Anda di halaman 1dari 3

Perubahan Kognitif

Perubahan kognitif memberikan kemampuan untuk berpikir secara logis tentang waktu dan lokasi dan
waktu memahami hubungan antara benda dan pikiran. Anak telah dapat membayangkan suatu peristiwa
tanpa harus memahaminya terlebih dahulu (Hockenberry dan Wilson, 2007). Pikiran anak tidak lagi
didominasi oleh persepsi sehingga kemampuan mereka untuk memahami dunia sangat meningkat. Pada
usia 7 tahun anak mampu menggunakan symbol untuk melakukan tindakan (aktivitas mental) dalam
pikiran dan bukan secara nyata. Mereka mulai menggunakan proses piker logis dengan materi yang
konkret (objek, manusia, dan peristiwa yang dapat disentuh dan dilihat).

Anak usia sekolah dapat berkonsentrasi pada lebih dari satu aspek situasi. Mereka mulai memahami
bahwa tinjauan orang berbeda dari mereka dan bahkan dapat memahami sudut pandang yang lain. Mereka
mulai memahami bahwa kuantitas substansi tetap sama walaupun terjadi perubahan bentuk pada substansi
tersebut. Sebagai contoh, dua bola tanah liat dengan ukuran yang sama akan memiliki kadar tanah liat
yang sama walaupun salah satu bola dibuat pipih dan bola lainnya tidak berubah bentuk.

Anak kecil telah dapat membedakan objek ke dalam kelompok berdasarkan bentuk dan warna, sedangkan
anak usia sekolah memahami bahwa unsur yang sama dapat dikandung dalam dua benda pada saat yang
sama. Anak usia sekolah mampu membangun alasan tentang hubungan antar-benda. Pada usia 7 atau 8
tahun mereka telah mampu menempatkan objek berdasarkan ukuran yang semakin besar atau kecil
(Hockenberrry dan Wilson, 2007; Santrock, 2007). Anak usia skelah sering memiliki koleksi seperti kartu
baseball atau boneka yang memperlihatkan keterampilan kognitif ini.

Anak usia pertengahan menggunakan kognisinya untuk memecahkan masalah. Beberapa orang memiliki
kemampuan yang lebih baik dibandingkan lainnya karena bakat intelektual, pendidikan, dan pengalaman,
namun semua anak dapat meningkatkan ketermapilan ini. Mereka yang mampu memecahkan masalah
dengan baik serta memiliki karakteristik berikut: pandangan positif bahwa masalah dapat diselesaikan
dengan usaha. Memusatkan perhatian pada ketepatan, kemampuan membagi masalah menjadi bagian-
bagian pelajaran, dan kemampuan menghindari tebakan saat mencari fakta.

Perkambangan Bahasa. Terjadi peningkatan penggunaan bahasa dan peruasan pengetahuan


strukturalnya. Mereka memahami peraturan bahasa, frase, dan kalimat. Mereka juga mampu
mengindentifikasi generalisasi dan pengecualian terhadap aturan tersebut. Mereka memahami bahwa
bahasa merupakan alat penyampaian untuk menggambarkan dunia secara subjektif dan mereka
memahami bahwa kata-kata memiliki arti yang relative dan bukan absolut. Mereka dapat menggunakan
kata yang berbeda untuk objek atau konsep yang sama, selain itu juga memahami bahwa suatu kata
memiliki berbagai arti. Hal lain yang dapat dipahami adalah teka-teki dan lelucon. Mereka mulai
memperhitungkan makna kata berdasarkan konteks (Hockenberry dan Wilson, 2007). Perkembangan
perbendaharaan kata sangat berhubungan dengan kegiatan membaca. Penelitian menunjukkan bahwa
anak yang memasuki sekolah dengan perbendaharaan kata yang sedikit memiliki kesulitan yang lebih
besar dalam belajar membaca (Santrock, 2007)

Perubahan Psikososial

Erikson (1963) menyebutkan bahwa tugas perkembangan pada anak usia sekolah adalah industry versus
inferioritas (industry vs inferioritas). Pada masa ini, anak mencoba memperoleh kompetensi dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk berfungsi kelak pada usia dewasa. Mereka yang direspons secara
positif akan merasakan adanya harga diri. Mereka yang memperoleh kegagalan sering merasa rendah diri
atau tidak berharga sehingga dapat mengakibatkan penarikan diri dari sekolah maupun kelompok
temannya.

Anak usia sekolah mulai mendeskripsikan diri mereka bersadarkan karakteristik internal. Mereka mulai
mendefinisikan konsep diri yang merupakan suatu evaluasi diri. Interaksi dengan kelompok akan
menyebabkan mereka mendefinisikan pencapaian diri berdasarkan perbandingan dengan pencapaian
orang lain. Hal ini dilakukan saat mereka berusaha membangun citra diri yang positif (Santrock, 2007).

Perkembangan Moral. Seiring perkembangan kognisi dan pengalaman social, kebutuhan akan nilai
moral dan social semakin dirasakan oleh anak usia sekolah. Sebagai contoh, anak berusia 12 tahun
mempu membayangkan bagaimana bentuk masyarakat jika tanpa peraturan karena mereka telah dapat
membangun alasan secara logis dan telah memperolah pengalaman dari permainan kelompok. Mereka
menganggap peraturan sebagai prinsip kehidupan yang penting. Pada usia awal sekolah, mereka masih
menginterpretasikan peraturan sebagai hal yang harus ditaati. Seiring pertumbuhannya, mereka mulai
membangun pertimbangan yang lebih fleksibel dan mengevaluasi peraturan untuk penerapannya dalam
situasi tertentu.

Hubungan Kelompok. Keberhasilan kelompok dan pribadi menjadi hal yang penting bagi anak usia
sekolah. Permainan melibatkan kelompok dan pencapaian tujuan kelompok. Aktivitas soliter telah banyak
digantikan oleh aktivitas kelompok. Standar keberhasilan mencakup usaha belajar berkontribusi, bekerja
sama, dan bekerja mencapai tujuan bersama.

Anak usia sekolah lebih menyukai kelompok sesama jenis dibandingkan lawan jenis. Umumnya mereka
memiliki pandangan negative tentang lawan jenis. Keseragaman tampak jelas pada tingkah laku, gaya
berpakaian, dan pola berbicara yang semakin dipengaruhi oleh kontak kelompok. Pada masa ini, klub dan
kelompok menjadi semakin menonjol. Identitas kelompok semakin meningkat pada masa remaja.

Anda mungkin juga menyukai