Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Listrik digunakan luas hampir di seluruh aspek kehidupan oleh karenanya
memegang peran penting didunia teknik. Kelemahan energi listrik yang sangat
prinsip terletak pada fakta bahwa proses pembentukan dan penggunaan (generate &
consume) energi listrik biasanya berbanding lurus, pada saat yang bersamaan. Kita
tidak bisa memproduksi lalu menyimpan energi listrik begitu saja dengan alat yang
sederhana. Sudah menjadi hukumnya bahwa energi listrik yang kita gunakan harus
berasal langsung dari sumbernya. Dalam volume yang sedikit, energi listrik bisa
disimpan dalam sebuah kapasitor dan hanya dapat digunakan terbatas untuk
menyuplai daya pada peralatan yang membutuhkan energi listrik yang kecil pula.
1.3. Untuk disimpan dalam skala yang lebih besar, energi listrik pertama-tama harus
diubah terlebih dahulu kedalam bentuk energi yang lain. Pengetahuan tentang
elektrokimia menjawab tantangan masalah ini yaitu tugas "menyimpan" listrik agar
bisa digunakan setiap waktu yang berbeda-beda sesuai kebutuhan, serta dapat
dipindah-pindahkan. Dalam elektrokimia terdapat reaksi redoks yang dapat
menimbulkan arus listrik. Alat penyimpan energi listrik itulah yang kemudian kita
kenal dengan nama akumulator/accu (aki).
1.4. Aki sendiri sesuai fungsinya yaitu sebagai sumber listrik DC, maka aki tentu saja
dapat mensuplai listrik dc pada rangkaian arus searah. Dimana pada rangkaian ini
sangat diperhatikan polaritas dari tegangan sumber. Rangkaian arus searah ini terdiri
dari 2 rangkaian yaitu rangkaian parallel dan rangkaian seri. Adapun penerapan dari
sumber listrik searah dan rangkaian arus searah itu yaitu sesuai dengan Hukum
Kirchoff 1 dan 2..

1.5. Rumusan Masalah


1. Bagaimana grafik antara Q terhadap V untuk percobaan A dan B?
2. Bagaimana grafik antara Q/V terhadap l/d untuk percobaan A dan B?
3. Berapa nilai rata-rata kapasitansi pelat paralel percobaan A dan B?
4. Berapa energi yang disimpan kapasitor pelat paralel untuk percobaan A dan B?
5. Berapa konstanta dielektrik medium?

1
BAB I
ACUMULATOR DAN RANGKAIAN LISTRIK DC
(PERCOBAAN L5)

1.1 Tanggal Percobaan:


Percobaan dilaksanakan pada :
Hari / tanggal : Kamis/ 12 Juli 2018
Tempat : Laboratorium Fisika Terapan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali

1.2 Nama Percobaan:


Acumulator dan Rangkaian Listrik DC (PERCOBAAN L5)

1.3 Tujuan Percobaan:


Adapun tujuan dari percobaan Acumulator dan Rangkaian Listrik DC antara lain
sebagai berikut :
1. Mampu merangkai rangkaian seri
2. Mampu merangkai rangkaian paralel.
3. Mengukur arus dan beda potensial rangkaian seri.
4. Mengukur arus dan beda potensial rangkaian paralel.
5. Menentukan hambatan dalam acumulator.

1.4 Alat-Alat yang Dipergunakan

No Kode Alat Nama Alat


1 Accu 65 Ah 12 Volt
2 Chager accu
3 Lampu 12 volt 5 watt (10 bh)
4 Voltmeter
5 Amperemeter
6 Baterai
7 Dududkan lampu (10 bh)
8 Kabel
9 Saklar
10 Potensiometer atau tahanan geser

2
1.5 Teori Dasar
Aliran muatan dari satu tempat ke tempat lain menyebabkan terjadinya arus listrik. Arus
listrik bergerak dari terminal positip ke terminal negatip.

