Anda di halaman 1dari 14

A.

Radiasi Benda Hitam


Apabila sepotong besi kita panaskan, maka suhu logam tersebut
akan mengalami kenaikkan. Makin lama dipanaskan, suhunya semakin
tinggi. Makin tinggi suhu benda akan menimbulkan ruangan disekitar benda
itu menjadi panas. Hal ini menunjukkan bahwa hal ini menunjukkan bahwa
benda memancarkan energi kalor kesekitarnya. Energi yang dipancarkan
benda kesekitarnya disebut energi radiasi. Energi radiasi yang dipancarkan
sebuah benda dalam bentuk gelombang, yaitu gelombang elektromagnetik.
Faktor apa saja yang mempengaruhi radiasi suatu benda ? Jika kita
berada didekat benda yang panas, pada tubuh kita akan terasa panas. Tubuh
akan terasa semakin panas apabila kita berada didekat benda yang suhunya
lebih tinggi. Serta panas yang kita rasakan akan semakin kuat jika benda
yang berada didekat kita berwarna gelap, disamping itu juga makin luas
permukaan benda, semakin terasa panas yang kita rasakan. Di samping
benda memancarkan panas, benda pun dapat menyerap panas (energi). Hal
ini tergantung pada suhu antara benda dengan ruangan disekitar benda.
Apabila suhu benda lebih tinggi daripada suhu ruangan, benda akan
memancarkan panas dan sebaliknya jika suhu benda lebih rendah, maka
benda tersebut akan menyerap energi (panas).
Energi yang dipancarkan oleh suatu benda tidak tergantung pada
jenis bendanya. Akan tetapi tergantung pada suhu benda itu dan sifat
permukaan benda. Benda yang mudah menyerap panas sekaligus merupakan
benda yang memancarkan panas dengan baik. Makin tinggi suhu benda
semakin besar energi yang dipancarkan. Tabel dibawah ini menunjukkan
hubungan antara suhu benda dengan warna benda dari hasil eksperimen.
Tabel 1. Hubungan Antara Suhu Benda dengan Warna Benda
Suhu Benda dalam 0C Warna Benda
500-700 Merah Tua
700-800 Merah
800-900 Merah Jingga
900-1000 Jingga
1000-1100 Kuning
1100-1300 Kuning Muda
1300-1500 Putih
Eksperimen tentang radiasi kalor benda pertamakali dolakukan oleh
Joseph Stefan dan Ludwig Boltzman, diperoleh kesimpulan yang dinyatakan
dalam rumus:
4
P=eσ AT
dengan:
P = daya radiasi (W)
e = emisivitas benda
σ = konstanta Stefa-Boltzmann (5,60 ×10−8 W m−2 K −4 )
A = luas permukaan benda (m2)
T = suhu benda (K)
Persamaan diatas disebut dengan Hukum Stefan- Boltzmann.
Emisivitas adalah konstanta yang besarnya tergantung pada sifat permukaan
benda yang mempumyai nilai antara 0 hingga 1. Untuk benda yang
mempunyai emisivitas 1 dinamakan benda hitam, yaitu suatu benda yang
mempunyai sifat menyerap semua kalor. Benda hitam diidentikkan dengan
benda berongga yang memiliki lubang kecil.
Secara umum bentuk terinci dari spektrum radiasi panas yang
dipancarkan oleh suatu benda panas bergantumg pada komposisi benda itu.
Meskipun demikian, hasil eksperimen menunjukkan bahwa ada satu kelas
benda panas yang memancarkan spektra panas dengan karakter yang
universal. Benda ini adalah benda hitam (black body). Benda hitam
merupakan benda yang permukaannya sedemikian sehingga menyerap
semua radiasi yang datang padanya (tidak ada radiasi yang dipantulkan
keluar dari benda hitam). Dari pengamatan diperoleh bahwa semua benda
hitam pada suhu yang sama memancarkan radiasi dengan spektrum yang
sama. Sifat- sifat universal dari radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam
ini menarik untuk dijelaskan secara teoritis.
Tidak ada benda hitam yang sempurna. Kita hanya dapat membuat
benda yang mendekati benda yang mendekati benda hitam. Seperti pada
Gambar 1. Walaupun permukaan dalam kotak dicat warna putih seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2. Ketika kotak ditutup, lubang kotak tampak
hitam pada siang hari Gambar 3. Mengapa demikian?

Gambar 1 dan 2. Walaupun bagian dalam kotak dicat putih, lubang kotak
tampak gelap (hitam).

Gambar 3. Kalor Radiasi yang Memasuki Lubang Hampir Diserap Secara


Sempurna Melalui Beberapa Kali Pantulan Sebelum Kalor Radiasi Itu
Keluar Dari Lubang.

