Beberapa program yang menggunakan metode pendekatan dengan MPA PHAST ini adalah
WSLIC (Water and Sanitation for Low Income Coumunities) dan kebijakan nasional AMPL (Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan). Dalam suatu program atau proyek perlu dilakukan orientasi
tentang MPA PHAST. Dalam materi ini, kami memberikan contoh tentang orientasi pendekatan
MPA PHAST pada Kebijakan Nasional AMPL.
Tujuan Orientasi Metode
1) Memperkenalkan MPA-PHAST sebagai piranti assessment dalam perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring-evaluasi program.
2) Memberikan pemahaman kerangka kerja MPA-PHAST dalam siklus proses pembangunan
program yang berbasis masyarakat.
3) Memperoleh umpan balik untuk menemukan teknik-teknik yang efektif dalam penggunaan MPA-
PHAST
Keluaran
1) Meningkatnya pemahaman peserta terhadap konsep dan metode MPA-PHAST sebagai alat
perencanaan, monitoring, evaluasi dan pengambilan keputusan pembangunan proyek
yang berkelanjutan.
2) Meningkatnya pemahaman tentang kerangka kerja MPA-PHAST
3) Meningkatnya pengetahuan peserta tentang tata cara penggunaan piranti MPA-PHAST
4) Meningkatnya komitmen untuk penerapan prinsip partisipatori dalam perencanaan dan
pengelolaan pembangunan AMPL berbasis masyarakat sesuai dengan relevansi antara MPA-
PHAST dengan Kebijakan.
Peserta
Jumlah peserta diharapkan tidak lebih dari 30 orang agar memudahkan pengorganisasian dan
pendalaman diskusi. Orientasi ini dapat diikuti oleh unsur-unsur :
- Instansi terkait AMPL Pusat,
- Instansi terkait AMPL - Provinsi/Kabupaten/Kota,
- LSM/Perguruan Tinggi/Tokoh Masyarakat
- Pihak lain yang peduli pembangunan AMPL
- Dan pihak lain yang dianggap perlu
Agenda Lokakarya Orientasi MPA PHAST dapat berisi:
A. Pembukaan dan Arahan
B. Pengenalan Konsep
a. Konsep pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan AMPL yang berkelanjutan
b. Konsep Kesetaraan Akses dalam Pembangunan AMPL
C. Kerangka Kerja MPA-PHAST
D. Pengenalan Piranti MPA-PHAST
E. Simulasi Piranti MPA-PHAST
a. Persiapan/pembekalan praktek lapangan
b. Simulasi praktek lapangan dalam kelas
F. Praktek lapangan, 2 hari
G. Penulisan laporan praktek lapangan
H. Presentasi hasil praktek lapangan ( dalam kelompok)
I. Review hasil praktek lapangan
J. Review hasil keseluruhan
K. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut
Pengantar Lokakarya
Sesi berisi perkenalan dimana secara partisipatif peserta, fasilitator dan panitia berkenalan satu
dengan lainnya; dilanjutkan dengan identifikasi harapan dan kenyataan, dimana setiap peserta
mendapatkan dua kertas metaplan berbeda warna,misalnya biru dan merah untuk menuliskan
harapan dan kekhawatiran tentang penyelenggaraan lokakarya, untuk kemudian ditempel dan
dikelompokkan di kain rekat; berdasarkan hasil identifikasi tersebut tadi, kemudian dijelaskan alur
lokakarrya; serta akhirnya diujung acara peserta dan fasilitator menyepakati aturan main
pelaksanaan lokakarrya.
1) Konsep Kesinambungan,
Sesi ini dimulai dengan meminta setiap peserta untuk menuliskan hal hal apa saja yang
menyebabkan keberhasilan dan kegagalan pembangunan AMPL selama ini, kemudian
ditempelkan di kain rekat, lalu dikelompokkan. Peserta kemudian diajak untuk memberi nama
masing masing kelompok pendapat peserta tadi, biasanya muncul: sosial, pendanaan, teknologi,
lingkungan dan kelembagaan. Setelah itu peserta diajak untuk menarik garis hubungan saling
keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek lainnya. Kegiatan ini ditutup dengan penegasan
bahwa keberlanjutan pemenfaatan dan pemelihaan sarana sangat penting, agar efektifitas dapat
dicapai, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh Kebijakan.
