Anda di halaman 1dari 5

Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi

Pendahuluan
Mempelajari Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi, pada dasarnya mempelajari masalah gizi,
dan akan lebih jelas kalau dilihat dari konsep alamiah penyakit yang diterapkan dalam masalah
gizi, khususnya yang berhubungan dengan defisiensi gizi, yaitu Riwayat Alamiah Terjadinya
Penyakit Defisiensi Gizi. Penerapannya dapat menggunakan konsep “pohon masalah”, yang
dapat memperlihatkan penyebab langsung, tidak langsung, penyebab utama dan akar masalah.
Disamping itu juga, upaya pencegahan dapat dilakukan dengan lima tahapan pencegahan
berdasarkan proses alamiah terjadi penyakit, dimana bisa juga diterapkan dalam upaya
pencegahan penyakit defisiensi gizi, seperti yang diperlihatkan pada Five Level of Prevention.

Pengertian secara umum tentang Patogenesis


adalah perkembangan atau evolusi terjadinya penyakit dalam lingkungan tertentu, yang dalam
tulisan ini adalah patogensis penyakit defisiensi gizi, merupakan bagian dari masalah gizi,
ketidak seimbangan antara intake (makanan yang dimakan) dan kebutuhan gizi tubuh adalah
masalah gizi. Defisiensi gizi terjadi jika zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang
dikonsumsi mengalami defisiensi atau kekurangan, bila ini terjadi secara bertahap sel, intrasel,
jaringan, dan organ tubuh akan mengalami kematian. Jika sebaliknya, terjadi kelebihan gizi, zat-
zat gizi makanan yang dikonsumsi mengalami kelebihan maka secara bertahap pula akan
mengalami proses toksisitas (over) dan selanjutnya secara bertahap sel, intrasel, jaringan, dan
organ tubuh akan mengalami kematian (lihat gambar diatas). Ketidak seimbangan antara intake
dan kebutuhan tubuh yaitu ketidak seimbangan zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan serat yang diperlukan seseorang sehari
yang dapat menimbulkan gejala kekurangan/kelebihan akan zat makanan tersebut. Ketidak
kesimbangan ini selalu berada dalam suatu lingkungan tertentu, artinya lingkungan juga dapat
mempengaruhi ketidak seimbangan antara intake dan kebutuhan gizi tubuh. Misalnya
lingkungan dimana terjadi gagal panen padi, disini tentunya ketersediaan pangan akan berkurang
sampai ketingkat konsumsi dan akhirnya akan terjadi kekurangan gizi.

Secara keseluruhan patogenesis penyakit defisiensi gizi adalah perkembangan proses interaksi
antara seseorang, dengan penyebab defisiensi gizi (zat-zat gizi makanan yaitu KH, protein,
Lemak, vitamin, mineral dan air) serta dengan lingkungan dimana seseorang dan zat-zat gizi
berada. Proses ini akan mengakibatkan sel, intrasel, jaringan, dan organ tubuh secara bertahap
akan mengalami gangguan dan dapat berakhir dengan kematian

Konsep Alamiah Terjadinya Masalah Gizi


(Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi)
Pada gambar di bawah ini yaitu gambar riwayat alamiah terjadinya masalah gizi (penyakit
defisiensi gizi), yang telah dibuat oleh ahli epidemiologi gizi, gambar ini dapat menunjukkan
perkembangan patogenesis penyakit defisiensi gizi.

1
Riwayat alamiah terjadinya masalah gizi (defisiensi gizi), dimulai dari tahap prepatogenesis yaitu
proses interaksi antara penjamu (host=manusia), dengan penyebab (agent=zat-zat gizi) serta
lingkungan (environment). Pada tahap ini terjadi keseimbangan antara ketiga komponen yaitu
tubuh manusia, zat gizi dan lingkungan dimana manusia dan zat-zat gizi makanan berada
(konsep : John Gordon).

Ada 4 kemungkinan terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi.


