Apabila sepotong besi kita panaskan, maka suhu logam tersebut akan mengalami kenaikkan. Makin lama dipanaskan, suhunya semakin tinggi. Makin tinggi suhu benda akan menimbulkan ruangan disekitar benda itu menjadi panas. Hal ini menunjukkan bahwa hal ini menunjukkan bahwa benda memancarkan energi kalor kesekitarnya. Energi yang dipancarkan benda kesekitarnya disebut energi radiasi. Energi radiasi yang dipancarkan sebuah benda dalam bentuk gelombang, yaitu gelombang elektromagnetik. Faktor apa saja yang mempengaruhi radiasi suatu benda ? Jika kita berada didekat benda yang panas, pada tubuh kita akan terasa panas. Tubuh akan terasa semakin panas apabila kita berada didekat benda yang suhunya lebih tinggi. Serta panas yang kita rasakan akan semakin kuat jika benda yang berada didekat kita berwarna gelap, disamping itu juga makin luas permukaan benda, semakin terasa panas yang kita rasakan. Di samping benda memancarkan panas, benda pun dapat menyerap panas (energi). Hal ini tergantung pada suhu antara benda dengan ruangan disekitar benda. Apabila suhu benda lebih tinggi daripada suhu ruangan, benda akan memancarkan panas dan sebaliknya jika suhu benda lebih rendah, maka benda tersebut akan menyerap energi (panas). Energi yang dipancarkan oleh suatu benda tidak tergantung pada jenis bendanya. Akan tetapi tergantung pada suhu benda itu dan sifat permukaan benda. Benda yang mudah menyerap panas sekaligus merupakan benda yang memancarkan panas dengan baik. Makin tinggi suhu benda semakin besar energi yang dipancarkan. Tabel dibawah ini menunjukkan hubungan antara suhu benda dengan warna benda dari hasil eksperimen. Tabel 1. Hubungan Antara Suhu Benda dengan Warna Benda Suhu Benda dalam 0C Warna Benda 500-700 Merah Tua 700-800 Merah 800-900 Merah Jingga 900-1000 Jingga 1000-1100 Kuning 1100-1300 Kuning Muda 1300-1500 Putih Eksperimen tentang radiasi kalor benda pertamakali dolakukan oleh Joseph Stefan dan Ludwig Boltzman, diperoleh kesimpulan yang dinyatakan dalam rumus: 4 P=eσ AT dengan: P = daya radiasi (W) e = emisivitas benda σ = konstanta Stefa-Boltzmann (5,60 ×10−8 W m−2 K −4 ) A = luas permukaan benda (m2) T = suhu benda (K) Persamaan diatas disebut dengan Hukum Stefan- Boltzmann. Emisivitas adalah konstanta yang besarnya tergantung pada sifat permukaan benda yang mempumyai nilai antara 0 hingga 1. Untuk benda yang mempunyai emisivitas 1 dinamakan benda hitam, yaitu suatu benda yang mempunyai sifat menyerap semua kalor. Benda hitam diidentikkan dengan benda berongga yang memiliki lubang kecil. Secara umum bentuk terinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan oleh suatu benda panas bergantumg pada komposisi benda itu. Meskipun demikian, hasil eksperimen menunjukkan bahwa ada satu kelas benda panas yang memancarkan spektra panas dengan karakter yang universal. Benda ini adalah benda hitam (black body). Benda hitam merupakan benda yang permukaannya sedemikian sehingga menyerap semua radiasi yang datang padanya (tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar dari benda hitam). Dari pengamatan diperoleh bahwa semua benda hitam pada suhu yang sama memancarkan radiasi dengan spektrum yang sama. Sifat- sifat universal dari radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam ini menarik untuk dijelaskan secara teoritis. Tidak ada benda hitam yang sempurna. Kita hanya dapat membuat benda yang mendekati benda yang mendekati benda hitam. Seperti pada Gambar 1. Walaupun permukaan dalam kotak dicat warna putih seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Ketika kotak ditutup, lubang kotak tampak hitam pada siang hari Gambar 3. Mengapa demikian?
