MODUL RADIOLOGI
TRIGGER 1
Naasnya Naik Motor
OLEH :
KELOMPOK TUTORIAL XIV
FASILITATOR : dr. Chandra Adilla Sp.M
KETUA : Vadlil Ihsan Apnosa (14-110)
SEKRETARIS : Riza Rigustia (14-111)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2017
KATA PENGANTAR
Penulis
Page i
DAFTAR ISI
Kata pengantar..................................................................... i
Daftar isi.............................................................................. ii
BAB I Pendahuluan............................................................. 1
BAB II Pembahasan............................................................. 2
Step 1............................................................. 2
Step 2............................................................. 2
Step 3............................................................. 3
Step 4............................................................. 4
Step 5............................................................. 4
Step 7............................................................. 4-18
BAB III PENUTUP.............................................................. 19
Kesimpulan................................................... 19
Daftar pustaka............................................... 19
Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
Radiologi adalah cabang atau spesialisasi kedokteran yang berhubungan dengan studi
dan penerapan berbagai teknologi pencitraan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
Pencitraan dapat menggunakan sinar-X, USG, CT scan, tomografi emisi positron (PET) dan
MRI.Pencitraan tersebut menciptakan gambar dari konfigurasi dalam dari sebuah objek
padat, seperti bagian tubuh manusia, dengan menggunakan energi radiasi. Radiologi juga
kadang-kadang disebut radioskopi atau radiologi klinis. Radiologi intervensi adalah prosedur
medis dengan bimbingan teknologi pencitraan. Pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli
radiografi atau penata rontgen. Seorang radiolog (dokter spesialis radiologi) kemudian
membaca atau menginterpretasikan gambar untuk menentukan cedera, menentukan seberapa
serius cedera tersebut atau membantu mendeteksi kelainan seperti tumor. Itulah sebabnya
mengapa pasien seringkali harus menunggu untuk mendapatkan hasil “resmi” sinar-X atau
gambar lainnya bahkan setelah dokter utamanya telah mengkajinya. Seorang spesialis
radiologi juga harus menginterpretasikan hasil dan berkonsultasi dengan dokter utama untuk
menegakkan diagnosis yang akurat.
Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
TRIGGER 1 : Naasnya Naik Motor
Seorang perempuan berusia 5oth dating ke IGD RSU kareta terjatuh dari motor
dengan posisi jatuh terduduk. Sebelum jatuh pasien sudah merasa sakit pada abdomen kiri
bawah hilang timbul dan nyeri BAK.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter saat dipasang kateter pasien merasa
kesakitan kalau pinggulnya digeser dan di kateter Nampak urine berwarna merah. Sehingga
dokter melakukan pemeriksaan radiologis diantaranya pemeriksaan uretrografi, CT scan
Abdomen, foto polos abdomen, foto polos pelvis dan foto polos vertebra.
Karena banyak permintaan fotonya pasien bertanya berbahayakah saya bila di roentgen? Apa
perlu dilakukan MRI?
Bagaimana anda menerangkan pada pasien ini.
Page 2
STEPS 3 : BRAINSTROM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION
1. Anamnesa
Nama : Ny. X
Umur : 50 tahun
Keluhan utama : Terjatuh dari motor dengan posisi terduduk.
RPS : Merasa sakit pada abdomen kiri bawah, hilang timbul dan
………………………..nyeri saat BAK
2. Pemeriksaan penunjang ( pemeriksaan radiologis)
Uretrografi
CT scan abdomen
Foto polos abdomen
Foto polos pelvis
Foto polos vertebra
3. Jenis-jenis pemeriksaan radiologi
USG
CT scan
MRI
X ray
Foto Polos
Uretrografi
4. Efek dari pemeriksaan radiologi
Berdasarkan dosis radiasi
Efek deterministic
Efek stokastik
Berdasarkan jenis sel
Efek genetic
Efek somatic
5. Syarat foto layak dibaca
Posisi
Kondisi Foto
Densitas Foto
6. Indikasi pemeriksaan MRI yaitu, untuk pemeriksaan jaringan lunak.
Page 3
STEP 4 : ARRANGE EXPLANATION INTO A TENTATIVE SOLUTION
Page 4
Sinar X adalah Untuk membuat radiografi yang digunakan untuk diagnostik dan
terapi.