2) Konsep Kesetaraan
Fasilitator memulai acara dengan melakukan Kuis gender dan social equity. Kemudian peserta
diminta memberikan tanggapan terhadap hasil quiz yang baru dilakukan. Kesimpulannya
bahwa hasil yang ditunjukkan dari kuis tersebut adalah fakta. Setelahitu fasilitator mengundang 2
peserta (laki dan perempuan), yang laki-laki berdiri di depan dan perempuan dibelakang,
kemudian fasilitator menanyakan pada peserta “Apakah melihat secara utuh keduanya?” peserta
menjawab yang dibelakang tidak kelihatan. Ini adalah contoh pandangan kita terhadap perempuan
yang tidak setara dengan laki-laki. Kemudian fasilitator bertanya “apa akibatnya jika perempuan
tidak ditempatkan sejajar dengan laki, atau tidak ada keadilan antara kaya dan miskin ”? Selesai
diskusi, dilakukan penegasan tentang gender dan social equity.
Langkah Uraian
1. Pemetaan Melalui simulasi dalam diskusi terfokus, langkah ini menghasilkan
klasifikasi informasi mengenai klasifikasi penduduk berdasarkan tingkatan sosial
kesejahteraan ekonominya (kaya, miskin, menengah) definisi kaya miskin dan menengah
ditentukan oleh masyarakat sendiri. Istilah kaya atau miskin menggunakan
istilah yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat misal; sugih (kaya)
melarat (miskin) di Jawa atau istilah lokal lainnya. Hasil proses klasifikasi
kesejahteraan ini digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang terlibat
dalam diskusi kelompok terfokus (FGD), untuk pemetaan akses orang
miskin dan kaya terhadap sarana air bersih dan sanitasi, fungsi, dan
pekerjaannya, serta mengidentifikasi perbedaan tingkat partisipasi di
masyarakat, dan sebagainya.
2. Pemetaan Melalui simulasi dalam kelompok diskusi ini menghasilkan informasi:
- Berapakah laki-laki kaya, laki laki miskin, perempuan kaya perempuan
miskin, laki-laki menengah, perempuan menegah dari status ekonominya
yang mendapatkan akses layanan AMPL dari sarana yang telah dibangun?
- Berapakah laki-laki dan perempuan dari golongan kaya, menengah, atau
miskin yang terlibat dalam anggota badan pengelola.
- Berapakah laki-laki dan perempuan dari golongan kaya, menengah, atau
miskin yang bekerja dalam bidang pelayanan air bersih, sanitasi, dan
promosi hidup sehat/bersih, serta siapa yang pernah dan atau akan
mendapatkan pelatihan.
3. Kantung Suara Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa pola dan
SABS perilaku masyarakat laki-laki dan perempuan dari golongan kaya,
menengah dan miskin berkaitan dengan kebiasaan pemakaian sumber air
bersih, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan, serta menganalisa dari
golongan tersebut berkaitan dengan kebiasaan pemakaian tempat buang air
besar, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan. Informasi kunci yang
ingin diperoleh melalui simulasi dengan menggunakan alat tersebut ini
adalah:
- Gambaran pola kebiasaan pemakaian sumber air bersih laki-laki dan
perempuan dari golongan kaya, menengah dan miskin
- Gambaran pola kebiasaan pemakaian tempat buang air besar laki-laki dan
perempuan dari golongan kaya, menengah dan miskin
4. Transect Walk Tujuan dari transect walk adalah memeriksa ulang berdasarkan informasi
sebagaimana dalam peta yang dibuat oleh masyarakat untuk memastikan
informasi mengenai; keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan
sanitasi, akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana
tersebut, promosi hidup sehat dan di antara keluarga yang mendapat
pelatihan selama program. Informasi kunci yang akan diperoleh
dari transect walk adalah:
- Kualitas air pada sumber; jenis kontaminasi pada sumber air
- Kuantitas sumber air (kecukupan di sepanjang tahun)
- Jenis pengerjaan sarana, fungsi sarana, pendapat pengguna mengenai
kualitas rancangan bangunan, penjelasan mengenai ketidak puasan,
koalitas rancangan menurut kelompok, kesalahan utama dalam
perencanaan, kesesuaian konstruksi dengan rancangan, kualitas bahan
menurut pengguna, kualitas bahan menurut kelompok, kualitas pengerjaan
menurut kelompok dll. Informasi secara lengkap mengenai
hasil transect dapat dilihat dalam format-transect walk)
5. Contamination Membantu masyarakat untuk menemukan dan menganalisis bagaimana
route penyakit dapat menular secara luas melalui lingkungan; mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk menghambat (blocking) atau
memutus alur penularan penyakit; memperoleh program promosi kesehatan
yang diinginkan oleh masyarakat yang akan dimasukkan dalam Rencana
Kerja Masyarakat.
