Anda di halaman 1dari 46

BAB 1.

SEJARAH KESEHATAN KERJA

1.1 Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu upaya untuk

menekan atau mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan

kesehatan.

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas

kerja, bahan kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja

secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di

sekelilingnya.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat

kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan

lingkungannyaserta cara-cara melakukan pekerjaan.

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tak

diharapkan.Tak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak

terdapat unsur kesengajaan, lebih lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak

diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian materiil

maupun penderitaan dari paling ringan sampai kepada yang paling berat

tidak diinginkan.

Berbicara mengenai kecelakaan maupun penyakit, kedua hal

tersebut dapat saja diperoleh dari pekerjaan karena dalam hal ini jenis

pekerjaan dan lingkungan kerja dapat berpengaruh pada setiap pekerja itu

sendiri. Dengan adanya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) hal itu

1
dapat diatasi, yang mana dalam pelaksanaannya K3 adalah suatu bentuk

upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan dan penyakit yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem

dan produktifitas kerja.

Namun dari masyarakat pekerja tuntutan pekerjaan masih pada

kebutuhan dasar (upah dan tunjangan kesehatan/kesejahteraan) dan K3

belum menjadi tuntutan pekerja. Disamping itu dari sisi pengusaha yaitu

pengusaha lebih menekankan penghematan dan biaya produktifitas dan

meningkatkan efisiensi untuk mendapatkan keuntungan sebesar besarnya

dan K3 di pandang sebagai beban dalam biaya operasional tambahan.

Sehingga masih banyak terjadi kecelakaan dan penyakit pada pekerja.

K3 secara praktis diartikan sebagai upaya perlindungan agar

tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan

pekerjaan ditempat kerja termaksud orang lain yang memasuki tempat

kerja maupun proses produk dapat secara aman dan efisien dalam

produksinya.

Kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk menjaga kesehatan

pekerja dan mencegah pencemaran disekitar tempat kerja termaksud

masyarakat dan lingkungan pekerjaanya. Ruang lingkup kesehatan kerja

meliputi upaya pemilik usaha dalam memberikan jaminan dan alat-alat

pelindung diri untuk menyehatkan dan mengurangi resiko sakit pada

pekerjaanya.

2
1. Unusur-unsur penunjang keselamatan kerja yang bersifat material

seperti :

a. Baju kerja

b. Helm

c. Kacamata

d. Sarung tangan

e. Sepatu

2. Unsur –unsur penunjang keselamatan kerja yang bersifat nonmaterial

seperti:

a. Buku petunjuk penggunaan alat

b. Rambu-rambu dan isyarat bahaya

c. Himbauan-himbauan

d. Petugas keamanan

Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah

yang sangat populer. Bahkan didalam industri istilah tersebut lebih dikenal

dengan singkatan K3L yang artinya keselamatan, kesehatan kerja dan

lingkungan. Aspek lingkungan dalam kaitannya dengan kesehatan dan

keselamatan juga merupakan hal yang penting.

Jika dalam suatu perusahaan tidsk terdapat K3 maka akan

menyebabkan 5K yaitu :

1. Kerusakan

2. Kekacauan organisasi

3. Keluhan dan kesedihan

3
4. Kelainan dan cacat, dan kematian.

Sementara itu tejadinya kecelakaan dan timbulnya penyakit dapat

disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja, sehingga pelaksanaan

K3 harus ditingkatkan.

a. Indikator kesehatan dan keselamatan kerja (K3) meliputi :

1. Faktor manusia/pribadi

Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya

kemampuan fisik, mental, dan psikologi, kurangnya

pengetahuan dan keterampilan, dan stress dan motivasi

yang tidak cukup.

2. Faktor kerja/lingkungan

Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan,

rekayasa, pembelian/pengadaan barang, perawatan,

standar-standar kerja dan penyalah gunaan.

b. Aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3) meliputi:

1. Lingkungan kerja

Lingkunhan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau

karyawan dalam beraktifitas bekerja. Lingkungan kerja

dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, suhu, penerangan,

dan situasinya.

2. Alat kerja dan bahan

Alat kerja dan bahan merupakan hal ynag pokok dibutuhkan

oleh perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam

4
memproduksi barang alat-alat kerja sangatlah vital

digunakan oleh para pekerja dalam melakukan kegiatan

proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan

utama yang akan dijadikan barang.

3. Cara melakukan pekerjaan

Setap-setiap bagian produksi memiliki cara melakukan

pekerjaan yang berbeda beda yang dimiliki oleh karyawan.

Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam

melakukan aktifitas pekerjaan.

1.2 Ruang Lingkup dan Syarat Syarat Kesehatan dan Keselamatan

Kerja

Ruang lingkup K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) ini adalah :

a. Setiap pekerja ditempat kerja

b. Dalam lingkungan keluarga /rumah tangga

c. Dalam lingkungan masyarakat

d. Pemberian ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam hal

kecelakaan akibat pekerjaan.

Sedangkan yang menjadi Syarat-syarat Kesehatan dan

keselamatan kerja K3 adalah :

Budaya kerja sangat mempengaruhi K3, dimana budaya kerja ini

dipertimbangkan dari sega teknis dan ekonomis. Jika seorang pekerja

tidak berperilaku sesuai dengan budaya kerja yang telah ditentukan, maka

biasanya akan terjadi kecelakaan atau ganggua keselamatan kerja.

5
Dari segi ekonomis, meningkatnya produksi ini ditunjang juga

dengan lingkungan dan kondisi kerja yang baik.

Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3) yang sebenarnya dibutuhkan

oleh kita (sebagai pekerja) adalah :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Membuat jalan penyelamatan (emergency exit).

3. memberi pertolongan pertama(first aids/PPPK).

4. Memberi peralatan pelindung pada pekerja dan alat kerja.

5. mempertimbangkan faktor-faktor kenyamanan kerja.

6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit fisik dan psychis

karena pekerjaan (ergonomy).

7. Memelihara ketertiban dan kebersihan kerja.

8. Mengusahakan keserasian antar pekerja, perkakas,lingkungan

serta cara dan proses kerja.

9. Mengamankan daerah-daerah, bahan dan sumber –sumber yang

berbahaya dengan pengaman yang sesuai dengan sempurna.

