manusia mengenal buku dan surat kabar sebagai media komunikasi yang merupakan
implikasi dari penemuan mesin cetak. Penemuan mesin cetak tersebut telah secara drastis
meningkatkan persentase masyarakat untuk mengenal huruf. Pilar kedua dari revolusi industri
pertama adalah penemuan mesin uap yang dengan cepat menggantikan tenaga manusia dalam
pembuatan barang. Pekerjaan yang dahulu menggunakan tenaga manusia mulai terganti oleh
alat-alat mekanis. Setelah revolusi industri pertama, muncul kembali revolusi baru, yaitu revolusi
industri kedua. Awal abad ke-20 merupakan penanda revolusi industri kedua. Penemuan baru,
yaitu listrik dan minyak bumi menjadi motor bagi era ini. Listrik menjadi fondasi penemuan
media komunikasi baru seperti telegraf, telepon, radio, dan TV. Sementara itu, minyak menjadi
sumber energi penggerak alat transportasi baru, yaitu mobil. Segera mesin-mesin pertanian yang
hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja menggusur para petani. Pabrik-pabrik yang
memanfaatkan listrik mulai terisi oleh para pekerja yang sebelumnya adalah para penggarap
ladang pertanian. Penemuan listrik dan pemanfaatan minyak bumi benar-benar telah mengubah
cara hidup manusia. Rel-rel kereta yang usang mulai terganti dengan jalan raya. Jaringan telepon
mulai berkembang secara luas sebagai media komunikasi baru. Negara-negara di Eropa, Amerika
Serikat, dan Jepang yang mampu memanfaatkan perubahan era ini dengan segera menjadi
makmur.

Pada revolusi industri kedua tersebut telah terjadi peristiwa disruptive technology.
Disruptive technology adalah inovasi teknologi, produk atau jasa yang membuat teknologi atau
produk yang dominan yang sudah ada menjadi terganggu. Terganggu dalam artian eksistensi
produk tersebut terancam karena adanya teknologi, produk atau jasa yang baru. Walau secara
kualitas tidak harus lebih baik dari yang sudah ada sekarang, tetapi pada umumnya terdapat
perbedaan yang mencolok dalam hal harapan dari kebanyakan pemakai yang merasa mendapatkan
keuntungan lebih. Disruptive technology biasanya sederhana, tidak mahal dan sangat mudah
dalam penggunaan. Ada dua jenis disruptive technology secara garis besar, yang pertama adalah
penemuan baru yang belum pernah ada sebelumnya, sedangkan yang kedua adalah disruptive
technology yang mengisi kekosongan karena tidak terakomodasi oleh teknologi yang sudah ada.
Perkembangan pola hidup masyarakat yang berubah pada revolusi industri kedua
menimbulkan adanya disruptive technology, hal tersebut terlihat jelas pada aspek komunikasi,
transportasi, dan industri. Sebagai contoh dalam aspek komunikasi, pada awalnya masyarakat
memanfaatkan mesin ketik dan kertas untuk berkomunikasi dengan perantara surat, namun karena
adanya penemuan baru berupa listrik yang akhirnya melahirkan telegraf dan telepon untuk
berkomunikasi, masyarakat cenderung mulai meninggalkan media cetak atau surat untuk
berkomunikasi. Masyarakat lebih memilih media yang mudah dan cepat dalam hal penyampaian
informasi. Begitu pula dalam transportasi. Karena mobil sudah menjadi salah satu penemuan
dalam revolusi industri kedua ini, masyarakat yang mampu cenderung memilih untuk
menggunakan alat transportasi mobil daripada kereta. Hal yang sama terjadi dalam bisnis industri.
Pada revolusi industri pertama, proses produksi seluruh industri bisnis utamanya dalam industri
agraris atau pertanian masih banyak menggunakan tenaga kerja manusia, namun pada revolusi
industri kedua, tenaga manusia telah banyak terganti oleh mesin. Dari fakta tersebut, penemuan-
penemuan terbaru, seperti telegraf, telepon, mobil, serta mesin-mesin produksi adalah contoh telah
terjadinya disruptive technology dalam tiga aspek tersebut. Telegraf dan telepon merupakan
disruptive technology untuk surat, mobil merupakan disruptive technology untuk kereta api, mesin-
mesin merupakan disruptive technology untuk tenaga manusia.