Gambar 1 dan 2. Walaupun bagian dalam kotak dicat putih, lubang kotak tampak gelap (hitam).
Gambar 3. Kalor Radiasi yang Memasuki Lubang Hampir Diserap Secara
Sempurna Melalui Beberapa Kali Pantulan Sebelum Kalor Radiasi Itu Keluar Dari Lubang.
Ketika radiasi dari cahaya matahari memasuki lubang kotak, radiasi
dipantulkan berulang- ulang oleh dinding kotak dan setelah pemantulan ini hampir dapat dikatakan tidak ada lagi radiasi yang tersisa (semua radiasi telah diserap di dalam kotak). Dengan kata lain, lubang telah berfungsi menyerap semua radiasi yang datang padanya. Akibatnya lubang tampak hitam. Hukum Pergeseran Wien Pada Gambar 4. Untuk suhu yang lebih tinggi, intensitas pancaran maksimum bergeser ke arah panjang gelombang pendek. Gambar 4. Intensitas Radiasi E(�) Sebagai Fungsi Panjang Gelombang Pada Suhu 2000K, 3000K, dan 400K.
Hal ini dinyatakan dengan hukum pergeseran wien dengan rumus:
2,898 × 10−3 λm = T dengan: λm = panjang gelombang pada intensitas maksimum (m) T = suhu mutlak (K) Intensitas radiasi maksimum bergeser ke arah panjang gelombang pendek apabila suhu benda naik. Teori Rayleight- Jeans Rayleight- Jeans menentukan hubungan energi radiasi dengan frekuensi gelombang. Hukum pergeseran Wien hanya menjelaskan hubungan antara energi radiasi terhadap panjang gelombang dengan cara mencari fungsi matematis yang sesuai dengan kurva (spektrum) sehingga tidak dapat menjelaskan tentang benda hitam. Rayleight dan Jeans menjelaskan radiasi termal berdasarkan modus vibrasi (getaran) pada rongga benda hitam. Sesuai dengan hukum ekuipartisi energi maka setiap partikel dalam benda hitam akan mempunyai energi untuk setiap derajat kebebasannya yaitu sebesar: 1 E= kT 2 Suhu mutlak T bersifat kontinu sehingga energi termal yang dipancarkannya juga akan bersifat kontinu. Maka, menurut Reyleight- Jeans energi harus bersifat kontinu. Bentuk grafik yang diperoleh secara teoritis dengan bentuk grafik secara eksperimen berbeda. Hanya akan sesuai untuk daerah frekuensi yang rendah atau panjang gelombang yang panjang sehingga sesuai dengan hasil percobaan radiasi benda hitam adalah hukum pergeseran Wien. Teori Planck Max Planck mendapatkan fakta bahwa rumus Wien cocok untuk radiasi benda hitam, jika dilakukan pengembangan secara teoritis. Planck juga berhasil memperbaiki teori Rayleight- Jeans yang akhirnya akan sesuai dengan spektrum radiasi benda hitam. Menurut Planck energi merupakan paket- paket energi yang disebut dengan kuanta, dapat dikatakan pula bahwa energi bersifat diskret. Energi gelombang elektromagnetik dalam benda hitam dirumuskan dengan: E=n hƒ dengan: E= energi (joule) h = kontanta planck (6,63 ×10−34 joule sekon ) ƒ = frekensi (Hz) n = jumlah kuanta Menurut Max Planck cahaya merupakan gelombang elektromagneik yang merupakan kuanta yang bergerak dengan kecepatan cahaya. Kuanta- kuanta tersebut dinamakan dengan foton. Foton memiliki dua sifat, yaitu sebagai gelombang dan sebagai partikel. B. Efek Foto Listrik Seperti anda ketahui teori fisika klasik telah gagal menjelaskan spektrum energi radiasi benda hitam. Gagasan terobosan Max Planck yang justru dapat menjelaskan spektrum energi radiasi benda hitam ini secara memuaskan. Menurut Planck, radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam tidak kontinu seperti pandangan fisikawan klasik, tetapi dalam paket- paket energi diskret, yang disebut foton. Besar paket energi ini hanya bergantung pada frekuensi gelombang elektromagnetik, f. Energi satu foton dirumuskan oleh E= h f. Satu lagi peristiwa yang tidak dapat dijelaskan oleh fisikawan klasik adalah berkaitan dengan pengamatan Heinrich Hertz pada tahun 1887. Ia mengamati bahwa suatu percikan akan melompat dengan cepat diantara dua logam bermuatan listrik justru ketika permukaan bola logam disinari oleh cahaya yang datang dari percikan bola lainnya. Di sini cahaya yang menyinari permukaan bola logam mempermudah lepasnya partikel- partikel bermuatan (selanjutnya dikenali oleh Leanerd sebagai elektron). Peristiwa keluarnya elektron- elektron ketika suatu permukaan logam disinari oleh radiasi elektromagnetik (misalnya cahaya tampak, inframerah, ultraviolet) dikenal sebagai efek fotolistrik. Elektron yang keluar disebut fotoelektron. Percobaan Efek Fotolistrik