1.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

a. Menurut Undang-Undang Kesehatan Kerja RI pasal 2 ayat

1,sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah ke segala tempat

kerja baik didarat, dalam tanah, permukaan dan didalam air maupun

udara yang berada didalam wilayah kekuasaan negara Republik

indonesia.

6
Adapun yang menjadi tujuan K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja) adalah :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi

serta produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada

ditempat dan sekitar pekerjaan.

3. Menjamin terpeliharanya sumber produksi dan pendayagunaannya

secara aman,efisien dan efektif.

4. Khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit

akibat kerja.

b. Dalam Buku Keselamatan kerja dan Tatalaksana Bengkel, Tujuan

diterapkannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut

1. Mencegah terjadinya kecelakaan di workshop

2. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan

3. Mencegah/ mengurangi kematian

4. Mencegah/ mengurangi cacad tetap

5. Mengamankan Material, konstruksi, pemakaian, pemeliharaan

bangunan-bangunan, alat-alat kerja, mesin-mesin, instalasi dan

sebagainya.

6. Meningkatkan Produktiffitas kerja tanpa memeras tenaga dan

menjamin kehidupan produktifitasnya.

7
7. Mencegah pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber-

sumber produksi lainnya sewaktu kerja dsb.

8. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

sehingga dapat menimbulkan kegembiraan semangat kerja.

9. Memperlancar, meningkatkan dan mengamankan produksi, industri

pembangunan.

8
BAB 2. SEJARAH MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN

KERJA

2.1 Sejarah Masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Masa Purbakala

sejak zaman purba manusia bekerja telah mengenal kecelakaan

dan dari pengalamannya kemudian berkembang pengetahuan tentang

bagaimana agar kecelakaan tidak menimpa dirinya atau tidak terulang

kembali.

b. Masa Modern

Perubahan besar dalam bentuk maupun jenis kecelakaan dalam

industri pada abad 18 setelah pemakaian tenaga uap,tenaga listrik,dalam

proses mekanisasi dan elektrifikasi pada industri muncul bentuk-bentuk

kecelakaan yang lain. Penyebaran mesin-mesin industri modern secara

teratur peningkatan pemakaian bermacam-macam bahan kimia untuk

keperluan industri makin meningkatkan terjadinya kecelakaan.

2.2 Sejarah Keselamatan Kerja di Indonesia

Keselamatan dan Kesehatan di Indonesia usia yang sama dengan

sejarah Indonesia. Meskipun, itu tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Pada abad ke-17, Ducth datang di Indonesia, maka Indonesia

memproduksi pertanian dan pertambangan. Industri pertumbuhan kecil

cepat, banyak perusahaan merasa keselamatan adalah penting untuk

melindungi mereka berinvestasi. Sampai abad ke-19, situasi tidak

9
berubah. Boiler regulasi yang dibuat pada tahun 1853, 120 unit boiler

telah digunakan saat ini, tahun 1898 2,277 unit boiler.

Electric peraturan pertama (instalasi dan pemeliharaan) yang

diterbitkan pada tahun 1890. Karena banyak industri dibangun, tahun

1905 ini pemerintah mengeluarkan Ducth "Reglement Veiligheids" dengan

regulasi dan manual kemudian direvisi pada tahun 1910, "Veiligheids

Toezich" diawasi implementasi ini. Rule of kedokteran, amunition, senjata

dan bahan peledak transoprt dibuat pada tahun 1907. Peraturan

Pertambangan mengawasi dikeluarkan pada tahun 1916 meliputi

Keselamatan dan Kesehatan di industri pertambangan.

Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945

Keselamatan dan Kesehatan cepat tumbuh sesuai dengan budaya

Indonesia dan sosial. "Lembaga Kesehatan Dan Keselamatan Kerja"

membangun pada tahun 1957. "Reglement Veiligheids" adalah perubahan

pada tahun 1970 dengan Peraturan No.1/1970 (Keselamatan). "Ikatan

Anak Consists, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (Higiene Industri,

Keselamatan dan Kesehatan Dewan) diselenggarakan pada tahun 1973,

misi adalah kesatuan seluruh Indonesia Industrial Hygiene, Keselamatan

dan Kesehatan Pusat Professionals.The Of Higienitas Industrial,

Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja laboratorium dibangun pada

tahun 1969.

The Hygiene Industri pertama, Ergonomi, Keselamatan dan

Kesehatan pendidikan di Indonesia terbuka di Universitas Sebelas Maret

10
Surakarta (Solo) pada tahun 1984. Kemudian Higienitas Industrial,

Ergonomi, Keselamatan dan Kesehatan - Universitas Airlangga Surabaya

dan Fakultas Kesehatan Masyarakat - Universitas Indonesia.

11
BAB 3. PENGARUH LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KESEHATAN

3.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik

dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam

melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai

keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat

hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha

untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya.

Demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan, karyawan sebagai

manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar tempat

mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan,

setiap pegawai akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat

dalam lingkungan kerja.

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja

dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang

dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati

(2001:1) lingkungan kerja merupakan kseluruhan alat perkakas dan bahan

yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode

kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun

sebagai kelompok.

Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila

manusia dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan

nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam

12
jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja yang

kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak

dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien

(Sedarmayanti, 2001:12).

Menurut Bambang (1991:122), lingkungan kerja merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang

pegawai yang bekerja di lingkungan kerja yang mendukung dia untuk

bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik, sebaliknya

jika seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak memadai

dan tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat

pegawai yang bersangkutan menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja

pegawai tersebut akan rendah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

kerja merupakan segala sesuatu yang ada disekitar pegawai pada saat

bekerja, baik berbentuk fisik atau non fisik, langsung atau tidak langsung,

yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya saat bekerja.

3.2 UKK di Puskesmas

Upaya kesehatan kerja dipuskesmas ditujukan untuk melindungi

pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta

pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya kesehatan kerja

yang dimaksud meliputi pekerja disektor formal dan informal dan berlaku

bagi setiap orang selain pekerja yang berada dilingkungan tempat kerja.