Disruptive technology tidak hanya sampai pada revolusi industri kedua, tetapi pada
revolusi industri ketiga sangat jelas terlihat. Dalam revolusi industri ketiga ini telah menjamurnya
alat-alat digital sebagai implikasi dari penemuan internet. Internet mempermudah setiap insan
untuk berkomunikasi meskipun jarak antara satu dengan yang lain sangat jauh. Seperti masyarakat
Indonesia dengan masyarakat Amerika Serikat dengan jarak sebesar 14.952 km dapat sangat
mudah dan cepat untuk berkomunikasi dengan biaya yang relatif murah. Dalam media komunikasi,
internet merupakan disruptive technology dari telegraf dan telepon listrik. Selain itu, perubahan
terjadi pada proses produksi. Berkembangnya teknologi sangat mempermudah perusahaan dalam
berproduksi. Produksi secara massal oleh banyak perusahaan sudah menjadi hal yang wajar dalam
revolusi industri ini. Mesin ini hanya membutuhkan sekali perintah dari seorang manusia untuk
menggerakan dari awal produksi hingga menghasilkan output berupa produk dari suatu
perusahaan. Mesin-mesin produksi canggih ini merupakan disruptive technology dari mesin-mesin
produksi sebelumnya yang masih memerlukan tenaga manusia untuk menggerakan secara
bertahap.
Pada jaman sekarang yang serba ada, serba canggih, serba mudah, dan serba cepat ini
akhirnya memunculkan revolusi industri baru, yaitu revolusi industri keempat. Hal ini ditandai
dengan banyak perusahaan raksasa yang tumbang karena tidak mampu untuk mengikuti
perkembangan teknologi. Perusahaan raksasa yang tumbang tersebut berasal dari perusahaan yang
tergolong perusahaan konvensional, yang masih menggunakan cara konvensional dalam sebagian
besar kinerja perusahaan. Salah satu fakta yang terlihat adalah penggunaan gadget, yaitu
smartphone dalam pemesanan atau transaksi. Seperti dalam pemesanan alat transportasi berupa
motor dan mobil. Dahulu sebelum teknologi berkembang canggih seperti saat ini, masyarakat
masih mengandalkan angkutan umum seperti ojek, menunggu bus, ataupun taksi. Tetapi, saat ini
masyarakat lebih banyak menggunakan smartphone mereka untuk memesan ojek online ataupun
taksi online. Sehingga banyak perusahaan jasa transportasi yang gugur ketika mereka tidak mampu
lagi bersaing dan tidak mampu mengikuti trend. Fakta ini merupakan salah satu dampak negatif
dari disruptive technology.
Menelaah lebih dalam mengenai disruptive technology sebenarnya peristiwa ini memiliki
dua dampak, yaitu dampak positif dan dampak negative. Dampak postif dari adanya disruptive
technology, yaitu semakin mudah dan cepat masyarakat dalam memperoleh produk berupa barang
atau jasa, dalam berkomunikasi, memproduksi (barang maupun jasa), berbisnis (memanfaatkan
teknologi, online), bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya, mencari informasi, dan lain
sebagainya. Segala kemudahan tentu setiap orang merasakan hal tersebut. Namun, selain dampak
positif tersebut, tentu terdapat dampak negatif yang perlu untuk mendapatkan antisipasi. Dampak
negatif dari adanya disruptive technology, yaitu banyak timbul korban. Korban ini berasal dari
banyak aspek, dalam berbisnis korban yang bermunculan adalah pebisnis yang gulung tikar karena
tidak mampu untuk mengikuti perkembangan yang sangat cepat, dalam masyarakat akan
menimbulkan banyaknya pengangguran. Semakin berkembangnya teknologi, maka akan semakin
berkembang pula mesin-mesin serta akan semakin efisien kinerja dari suatu perusahaan. Untuk
mencapai efisiensi yang tinggi, maka perusahaan akan mengganti seluruh tenaga kerja manusia
yang kurang efisien tersebut dengan mesin yang kinerjanya jauh lebih efisien. Hal ini akan
berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran, tidak hanya di negara berkembang, tetapi
di negara maju angka peningkatan jumlah pengangguran juga cukup signifikan.
Apabila dikaitkan dengan pemasaran global, disruptive technology sangat membantu pihak
marketing untuk memasarkan produk. Pada era revolusi industri satu dan dua, marketer atau tenaga
pemasaran masih kesulitan dalam memasarkan produk karena pada saat itu teknologi belum
berkembang pesat, sehingga mereka hanya mengandalkan perjanjian antar wilayah atau antar
negara, selain itu seluruh produk kurang bervariasi karena keterbatasan teknologi. Sedangkan pada
revolusi industri ketiga dan keempat, teknologi telah mengalami perkembangan pesat, ini
memudahkan marketer dalam melihat peluang pasar hingga menciptakan produk yang bervariasi
dan memenuhi selera konsumen. Adanya disruptive technology yang sangat pesat sangat
memudahkan marketer dalam perolehan data, pengenalan produk terhadap konsumen,
pengembangan produk, saluran distribusi yang cepat dan efisien sehingga tidak menimbulkan cost
atau biaya yang tinggi, advertisement atau pengiklanan yang bertujuan untuk menanamkan habit
atau perilaku konsumen terhadap suatu produk untuk senantiasa menggunakan produk tersebut,
hingga pemenuhan kepuasan konsumen.