Gambar 5. Skema Alat Untuk Menyelidiki Efek Fotolistrik.
Gambar diatas menggambarkan skema alat yang digunakan Einstein
untuk mengadakan percobaan. Alat tersebut terdiri atas tabung hampa udara yang dilengkapi dengan dua elektroda A dan B dan dihubungkan dengan sumber tegangan arus searah (DC). Pada saat alat tersebut dibawa ke dalam ruang gelap, maka amperemeter tidak menunjukkan adanya arus listrik. Akan tetapi pada saat permukaan Katoda (A) dijatuhkan sinar amperemeter menunjukkan adanya arus listrik. Hal ini menunjukkan adanya aliran arus listrik. Aliran arus ini terjadi karena adanya elektron yang terlepas dari permukaan (yang selanjutnya disebut elektron foto) A bergerak menuju B. Apabila tegangan baterai diperkecil sedikit demi sedikit, ternyata arus listrik juga semakin mengecil dan jika tegangan terus diperkecil sampai nilainya negatif, ternyata pada saat tegangan mencapai nilai tertentu (-Vo), amperemeter menunjuk angka nol yang berarti tidak ada arus listrik yang mengalir atau tidak ada elektron yang keluar dari keping A. Potensial Vo ini disebut potensial henti, yang nilainya tidak tergantung pada intensitas cahaya yang dijatuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum elektron yang keluar dari permukaan adalah sebesar : 1 2 Ek = mv =e V 0 2 dengan: Ek = Energi kinetik elektro foto ( J atau eV) m = massa elektron (kg) v = kecepatan elektron (m/s) e = muatan elektron (C) V0 = potensial henti (Volt) Berikut ini gambar yang menunjukkan hubungan antara intensitas dengan potensial henti:
Gambar 6. Grafik Hubungan Antara Intensitas Dengan Potensial Henti
Berdasarkan hasil percobaan ini ternyata tidak semua cahaya (foton)
yang dijatuhkan pada keping akan menimbulkan efek fotolistrik. Efek fotolistrik akan timbul jika frekuensinya lebih besar dari frekuensi tertentu. Demikian juga frekuensi minimal yang mampu menimbulkan efek fotolistrik tergantung pada jenis logam yang dipakai. Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini. Dalam teori gelombang ada dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang gelombang) dan intensitas. Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang terjadi pada efek fotolistrik, antara lain : a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah besar jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa energi kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton yang dijatuhkan. b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar dapat timbul elektron foto. c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron terlepas dari permukaan logam dalam waktu singkat (spontan) dalam waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran. d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik maksimum elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan diperbesar. Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah energi foton selama frekuensi foton tetap. Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka diperlukan energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya (hf < Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang. Sebaliknya panjang gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan energi kinetik elektron foton dapat dinyatakan dalam persamaan: E=W 0 + EK maks Atau EK maks=E−W 0 1 m v 2=hf −h f 0 2 dengan: Ek = energi kinetik maksimum elektron foto h = konstanta Planck f = frekuensi foton fo = frekuensi ambang C.Efek Compton Efek compton ditemukan oleh Arthur Holy Compton pada tahun 1923. Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar, maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala tumbukan antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton mengamati hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf dan momentum hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein. Penemuan Efek Compton Percobaan Compton cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang memiliki panjang gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium sebagai sasarannya. Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang terhambur dipasang detektor. Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang kemudian terhambur dengan sudut hamburan sebesar θ terhadap arah semula. Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki panjang gelombang yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal ini dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika energi foton sinar X mula-mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur menjadi (hf– hf’) dalam hal ini f > f’, sedangkan panjang gelombang yang terhambur menjadi tambah besar yaitu λ > λ’. Skema Percobaan Efek Compton
Gambar 7. Skema Percobaan Compton Untuk Menyelidiki Tumbukan Foton
dan Elektron Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton terhambur dengan panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan : θ 1−cos ¿ h ∆ λ=λ ' −λ= ¿ m0 c dengan: ∆ λ = beda panjang gelombang foton sesudah dan sebelum tumbukan (m) λ = panjang gelombang foton sesudah tumbukan (m) λ' = panjang gelombang foton sebelum tumbukan (m) h = tetapan planck (6,63 ×10−34 Js) c = cepat rambat cahaya dalam vakum (3 ×108 m/s ) θ = sudut penyimpangan foton terhadap arahnya semula (0) m0 = massa diam elektron (9,1 ×10−31 kg ¿ h Besaran sering disebut dengan panjang gelombang m0 c Compton. Jadi jelaslah sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari sinar X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga memperkuat teori kuantum yang mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat, yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai partikel yang sering disebut sebagai dualisme gelombang cahaya. Aplikasi Dalam Kehidupan Sehari- Hari 1. Aplikasi Radiasi Benda Hitam Mengukur suhu-suhu bintang. Dengan mengukur intensitas radiasi yang dipancarkan oleh setiap bintang maka suhunya dapat diprediksi menggunakan hukum pergeseran Wien. 2. Aplikasi Efek Fotolistrik Sangat mengherankan jika kita mendengar bahwa aplikasi pertama efek fotolistrik berada dalam dunia hiburan. Dengan bantuan peralatan elektronika saat itu suara dubbing film direkam dalam bentuk sinyal optik di sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat dengan menggunakan amplifier tabung sehingga menghasilkan film bersuara. Aplikasi paling populer di kalangan akademis adalah tabung foto- pengganda (photomultiplier tube). Dengan menggunakan tabung ini hampir semua spektrum radiasi elektromagnetik dapat diamati. Tabung ini memiliki efisiensi yang sangat tinggi, bahkan ia sanggup mendeteksi foton tunggal sekalipun. Dengan menggunakan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugrahi hadiah Nobel pada tahun 2002. Di samping itu efek fotolistrik eksternal juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi melalui peralatan yang bernama photoelectron spectroscopy atau PES. Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat. Ambil contoh foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40 Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca oleh sebuah foto- diode. Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal. Sebuah semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus listrik. Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi dengan kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel, kamera digital dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-batang (barcode) yang dipakai diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam mengubah citra yang dikehendaki menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat diproses oleh komputer. Penerapan Efek Fotolistrik Sel surya atau sel fotovoltaik adalah memanfaatkan efek fotolistrik untuk membangkitkan arus listrik dari cahaya matahari. Efek fotolistrik muncul ketika cahaya tampak atau radiasi ultraviolet jatuh ke permukaan benda tertentu. Cahaya atau radiasi mendorong elektron keluar dari benda tersebut, yang jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik. Keunikan efek fotolistrik adalah ia hanya muncul ketika cahaya yang menerpa memiliki frekuensi di atas nilai ambang tertentu. Di bawah nilai ambang tersebut, tidak ada elektron yang terpancar keluar, tidak peduli seberapa banyak cahaya yang menerpa benda. Frekuensi minimum yang kemunculan efek fotolistrik tergantung pada jenis bahan yang disinari. 3. Aplikasi Efek Compton Teleskop compton nuklir (nct) adalah γ ditanggung balon-ray- lembut (0,215mev) teleskop dirancang untukm mengetahui sumber astrofisika dari garis emisi nuklir dan pola isasi γ-ray. Nct menggunakan sebuah array dari 12 detekto rpencitraan 3-d germanium (geds).sebuahprototipe 2-ged tentang dijadwalkan nct akanditerbangkan di musim semi 2004. Program nct dirancang untuk mengembangkan dan menguji teknologi dan teknik analisis penting untuk compton advanced hubble, selama belajar radiasi γ-ray dengan resolusi spektral yang sangat tinggi, resolusi sudut moderat, dan sensitivitas yang tinggi. Nct memiliki sebuah novel, desain ultra-kompak dioptimalkan untuk mempelajari garis emisi nuklir dalam kisaran 0,5-2 kritis mev,dan polarisasi dalam kisaran 0,2- 0,5 mev. Penerbangan prototipe kritis akan menguji instrumen teknologi novel, teknik analisis, dan prosedur penolakan latarbelakang kami telah dikembangkan untuk telesko pberesolus itinggi compton. Dalam tulisa nini kami menyajikan gambara ninstrum enprototipe NCT. Penerapan Efek Compton Nuklir Compton Telescope (NCT) adalah eksperimen balloon-borne untuk mendeteksi sinar gamma dari sumber astrofisika seperti supernova, pulsar, AGN, dan lain-lain. Teleskop ini diluncurkan dengan balon ketinggian tinggi ke ketinggian mengambang sekitar 40km. Teleskop Compton menggunakan sebuah array-12-3D kadar tinggi Germanium Detektor spektral resolusi untuk mendeteksi sinar gamma. Pada bagian bawahnya setengah detektor dikelilingi oleh Bismuth germanate sintilator untuk melindungi dari sinar gamma atmosfer. Teleskop memiliki medan pandang (FOV) dari 25% dari langit. Dua prototipe detektor berhasil diuji dan diterbangkan pada tanggal 1 Juni 2005 dari Scientific Balloon Flight Facility, Fort Sumner, New Mexico. Pada tanggal 19 Mei 2009, instrumen penuh berhasil diluncurkan dari Fort Sumner di New Mexico dan mampu mengamati kepiting pulsar. Sayangnya itu gagal untuk memulai pada bulan April 2010 di Alice Springs, Australia, ketika balon pecah menambatkan untuk derek di angin tinggi. 4. Aplikasi Sinar X Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan gelombang pendek Gelombang elektromagnetik banyak jenisnya antara lain sinar lampu, ultra violet, infra merah, gelombang radio, dan TV. Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran nuklir. Perangkat sinar-X untuk diagnosis disebut dengan photo Rontgen sedangkan yang untuk terapi disebut Linec (Linier Accelerator). Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka photo Rontgen dapat di tingkatkan fungsinya lebih luas yaitu melalui alat baru yang disebut dengan CT. Scan (Computed Tomography Scan). Adanya peralatan peralatan yang menggunakan sinar-X maka akan membantu dalam mendiagnosis dan pengobatan (terapi) suatu penyakit, sehingga dapat meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk di tingkat daerah peralatan yang menggunakan sinar-X masih terbatas hanya pada pesawat Rontgen. Karena pesawat radioterapi membutuhkan catu daya listrik yang cukup besar, pada hal sumber listrik di daerah relatip masih rendah. Oleh sebab itu pembahasan disini lebih dititik beratkan pada penggunaan sinar-X untuk pesawat Rontgen.