f. Pemeriksaan foto rontgen (Radiografi )
Pelengkapan untuk membuat radiografi
Jenis pemeriksaan dan posisi pemotretan
Pengetahuan pesawat rontgen
Pengetahuan kamar gelap
Proses terjadinya gambar radiografi
g. Hasil Radiografi
Foto Rontgen ( berupa film negatif )
Fluoroskopi hasilnya dapat dilihat lansung pada fluoroskopi screen yang dibuat
dari kaca Pb
h. Perlengkapan untuk membuat Radiografi
Film Roentgen ( film X ray )
Intensifying Screen ( dalam kaset )
Kaset ( tempat film )
Grid (kisi-kisi ) Mengurangi sinar hambur )
Alat-alat fiksasi
Alat-alat pelindung ( proteksi )
Marker ( Tanda atau kode )
i. Jenis Pemeriksaan Radiologi:
a.Pemeriksaan Roentgen Dasar
1. Tanpa bahan kontras : torak, tulang
2. Dengan bahan kontras
b. Pemeriksaan Khusus alat roentgen khusus
j. Posisi Pemotretan :
Merupakan pengetahuan tersendiri. Bertujuan menghasilkan gambaran yang optimal.
Posisi dasar AP, LAT,dan oblik, sedangkan Posisi khusus terdiri dari waters, sinus
maksilaris eisshler ( mandibula ), dan schuler mastoid
k. Bahaya radiasi
1.Luka permukaan yang dangkal
Kerusakan kulit (Skin damage )
Epilasi ( Epilation )
Page 5
Kuku rapuh (Brittleness of nail )
2. Kerusakan Hemopoitik
Limfopeni
Leukopeni
Anemia
Leukemia
Kehilangan respon terhadap daya tahan spesifik (Loss of specific immune
respon )
3. Induksi keganasan ( Induction of malignancy )
Leukemia
Karsinoma kulit
Sarkoma
4. Berkurangnya kemunginan Hidup ( reduction of live span )
5. Aberasi Genetik ( Genetic Abberations )
Mutasi gen lansung
Perubahan kromosom ( Chromosomal alteration )
6. Efek-efek lainnya ( Other deleterious effect )
Katarak lentikuler
Obesitas
Sterilitas Sementara ( temporary ), tetap (permanent)
2. Dasar radio anatomi : Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital
Menurut buku meschan I radio-anatomi ektrenitas dan vertebra terbagi atas
1. articular cartilage
2. subarticular of epiphyse
3. epiphysis
4. epiphyseal line
5. metaphysis
6. diaphysis
Page 6
- Ginjal kanan sedikit < dari kiri (± 1 – 1,5 cm)
- Ukuran ginjal ♂ lebih besar dari ♀
- Ukuran ginjal ± 11 – 15 cm, lebar: 5,3 – 7,2 cm (Menurut “LANGE”: 13x6x4 cm)
- Terletak retroperitoneal
- Setinggi TH 11 / TH 12 – Lumbal 3
- Perbedaan posisi tidak melebihi 1,5 Corpus vertebrae (± 5cm)
Gambaran IVP normal:
Kedua ginjal kacang
Lokasi ± Thorakal 11 – Lumbal 3
Ginjal kanan rendah dari kiri (± 2cm), o.k: hepar
Ginjal
• Calix Mayor 2
• Calix Minor 6-14
• Pelvis Renalis
• Ureter
• Vesika Urinaria
Page 7
URETER DAN URETRA
A. URETER
Saluran yang menghubungkan pelvis ginjal dan buli-buli
Panjangnya ± 25 – 29 cm
Berjalan retroperitoneal
3 tempat penyempitan:
1. Sambungan ureter dan pelvis ginjal
2. Persilangan A. Iliaka
3. Tempat masuk ke buli-buli
Pemeriksaan untuk melihat ureter:
a. IVP (Pyelografi Intravena ) rutin dan umum
b. Ureteroptelografi Retrograd bila IVP kurang memberikan informasi
c. Pyeloureterografi antegrad jarang
B. URETRA
– Uretra wanita:
- Pendek
- ± 4 cm
- Terdiri dari : pars muskularis & pars fibrosa
– Uretra laki-laki:
- Pars Prostatika
- Pars Membranacea (menyempit selamamiksi, berjalan melalui diafragma
urogenital)
– Pemeriksaan : Ureterosistografi Retrograd (dilakukan pada ♂)
3. Jenis pemeriksaan pada Vertebra, Ekstremitas, dan Traktus Urogenital
TRAKTUS URINARIUS
Beberapa cara pemeriksaan antara lain:
Foto Polos abdomen
Pielografi Intravena (IVP)
Retrografi Retrograd
Angiografi Renal
Tomografi
Sistografi
USG
CT Scan
Nuclear (Radio Isotop) / Renogram
Page 8
Foto Polos Abdomen (BNO) : Setiap pemeriksaan hal-hal yang diperhatikan adalah
Bayangan dan besar (ukuran), Posisi kedua ginjal, Klasifikasi, Batu radio opaq, M.Psoas
kanan – kiri, Batu radio opaq di daerah ureter, buli-buli dan kedua ginjal.
