Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUTORIAL

MODUL RADIOLOGI
TRIGGER 1
Naasnya Naik Motor

OLEH :
KELOMPOK TUTORIAL XIV
FASILITATOR : dr. Chandra Adilla Sp.M
KETUA : Vadlil Ihsan Apnosa (14-110)
SEKRETARIS : Riza Rigustia (14-111)

ANGGOTA : Desri Sevti Eka Putri (14-105)

Diah Permata Sari (14-106)

Muhammad Hilmi (14-107)

Devi Masila (14-108)

Neni Novita (14-109)

Rafinia Wilza Zahra (14-112)

Andica Aditya (14-164)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2017
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas pertolongan-NYA
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Naasnya Naik Motor’. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada fasilitator, yang telah membimbing kami
dari diskusi sampai pada tahap pembuatan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman mahasiswa yang telah memberi kontribusi, baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta bermanfaat bagi kita semua, walaupun masih banyak
terdapat kekurangan pada makalah ini baik dalam isi maupun cara penyajian makalah. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah-makalah kami berikutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Padang, April 2017

Penulis

Page i
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................... i
Daftar isi.............................................................................. ii
BAB I Pendahuluan............................................................. 1
BAB II Pembahasan............................................................. 2
Step 1............................................................. 2
Step 2............................................................. 2
Step 3............................................................. 3
Step 4............................................................. 4
Step 5............................................................. 4
Step 7............................................................. 4-18
BAB III PENUTUP.............................................................. 19
Kesimpulan................................................... 19
Daftar pustaka............................................... 19

Page ii
BAB I
PENDAHULUAN

Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi
dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan
MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek
padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga
kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur
medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli
radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian
membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa
serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya
mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau
gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis
radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk
menegakkan diagnosis yang akurat.

Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
TRIGGER 1 : Naasnya Naik Motor

Seorang perempuan berusia 5oth dating ke IGD RSU kareta terjatuh dari motor
dengan posisi jatuh terduduk. Sebelum jatuh pasien sudah merasa sakit pada abdomen kiri
bawah hilang timbul dan nyeri BAK.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter saat dipasang kateter pasien merasa
kesakitan kalau pinggulnya digeser dan di kateter Nampak urine berwarna merah. Sehingga
dokter melakukan pemeriksaan radiologis diantaranya pemeriksaan uretrografi, CT scan
Abdomen, foto polos abdomen, foto polos pelvis dan foto polos vertebra.
Karena banyak permintaan fotonya pasien bertanya berbahayakah saya bila di roentgen? Apa
perlu dilakukan MRI?
Bagaimana anda menerangkan pada pasien ini.

STEPS 1 : CLARIFY UNFAMILIAR TERMS


1. Uretrografi : Pemeriksaan radiografi pada uretra dengan menggunakan media kontras
positif untuk melihat anatomi dan kelainan pada uretra.
2. CT Scan : Suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari berbagai
sudut kecil dari seluruh organ tubuh.
3. Rontgen : Tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil gambar bagian dalam dari
tubuh seseorang.
4. MRI : bentuk pemeriksaan radiologi yang menggunakan prinsip magnetisasi dan energy
gelombang radio untuk menampilkan gambar organ dalam tubuh.

STEPS 2 : DEFINE THE PROBLEMS

1. Apa anamnesa dari kasus di trigger?


2. Apa pemeriksaan penunjang dari kasus di trigger?
3. Apa jenis-jenis pemeriksaan radiologis?
4. Apa efek dari pemeriksaan radiologis?
5. Apa saja syarat foto layak dibaca?
6. Apa indikasi MRI?

Page 2
STEPS 3 : BRAINSTROM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION

1. Anamnesa
 Nama : Ny. X
 Umur : 50 tahun
 Keluhan utama : Terjatuh dari motor dengan posisi terduduk.
 RPS : Merasa sakit pada abdomen kiri bawah, hilang timbul dan
………………………..nyeri saat BAK
2. Pemeriksaan penunjang ( pemeriksaan radiologis)
 Uretrografi
 CT scan abdomen
 Foto polos abdomen
 Foto polos pelvis
 Foto polos vertebra
3. Jenis-jenis pemeriksaan radiologi
 USG
 CT scan
 MRI
 X ray
 Foto Polos
 Uretrografi
4. Efek dari pemeriksaan radiologi
Berdasarkan dosis radiasi
 Efek deterministic
 Efek stokastik
Berdasarkan jenis sel
 Efek genetic
 Efek somatic
5. Syarat foto layak dibaca
 Posisi
 Kondisi Foto
 Densitas Foto
6. Indikasi pemeriksaan MRI yaitu, untuk pemeriksaan jaringan lunak.