Jika sejumlah muatan q melewati suatu titik dalam penghantar dengan selang waktu t ,
maka arus yang mengalir dalam penghantar adalah :

I = q/t

1 Ampere = 1 Coulomb / detik

Baterai/accu /acumulator adalah penghasil beda potensial yang bertindak sebagai “


pompa arus “. Jenis accu yang paling banyak dipakai adlah accu lead acid. Lead acid
menggunakan lempengan yang terbuat dari lead dan elektrolotnya digunakan asam sulfur
( H2 So4 )

+ - Elektroda

Bahan aktif
Wadah

Elektrolit
Separator

Komponen Accu

Bila accu dalam suatu rangkaiaan , arus mengalir karena perubahan elektro chemical
sel yang berlangsung dalam accu yang dipergunakan.

Kapasitas baterai diukur dari kemampuan Ah ( Ampere Hour ) nya. Misalnya 80 Ah


artinya accu tersebut dapat mensuplai 8 A untuk 10 Jam atau $ A dalam 20 jam dst.

Dalam praktek, kapasitas yang terukur tergantung dari arus pemakaian dan seberapa
cepat sel tersebut digunakan.

3
1.6 Gambar Rangkaian Percobaan
A. Penentuan tahanan dalam accu ( rangkaian terbuka)

V V1= Є

r (Tahanan
dalam Aki )

R
Pakai
Lampu

I =0
V1 = Є

B. Penentuan tahanan dalam accu (rangkaian tertutup)

V=V2
V
r (Tahanan
dalam Aki )

R
Pakai I=I2
Lampu

Є – V2
r = ----------------
I2
V2 = Є – I2 . r
V2 = V1 – I2 . r

4
C. Pengukuran V ab rangkaian seri

a
b

D. Pengukuran Vab rangkaian pararlel

5
1.7 Data Hasil Percobaan

a. Penentuan Tahanan Dalam Accu (R)


No R (Ohm) I2 (A) V2 (V)
1 37.86 0.42 15.9
2 37.86 0.42 15.9
3 36.74 0.43 15.8
4 36.98 0.43 15.9
5 37.86 0.42 15.9
6 36.98 0.43 15.9
7 33.13 0.48 15.9
8 39.02 0.41 16
9 37.21 0.43 16
10 35.56 0.45 16

b. Penentuan Vab Rangkaian Seri pada R Beban


Vab Seri = 16.86 Volt
NO LAMPU 1 LAMPU 2 LAMPU 3 LAMPU 4
R 17.71 18.08 18.24 13.71
V 4.25 4.52 4.56 3.29
I 0.24 0.25 0.25 0.24

b. Penentuan Vab Rangkaian Paralel pada R Beban


Vab Paralel = 16.4 Volt
NO LAMPU 1 LAMPU 2 LAMPU 3 LAMPU 4
R 37.62 19.27 18.07 36.98
V 15.8 15.8 15.9 15.9
I 0.42 0.82 0.88 0.43

6
1.8 ANALISA DATA
a. PENENTUAN TAHANAN DALAM ACCU
Pada percobaan penentuan tahanan dalam accu, data pertama yang kami dapatkan yaitu
besar nilai V2 yang kami dapatkan yaitu sebesar 15.9 volt dan besar nilai I2 yaitu 0,42 A.
Dari data yang diperoleh maka besar hambatan (R) dapat dicari dengan rumus :

𝑉
𝑅= , dimana R = Tahanan (Ohm) ; V = Tegangan (Volt) ; I = Arus (Ampere).
𝐼

Contoh perhitungan untuk data yang pertama:


𝑉
𝑅=
𝐼
15.9
𝑅=
0,42

𝑅 = 37.86 𝑂ℎ𝑚
Untuk menentukan tahanan dalam accu digunakan rumus: (E-V2)/I2 dimana, E = V1
yang nilainya 16.48 Volt.
Contoh perhitungan untuk data pertama: (16,48 – 15.9)/0,42 = 0
Dengan cara yang sama sehingga didapatkan hasil seperti di bawah:

No R I2 V2 Tahanan dalam accu


1 37.86 0.42 15.9 1.38
2 37.86 0.42 15.9 1.38
3 36.74 0.43 15.8 1.58
4 36.98 0.43 15.9 1.35
5 37.86 0.42 15.9 1.38
6 36.98 0.43 15.9 1.35
7 33.13 0.48 15.9 1.21
8 39.02 0.41 16 1.17
9 37.21 0.43 16 1.12
10 35.56 0.45 16 1.07