Ketika radiasi dari cahaya matahari memasuki lubang kotak, radiasi


dipantulkan berulang- ulang oleh dinding kotak dan setelah pemantulan ini
hampir dapat dikatakan tidak ada lagi radiasi yang tersisa (semua radiasi
telah diserap di dalam kotak). Dengan kata lain, lubang telah berfungsi
menyerap semua radiasi yang datang padanya. Akibatnya lubang tampak
hitam.
Hukum Pergeseran Wien
Pada Gambar 4. Untuk suhu yang lebih tinggi, intensitas pancaran
maksimum bergeser ke arah panjang gelombang pendek.
Gambar 4. Intensitas Radiasi E(�) Sebagai Fungsi Panjang Gelombang Pada
Suhu 2000K, 3000K, dan 400K.

Hal ini dinyatakan dengan hukum pergeseran wien dengan rumus:


2,898 × 10−3
λm =
T
dengan:
λm = panjang gelombang pada intensitas maksimum (m)
T = suhu mutlak (K)
Intensitas radiasi maksimum bergeser ke arah panjang gelombang pendek
apabila suhu benda naik.
Teori Rayleight- Jeans
Rayleight- Jeans menentukan hubungan energi radiasi dengan
frekuensi gelombang. Hukum pergeseran Wien hanya menjelaskan
hubungan antara energi radiasi terhadap panjang gelombang dengan cara
mencari fungsi matematis yang sesuai dengan kurva (spektrum) sehingga
tidak dapat menjelaskan tentang benda hitam. Rayleight dan Jeans
menjelaskan radiasi termal berdasarkan modus vibrasi (getaran) pada
rongga benda hitam. Sesuai dengan hukum ekuipartisi energi maka setiap
partikel dalam benda hitam akan mempunyai energi untuk setiap derajat
kebebasannya yaitu sebesar:
1
E= kT
2
Suhu mutlak T bersifat kontinu sehingga energi termal yang
dipancarkannya juga akan bersifat kontinu. Maka, menurut Reyleight- Jeans
energi harus bersifat kontinu. Bentuk grafik yang diperoleh secara teoritis
dengan bentuk grafik secara eksperimen berbeda. Hanya akan sesuai untuk
daerah frekuensi yang rendah atau panjang gelombang yang panjang
sehingga sesuai dengan hasil percobaan radiasi benda hitam adalah hukum
pergeseran Wien.
Teori Planck
Max Planck mendapatkan fakta bahwa rumus Wien cocok untuk
radiasi benda hitam, jika dilakukan pengembangan secara teoritis. Planck
juga berhasil memperbaiki teori Rayleight- Jeans yang akhirnya akan sesuai
dengan spektrum radiasi benda hitam. Menurut Planck energi merupakan
paket- paket energi yang disebut dengan kuanta, dapat dikatakan pula bahwa
energi bersifat diskret. Energi gelombang elektromagnetik dalam benda
hitam dirumuskan dengan:
E=n hƒ
dengan:
E= energi (joule)
h = kontanta planck (6,63 ×10−34 joule sekon )
ƒ = frekensi (Hz)
n = jumlah kuanta
Menurut Max Planck cahaya merupakan gelombang elektromagneik
yang merupakan kuanta yang bergerak dengan kecepatan cahaya. Kuanta-
kuanta tersebut dinamakan dengan foton. Foton memiliki dua sifat, yaitu
sebagai gelombang dan sebagai partikel.
B. Efek Foto Listrik
Seperti anda ketahui teori fisika klasik telah gagal menjelaskan
spektrum energi radiasi benda hitam. Gagasan terobosan Max Planck yang
justru dapat menjelaskan spektrum energi radiasi benda hitam ini secara
memuaskan. Menurut Planck, radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam
tidak kontinu seperti pandangan fisikawan klasik, tetapi dalam paket- paket
energi diskret, yang disebut foton. Besar paket energi ini hanya bergantung
pada frekuensi gelombang elektromagnetik, f. Energi satu foton dirumuskan
oleh E= h f.
Satu lagi peristiwa yang tidak dapat dijelaskan oleh fisikawan klasik
adalah berkaitan dengan pengamatan Heinrich Hertz pada tahun 1887. Ia
mengamati bahwa suatu percikan akan melompat dengan cepat diantara dua
logam bermuatan listrik justru ketika permukaan bola logam disinari oleh
cahaya yang datang dari percikan bola lainnya. Di sini cahaya yang
menyinari permukaan bola logam mempermudah lepasnya partikel- partikel
bermuatan (selanjutnya dikenali oleh Leanerd sebagai elektron). Peristiwa
keluarnya elektron- elektron ketika suatu permukaan logam disinari oleh
radiasi elektromagnetik (misalnya cahaya tampak, inframerah, ultraviolet)
dikenal sebagai efek fotolistrik. Elektron yang keluar disebut fotoelektron.
Percobaan Efek Fotolistrik

Gambar 5. Skema Alat Untuk Menyelidiki Efek Fotolistrik.

Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein


untuk mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara
yang dilengkapi dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan
sumber tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam
ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik.
Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter
menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus
listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari
permukaan (yang selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B.
Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik
juga semakin mengecil dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya
negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo),
amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang
mengalir atau tidak ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini
disebut potensial henti, yang nilainya tidak tergantung pada intensitas
cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik
maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar :
1 2
Ek = mv =e V 0
2
dengan:
Ek = Energi kinetik elektro foto ( J atau eV)
m = massa elektron (kg)
v = kecepatan elektron (m/s)
e = muatan elektron (C)
V0 = potensial henti (Volt)
Berikut ini gambar yang menunjukkan hubungan antara intensitas
dengan potensial henti:

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Intensitas Dengan Potensial Henti

Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton)


yang dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek
fotolistrik akan timbul jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu.
Demikian juga frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek
fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai.
Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik
Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori
gelombang dan teori kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek
fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran yang sangat penting,
yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas.
Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat
penting yang terjadi pada efek fotolistrik, antara lain :
a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah
besar jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa energi kinetik elektron foto tidak tergantung pada
intensitas foton yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang
frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek
fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan
untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar
dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk
melepaskan elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya
elektron terlepas dari permukaan logam dalam waktu singkat (spontan)
dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik
maksimum elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang
dijatuhkan diperbesar.
Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik
Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut
teori kuantum bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf,
sehingga menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya
foton, tidak menambah energi foton selama frekuensi foton tetap.
Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk
paket, sehingga energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan
seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat
pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi
ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk
melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau
energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam yang digunakan.
Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi
kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi
kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi
ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi
foton terkecil yang mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi
ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang mampu
menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang ambang. Sehingga
hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik elektron foton
dapat dinyatakan dalam persamaan:
E=W 0 + EK maks
Atau
EK maks=E−W 0
1
m v 2=hf −h f 0
2
dengan:
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang
C.Efek Compton
Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun
1923. Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya
foton tidak memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan
peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy
Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara
foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati
hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan
menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf dan momentum
hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein.
Penemuan Efek Compton
Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik
(sinar X yang memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping
tipis berilium sebagai sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari
sinar X dan elektron yang terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah
menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang kemudian
terhambur dengan sudut hamburan sebesar θ terhadap arah semula.
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki
panjang gelombang yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X
semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika
energi foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur
menjadi (hf– hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang
terhambur menjadi tambah besar yaitu λ > λ’.
Skema Percobaan Efek Compton