Page 3
STEP 4 : ARRANGE EXPLANATION INTO A TENTATIVE SOLUTION

STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE


1. Dasar ilmu Radiologi
2. Dasar radio anatomi : Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital
3. Jenis pemeriksaan pada Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital
4. Kelainan radiologi pada Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital

STEP 7 : SHARE THE RESULT OF INFORMATION GATHERING AND PRIVATE


STUDY
1. Dasar ilmu Radiologi
a. Radiologi adalah : Ilmu tentang penggunaan sumber pengion dan bukan pengion,
gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostik dan terapi.
b. Radiografi :Suatu gambaran organ tubuh yang dibuat dengan menggunakan sinar X
melalui proses pengolahan dan teknik tertentu untuk kepentingan diagnosa atau
terapeutik yang dilakukan dibagian radiologi.
c. Sinar X ( Sinar Pengion ) : Pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang
gelombang yang sangat pendek ( < 1 amstrong ) = 10 ¯11cm.
d. Kegunaan Sinar X : Untuk membuat radiografi yang digunakan untuk diagnostik dan
terapi.
e. Sinar X ( Sinar Pengion ) : Pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan
gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang
gelombang yang sangat pendek ( < 1 amstrong ) = 10 ¯11cm. sedangkan Kegunaan

Page 4
Sinar X adalah Untuk membuat radiografi yang digunakan untuk diagnostik dan
terapi.
f. Pemeriksaan foto rontgen (Radiografi )
 Pelengkapan untuk membuat radiografi
 Jenis pemeriksaan dan posisi pemotretan
 Pengetahuan pesawat rontgen
 Pengetahuan kamar gelap
 Proses terjadinya gambar radiografi
g. Hasil Radiografi
 Foto Rontgen ( berupa film negatif )
 Fluoroskopi hasilnya dapat dilihat lansung pada fluoroskopi screen yang dibuat
dari kaca Pb
h. Perlengkapan untuk membuat Radiografi
 Film Roentgen ( film X ray )
 Intensifying Screen ( dalam kaset )
 Kaset ( tempat film )
 Grid (kisi-kisi )  Mengurangi sinar hambur )
 Alat-alat fiksasi
 Alat-alat pelindung ( proteksi )
 Marker ( Tanda atau kode )
i. Jenis Pemeriksaan Radiologi:
a.Pemeriksaan Roentgen Dasar
1. Tanpa bahan kontras : torak, tulang
2. Dengan bahan kontras
b. Pemeriksaan Khusus  alat roentgen khusus
j. Posisi Pemotretan :
Merupakan pengetahuan tersendiri. Bertujuan menghasilkan gambaran yang optimal.
Posisi dasar AP, LAT,dan oblik, sedangkan Posisi khusus terdiri dari waters, sinus
maksilaris eisshler ( mandibula ), dan schuler mastoid
k. Bahaya radiasi
1.Luka permukaan yang dangkal
 Kerusakan kulit (Skin damage )
 Epilasi ( Epilation )

Page 5
 Kuku rapuh (Brittleness of nail )
2. Kerusakan Hemopoitik
 Limfopeni
 Leukopeni
 Anemia
 Leukemia
 Kehilangan respon terhadap daya tahan spesifik (Loss of specific immune
respon )
3. Induksi keganasan ( Induction of malignancy )
 Leukemia
 Karsinoma kulit
 Sarkoma
4. Berkurangnya kemunginan Hidup ( reduction of live span )
5. Aberasi Genetik ( Genetic Abberations )
 Mutasi gen lansung
 Perubahan kromosom ( Chromosomal alteration )
6. Efek-efek lainnya ( Other deleterious effect )
 Katarak lentikuler
 Obesitas
 Sterilitas  Sementara ( temporary ), tetap (permanent)
2. Dasar radio anatomi : Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital
 Menurut buku meschan I radio-anatomi ektrenitas dan vertebra terbagi atas
1. articular cartilage
2. subarticular of epiphyse
3. epiphysis
4. epiphyseal line
5. metaphysis
6. diaphysis