13
Berdasarkan Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang

kebijakan dasar puskesmas menyatakan bahwa puskesmas merupakan

unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung

jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah

kerjanya termasuk upaya kesehatan kerja.

Menurut International Labaour Organisation (ILO) diketahui bahwa

1,2 juta orang meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja atau

penyakit akibat hubungan kerja (PAHK). Dari 250 juta kecelakaan,

3000.000 orang meninggal dan sisanya meninggal karena PAHK oleh

sebab itu diperkirakan ada 160 juta PAHK baru setiap tahunnya. Melihat

data tersebut maka sangat perlu diberikan perlindungan kesehatan dan

keselamatan kerja kepada masyarakat pekerja di wilayah kerja

puskesmas dengan tujuan meningkatkan kemampuan pekerja untuk

menolong dirinya sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan

dan akhirnya peningkatan produktivitas kerja .

Adapun sasaran dari program ini adalah pekerja di sektor

kesehatan antara lain :

a. Masyarakat pekerja di puskesmas,

b. Balai pengobatan/poliklinik,

c. Laboraturium kesehatan,

d. Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK),

e. Jaringan dokter perusahaan bidang kesehatan kerja,

f. Masyarakat pekerja diberbagai sektor pembangunan,

14
g. Dunia usaha dan lembaga swadaya masyarakat.

Untuk menerapkan pelayanan kesehatan kerja di puskesmas,

secara umum kita dapat melihat langkah-langkah yang dapat diterapkan

sebagaimana yang tertuang dalam pedoman pelayanan kesehatan kerja

yang meliputi perencanaan, pelaksanaaan dan evaluasi serta

memperhatikan aspek indikator yang harus dipenuhi. Strategi yang

dikembangkan adalah dengan cara terpadu dan menyeluruh dalam pola

pelayanan kesehatan puskesmas dan rujukan, dilakukan melalui

pelayanan kesehatan paripurna, yang meliputi upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja, penyembuhan penyakit dan

pemulihan kesehatan. Serta peningkatan pelayanan kesehatan kerja

dilaksanakan melalui peran serta aktif masyakarat khususnya masyarakat

pekerja.

3.3 Upaya Kesehatan Kerja Melalui Pendekatan PKMD

Masalah kesehatan kerja dapat terjadi pada berbagai tempat kerja,

dan pengembangan program untuk memecahkan masalah tersebut dapat

dilaksanakan dengan berbagai macam pendekatan. Program kesehatan

kerja dengan sasaran kelompok kerja sektor informal, dilakukan melalui

pendekatan PKMD.

Program upaya kesehatan kerja yang dilaksanakan melalui

pendekatan PKMD, salah satu bentuk operasionalnya diselenggarakan

melalui pos UKK. Secara umum melalui Pos UKK dapat dilakukan 3

kegiatan pokok, yaitu:

15
1. Komunikasi, Informasi dan Motivasi (KIM) tentang kesehatan dan

keselamatan kerja. Pada garis besarnya materi KIM yang disampaikan

menyangkut tentang prosedur kerja, keselamatan kerja, gizi kerja

serta bagaimana bekerja tanpa mencemari lingkungan, dan lain-lain.

2. Kerjasama lintas sektoral, baik antar petugas ataupun antar para

kader

3. Pelayanan dasar kesehatan kerja yang meliputi:

a. Pertolongan Pertama pada kecelakaan (P3K)

b. Petolongan Pertama pada Penyakit (P3P)

c. Upaya penggunaan alat-alat keselamatan kerja atau perlindungan

kerja.

d. Upaya Penyehatan Lingkungan Kerja.

Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan PKMD memiliki

beberapa ciri umum seperti:

a. Kegiatan yang dikembangkan dilaksanakan atas dasar kesadaran,

kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri, berdasarkan sumber

daya serta potensi masyarakat setempat.

b. Setiap keputusan dalam rangka pelaksanakan kegiatan ditetapkan

oleh masyarakat sendiri, melalui musyawarah dan mufakat.

c. Pelaksanaan dan dukungan pemerintah yang bersifat lintas sektor.

disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat tanpa

menimbulkan ketergantungan.

16
d. Memanfaatkan teknilogi tepat guna.

Secara umum pendekatan PKMD untuk menunjang program

kesehatan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan Petugas

Petugas pada berbagai tingkat administrasi mulai dari Pusat,

Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan, memiliki kesamaan konsep

dan pengertian yang menyeluruh tentang kegiatan yang akan

dilakukan, di samping pemahaman yang tepat tentang peran dan

tugas masing-masing. Dianjurkan setelah tercapainya kesamaan

pemahaman tentang konsep, tugas dan peran masing-masing,

dilanjutkan dengan menyusun rencana tindak

lanjut. Upaya untuk mewujudkan hal tersebut diatas dilaksanakan

melalui kegiatan seminar, lokakarya atau pertemuan lainnya.

b. Persiapan Masyarakat

Persiapan masyarakat dilakukan mulai dari tingkat desa atau

kelurahan. Beberapa kegiatan pokok yang perlu dilakukan dalam

rangka persiapan masyarakat antara lain:

a. Petemuan tingkat desa

b. Survai mawas diri masyarakat

c. Musyawarah masyarakat

Kegiatan yang tertera pada butir a sampai dengan b di atas pada

dasarnya merupakan proses keterlibatan dan keikutsertaan

masyarakat dalam pembangunan kesehatan, mulai tahap awal

17
dengan maksud untuk lebih meningkatkan rasa memiliki. Tahap ini

merupakan tahap paling penting, karena timbulnya rasa kesadaran

akan adanya masalah kesehatan kerja serta timbulnya kemampuan

untuk menanggulangi masalah melalui usaha sendiri, berasal dan

berawal dari proses ini. Kegagalan untuk melaksanakan kegiatan

ini dengan baik, akan sangat mempengaruhi tahap kegiatan

selanjutnya.