7
Kesalahan Relatif pada Penentuan Tahanan dalam Accu
No Tahanan Accu (Xrata-Xi) 2
(Xrata-Xi)
1 1.38 -0.08256 0.00682
2 1.38 -0.08256 0.00682
3 1.58 -0.28300 0.08009
4 1.35 -0.05044 0.00254
5 1.38 -0.08256 0.00682
6 1.35 -0.05044 0.00254
7 1.21 0.09006 0.00811
8 1.17 0.12766 0.01630
9 1.12 0.18211 0.03317
10 1.07 0.23173 0.05370
Jumlah 12.98 0.2169

12.98
X (Rata-rata) = 1.298
10
Standar Deviasi
0.2169
√ = 0.15524
9

Kesalahan Relatif
𝑆 0.15524
KV = x 100% = x 100% = 11.9%
1.298
X
Jadi, Hasil Pengukuran Penentuan Tahanan dalam Accu adalah:
X = rata-rata ± standar deviasi
X = 1.298 ± 0.15524
Kesalahan relatif pada Penentuan Tahanan dalam Accu adalah 11.9%

b. PENENTUAN Vab RANGKAIAN SERI PADA R BEBAN


Pada rangkaian hambatan yang terhubung seri memiliki nilai arus yang sama besar.
Dari hasil pengukuran pada rangkaian seri didapat Vab yaitu 16.86 Volt. Sedangkan,
secara teori besar nilai Vab dalam rangkaian seri dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Vab = V1+V2+V3+V4
Vab = 4.25 + 4.52 + 4.56 + 3.29
Vab = 16.62 Volt

8
Terdapat selisih sebesar 0.24 antara hasil pengukuran Vab yang didapatkan saat
melakukan praktikum dengan hasil Vab dengan menggunakan rumus. Selisih tersebut
kemungkinan dapat disebabkan oleh kondisi alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan
saat praktikum dalam keadaan yang kurang baik atau kurang layak pakai. Selain itu,
kemungkinan dapat juga disebabkan oleh kurang telitinya praktikan dalam melakukan
pembacaaan hasil pengukuran yang tertera pada alat ukur.
Pada percobaan rangkaian seri, besar nilai V pada Lampu I yaitu 4.25 Volt dan besar
nilai I yaitu 0.24 A. Dari data yang diperoleh maka besar hambatan (R) dapat dicari
dengan rumus :
𝑉
𝑅= , dimana R = Tahanan (Ohm) ; V = Tegangan (Volt) ; I = Arus (Ampere).
𝐼

Contoh perhitungan untuk data yang pertama:

𝑉
𝑅=
𝐼
4.25
𝑅=
0,24

𝑅 = 17.71 𝑂ℎ𝑚
Dengan cara yang sama sehingga didapatkan hasil seperti di bawah:

NO LAMPU 1 LAMPU 2 LAMPU 3 LAMPU 4


R 17.71 18.08 18.24 13.71
V 4.25 4.52 4.56 3.29
I 0.24 0.25 0.25 0.24

Kesalahan Relatif pada Penentuan Vab Rangkaian Seri pada R Beban


No Xi (R) (Xrata-Xi) 2
(Xrata-Xi)
1 17.71 -0.77417 0.59933
2 18.08 -1.14583 1.31293
3 18.24 -1.30583 1.7052
4 13.71 3.22583 10.406
Jumlah 67.74 14.02347

9
67.74
X (Rata-rata) = 16.934
4
Standar Deviasi
14.02347
√ = 2.1621
3

Kesalahan Relatif
𝑆 2.1621
KV = x 100% = x 100% = 12.7%
16.934
X

Jadi, Hasil Pengukuran Penentuan Vab Rangkaian Seri pada R Beban adalah:
X = rata-rata ± standar deviasi
X = 16.934 ± 2.1621
Kesalahan relatif pada Penentuan Vab Rangkaian Seri pada R Beban adalah 12.7%