Tahap 2. Penerapan MPA-PHAST pada proyek yang sedang berjalan (setelah RKM disiapkan).
Sesi ini diawali dengan penjelasan sebagaimana penerapan MPAPHAST tahap 1. dilanjutkan
dengan simulasi pendemonstrasian piranti. Alat dan langkah kegiatan mencakup
Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan, contamination route , transect walk(sebagaimana telah
diuraikan pada tahap-1), tinjauan pengelolaan dan check list PHBS
Langkah Uraian
1. Tinjauan Tujuan dari tinjauan pengelolaan adalah untuk menilai wewenang dan
Pengelolaan komposisi dari organisasi pengelola, menyangkut keterwakilan dan
pengaruh gender dan kemiskinan; Menilai pelaksanaan organisasi,
menyangkut sudut pandang gender dan kemiskinan; Mentriangulasi
informasi sebelumnya (peta sosial) dan memahami permasalahan yang ada;
Untuk mengetahui sebarapa besar biaya yang dilkeluarkan masyarakat
untuk kegunaan sarana air; Untuk mengetahui keterbukaan dan kesetaraan
dalam sistem pembayaran dan implikasinya terhadap pengawasan sarana.
2. Check listPHBS - Tujuan dari chek list PHBS adalah untuk menganalisis seberapa efektif dan
seberapa sukar/mudah tindakan penghambat alur penularan penyakit dan
tindakan perubahan perilaku bagi kesehatan untuk dilakukan; Untuk
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan di antara perempuan, laki-laki,
dan anak-anak di masyarakat, sehingga dapat diketahui rencana yang tepat
dalam program perubahan perilaku hidup bersih dan sehat; Untuk
memperoleh program promosi kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat
yang akan dimasukkan dalam Rencana Kerja Masyarakat.
Langkah Uraian
1. Ladder 1 Tujuan penggunaan piranti ini adalah untuk menilai keberadaan permintaan
para pengguna yang terlayani dan sejauh mana mereka mempertimbangkan
kesesuaian manfaat terhadap biaya yang telah mereka keluarkan. Kegiatan
tersebut dilakukan secara terpisah dengan masyarakat laki-laki dan
perempuan
Matrik Keputusan:
Tujuan dari matrict keputusan adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa akses perempuan
dan kelompok miskin terhadap informasi; Untuk menilai partisipasi, aspek gender dan kemiskinan
dalam pengambilan keputusan dan lingkup proses pengambilan keputusan dan dalam akses
terhadap informasi yang dibutuhkan untuk berpartisiapsi dalam pengambilan keputusan; Untuk
monitoring dan evaluasi proyek gunakan untuk menilai seberapa partisipatif, tanggap kebutuhan,
dan sensitif terhadap gender dan kemiskinan proses dari proyek; Untuk perencanaan dan
perancangan proyek, gunakan kegiatan ini untuk menilai sejarah partisipasi sarana yang ada,
sehingg intervensi yang tepat dapat direncanakan untuk meningkatkan ketanggapan terhadap
kebutuhan proses proyek, dan menambah partisipasi dari semua kelompok stakeholder dalam
pengambilan keputusan yang diinformasikan
Ladder 2
Tujuan dari Ladder 2 adalah untuk menilai dan menganalisa pembagian kerja, jenis pekerjaan dan
pekerjaan yang dibayar maupun tidak. Berkaitan dengan pelayanan sarana antara perempuan dan
laki-laki serta kaya dan miskin
G. Praktek Penggunaan Piranti Lanjutan (matrix decission dan ladder 1 dan 2)
Pilihan pendekatan praktek dilakukan dalam bentuk simulasi dalam kelas atau praktek di lapangan,
sebagaimana proses pada praktek ke satu. Pembahasan hasil, refleksi dan rekomendasi
dilaksanakan sebagaimana praktek sebelumnya.
PHAST (Participatory Hygiene and Sanitation and Transformation adalah suatu rangakaian cara
untuk tercapainya perubahan pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan sanitasi dan
kebersihan diri yang sehat dan membantu dalam mendorong penataan fasilitas air dan sanitasi
secara partisipatif.
Apa yang ingin dicapai melalui PHAST?
7 Tahapan Masyarakat dalam mencapai peningkatan kebersihan diri dan lingkungan serta
mendorong penataan fasilitas Air dan Sanitasi
http://pmimurakata.blogspot.com/2010/11/phast.html