Pendekatan yang bersifat "top down" sering kali tidak

berkesinambungan, seperti pada kegiatan pelatihan kurang

memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk lebih dahulu

memahami dan menghayati permasalah peran serta mereka dalam

pemecahan masalah.

c. Pelaksanaan Kegiatan oleh Masyarakat

Pada dasarnya perencanaan yang disusun oleh masyarakat harus

dilaksanakan oleh masyarakat pula. Petugas kesehatan ataupun

sektor lain berperan untuk memberikan dorongan dan bimbingan

teknis kepada para pelaksana. Secara populer sering digambarkan

bahwa keterlibatan petugas dalam tahap pelaksanaan secara

bertahap harus dikurangi untuk lebih memberikan kesempatan

kepada masyarakat sendiri melaksanakan rencana kerja mereka.

18
d. Pembinaan kegiatan

Pada akhirnya kegiatan pembinaanpun dapat dan perlu

dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri, dalam hal ini organisasi

LKMD dan tokoh masyarakat setempat dapat memberikan dan

melakukan upaya pemantauan serta pembinaan lebih lanjut. Prinsip

pembina adalah menimbulkan semangat kemandirian, bukan

ketergantungan.

e. Perluasan/Pengembangan

Apabila suatu kegiatan sudah dipandang berhasil dan masyarakat

dapat menikmati manfaatnya, kegiatan dapat dikembangkan ke

wilayah lain dengan harapan lebih banyak warga masyarakat dapat

menikmati hasilnya. Sifat pengembangan dapat merupakan

intensifikasi kegiatan atau ekstensifikasi wilayah cakupan.

3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan

“Health is not everything but without health everything is nothing”

artinya “Kesehatan bukanlah segalanya tetapi tanpa kesehatan

segalanya bukan apa-apa”. Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi

cerminan perilaku kita sehari-hari, karena betapa ruginya kita semua jika

dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita menjadi berkurang, belum lagi

biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban bagi keluarga dan

sanak saudara kita.

19
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan,

keturunan dan pelayanan kesehatan.

a. Faktor Genetik

Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan

perorangan atau masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain.

Pengaruhnya pada status kesehatan perorangan terjadi secara

evolutif dan paling sukar di deteksi. Untuk itu perlu dilakukan

konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau

keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang

pencegahan penyakit. Misalnya seorang anak yang lahir dari

orangtua penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih

tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang tua bukan penderita

DM. Untuk upaya pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM

harus diberi tahu dan selalu mewaspadai faktor genetik yang

diwariskan orangtuanya .Olehkarenanya, ia harus mengatur dietnya,

teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak

ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor resiko

terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik

adalah peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan

lingkungan/prilakun manusia adalah pelatuknya (trigger).

Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit

bawaan akan semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan.

20
Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk

menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah

munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran

semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus

diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

b. Faktor Pelayanan Kesehatan

Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan

kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat

kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan petugas

kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan sarana/prasarana,

dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan

seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah

kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok

masyarakat. Misalnya, jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan

vaksin yang cukup sesuai dengan kebutuhan, serta informasi tentang

pelayanan imunisasi yang memadai kepada masyarakat akan

meningkatkan cakupan imunisasi. Cakupan imunisasi yang tinggi

akan menekan angka kesakitan akibat penyakit yang bisa dicegah

dengan imunisasi. Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3

aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu

upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dengan

membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan

21
jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan

munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap Kab/Kota.

c. Faktor Perilaku Masyarakat

Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar

pengaruhnya terhadap munculnya gangguan kesehatan atau

masalah kesehatan i masyarakat .Tersedianya jasa pelayanan

kesehatan (health service) tanpa disertai perubahan tingkah laku

(peran serta) masyarakat akan mengakibatkan masalah kesehatan

tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya, Penyediaan

fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila

ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu-ibu yang tidak

memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah

akibat kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi

dan efek sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena

adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang di berikan

oleh petugas kesehatan. Perilaku individu atau kelompok masyarakat

yang kurang sehat juga akan berpengaruh pada faktor lingkungan

yang memudahkan timbulnya suatu penyakit.

Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat

kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis

perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat

menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit

jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-

22
lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum makan juga dapat

menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti diare dan

lainnya.

d. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga

berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan

di sekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak

dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit

seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi saluran

pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat

penampungan air yang tidak pernah dibersihkan memyebabkan

perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah

meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko

tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.

23
BAB 4. PENGANTAR HYGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN

KERJA (HIPERKES)

4.1 Pengertian Hiperkes

Hiperkes merupakan cabang dari Ilmu Kesehatan Masyarakat,

yang mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan kesehatan

tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan, dan segala

kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses

produksi di perusahaan. Banyak kenyataan menunjukkan bahwa dalam

setiap kegiatan tersebut. Ancaman dapat langsung pada manusia yang

bersangkutan, ataupun tidak langsung pada manusia lain di sekitarnya.

Dapat ditimbulkan proses produksi, namun dapat juga ditimbulkan bahan

baku, bahan jadi, serta bahan sisa produksi yang bersangkutan.

Ada 2 jenis ancaman yaitu kesehatan (fisik, mental dan sosial)

tenaga kerja maupun masyarakat, serta kecelakaan yang menimbulkan

cacat fisik, mental dan sosial.

Oleh karena itu, baik secara individual maupun secara bersama-

sama diperlukan upaya pemeliharaan/pencegahan terhadap berbagai

kemungkinan yang diakibatkan kegiatan perusahaan. Pemeliharaan dan

pengawasan kesehatan tenaga kerja dilakukan sedini mungkin/sejak

menjadi tenaga kerja diperusahaan yang bersangkutan. Demikian juga

sebelum perusahaan memulai kegiatannya, seawal mungkin telah

memperhitungkan segala kemungkinan akibat kegiatan tersebut terhadap

masyarakat disekitar perusahaan.

24
Dalam hal pemeliharaan kesehatan tenaga kerja, sesuai dengan

undang-undang dan ketentuan ketenagakerjaan serta ketentuan

operasional perusahaan, perusahaan diharuskan mengikutsertakan

semua tenaga kerja menjadi anggota asuransi sosial tenaga kerja. Dan

untuk pemeliharaan kesehatan lingkungan masyarakat di sekitar

perusahaan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan

yang berlaku, setiap perusahaan di wajibkan merencanakan serta

melaksanakan upaya penyehatan lingkungan di sekitar perusahaan.