c. PENENTUAN Vab RANGKAIAN PARALEL PADA R BEBAN


Dalam rangkaian listrik yang disusun secara paralel nilai arus pada rangkaian adalah
Besar arus yang mengalir pada tiap-tiap cabang pada rangkaian kelistrikan tersebut
berbeda, hal ini tergantung dari besarnya tahanan yang ada pada cabang tersebut. Arus
total pada rangkaian paralel ini didapatkan dari penjumlahan besarnya arus yang melewati
tiap-tiap cabang (Itot = I1 + I2 + I3 dst).
Dari hasil pengukuran pada rangkaian paralel didapat nilai Vab yaitu 16.4 Volt.
Sementara itu tegangan total pada rangkaian paralel secara teori sama dengan tegangan
pada setiap-setiap beban, sehingga tegangan Vab = V lampu 1 = V lampu 2 = V lampu 3
= V lampu 4. Jika dilihat dari data hasil percobaan pada rangkaian paralel, nilai V dari
setiap lampu tidak sama besarnya dengan nilai Vab yang didapatkan pada saat melakukan
pengukuran nilai Vab pada rangkaian paralel. Hal tersebut kemungkinan dapat
disebabkan oleh kondisi alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan saat praktikum dalam
keadaan yang kurang baik atau kurang layak pakai. Selain itu, kemungkinan dapat juga
disebabkan oleh kurang telitinya praktikan dalam melakukan pembacaaan hasil
pengukuran yang tertera pada alat ukur.
Pada percobaan rangkaian seri, besar nilai V pada Lampu I yaitu 4.25 Volt dan besar
nilai I yaitu 0.24 A. Dari data yang diperoleh maka besar hambatan (R) dapat dicari
dengan rumus :
𝑉
𝑅= , dimana R = Tahanan (Ohm) ; V = Tegangan (Volt) ; I = Arus (Ampere).
𝐼

10
Contoh perhitungan untuk data yang pertama:

𝑉
𝑅=
𝐼
15.8
𝑅=
0,42

𝑅 = 37.62 𝑂ℎ𝑚
Dengan cara yang sama sehingga didapatkan hasil seperti di bawah:

NO LAMPU 1 LAMPU 2 LAMPU 3 LAMPU 4


R 37.62 19.27 18.07 36.98
V 15.8 15.8 15.9 15.9
I 0.42 0.82 0.88 0.43

Kesalahan Relatif pada Penentuan Vab Rangkaian Seri pada R Beban


No Xi (R) (Xrata-Xi) 2
(Xrata-Xi)
1 37.62 -9.63598 92.85213
2 19.27 8.71477 75.94728
3 18.07 9.91488 98.30494
4 36.98 -8.99368 80.88624
Jumlah 111.93 347.99059

111.93
X (Rata-rata) = 27.9831
4
Standar Deviasi
347.99059
√ = 10.7702
3

Kesalahan Relatif
𝑆 10.7702
KV = x 100% = x 100% = 38.4%
27.9831
X

Jadi, Hasil Pengukuran Penentuan Vab Rangkaian Paralel pada R Beban adalah:
X = rata-rata ± standar deviasi
X = 27.9831 ± 10.7702
Kesalahan relatif pada Penentuan Vab Rangkaian Paralel pada R Beban adalah 38.4%

11
1.9 GRAFIK
a. Grafik Percobaan Penentuan Tahanan Dalam Accu
Untuk membuat grafik regresi linier, digunakan rumus Y = a + bX
Dimana, a dan b dapat dicari dengan rumus :
(∑ 𝑌𝑖)(∑ 𝑋𝑖 2 )−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)
a= 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
b= 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2

Untuk menentukan grafik regresi linear antara V terhadap I, maka diperlukan data-data
sebagai berikut.
No Xi (V) Yi (I) Xi2 Yi2 XiYi
1 15.9 0.42 252.81 0.1764 6.678
2 15.9 0.42 252.81 0.1764 6.678
3 15.8 0.43 249.64 0.1849 6.794
4 15.9 0.43 252.81 0.1849 6.837
5 15.9 0.42 252.81 0.1764 6.678
6 15.9 0.43 252.81 0.1849 6.837
7 15.9 0.48 252.81 0.2304 7.632
8 16 0.41 256 0.1681 6.56
9 16 0.43 256 0.1849 6.88
10 16 0.45 256 0.2025 7.2

n 10 Nilai a :
∑Xi 159.2
(∑Xi)2 25344.64 (∑ 𝑌𝑖)(∑ 𝑋𝑖 2 )−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)
a=
∑Yi 4.32 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
(∑Yi)2 18.6624 (4.32)(2534.5)−(159.2)(68.774)
∑XiYi 68.774 a=
10 (2534.5)−(25344.64)
∑Xi2 2534.5 0.22
∑Yi2 1.8698 a=
0.36
∑Xi . ∑Yi 687.744
a = 0.6089