 Radio-anatomi traktus urinarius


GINJAL
Ukuran ginjal :

Page 6
- Ginjal kanan sedikit < dari kiri (± 1 – 1,5 cm)
- Ukuran ginjal ♂ lebih besar dari ♀
- Ukuran ginjal ± 11 – 15 cm, lebar: 5,3 – 7,2 cm (Menurut “LANGE”: 13x6x4 cm)
- Terletak retroperitoneal
- Setinggi TH 11 / TH 12 – Lumbal 3
- Perbedaan posisi  tidak melebihi 1,5 Corpus vertebrae (± 5cm)
Gambaran IVP normal:
 Kedua ginjal  kacang
 Lokasi ± Thorakal 11 – Lumbal 3
 Ginjal kanan rendah dari kiri (± 2cm), o.k: hepar
Ginjal
• Calix Mayor  2
• Calix Minor  6-14
• Pelvis Renalis
• Ureter
• Vesika Urinaria

Lapisan-lapisan ginjal luar ke dalam :


 Pre Renal Fat
 Fibrous Capsul
 Parenkim Ginjal : Cortex zone & Medula zone
 Renal Pelvis
Bentuk Pelviokalises System ada 3 bentuk:
 Dendrit Type / Funnel Shape
 Ampular Type  seperti corong
 Transisional Type
Calix Minor  Pelvis
Calix Mayor  (-)
Tempat Penyempitan fisiologis ureter:
 UP junction (Uretero Pelvic junction)
 Persilangan dengan iliaka
 UV Junction (Uretero Vesiko junction)

Page 7
URETER DAN URETRA
A. URETER
 Saluran yang menghubungkan pelvis ginjal dan buli-buli
 Panjangnya ± 25 – 29 cm
 Berjalan retroperitoneal
 3 tempat penyempitan:
1. Sambungan ureter dan pelvis ginjal
2. Persilangan A. Iliaka
3. Tempat masuk ke buli-buli
 Pemeriksaan untuk melihat ureter:
a. IVP (Pyelografi Intravena )  rutin dan umum
b. Ureteroptelografi Retrograd  bila IVP kurang memberikan informasi
c. Pyeloureterografi antegrad  jarang
B. URETRA
– Uretra wanita:
- Pendek
- ± 4 cm
- Terdiri dari : pars muskularis & pars fibrosa
– Uretra laki-laki:
- Pars Prostatika
- Pars Membranacea (menyempit selamamiksi, berjalan melalui diafragma
urogenital)
– Pemeriksaan : Ureterosistografi Retrograd (dilakukan pada ♂)
3. Jenis pemeriksaan pada Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital
TRAKTUS URINARIUS
Beberapa cara pemeriksaan antara lain:
 Foto Polos abdomen
 Pielografi Intravena (IVP)
 Retrografi Retrograd
 Angiografi Renal
 Tomografi
 Sistografi
 USG
 CT Scan
 Nuclear (Radio Isotop) / Renogram

Page 8
Foto Polos Abdomen (BNO) : Setiap pemeriksaan hal-hal yang diperhatikan adalah
Bayangan dan besar (ukuran), Posisi kedua ginjal, Klasifikasi, Batu radio opaq, M.Psoas
kanan – kiri, Batu radio opaq di daerah ureter, buli-buli dan kedua ginjal.

 Foto BNO / polkos abdomen  persiapan :

– Pencahar (Dulcolax, Garam Inggris)

– Makan bubur / lembek

– Minum dikurangi (dehidrasi ringan)

Prinsipnya:

– Dalam keadaan dehidrasi ringan

– Usus bersih (dari udara >> dan fecal mass)

Persiapan IVP :

 Lanjutan persiapan BNO

 Pemeriksaan laboratorium

 Disuntikkan zat kontras

Misalnya: Urografi 60%, 76%

Dosis  Dewasa : 20 ml, 40 ml

 Pengambilan foto : 5’, 15’, 30’

 Pada kasus-kasus tertentu : 1 jam, 2 jam  24 jam

 Sekarang  zat kontras non ionic  rx. Alergi 

 Komplikasi

– Sepsis, perforasi

– Ekstravasasi kontras

– Hematuria, anuria

PEMERIKSAAN VERTEBRA THORACALIS

Cara Pemeriksaan :
– Persiapan pasien : Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang
telah disediakan dan melepas bra (bagi perempuan) serta perhiasan yang ada di leher.
– Posisi pasien : AP, lateral