Higiene perusahaan adalah upaya pemeliharaan lingkungan kerja

(fisik, kimia, radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan.

Terutama bertujuan pengamatan dengan pengumpulan data,

merencanakan dan melaksanakan pengawasan terhadap segala

kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar

perusahaan. Dengan demikian sasaran kegiatan perusahaan adalah

lingkungan kerja serta lingkungan perusahaan. Penyehatan lingkungan

kerja dan perusahaan, merupakan upaya pencegahan timbulnya penyakit

akibat kerja dan pencemaran lingkungan proses produksi perusahaan.

Lingkungan kerja adalah lingkungan tempat tenaga kerja

melakukan kegiatan yang ada hubungannya dengan kegiatan

perusahaan. Ada beberapa golongan lingkungan kerja, antara lain:

1. Lingkungan Fisik, misalnya kualitas cahaya, pertukaran udara,

tekanan, suhu dan kelembaban udara, serta berbagai perangkat

kerja (mesin dan bukan mesin)

25
2. Lingkungan kimia, misalnya bahan baku, bahan jadi dan bahan sisa

yang ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan, terutama

sekali bahan kimia yang mempunyai sifat fisiko-kimia radiasi dan

sebagainya.

3. Lingkungan biologi, misalnya flora dan fauna yang ada

hubungannya dengan kegiatan perusahaan.

4. Lingkungan sosial, misalnya terhadap sesama pekerja, masyarakat

sekitar perusahaan, keluarga tenaga kerja, dan lain-lain.

Faktor lingkungan merupakan salah satufaktor penyebab timbulnya

gangguan kesehatan. Demikian juga lingkungan kerja merupakan slah

satu faktor penyebab akibat kerja dan kecelakaan kerja. Contohnya yaitu

antara lain:

1. Tenaga Kerja pada perusahaan perkebunan/kehutanan di mana

lingkungan memiliki suhu serta kelembaban tertentu, sehingga

gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, dapat terjadi setiap

saat. Hal ini mungkin karena tenaga kerja senantiasa berada dalam

lingkungan flora dan fauna serta perangkat kerja yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja.

2. Tenaga kerja pada perusahaan industri kimia, senantiasa berada

dalam lingkungan yang terdiri dari bahan-bahan kimia yang dapat

menimbulkan gangguan kesehatan serta kecelakaan kerja kibat

keracunan, alergi dan sebagainya.

26
4.2 Tujuan dan Manfaat Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

Tujuan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja antara lain :

1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja

yang setinggi-tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai

negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan demikian

dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.

2. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan

kepada meningginya efisiensi dan daya produktivitas faktor

manusia dalam produksi. Oleh karena hakikat tersebut selalu

sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan didalam

suatu negara maka Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

selalu harus diikut sertakan dalam pembangunan tersebut.

3. Agar masyarakat pekerja dapat mencapai keadaan kesehatan

yang sebaik-baiknya, baik fisik, mental maupun social.

4. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya

pencemaran perusahaan.

5. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan

masyarakat konsumen.

6. Untuk meningkatkan efisiensi dan produktifitas pekerja

sehingga meningkatkan produksi perusahaan.

27
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan hygiene

perusahaan atau industri, yaitu :

1. Mencegahan dan memberantasan penyakit-penyakit dan

kecelakaan-kecelakaan akibat kerja.

2. Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.

3. Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya

produktifitas tenaga manusia.

4. Memberantasan kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan

kerja.

5. Memelihara dan meningkatkan hygiene dan sanitasi perusahaan

pada umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara

pembuangan sampah, atau sisa-sisa pengolahan dan sebagainya.

6. Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu

perusahaan agar terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari

perusahaan yang bersangkutan.

7. Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari

bahaya-bahaya yang mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi

perusahaan.

4.3 Penyakit-Penyakit Akibat Kerja

 Jenis

Dalam melakukan tugasnya diperusahaan seseorang atau

sekelompok pekerja berisiko mendapatkan kecelakaan atupun penyakit

akibatb kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang timbul

28
karena hubungan kerja atau yang disebabkan oleh pekerjaan atau

lingkungan kerja. Ada 31 jenis pekerjaan yang termasuk dalam golongan

penyakit akibat kerja ini.

Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman

penyakit akibat kerja terhadap pekerjanya. Kewaspadaan tersebut bisa

berupa:

Pertama, melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit.

Kedua, melakukan deteksi dini gangguan kesehatan deteksi dini

gangguan kesehatan adalah deteksi gangguan mekanisme hemeostatik

dan kompensasi pada saat dimana perubahan-perubahan biokimia,

morfologis, dan fungsional masih dapat pulih.

Ketiga, melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan

sosial tenaga kerja seperti yang diatur oleh Undang-Undang Republik

Indonesia No.3 Tahun 1992.

Dengan kewaspadaan tersebut, tidak saja para pekerja diberi

perhatian, tetapi perusahaan pun akan terhindar dari kerugian.

 Kerugian

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencari keuntungan dan

suatu cara untuk mendapatkan keuntungan tersebut ialah dengan

memperkecil biaya. Cara memperkecil biaya antara lain ialah dengan

menekan risiko kecelakaan dan penyakit, baik penyakit umum maupun

penyakit akibat kerja.

29
Memperkecil kecelakaan dari penyakit akibat kerja buka saja

menekan biaya tetapi juga menghindari inefisiensi dan kerugian.

Kenyataan bahwa kecelakaan memperlambat produksi, ketepatan waktu

produksi terganggu, dan kerugian hilangnya modal atau alat produksi

merupakan bentuk-bentuk inefisiensi. Gangguan ini akan mengurangi

kepercayaan pelanggan, dan sebaliknya ketepatan waktu akan

meningkatkan kepercayaan pelanggan. Kerugian akibat kecelakaan dan

penyakit akibat kerja mungkin saja kecil, tetapi bila dihitung kehilangan

keuntungan potensial akibat terjadinya kecelakaan atau sakit adalah

sangat besar, termasuk menurunnya citra perusahaan.