Pertama : Makanan yang dikonsumsi kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kedua : Peningkatan kepekaan host terhadap kebutuhan gizi mis : kebutuhan yang
meningkat karena sakit.
Ketiga : Pergeseran lingkungan yang memungkinkan kekurangan pangan, misalnya
misalnya gagal panen.
Keempat : Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host mis :
kepadatan penduduk di daerah kumuh

Catatan :
HOST (pejamu) : Manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat proses
alamiah perkembangan penyakit defisiensi gizi.
AGENT (penyebab) : Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan yang dapat menyebabkan
suatu penyakit defisiensi gizi.
ENVIRONMENT (lingkungan): Semua faktor luar dari individu (manusia)

Bila salah satu kemungkinan terjadinya patogensis penyakit defisiensi gizi tersebut diatas, maka
tahap pertama yang terjadi adalah “simpanan berkurang” yaitu zat-zat gizi dalam tubuh
terutama simpanan dalam bentuk lemak termasuk unsur-unsur biokatalisnya akan menggantikan
kebutuhan energi dari Karbohidart yang kurang, bila terus terjadi maka “Simpanan Habis”
yaitu titik kritis, tubuh akan menyesuaikan dua kemungkinan yaitu menunggu asupan gizi yang
memadai atau menggunakan protein tubuh untuk keperluan energi. Bila menggunakan protein
tubuh maka “perubahan faal dan metabolik” akan terjadi. Pada tahap awal akan terlihat
seseorang “ Tidak Sakit dan Tidak Sehat” sebagai batas klinis terjadinya penyakit defisiensi
gizi, bukan saja terjadi pada zat gizi penghasil energi tetapi juga vitamin mineral dan air
termasuk serat.

Prinsipnya terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi, seperti terlihat pada gambar prinsip
monitoring gizi di bawah ini
2
Zat gizi dipergunakan oleh sel tubuh untuk dipergunakan berbebagai aktifitas, bila zat gizi
kurang maka sel tubuh akan mengambil cadangan zat gizi (depot), bila zat gizi yang dikonsumsi
berlebihan maka akan disimpan dalam tubuh. Bila depot simpanan habis dan konsumsi zat gizi
kurang maka akan terjadi proses biokimia untuk mengubah unsur-unsur pengaangun strutuk
tubuh, ini artinya telah terjadi gangguan biokimia tubuh misalnya saja kadar Hb dan serum yang
turun. Bila terus berlanjut maka terjadi gangguan fungsi sel, jaringan dan organ tubuh. Bila tidak
segera diatasi dengan konsumsi gizi yang adekuat maka secara anatomi sel-sel, jaringan dan
organ tubuh akan terlihat mengalami kerusakan misalnya saja pada penyakit defisiensi gizi
kwashirkor dan marasmus. Gangguan anatomi dengan kerusakan jaringan yang parah dapat
berakhir dengan kematian.

Sebagai pembanding proses terjadinya patogenesis penyakit defisiensi gizi, dibawah ini
diliperlihatkan bagan riwayat alamiah terjadi penyakit.

Pada masa prepatogenesis bibit penyakit belum mamasuki penjamu, namun demikian telah ada
interaksi antara penjamu, bibit penjakit dan lingkungan, jika penjamu tidak dalam keadaan baik,
maka kondisi kesehatan menurun sehinga ada kemungkinan bibit penyakit masuk kedalam
tubuh.

Bila bibit penyakit telah masuk dalam tubuh, maka tahapan patogenesis dengan gejala yang
terlihat dan gejala yang tidak terlihat (horizon klinis). Dimulai dengan masa inkubasi yaitu
mulai masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh dan timbulnya gejala atau tanda sakit. Bila sudah
3
muncul gejala maka masa penyakit dini yaitu mulai munculnya gejala penyakit, dengan sifat
penyakit masih ringan. Selanjutnya bila tidak segera diatasi maka masa penyakit lanjut akan
muncul yaitu penderita tidak dapat melakukan aktivitas, dan memerlukan perawatan. Dan yang
terakhir adalah masa penyakit berakhir yaitu dapat sembuh sempurna atau sembuh dengan
cacat, dapat juga Carrier, Kronis dan meninggal dunia

Penerapan patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi


Penerapan patogenesis penyakit defisiensi gizi dalam upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi akan lebih mudah lagi difahami jika diterapkan dalam konsep
“pohon masalah” yang dapat memperlihatkan penyebab langsung, tidak langsung, penyebab
utama dan akar masalah. Seperti diperlihatkan dibawah ini ( Konsep Masalah Gizi menurut
Unicef). Masalah gizi dalam tahapan penyebab langsung disebabkan oleh konsumsi zat gizi
(yang rendah), pada pendekatan patogenesis dinyatakan sebagai Agent dan adanya penyakit
infeksi dinyatakan sebagai host. Kedua penyebab langsung ini juga saling berinteraksi
memperparah terjadinya masalah gizi.