Gambar 7. Skema Percobaan Compton Untuk Menyelidiki Tumbukan Foton


dan Elektron
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan
energi Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang
gelombang foton terhambur dengan panjang gelombang semula, yang
memenuhi persamaan :
θ
1−cos ¿
h
∆ λ=λ ' −λ= ¿
m0 c
dengan:
∆ λ = beda panjang gelombang foton sesudah dan sebelum tumbukan (m)
λ = panjang gelombang foton sesudah tumbukan (m)
λ' = panjang gelombang foton sebelum tumbukan (m)
h = tetapan planck (6,63 ×10−34 Js)
c = cepat rambat cahaya dalam vakum (3 ×108 m/s )
θ = sudut penyimpangan foton terhadap arahnya semula (0)
m0 = massa diam elektron (9,1 ×10−31 kg ¿
h
Besaran sering disebut dengan panjang gelombang
m0 c
Compton. Jadi jelaslah sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton
tentang hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa foton dapat
dipandang sebagai partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang
mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai
gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut
sebagai dualisme gelombang cahaya.
Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari- Hari
1. Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Mengukur suhu-suhu bintang. Dengan mengukur intensitas radiasi
yang dipancarkan oleh setiap bintang maka suhunya dapat diprediksi
menggunakan hukum pergeseran Wien.
2. Aplikasi Efek Fotolistrik
Sangat mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama
efek fotolistrik berada dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan
elektronika saat itu suara dubbing film direkam dalam bentuk sinyal optik di
sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca
kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat
dengan menggunakan amplifier tabung sehingga menghasilkan film
bersuara.
Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto-
pengganda (photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir
semua spektrum radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki
efisiensi yang sangat tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal
sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini, kelompok peneliti
Superkamiokande di Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang
akhirnya dianugrahi hadiah Nobel pada tahun 2002. Di samping itu efek
fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi
melalui peralatan yang bernama photoelectron spectroscopy atau PES.
Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh
masyarakat. Ambil contoh foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat
sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat
optik transmisi sebesar 40 Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya
sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto-
diode.
Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi
matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah
semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan
elektron dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan
kelebihan hole di sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika
dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik.
Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang
dilengkapi dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera
pada ponsel, kamera digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau
pemindai kode-batang (barcode) yang dipakai diseluruh supermarket,
kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra
yang dikehendaki menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat
diproses oleh komputer.
Penerapan Efek Fotolistrik
Sel surya atau sel fotovoltaik adalah memanfaatkan efek fotolistrik
untuk membangkitkan arus listrik dari cahaya matahari. Efek fotolistrik
muncul ketika cahaya tampak atau radiasi ultraviolet jatuh ke permukaan
benda tertentu. Cahaya atau radiasi mendorong elektron keluar dari benda
tersebut, yang jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik.
Keunikan efek fotolistrik adalah ia hanya muncul ketika cahaya yang
menerpa memiliki frekuensi di atas nilai ambang tertentu. Di bawah nilai
ambang tersebut, tidak ada elektron yang terpancar keluar, tidak peduli
seberapa banyak cahaya yang menerpa benda. Frekuensi minimum yang
kemunculan efek fotolistrik tergantung pada jenis bahan yang disinari.
3. Aplikasi Efek Compton
Teleskop compton nuklir (nct) adalah γ ditanggung balon-ray-
lembut (0,215mev) teleskop dirancang untukm mengetahui sumber
astrofisika dari garis emisi nuklir dan pola isasi γ-ray. Nct menggunakan
sebuah array dari 12 detekto rpencitraan 3-d germanium
(geds).sebuahprototipe 2-ged tentang dijadwalkan nct akanditerbangkan di
musim semi 2004. Program nct dirancang untuk mengembangkan dan
menguji teknologi dan teknik analisis penting untuk compton advanced
hubble, selama belajar radiasi γ-ray dengan resolusi spektral yang sangat
tinggi, resolusi sudut moderat, dan sensitivitas yang tinggi. Nct memiliki
sebuah novel, desain ultra-kompak dioptimalkan untuk mempelajari garis
emisi nuklir dalam kisaran 0,5-2 kritis mev,dan polarisasi dalam kisaran 0,2-
0,5 mev. Penerbangan prototipe kritis akan menguji instrumen teknologi
novel, teknik analisis, dan prosedur penolakan latarbelakang kami telah
dikembangkan untuk telesko pberesolus itinggi compton. Dalam tulisa nini
kami menyajikan gambara ninstrum enprototipe NCT.
Penerapan Efek Compton
Nuklir Compton Telescope (NCT) adalah eksperimen balloon-borne
untuk mendeteksi sinar gamma dari sumber astrofisika seperti supernova,
pulsar, AGN, dan lain-lain. Teleskop ini diluncurkan dengan balon
ketinggian tinggi ke ketinggian mengambang sekitar 40km.
Teleskop Compton menggunakan sebuah array-12-3D kadar tinggi
Germanium Detektor spektral resolusi untuk mendeteksi sinar gamma. Pada
bagian bawahnya setengah detektor dikelilingi oleh Bismuth germanate
sintilator untuk melindungi dari sinar gamma atmosfer. Teleskop memiliki
medan pandang (FOV) dari 25% dari langit.
Dua prototipe detektor berhasil diuji dan diterbangkan pada tanggal
1 Juni 2005 dari Scientific Balloon Flight Facility, Fort Sumner, New
Mexico. Pada tanggal 19 Mei 2009, instrumen penuh berhasil diluncurkan
dari Fort Sumner di New Mexico dan mampu mengamati kepiting pulsar.
Sayangnya itu gagal untuk memulai pada bulan April 2010 di Alice Springs,
Australia, ketika balon pecah menambatkan untuk derek di angin tinggi.
4. Aplikasi Sinar X
Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik
dengan gelombang pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya
antara lain sinar lampu, ultra violet, infra merah, gelombang radio, dan TV.
Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang
dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat
diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir. Perangkat sinar-X untuk
diagnosis disebut dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi
disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan perkembangan teknologi dewasa
ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu
melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed Tomography
Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan
membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit,
sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat
daerah peralatan yang menggunakan sinar-X masih terbatas hanya pada
pesawat Rontgen. Karena pesawat radioterapi membutuhkan catu daya
listrik yang cukup besar, pada hal sumber listrik di daerah relatip masih
rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini lebih dititik beratkan pada
penggunaan sinar-X untuk pesawat Rontgen.

Anda mungkin juga menyukai