Nilai b :
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
b=
𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
10(68.77)−(159.2)(4.32)
b=
10(2534.5)−(25344.64)
−0.004
b=
0.36
b = -0.0111
12
Sehingga persamaan Regresi Liniernya (Y) = a +bX
Y = 0.6089 - 0.0111X.
 Nilai Koefisien korelasinya dicari dengan rumus :
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
R=
√[𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ] [𝑛 ∑ 𝑌𝑖 2 − (∑ 𝑌𝑖)2 ]

Sehingga,
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
R=
√[𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ] [𝑛 ∑ 𝑌𝑖 2 − (∑ 𝑌𝑖)2 ]

10(68.77)−(159.2)(4.32)
R=
√[10(2534.5)−(25344.64)] [10(1.8698)−(18.6624)]
−0.004
R=
√0.01282
−0.004
R=
0.11321
R = -0.0353
Dan nilai Koefisien Determinasinya = (R)2
(R)2 = (-0.0353)2

(R)2 = 0.0012

13
Dari grafik yang dihasilkan, dapat dianalisa bahwa nilai koefisien korelasi yang
didapat -0.0353 yaitu artinya: kedua variabel memiliki koefesien korelasi negative (-),
maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya, jika nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Sedangkan koefisien
determinasinya (R2) = 0.0012 artinya: nilai rata-rata Y, 0.12% ditentukan oleh nilai X
melalui persamaan Y = 0.6089 - 0.0111X , sedangkan 99.88% ditentukan oleh faktor yang
lain.

b. Grafik Percobaan Rangkaian Seri


Untuk membuat grafik regresi linier, digunakan rumus Y = a + bX
Dimana, a dan b dapat dicari dengan rumus :
(∑ 𝑌𝑖)(∑ 𝑋𝑖 2 )−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)
a= 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
b= 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2

Untuk menentukan grafik regresi linear antara V terhadap I, maka diperlukan data-data
sebagai berikut.
No Xi (V) Yi (I) Xi2 Yi2 XiYi
1 4.25 0.24 18.0625 0.0576 1.02
2 4.52 0.25 20.4304 0.0625 1.13
3 4.56 0.25 20.7936 0.0625 1.14
4 3.29 0.24 10.8241 0.0576 0.7896

n 4 Nilai a :
∑Xi 16.62
(∑Xi)2 276.22 (∑ 𝑌𝑖)(∑ 𝑋𝑖 2 )−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)
a=
∑Yi 0.98 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
(∑Yi)2 0.9604 (0.98)(70.1106)−(16.62)(4.0796)
a=
∑XiYi 4.0796 4(70.1106)−(276.22)
∑Xi2 70.1106 0.9054
∑Yi2 0.2402 a=
4.218
∑Xi . ∑Yi 16.2876
a = 0.2147

Nilai b :
14
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
b=
𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
4(4.0796)−(16.62)(0.98)
b=
4(70.1106)−(276.22)
0.0308
b=
4.218
b = 0.0073
Sehingga persamaan Regresi Liniernya (Y) = a +bX
Y = 0.2147 + 0.0073X.
 Nilai Koefisien korelasinya dicari dengan rumus :
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
R=
√[𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ] [𝑛 ∑ 𝑌𝑖 2 − (∑ 𝑌𝑖)2 ]

Sehingga,
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
R=
√[𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ] [𝑛 ∑ 𝑌𝑖 2 − (∑ 𝑌𝑖)2 ]

4(4.0796)−(16.62)(0.98)
R=
√[4(70.1106)−(276.22)] [4(0.2402)−(0.9604)]
0.0308
R=
√0.00169
0.0308
R=
0.041076
R = 0.749838
Dan nilai Koefisien Determinasinya = (R)2
(R)2 = (0.749838)2
(R)2 = 0.5623