Dengan di diketahui penyebab langsung. Maka selanjutnya Penyebab tidak langsung, penyebab
utama dan akar masalah akan dengan mudah dijabarkan dalam upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi.

Mempelajari konsep patogenesis (penyakit defisiensi gizi), sekaligus juga akan terurai upaya-
upaya pencegahan sesuai dengan tahapan patogenesis yang terjadi. Leavell and Clark 1958,
yang telah menjabarkan lima tahapan pencegahan berdasarkan proses alamiah terjadi penyakit
yang bisa juga diterapkan dalam upaya pencegahan penyakit defisiensi gizi, seperti yang
diperlihatkan pada gambar Five Level of Prevention.

Lima tingkatan (tahapan) pencegahan itu adalah :

Pertama : Promosi Kesehatan (Health Promotion), penyusunan Standar Kebutuhan Gizi


yang di Anjurkan, atau pedoman penerapan gizi seimbang – yang dulu lebih dikenal dengan 4
sehat 5 sempurna— merupakan bagian dari promosi kesehatan.

Kedua : Perlindungan Khusus (specific Protektion) , pemberian zat gizi tertentu


misalnya saja Pemberian vitamin A pada anak balita dua kali dalam setahun untuk melindungi

4
anak dari kebutahan, merupakan salah satu upaya dalam tahapan perlindungan khusus ini.
Tahap pertama dan Kedua ini pencegahan yang berada pada periode prepatogenesis.

Pencegahan yang berada pada periode patogenesis yaitu tahapan atau tingkat ke Tiga

Ketiga : Diagnosa Dini dan Pengobatan yang tepat (Early Diagnosis and Prompt
Treatment), sekrening survei berat badan dibawah garis merah pada KMS balita untuk
penentukan anak balita yang benar-benar menderita gizi kurang dan anak balita yang benar-benar
tidak menderita gizi kurang adalah salah satu contoh dari tahapan ini.

Kempat; Mengurangi Kelemahan (Disability Limitation). Pemberian diet sebagai bagian


dari proses penyembuhan penyakit merupakan bagian dari tahapan ini.

Dan tahapan yang terakhir adalah Tingkatan Kelima; Rehabilitasi, Pemberian makanan yang
disesuaikan dengan keadaan pasien merupakan bagian dari tahapan ini.

Leavell and Clark juga mengelompokan lima tingkatan pencegahan dalam tiga kelompok
pencegahan promosi kesehatan dan perlindungan khusus sebagai pencegahan tingkat pertama
(primer), diagnosa dini dan pengobatan yang tepat sebagai pencegahan tingkat kedua
(sekunder), dan pengurangi kecatatan dan rehabilitasi sebagai pencegahan tingkat tiga
(tertiary).

Kesimpulan
Patogenesis Penyakit Defisiensi Gizi adalah perkembangan atau tahapan terjadinya masalah
gizi baik dalam bentuk defisiensi gizi maupun over gizi. Dengan menggunakan konsep alamiah
terjadinya penyakit, kemudian diterapkan dalam konsep alamiah terjadinya masalah gizi,
khususnya yang berhubungan dengan defisiensi gizi, maka patogenesis Riwayat Alamiah
Terjadinya Penyakit Defisiensi Gizi dapat terpetakan, dan merupakan pintu masuk untuk lebih
memahami secara mendalam tentang zat-zat gizi yang mengalami defisiensi. Penerapannya dapat
menggunakan konsep “pohon masalah” yang dapat memperlihatkan penyebab langsung, tidak
langsung, penyebab utama dan akar masalah. Disamping itu juga upaya pencegahan dapat
dilakukan dengan lima tahapan pencegahan berdasarkan proses alamiah terjadi penyakit yang
bisa juga diterapkan dalam upaya pencegahan penyakit defisiensi gizi.

Anda mungkin juga menyukai