 Kewajiban Melaporkan

Dokter yang bertugas mengurusi penyakit akibat kerjabisa

mendiagnosis, menatalaksana dan menilai cacat karena kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Dan perusahaan wajib memberikan laporan kepada

kantor Direktorat Jenderal Pembinaan hubungan Perburuhan dan

Perlindungan Tenaga Kerja bila ditemukan pekerja menderita penyakit

akibat kerja. Laporan ini harus dilakukan paling lambat 2 X 24 jam setelah

penyakit tersebut terdiagnosis.

Selanjutnya pengurus perusahaan wajib dengan segera melakukan

tindakan-tindakan preventif agar penyakit akibat kerja yang sama tidak

terulang kembali diderita oleh tenaga kerja yang lain.

30
 Ganti Rugi

Undang - undang kecelakaan 1945 Pasal1 Ayat 2 menyatakan

bahwa penyakit yang timbul karena hubungan kerja di anggap sebagai

kecelakaan. Dengan demikian, ganti kerugian pada pasien penyakit akbat

kerja, sama dengan ganti kerugian pada kecelakaan, yang meliputi :

a. Biaya pengangkutan ke rumah sakit

b. Biaya pengobatan dan perawatan

c. Biaya penguburan bila meninggal dunia

d. Uang tunggu, yang terdiri dari :

1. Tunjangan sementara tidak mampu kerja.

2. Tunjangan selama-lamanya tidak mampu bekerja sebagian

3. Tunjangan bercacat badan selama lamanya yang tidak,

disebutkan dalam daftar lampiran Undang Undang

Kecelakaan,

4. Tunjangan selama lamanya tidak mampu bekerja sama

sekali.

 Diagnosis dan Penilaian Cacat

Dalam membuat diagnosis penyakit akibat kerja dan menilai cacat

karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dokter bisa menggunakan

Pedoman Diagnosis dan Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan

Penyakit Akibat Kerja yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Tenaga

Kerja Nomor: Kep. 62A/MEN/1992. Selain itu, bisa menggunakan

pedoman Evaluasi Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

31
yang dibuat oleh Dewan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional

bersama staf FKUI/RSCM.

Perlu diketahui bahwa untuk kepentingan menilai tingkat cacat

karena penyakit akibat kerja, tidak mungkin ditetapkan suatu standar

seperti pada penilaian cacat karena kecelakaan kerja. Oleh karena itulah,

pedoman untuk menilai penyakit akibat kerja disebut pedoman evaluasi

cacat (pedoman tentang tatacara penilaian).

4.4 Faktor Faktor Penyebab Akibat Kerja dan Penyakit Yang Di

Timbulkan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjangkitnya penyakit

akibat kerja, diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor biologis

Faktor ini berasal dari lingkungan kerja yang berhubungan dengan

pelayanan kesehatan. Penyakit ini ditimbulkan atau berasal dari pasien

karena adanya kuman-kuman seperti kuman pyogenic, bacilli, coli dan

staphtlococci serta benda-benda yang terkontaminasi oleh virus atau

bakteri. Infeksi nosokomia beresiko tinggi menyerang seseorang yang

bekerja pada bidang pelayanan kesehatan. Sebagai contoh 2-3 kali dokter

atau petugas rumah sakit sangat rentan terinfeksi virus ini, dibanding

dokter swasta ataupun doter praktek.

Adapun pencegahan yang bisa dilakukan agar terhindar dari faktor

ini seperti bagi semua anggota kerja harus mendapatkan pelatihan dasar

32
mengenai dasar kebersihan, sterilisasi dan desinfektan terhadap tempat,

peralatan serta sisa bahan infeksius dll.

2. Faktor kimia

Seseorang yang bekerja di tempat atau lingkungan kerja yang

sering berkontak langsung dengan bahan-bahan kimia dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan tubuh mereka. Gangguan kesehatan

yang sering menimpa para pekerja itu biasanya dermatosis yang

diakibatkan oleh karena terjadinya iritasi (amoniak, dioksan). Seperti

halnya bahan kimia toksik yang jika terhirup, tertelan, atau terserap oleh

kulit dapat mengakibatkan gangguan penyakit akut atau kronik dan

bahkan jika bahan kimia tersebut dibiarkan saja mengendap di dalam

tubuh dapat mengakibatkan kematian bagi pekerja tersebut.

Cara pencegahannya :

a. Pertama-tama ketahui semua jenis bahan limia yang terdapat di

lingkungan pekerjaan, mana yang berbahaya dan mana yang tidak.

b. Gunakan alat atau pakaian pelindung seperti karet hisap (rubber

buld), sarung tangan, pelindung mata, celemek, jas laboratorium

atau alat vakum mencegah agar bahan kimia tersebut tidak

tertelan, terhirup atau terhisap oleh tubuh kita.

c. Jangan sesekali menggunakan lensa kontak, karena penggunaan

lensa kontak dapat menyebabkan melekat antara lensa dan mata

kita.

d. Membersihkan diri setelah selesai bekerja.

33
3. Faktor fisik

Faktor fisik dapat mempengaruhi kesehatan para kerja yang

meliputi :

a. Suara yang keras yang berasal dari getaran mesin dapat

menyebabkan para pekerja mengalami ketulian dan stress

b. Kurangnya pencahayaan pada beberapa ruangan seperti kamar

pemeriksaan, laboratorium, kamar perawatan atau kantor

administrasi dapat beresiko menyebabkan terjadinya kecelakaan

kerja dan gangguan penglihatan.

c. Gangguan pernafasan yang diakibatkan ruangan yang lembab atau

berdiam diruangan ber ac dalam jangka waktu yang cukup lama.

d. Terkena dampak radiasi yang di hasilkan dari alat-alat berteknologi

tinggi.