15
Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nilai koefisien korelasi yang didapat
yaitu 0.749838 artinya: kedua variabel memiliki koefesien korelasi positif, kedua variabel
mempunyai hubungan searah. Korelasi positif memiliki arti, jika nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sedangkan koefisien determinasinya (R2) = 0,9831
artinya: nilai rata-rata Y, 56.23% ditentukan oleh nilai X, sedangkan 43.77% ditentukan
oleh faktor lain melalui persamaan Y = 0.2147 + 0.0073X.

c. Grafik Percobaan Rangkaian Paralel

16
Untuk membuat grafik regresi linier, digunakan rumus Y = a + bX
Dimana, a dan b dapat dicari dengan rumus :
(∑ 𝑌𝑖)(∑ 𝑋𝑖 2 )−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)
a= 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
b= 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2

Untuk menentukan grafik regresi linear antara V terhadap I, maka diperlukan data-data
sebagai berikut.
No Xi (V) Yi (I) Xi2 Yi2 XiYi
1 15.8 0.42 249.64 0.1764 6.636
2 15.8 0.82 249.64 0.6724 12.956
3 15.9 0.88 252.81 0.7744 13.992
4 15.9 0.43 252.81 0.1849 6.837

n 4 Nilai a :
∑Xi 63.40
(∑Xi)2 4019.56 (∑ 𝑌𝑖)(∑ 𝑋𝑖 2 )−(∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)
a=
∑Yi 2.55 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
(∑Yi)2 6.5025 (2.55)(1004.9)−(63.40)(40.421)
a=
∑XiYi 40.421 4(1004.9)−(4019.56)
∑Xi2 1004.9 −0.1964
∑Yi2 1.8081 a=
0.04
∑Xi . ∑Yi 161.67 a = -4.91
Nilai b :
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
b=
𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2
4(40.421)−(63.40)(2.55)
b=
4(1004.9)−(4019.56)
0.014
b=
0.04
b = 0.35

Sehingga persamaan Regresi Liniernya (Y) = a +bX


Y = -4.91 + 0.35X.

 Nilai Koefisien korelasinya dicari dengan rumus :


𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
R=
√[𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ] [𝑛 ∑ 𝑌𝑖 2 − (∑ 𝑌𝑖)2 ]

Sehingga,

17
𝑛(∑ 𝑋𝑖𝑌𝑖)− (∑ 𝑋𝑖)(∑ 𝑌𝑖)
R=
√[𝑛 ∑ 𝑋𝑖 2 −(∑ 𝑋𝑖)2 ] [𝑛 ∑ 𝑌𝑖 2 − (∑ 𝑌𝑖)2 ]

4(40.421)−(63.40)(2.55)
R=
√[4(1004.9)−(4019.56)] [4(1.8081)−(6.5025)]
0.014
R=
√0.0292
0.014
R=
0.17087
R = 0.08193
Dan nilai Koefisien Determinasinya = (R)2
(R)2 = (0.08193)2
(R)2 = 0.0067

Dari grafik diatas dapat dianalisa bahwa nilai koefisien korelasi yang didapat yaitu
0.08193 artinya: kedua variabel memiliki koefesien korelasi positif, kedua variabel
mempunyai hubungan searah. Korelasi positif memiliki arti, jika nilai variabel X tinggi,
maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sedangkan koefisien determinasinya (R2) = 0.08193
artinya: nilai rata-rata Y, 0.67% ditentukan oleh nilai X, sedangkan 99.33% ditentukan oleh
faktor lain melalui persamaan Y = -4.91 + 0.35X.

1.10 Kesimpulan
18
Dari hasil data percobaan dan analisa data yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu
sebagai berikut.

1.10 Saran-saran
Adapun saran – saran yang dapat kami sampaiakan sebagai berikut.
1. Memahami materi praktikum sebelum praktikum dilaksanakan
2. Selalu teiti dan cermat melakukan pengukuran dan perhitungan
3. Memahami dan mentaati peraturan yang berlaku
4. Konsultasi kepada dosen yang mengawasi praktikum

19

Anda mungkin juga menyukai