Page 9
PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBALIS
Cara pemeriksaan :
– Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah disediakan
– Posisi pasien : AP, lateral, RAO/LAO

AP Lateral RAO LAO


PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
Teknik Pemeriksaan :
• Pemeriksaan ini dibuat dengan posisi AP dan Lateral sedemikian rupa sehingga
tampak kedua sendi pada satu film.
• Pada klinis dislokasi, oeteoatritis, dibuat foto perbandingan ka dan kiri.
• Untuk obyek yang memakai gips faktor eksposure ( kV dan mAs ) dinaikan 5 –10
kV terutama pada gips yang masih baru dan basah.
EXTREMITAS ATAS
1. Teknik Radiografi Digiti
a. Posisi Pasien : Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek
yang akan diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 18 x 24 Cm )
b. Posisi Obyek : Posisi PA, Posisi Lateral
2. Teknik Radiografi Manus
a. Posisi Pasien : Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek
yang akan diperiksa diletakkan di atas cassette (ukuran 24 x 30 Cm)
b. Posisi Obyek : Posisi PA, Posisi Lateral
3. Teknik Radiografi Antebrachii
a. Posisi Pasien : Pasien duduk tegak menyamping meja pemeriksaan, dengan obyek
yang akan diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm )
b. Posisi Obyek : Posisi PA, Posisi Lateral.
4. Teknik Radiografi Cubiti.
a. Posisi Pasien Pasien duduk disamping meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan
diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 18 x 24 Cm )
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
5. Teknik Radiografi Humerus
a. Posisi Pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan
diperiksa diletakkan di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm )

Page 10
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
6. Teknik Radiografi Scapula.
a. Posisi Pasien
i. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan diperiksa
diletakkan di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm ).
ii. Pasien duduk menyender pada wall stand cassette, dengan bahu menempel pada
tengah-tengah bidang cassette
b. Posisi Obyek : Posisi PA, Posisi Axial.
7. Teknik Radiografi Clavicula
a. Posisi Pasien
i. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan diperiksa
diletakkan di atas cassette ( ukuran 18 x 24 Cm ), letak casette diatur agak lebih
keatas ( 5 Cm diatas bahu ).
ii. Atau pasien duduk menyandar pada casstte yang dipasang pada cassette
wallstand.
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral (tidak ada)
EKSTREMITAS BAWAH
1. Teknik Radiografi Pedis
a. Posisi pasien : duduk pada meja pemeriksaan atau pada bangku dorong sedemikian
rupa sehingga badan pasien berada agak jauh dari berkas sinar guna.
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Oblique
2. Teknik Radiografi Calcaneus
a. Posisi pasien
 Lateral : pase tidur miring pada sisi kaki yang akan diperiksa, kaki lainnya
diletakan sedemikian rupa sehingga ankle joint menempel rata pada casette (
true lateral )
 Axial : pasien tidur supine, telapak kaki ditarik kearah caudad.
b. Posisi Obyek : Posisi Lateral, Posisi Axial.
3. Teknik Radiografi Ankle
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
4. Teknik Radiografi Cruris
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
5. Teknik Radiografi Genu
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
6. Teknik Radiografi Patella ( Sky Line )
a. Posisi Pasien : Tidur supine kaki ditekuk sedemikian rupa sehingga cruris dan
femur membentuk sudut 90 derajat.
b. Letakan casette ( 18 x 24 Cm ) pada femur sedemikian rupa sehingga ujung casete
lebih tinggi 10 Cm dari genu.
7. Teknik Radiografi Femur
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan

Page 11
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
8. Caput Femoris
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.