34
BAB 5. PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN KESELAMATAN KERJA

5.1 Pengertian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga,

semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur

dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia

dan atau harta benda, Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang

tak terduga dan tidak diharapkan dan tidak terencana yang

mengakibatkan luka, sakit, kerugian baik pada manusia, barang maupun

lingkungan. Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dapat

berupa banyak hal yang mana telah dikelompokkan menjadi 5, yaitu :

 Kerusakan

 Kekacauan organisasi

 Keluhan, kesakitan dan kesedihan

 Kelainan dan cacat

 Kematian

Bagian mesin, alat kerja, tempat dan lingkungan kerja mungkin

rusak oleh kecelakaan, Akibat dari itu, terjadilah kekacauan organisasi

(biasanya pada proses produksi), Orang yang ditimpa kecelakaan

mengeluh dan menderita, sedangkan keluarga dan kawan-kawan sekerja

akan bersedih hati, kecelakaan tidak jarang berakibat luka-luka, terjadinya

kelainan tubuh dan cacat, bahkan tidak jarang kecelakaan merenggut

nyawa dan berakibat kematian.

35
Berikut Beberapa Definisi Kecelakaan Kerja :

Menurut Per 03/Men/1994 mengenai Program JAMSOSTEK,

pengertian kecelakaan kerja adalah kecelakaan berhubung dengan

hubungan kerja , termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja

demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari

rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau

wajar dilalui.( Bab I pasal 1 butir 7 ).

Sedangkan menurut Direktur Teknik MIGAS selaku Kepala Inspeksi

Tambang MIGAS mendefinisikan Kecelakaan Kerja Tambang adalah

setiap kecelakaan yang menimpa pekerja tambang, pada waktu

melakukan pekerjaannya di tempat kerja pada pada WKP nya yang

mengakibatkan pekerja kehilangan kesadaran, memerlukan perawatan

medis, mengalami luka2, kehilangan anggota badan, atau kematian.

Pekerjaan tambang adalah semua kegiatan yang dilakukan sehubungan

dengan tugas atau kepentingan perusahaan termasuk kegiatan insidentil,

kegiatan sukarela dan kegiatan lain yang dilakukan atas perintah/izin

perusahaan. Menurut OSHA adalah kecelakaan yang tejadi pada saat

pergi atau pulang dari kerja, yang biasa disebut commuting, bukan

termasuk kecelakaan kerja. Kriteria kecelakaan tambangmenurut

keputusan mentamben no 555.K/26/M.PE/1995 tentang K3 pertambangan

umum. Kecelakaan tambang harus memenuhi 5 unsur yaitu :

36
1. Benar terjadi

2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi

izin oleh kepala tehnik tambang

3. Akibat kegiatan usaha pertambangan

4. Terjadi pada jam kerja tambang yang mendapat cidera atau

setiap orang yang diberi izin dana

5. Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau

wilayah proyek

5.2 Penyebab dan Pencegahan kecelakaan Kerja

Penyebab Kecelakaan Kerja antara lain :

1. Tindakan yang tidak aman

Contoh: tidak memakai alat pelindung diri padahal telah disediakan

oleh perusahaan

2. Kondisi yang tidak aman

Contoh: lingkungan kerja yang bising sehingga menyebabkan

penurunan pendengaran

Adapun Pencegahan Kecelakaan Kerja antara lain

1. Bekerja serius

2. Berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan

3. Mengikuti prosedur kerja

4. Menggunakan alat pelindung diri

5. Menjaga kebersihan tempat kerja

6. Mengutamakan keselamatan dalam bekerja

37
5.3 Pengertian Psikologi Kerja Industri

Fisiologi atau Ilmu Faal adalah salah satu dari cabang ilmu

biologi yang mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan. Istilah

"fisiologi" berasal dari bahasa Belanda, physiologie, yang dibentuk dari

dua kata Yunani Kuno, yaitu physis yang berarti "asal-usul" atau "hakikat"

dan logia, yang berarti "kajian". Istilah "faal" sendiri diambil dari bahasa

Arab, berarti "pertanda", "fungsi", "kerja". Sehingga fisiologi adalah ilmu

yang menggunakan berbagai metode untuk mempelajari

biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara

keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung

kehidupan.

Sedangkan Fisiologi Kerja merupakan suatu studi tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja.

Fisiologi Kerja adalah ilmu yang mempelajari fungsi atau faal tubuh

manusia pada saat bekerja dan merupakan dasar berkembangnya

ergonomi. Dengan diketahuinya fisiologi kerja diharapkan mampu

meringankan beban kerja seorang pekerja dan meningkatkan

produktivitas kerja.

38
BAB 6. PENGANTAR PSIKOLOGI KERJA INDUSTRI

6.1 Pengertian Ergonomi

Ergonomi yaitu ilmu ayang memmpelajari perilaku manusia dalam

kaitannya dengan pekerjaan mereka. Ergonomi berasal dari kata Yunani

ergon yang artinya kerja dan nomos yang berarti aturan, secara

keseluruhan ergonomi berarti aturan yang berkaitan dengan kerja,

sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam

lingkungannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah

penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia dengan

tujuan untuk menurunkan stress yang akan dihadapi, yaitu dengan cara

menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak

melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban betujuan agar

sesuai dengankebutuhan tubuh manusia. Berdasarkan pengertian

tersebut dapat di simpulakan bahwa pusat dari ergonomi adalah manusia.

Konsep ergonomi adalah berdasarkan kesadaran, keterbatasan

kemampuan dannkapabilitas manusia. Sehingga dalam usaha untuk

mencegah cidera, meningkatkan produktivitas, efisiensi dan kenyamanan

dibutuhkan penyesuaian antara lingkungan kerja, pekerjaan dan manusia

yang terlibat dengan pekerjaan tersebut.

Sebagai suatu cabang ilmu yang bersifat multi-disipliner, beberapa

cabang ilmu yang mendasari adanya ergonomi yaitu psikologi,

antropologi, faal kerja atau fisiologi, biologi, sosiologi, perencanaan kerja,

dan fisika. Namun tidak menutup kemungkinan masih ada beberapa

39
disiplin ilmu yang lain. Masing-masing disiplin tersebut berfungsi sebagai

pemberi informasi. Pada gilirannya, para perancang, dalam hal ini para

ahli teknik, bertugas untuk meramu masing-masing informasi di atas, dan

menggunakannya sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas kerja

sehingga mencapai kegunaan yang optimal. Misalnya ketika manusia

melakukan pekerjaan mengelas tanpa pelindung mata maka matanya

terasa sangat tidak nyaman. Dalam ilmu biologi pun disebutkan bahwa

mata manusia akan menjadi tidak sahat dan berbahaya ketika melihat

sinar/ cahaya las secara langsung, maka dengan adanya informasi

tersebut para ahli teknik menciptakan alat pelindung mata yang digunakan

manusia ketika sedang melakukan pekerjaan mengelas.