Prinsipnya:
Persiapan IVP :
Pemeriksaan laboratorium
Komplikasi
– Sepsis, perforasi
– Ekstravasasi kontras
– Hematuria, anuria
Cara Pemeriksaan :
– Persiapan pasien : Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang
telah disediakan dan melepas bra (bagi perempuan) serta perhiasan yang ada di leher.
– Posisi pasien : AP, lateral
Page 9
PEMERIKSAAN VERTEBRA LUMBALIS
Cara pemeriksaan :
– Pasien dianjurkan untuk mengganti pakaian dengan pakaian yang telah disediakan
– Posisi pasien : AP, lateral, RAO/LAO
Page 10
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
6. Teknik Radiografi Scapula.
a. Posisi Pasien
i. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan diperiksa
diletakkan di atas cassette ( ukuran 24 x 30 Cm ).
ii. Pasien duduk menyender pada wall stand cassette, dengan bahu menempel pada
tengah-tengah bidang cassette
b. Posisi Obyek : Posisi PA, Posisi Axial.
7. Teknik Radiografi Clavicula
a. Posisi Pasien
i. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, dengan obyek yang akan diperiksa
diletakkan di atas cassette ( ukuran 18 x 24 Cm ), letak casette diatur agak lebih
keatas ( 5 Cm diatas bahu ).
ii. Atau pasien duduk menyandar pada casstte yang dipasang pada cassette
wallstand.
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral (tidak ada)
EKSTREMITAS BAWAH
1. Teknik Radiografi Pedis
a. Posisi pasien : duduk pada meja pemeriksaan atau pada bangku dorong sedemikian
rupa sehingga badan pasien berada agak jauh dari berkas sinar guna.
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Oblique
2. Teknik Radiografi Calcaneus
a. Posisi pasien
Lateral : pase tidur miring pada sisi kaki yang akan diperiksa, kaki lainnya
diletakan sedemikian rupa sehingga ankle joint menempel rata pada casette (
true lateral )
Axial : pasien tidur supine, telapak kaki ditarik kearah caudad.
b. Posisi Obyek : Posisi Lateral, Posisi Axial.
3. Teknik Radiografi Ankle
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
4. Teknik Radiografi Cruris
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
5. Teknik Radiografi Genu
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
6. Teknik Radiografi Patella ( Sky Line )
a. Posisi Pasien : Tidur supine kaki ditekuk sedemikian rupa sehingga cruris dan
femur membentuk sudut 90 derajat.
b. Letakan casette ( 18 x 24 Cm ) pada femur sedemikian rupa sehingga ujung casete
lebih tinggi 10 Cm dari genu.
7. Teknik Radiografi Femur
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
Page 11
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
8. Caput Femoris
a. Posisi pasien : tidur supine diatas meja pemeriksaan
b. Posisi Obyek : Posisi AP, Posisi Lateral.
Page 12
Batu kandung kemih
Batu dapat turun dati ginjal ke dalam kandung kemih atau berasal dari Infeksi urin,
Stasis urin akibat obstruksi pintu keluar kandung kemih, Benda asing di kandung
kemih.
Page 13
Striktur uretra
Striktur pada uretra dapat diperlihatkan baik melalui penyuntikan kontras
secara retrograde ke dalam meatus atau melalui pemasukan kontras ke dalam kandung
kemih, kemudian dilakukan pengambilan film saat pasien berkemih. Penyebab seperti,
pascatrauma, peradangan, neoplasia.
Pembesaran prostat
Disebabkan oleh hipertrofi jinak namun kadang-kadang mungkin disebabkan
oleh karsinoma. Retensi kronis akibat obstruksi aliran urin, yang ditimbulkan oleh
pembesaran prostat, dapat menyebabkan gagal ginjal. Gambaran radiologis didapat
dari Film polos, Urografi intravena, Ultrasonografi, transabdominal, Ultrasonografi
prostat transrektal, CT/MRI, Pemindaian isotop tulang.
Tumor testis
Ultrasonografi sangat efektif dalam mengevaluasi testis yang normal dan
mengenali adanya lesi fokal, massa yang berdiameter hanya beberapa millimeter dapat
di divisualisasi dengan akurat. Lesi-lesi dengan kelainan eko pada testis memerlukan
biopsy untuk mengetahui diagnosis pastinya.