4. Kelainan radiologi pada Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital


KELAINAN PADA TRAKTUS UROGENITAL
Kelainan ginjal congenital :
• Agenesis ginjal unilateral.
• Hipoplasia ginjal
• Ginjal tapal kuda
• Ektopis ginjal yang bersilangan
• Giljal pelvis
• Ginjal dupleks

 Ginjal yang tidak berfungsi unilateral


Ketika sebuah ginjal tidak dapat tervisualisasi pada pemeriksaan pielografi
intravena, ginjal tersebut mungkin memang tidak ada, berada pada posisi abnormal,
atau mengalami hidronefrosis. Penyebabnya seperti, Obstruksi kronis, Penyebab
vascular, Tumor, Infeksi kronis, Pascanefrektomi, Agenesis ginjal, Ginjal etopik.
 Ginjal berukuran kecil unilateral
Ginjal normal memiliki 9-14 cm, ginjal kiri biasanya lebih besar dibandingkan
yang kanan. Namun demikian, pernedaan ukuran > 1,5 cm memiliki signifikasi.
Penyebabnya seperti, Pielonefritis kronis, Iskemia, Atrofi pascaobstruksi, Hipoplasia
congenital, Infrak ginjal.
 Batu ureter
Batu ureter cenderung berukuran kecil, dengan diameter 2-3 mm, dan berasal dari
ginjal. Perjalanannya menuruni ureter dapat menimbulkan nyeri abdomen yang hebat,
seringkali mengenai sambungan vesiko-ureter.

Page 12
 Batu kandung kemih
Batu dapat turun dati ginjal ke dalam kandung kemih atau berasal dari Infeksi urin,
Stasis urin akibat obstruksi pintu keluar kandung kemih, Benda asing di kandung
kemih.

 Divertikulum kandung kemih


Terbentuk kantung mukosa yang keluar dari otot kandung kemih akan
menimbulkan terbentuknya divertikulum kandung kemih. Diveretikulum ini mungkin :
• Sekunder akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah atau instabilitas kandung
kemih
• Berhubungan dengan kandung kemih neurogenik
• Kongenital

 Karsinoma Kandung Kemih


Sembilan puluh lima persen karsinoma kandung kemih berasal dari urotelial.
Karsinoma sel transisional (transitional cell carcinoma, TCC) merupakan jenis
karsinoma kandung kemih yang paling sering dijumpai. Hematuria tanpa nyeri
merupakan gejala yang paling sering muncul.

Page 13
 Striktur uretra
Striktur pada uretra dapat diperlihatkan baik melalui penyuntikan kontras
secara retrograde ke dalam meatus atau melalui pemasukan kontras ke dalam kandung
kemih, kemudian dilakukan pengambilan film saat pasien berkemih. Penyebab seperti,
pascatrauma, peradangan, neoplasia.

 Pembesaran prostat
Disebabkan oleh hipertrofi jinak namun kadang-kadang mungkin disebabkan
oleh karsinoma. Retensi kronis akibat obstruksi aliran urin, yang ditimbulkan oleh
pembesaran prostat, dapat menyebabkan gagal ginjal. Gambaran radiologis didapat
dari Film polos, Urografi intravena, Ultrasonografi, transabdominal, Ultrasonografi
prostat transrektal, CT/MRI, Pemindaian isotop tulang.
 Tumor testis
Ultrasonografi sangat efektif dalam mengevaluasi testis yang normal dan
mengenali adanya lesi fokal, massa yang berdiameter hanya beberapa millimeter dapat
di divisualisasi dengan akurat. Lesi-lesi dengan kelainan eko pada testis memerlukan
biopsy untuk mengetahui diagnosis pastinya.

Page 14
KELAINAN PADA EKSTREMITAS
a. Fraktur intra artikular
• Fraktur bannet : disebabkan oleh abduksi ibu jari yang dipaksakan dan tamapak
sebagai fraktur oblik yang mengenai permukaan artikulasi proksimal pada tulang
metacarpal I.
• Fraktur barton : akibat terjatuh dengan tangan terlentang
• Fraktur plato tibia : kebanyakan fraktur ini mengenai bagian plato tibia lateral.

b. Fraktur pergelangan kaki disebabkan oleh cedera inverse atau eversi, atau kombinasi
kedua mekanisme tersebut.

c. Fraktur kalkaneus
Fraktur tulang yang sering terjadi. Fraktur terjadi akibat jatuh dari ketinggian dan
biasanya bilateral. Kemungkinan disertai dengan fraktur tulang belakang, terutama
pada vertebra lumbal kedua.

d. Fraktur colles
Terjadi akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di korpus distal,
biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser kea rah dorsal
dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan malam”.
Kemungkinana dapat disertai dengan fraktur pada prosesus stiloideus ulna.