Ada beberapa prinsip dasar dalam ergonomi yaitu :

1. Meningkatkan faktor kenyamanan.

Yaitu dengan menciptakan lingkungan kerja yang nyaman,

membuat agar display dan contoh muddah dimengerti supaya

para pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja

dengan nyaman.

2. Meningkatkan keselamatan kerja

Yaitu dengan membuat standar operasional produksi (SOP) yang

mengutamakan keselamatan para pekerja dalam bekerja dengan

memperhatikan jarak ruang , menempatkan peralatan agar selalu

berada dalam jangkauan,mengurangi beban berlebih, dan

bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh pekerja.

40
3. Memperhatikan kesehatan kerja

Yaitu dengan menciptakan suasana bekerja yang sehat dengan

cara bekerja dalam posisi atau postur normal, mengurangi

gerakan berulang dan berlebihan, melakukan gerakan, olahraga,

dan peregangan saat bekerja.

6.2 Tujuan ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi, antara lain:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban

kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja;

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia

produktif maupun setelah tidak produktif;

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis,

ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

(Tarwaka. dkk, 2004).

6.3 Prinsip ergonomi

Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap

tugas atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus

mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan

41
tersebut terus berubah. Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam

menerapkan ergonomi di tempat kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah

ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu:

 Bekerja dalam posisi atau postur normal;

 Mengurangi beban berlebihan;

 Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;

 Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;

 Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;

 Minimalisasi gerakan statis;

 Minimalisasikan titik beban;

 Mencakup jarak ruang;

 Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;

 Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;

 Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;

 Mengurangi stres.

42
BAB 7. PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KESEHATAN KERJA

7.1 Pengertian Epidemiologi Kesehatan Kerja

Suatu peminatan cabang ilmu epidemiologi yang berminat untuk

mempelajari peyebaran dari resiko penyakit oleh pekerjaan .Data hasil

studi ilmu epidemiologi kesehatan kerja penting untuk menunjang suatu

kebijaksanaan program bidang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

terutama terhadap upaya penurunan resiko potensi bahaya kecelakaan

kerja /gangguan kesehatan pada tenaga tenaga kerja.

Epidemiologi kesehatan kerja adalah Bentuk kegiatan yang erat

hubungannya dengan penyusunan perencanaan kesehatan masyarakat

serta penilaian hasil kegiatan usaha pelayanan kesehatan pada penduduk

tertentu.

Dewasa ini penelitian epidemiologi pada dasarnya dapat dibagi

dlam dua bentuk dasar yakni penelitian observasi atau pengamatan

terhadap kejadian alami dalam masyarakat untuk mencari hubungan

sebab akibat terjadinya gangguan keadaan normal dalam masyarakat

tersebut, serta penelitian eksperimental yang merupakan penelitian yang

didasarkan pada perlakuan tertentu terhadap objek untuk dpat

memperoleh jawaban tentang pengaruh perlakuan tersebut terhadap

objek yang diteliti. Dalam hal ini, populasi sasaran dientukan secara

cermat serta setiap perubahan yang timbul merupakan akibat dari

perlakuan khusus oleh pihak peneliti.

43
7.2 Surveillance kesehatan kerja

Usaha pengumpulan data secara sistematis dan berkelanjutan,

melakukan analisis atas data tersebut serta melakukan interpretasi

dengan tujuan untuk perbaikan dari segi kesehatan dan keselamatan

kerja.

Surveilans Kesehatan Kerja, merupakan:

a. Strategi/metode untuk mendeteksi/menilai secara sistematik efek

merugikan dari pekerjaan terhadap kesehatan pekerja secara dini.

b. Perlu identifikasi faktor bahaya di lingkungan kerja Kualitatif

maupun kuantitatif

c. Tetapkan populasi terpajan (population at risk)

Pada dasarnya terdiri dari :

1. Identifikasi faktor risiko

2. Pemeriksaan Kesehatan

3. Biological Monitoring

7.3 Ruang lingkup Epidemiologi

a. Masalah kesehatan sebagai subjek dan objek epidemiologi

Epidemiologi tidak hanya sekedar mempelajari masalah-masalah

penyakit-penyakit saja, tetapi juga mencakup masalah kesehatan

yang sangat luas ditemukan di masyarakat. Diantaranya masalah

keluarga berencana, masalah kesehatan lingkungan, pengadaan

tenaga kesehatan, pengadaan sarana kesehatan dan sebagainya.

44
Dengan demikian, subjek dan objek epidemiologi berkaitan dengan

masalah kesehatan secara keseluruhan.

b. Masalah kesehatan pada sekelompok manusia

Pekerjaan epidemiologi dalam mempelajari masalah kesehatan,

akan memanfaatkan data dari hasil pengkajian terhadap

sekelompok manusia, apakah itu menyangkut masalah penyakit,

keluarga berencana atau kesehatan lingkungan. Setelah dianalisis

dan diketahui penyebabnya dilakukan upaya-upaya

penanggulangan sebagai tindak lanjutnya.

c. Pemanfaatan data tentang frekuensi dan penyebaran masalah

kesehatan dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah

kesehatan.

d. Pekerjaan epidemiologi akan dapat mengetahui banyak hal tentang

masalah kesehatan dan penyebab dari masalah tersebut dengan

cara menganalisis data tentang frekuensi dan penyebaran masalah

kesehatan yang terjadi pada sekelompok manusia atau

masyarakat. Dengan memanfaatkan perbedaan yang kemudian

dilakukan uji statistik, maka dapat dirumuskan penyebab timbulnya

masalah kesehatan.

7.4 Peranan Epidemiologi

Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan

faktor-faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi

45
yang diperlukan maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan

dalam bidang kesehatan masyarakat berupa :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya

penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat.

2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan

dan mengambil keputusan.

3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang

sedang atau telah dilakukan.

4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu

penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya.

5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi

masalah yang perlu dipecahkan.

46

Anda mungkin juga menyukai