Page 14
KELAINAN PADA EKSTREMITAS
a. Fraktur intra artikular
• Fraktur bannet : disebabkan oleh abduksi ibu jari yang dipaksakan dan tamapak
sebagai fraktur oblik yang mengenai permukaan artikulasi proksimal pada tulang
metacarpal I.
• Fraktur barton : akibat terjatuh dengan tangan terlentang
• Fraktur plato tibia : kebanyakan fraktur ini mengenai bagian plato tibia lateral.
b. Fraktur pergelangan kaki disebabkan oleh cedera inverse atau eversi, atau kombinasi
kedua mekanisme tersebut.
c. Fraktur kalkaneus
Fraktur tulang yang sering terjadi. Fraktur terjadi akibat jatuh dari ketinggian dan
biasanya bilateral. Kemungkinan disertai dengan fraktur tulang belakang, terutama
pada vertebra lumbal kedua.
d. Fraktur colles
Terjadi akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di korpus distal,
biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal bergeser kea rah dorsal
dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas “garpu-makan malam”.
Kemungkinana dapat disertai dengan fraktur pada prosesus stiloideus ulna.
Page 15
e. Fraktur smith
Terjadi akibat terjatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara langsung pada
punggung tangan. Fragmen distal bergeser kea rah ventral dengan deviasi radius
tangan yang memberikan gambaran deformitas “sekop kebun”.
f. Fakraktur suprakondiler
Jenis fraktur siku yang paling sering terjadi pada anak-anak berusia antara 3 tahun
sampai 10 tahun.
g. Fraktur jones
Mengenai basis tulang metatarsal V.garis fraktur berjalan secara transfersal bila
dibandingkan dengan pusat osifikasi, yang berjalan secara oblik.
h. Fraktur yang berkaitan dengan peningkatan risiko nekrosis avaskular terdiri dari :
Tulang skafoid
Kolum femoris
i. Dislokasi
Galeazzi
Monteggia
Dislokasi perilunatum transkafoid
Fraktur maisonneuve
Fraktur lisfranc
j. Dislokasi sendi
Dislokasi bahu
Dislokasi pergelengan tangan
KELAINAN PADA VETEBRA
a. Vertebra serviks : Fraktur Jefferson
Disebabkan oleh pemberian beban aksial pada vertebra C1.
Page 16
b. Vertebra serviks : fraktur odontoid
Mekanisme cedera fraktur odontoid tidak benar-benar dipahami. Terdapat tiga jenis
fraktur yaitu, fraktur ujung odontoid, fraktur pada sambungan prosesus odontoid dan
korpus C2, fraktur melalui korpus C2 yang meluas ke dalam tulang kanselasa.
c. Vertebra serviks : fraktur hangman
Disebabkan oleh kompresi vertical dan hiperekstensi. Fraktur ini terdiri dari avulse
bilateral arkus nueral dari korpus vertebra, dan juga dikenal sebagai spondilolistensis
traumatic.
Page 17
bergeser dan mengunci di sebelah anterior prosesus artikularis superior vertebra
inferior ipsilateral.
h. Fraktur toraks bagian atas
Fraktur yang mengenai 4 vertebra toraks bagian atas jarang terjadi, namun bila terjadi,
biasanya disebabkan oleh gaya traumatic yang besar.
i. Vertebra torako-lumbal : fraktur chance
Fraktur ini juga dikenal sebagai fraktur seabelt, disebabkan oleh daya gerak
hiperfleksi dengan titik tumpu gerakan terletak di sebelah anterior setinggi dinding
abdomen anterior.
Page 18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Radiologi adalah ilmu tentang penggunaan sumber pengion dan bukan pengion,
gelombang suara dan magnet untuk imaging diagnostik dan terapi. Sedangkan radiografi
adalah suatu gambaran organ tubuh yang dibuat dengan menggunakan sinar X melalui
proses pengolahan dan teknik tertentu untuk kepentingan diagnosa atau terapeutik yang
dilakukan dibagian radiologi. Jenis Pemeriksaan Radiologi terdiri dari pemeriksaan Roentgen
Dasar dan pemeriksaan Khusus. Posisi Pemotretan seperti AP, LAT,dan oblik. Dan radiologi
sendiri memiliki bahaya radiasi. Untuk mempelajari radiologi sendiri kita harus mengetahui
dulu radio-anatomi dari suatu organ tubuh.
Daftar Pustaka
Sulistijaningsih, Noer. 1992. Atlas Teknik Radiologi. Jakarta: EGC
Page 19