Kemudahan-kemudahan yang diberikan tentu memiliki dampak negatif. Dampak negatif
dari adanya disruptive technology yang sangat pesat adalah semakin banyak pesaing-pesaing yang
memiliki inovasi baru, unik, dan memberikan pengalaman baru menurut pandangan konsumen
sehingga konsumen beralih yang mengakibatkan pesaing tersebut berhasil mengambil sebagian
pangsa pasar. Salah satu dampak ini menjadi pertimbangan marketer atau pemasar dalam membuat
inovasi produk baru ataupun mengembangkan produk agar konsumen tetap loyal terhadap produk
yang telah mereka pakai sebelumnya. Inovasi produk baru sudah mesti berbeda dengan produk
yang sudah ada, hal ini terlihat dari produk baru yang bermunculan. Seperti ojek online dan taksi
online yang telah berhasil menggiring pasar ojek dan taksi konvensional, sehingga hampir seluruh
konsumen ojek dan taksi konvensional beralih kepada ojek dan taksi online.
Selain itu, adanya disruptive technology memang mempermudah perusahaan dalam
pengembangan produk, tetapi juga mempermudah pesaing untuk mengikuti dan mengembangkan
produk mereka. Pemasar atau marketer dengan mudah dapat melihat kebutuhan dan keinginan
konsumen serta mengubah produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Seperti,
perusahaan air minum bersih Aqua di Indonesia, sudah berulang kali mengganti desain kemasan
hingga bentuk botol yang menyebabkan hampir seluruh perusahaan air minum bersih di Indonesia
melakukan hal yang sama, seperti perusahaan Le-Minerale yang saat ini menyediakan botol air
minum berukuran kecil. Hal ini berdampak pada pangsa pasar aqua yang semakin kecil, yaitu anak
kecil yang tidak terlalu banyak minum pada awalnya membeli aqua menjadi mudah beralih ke Le-
Minerale.
Contoh lain, yaitu perusahaan Apple. Apple mampu membaca kebutuhan dan keinginan
konsumen yang saat ini menginginkan smartphone dengan tampilan layar penuh yang akan
menambah kenyamanan mereka dalam menggunakan smartphone utamanya dalam bermain game
atau permainan digital. Sehingga Apple mengeluarkan Iphone X yang memiliki desain tampilan
layar penuh berponi yang menambah kecantikan produk tersebut serta menambah kenyamanan
ketika menggunakan Iphone X. Inovasi ini memberikan hasil yang positif terhadap keinginan dan
kebutuhan konsumen, sehingga sebagian besar perusahaan penghasil smartphone mengeluarkan
telepon pintar dengan desain tampilan yang menyerupai Apple, seperti Oppo, Vivo, dan
perusahaan besar penghasil smartphone lainnya. Fenomena ini tentu memberi dampak pada
segelintir orang yang saat awal memiliki uang untuk membeli Iphone X, tetapi karena terdapat
produk lain dengan desain tampilan yang sama, alih-alih ingin menghabiskan uang mereka untuk
smartphone Iphone X justru beralih pada smartphone merek lain. Meskipun hanya segelintir orang
(karena pangsa pasar Iphone telah tersegmentasi untuk masyarakat menengah atas) tetapi hal ini
tentu mempengaruhi penjualan dari produk Iphone X.
Timbul keinginan konsumen yang beragam merupakan dampak negatif adanya disruptive
technology. Banyak keinginan konsumen yang beragam mempersulit suatu perusahaan dalam
mengelompokkan pasar. Apabila pengelompokkan pasar tidak tepat, dalam artian tidak tercapai
kepuasan konsumen pada kelompok tersebut karena produk tidak sesuai untuk memenuhi
keragaman keinginan konsumen, maka akan menghasilkan kerugian bagi suatu perusahaan. Hal
ini menjadi pertimbangan sendiri oleh marketer atau pemasar agar produk tetap diterima oleh
konsumen dan mampu bersaing secara global.
Disruptive technology memang menimbulkan dampak positif dan negatif utamanya dalam
pemasaran global. Tetapi, marketer dapat mengurangi dampak negatif baik yang berhubungan
terhadap konsumen maupun pesaing dengan memanfaatkan segala kemudahan yang ada untuk
menciptakan suatu inovasi yang baru dan unik dalam penguasaan pasar serta pengembangan
produk. Selain itu, marketer lebih baik menciptakan suatu ceruk pasar (niche), yaitu segmen pasar
yang lebih spesifik, agar lebih tepat sasaran mengingat keinginan konsumen yang beragam serta
lebih menginginkan produk yang tepat dan sesuai dengan selera.

Anda mungkin juga menyukai