Page 15
e. Fraktur smith
Terjadi akibat terjatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada
punggung tangan. Fragmen distal bergeser kea rah ventral dengan deviasi radius
tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop kebun”.
f. Fakraktur suprakondiler
Jenis fraktur siku yang paling sering terjadi pada anak-anak berusia antara 3 tahun
sampai 10 tahun.

g. Fraktur jones
Mengenai basis tulang metatarsal V.garis fraktur berjalan secara transfersal bila
dibandingkan dengan pusat osifikasi, yang berjalan secara oblik.
h. Fraktur yang berkaitan dengan peningkatan risiko nekrosis avaskular terdiri dari :
 Tulang skafoid
 Kolum femoris
i. Dislokasi
 Galeazzi
 Monteggia
 Dislokasi perilunatum transkafoid
 Fraktur maisonneuve
 Fraktur lisfranc
j. Dislokasi sendi
 Dislokasi bahu
 Dislokasi pergelengan tangan
KELAINAN PADA VETEBRA
a. Vertebra serviks : Fraktur Jefferson
Disebabkan oleh pemberian beban aksial pada vertebra C1.

Page 16
b. Vertebra serviks : fraktur odontoid
Mekanisme cedera fraktur odontoid tidak benar-benar dipahami. Terdapat tiga jenis
fraktur yaitu, fraktur ujung odontoid, fraktur pada sambungan prosesus odontoid dan
korpus C2, fraktur melalui korpus C2 yang meluas ke dalam tulang kanselasa.
c. Vertebra serviks : fraktur hangman
Disebabkan oleh kompresi vertical dan hiperekstensi. Fraktur ini terdiri dari avulse
bilateral arkus nueral dari korpus vertebra, dan juga dikenal sebagai spondilolistensis
traumatic.

d. Vertebra serviks : fraktur clay shoveler


Disebabkan oleh avulse ligamentum infraspinatus akibat hiperfleksi. Fraktur ini
mengarah pada fraktur oblik prosesus spinosus C6 dan C7.

e. Vertebra serviks : fraktur teardrop fleksi


Disebabkan oleh kombinasi pemberian beban aksial dan fleksi. Fraktur ini secara khas
mengenai vertebra serviks bagian bawah.
f. Vertebra servikal : dislokasi fasies bilateral
Cedera ini terjadi sekunder dari hiperfleksi yang hebat. Prosesus artikularis inferior
vertebra superior mengalami dislokasi dan terkunci di sebelah anterior prosesus
artikularis superior vertebra inferior.

g. Vertebra servikal : dislokasi fasies unilateral


Cedera ini disebabkan oleh kombinasi fleksi dan rotassi. Akibat rupture ligamentum
interspinalia dan kapsul sendi fasies, prosesus artikularis inferior vertrebra superior

Page 17
bergeser dan mengunci di sebelah anterior prosesus artikularis superior vertebra
inferior ipsilateral.
h. Fraktur toraks bagian atas
Fraktur yang mengenai 4 vertebra toraks bagian atas jarang terjadi, namun bila terjadi,
biasanya disebabkan oleh gaya traumatic yang besar.
i. Vertebra torako-lumbal : fraktur chance
Fraktur ini juga dikenal sebagai fraktur seabelt, disebabkan oleh daya gerak
hiperfleksi dengan titik tumpu gerakan terletak di sebelah anterior setinggi dinding
abdomen anterior.

Page 18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Radiologi adalah ilmu tentang penggunaan sumber pengion dan bukan pengion,
gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostik dan terapi. Sedangkan radiografi
adalah suatu gambaran organ tubuh yang dibuat dengan menggunakan sinar X melalui
proses pengolahan dan teknik tertentu untuk kepentingan diagnosa atau terapeutik yang
dilakukan dibagian radiologi. Jenis Pemeriksaan Radiologi terdiri dari pemeriksaan Roentgen
Dasar dan pemeriksaan Khusus. Posisi Pemotretan seperti AP, LAT,dan oblik. Dan radiologi
sendiri memiliki bahaya radiasi. Untuk mempelajari radiologi sendiri kita harus mengetahui
dulu radio-anatomi dari suatu organ tubuh.

Daftar Pustaka
Sulistijaningsih, Noer. 1992. Atlas Teknik Radiologi. Jakarta: EGC

Umami, Vidhia. 2006. Radiologi. ed 2. Bandung : Penerbit Erlangga

Page 19

Anda mungkin juga menyukai