Anda di halaman 1dari 15

Metode MPHAST

METHODOLOGY FOR PARTICIPATORY ASSESMENT – PARTICIPATORY


HYGIENE SANITATION TRANSFOMATION (MPA – PHAST)

Methodology for Participatory Assesment – Participatory Hygiene Sanitation


Transfomation yang kemudian disingkat dengan MPA – PHAST merupakan salah satu upaya
pendekatan atau pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. MPA – PHAST diartikan
sebagai transformasi hidup bersih dan sanitasi dengan menggunakan metode partisipasi. MPA
mempunyai tujuan fokus pada perencanaan sarana air bersih dan sanitasi. Sedangkan PHAST
mempunyai tujuan fokus pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat serta pencegahan
penyakit.
Model pembangunan ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat dalam perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan evaluasi dalam kurun waktu tertentu, sesuai dengan kemampuannya
berdasarkan hasil musyawarah dan mufakat diantara masyarakat itu sendiri. Keuntungan dari
metode yang berbasis masyarakat seperti MPA-PHAST ini adalah akan menjamin keberlanjutan
penggunaan sarana. Karena masyarakat sasaran terlibat aktif, tercipta rasa memiliki yang tinggi
dari masyarakat terhadap sarana yang tersedia, sehingga ada kemauan untuk memanfaatkan dan
memelihara sarana dengan memberikan biaya untuk pengoperasian dan pemeliharaan sarana.
Dengan berbasis masyarakat diharapkan masyarakat miskin, dan juga perempuan akan terlibat
dalam pembangunan sarara tersebut.
Oleh sebab itu, mereka wajib dilibatkan secara intensif dalam proses pengambilan
keputusan, mulai dari tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, pemeliharaan,
pemantauan dan evaluasinya.

Tiga Alasan Utama Perlunya Melibatkan Partisipasi Masyarakat


1. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi,
kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat.
2. Masyarakat akan lebih mempercayai program atau proyek jika merasa dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaan karena mereka tahu seluk beluk proyek dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap proyek tersebut.
3. Mendorong adanya partisipasi umum banyak negara karena timbul anggapan bahwa merupakan
suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Beberapa program yang menggunakan metode pendekatan dengan MPA PHAST ini adalah
WSLIC (Water and Sanitation for Low Income Coumunities) dan kebijakan nasional AMPL (Air
Minum dan Penyehatan Lingkungan). Dalam suatu program atau proyek perlu dilakukan orientasi
tentang MPA PHAST. Dalam materi ini, kami memberikan contoh tentang orientasi pendekatan
MPA PHAST pada Kebijakan Nasional AMPL.
Tujuan Orientasi Metode
1) Memperkenalkan MPA-PHAST sebagai piranti assessment dalam perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring-evaluasi program.
2) Memberikan pemahaman kerangka kerja MPA-PHAST dalam siklus proses pembangunan
program yang berbasis masyarakat.
3) Memperoleh umpan balik untuk menemukan teknik-teknik yang efektif dalam penggunaan MPA-
PHAST

Keluaran
1) Meningkatnya pemahaman peserta terhadap konsep dan metode MPA-PHAST sebagai alat
perencanaan, monitoring, evaluasi dan pengambilan keputusan pembangunan proyek
yang berkelanjutan.
2) Meningkatnya pemahaman tentang kerangka kerja MPA-PHAST
3) Meningkatnya pengetahuan peserta tentang tata cara penggunaan piranti MPA-PHAST
4) Meningkatnya komitmen untuk penerapan prinsip partisipatori dalam perencanaan dan
pengelolaan pembangunan AMPL berbasis masyarakat sesuai dengan relevansi antara MPA-
PHAST dengan Kebijakan.

Metode yang digunakan dapat terdiri dari:


1) Ceramah,
2) Curah pendapat (brainstorming),
3) Penugasan,
4) Diskusi kelompok,
5) Simulasi dan praktek penerapan MPA-PHAST,
6) Presentasi dan tanya jawab.

Alat dan bahan/materi:


Alat
- Komputer,
- Proyektor, dan layer,
- Kain rekat,
- Metaplan,
- Spidol,
- Kertas flipchart,
- Selotif,
- Alat alat simulasi piranti MPA-PHAST
Bahan/materi pokok meliputi
- Konsep pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan AMPL yang berkelanjutan
- Konsep kesetaraan akses (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dalam pembangunan AMPL
- Kerangka kerja MPA-PHAST dalam perencanaan, pelaksanaan konstruksi,monitoring, evaluasi
dan pengambilan keputusan pembangunan AMPL yang berkelanjutan
- Piranti MPA-PHAST: Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan sosial, Ladder-2, Ladder-1,
Countamination route, Transect Walks, Tinjauan Pengelolaan Pelayanan, Kantung Suara,
Pengambilan Keputusan, dll.
- Alat praktek/simulasi penggunaan piranti MPA-PHAST

Peserta
Jumlah peserta diharapkan tidak lebih dari 30 orang agar memudahkan pengorganisasian dan
pendalaman diskusi. Orientasi ini dapat diikuti oleh unsur-unsur :
- Instansi terkait AMPL Pusat,
- Instansi terkait AMPL - Provinsi/Kabupaten/Kota,
- LSM/Perguruan Tinggi/Tokoh Masyarakat
- Pihak lain yang peduli pembangunan AMPL
- Dan pihak lain yang dianggap perlu
Agenda Lokakarya Orientasi MPA PHAST dapat berisi:
A. Pembukaan dan Arahan
B. Pengenalan Konsep
a. Konsep pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan AMPL yang berkelanjutan
b. Konsep Kesetaraan Akses dalam Pembangunan AMPL
C. Kerangka Kerja MPA-PHAST
D. Pengenalan Piranti MPA-PHAST
E. Simulasi Piranti MPA-PHAST
a. Persiapan/pembekalan praktek lapangan
b. Simulasi praktek lapangan dalam kelas
F. Praktek lapangan, 2 hari
G. Penulisan laporan praktek lapangan
H. Presentasi hasil praktek lapangan ( dalam kelompok)
I. Review hasil praktek lapangan
J. Review hasil keseluruhan
K. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut

Proses Lokakarya Orientasi

A. Pembukaan dan arahan.


Sesi ini dapat diisi oleh narasumber atau pejabat terkait yang berkompeten, sebaiknya arahan
meliputi latar belakang dan tujuan lokakarya, yang memberikan pemahaman kepada peserta
tentang perlunya lokakarya ini bagi daerah, bahwa pembelajaran yang diperoleh dari
pembangunan AMPL berbasis masyarakat, baik yang berhasil maupun yang gagal salah satu
penyebabnya adalah keberlanjutan dan efektifitas penggunaan sarana. Untuk memotret apakah
terjadi keberlanjutan dan penggunaan yang efektif, pendekatan yang terbukti berhasil adalah
dengan menggunakan MPA-PHAST, Selepas kegiatan ini, lakukan pemetaan awal kemampuan
peserta.

Pengantar Lokakarya
Sesi berisi perkenalan dimana secara partisipatif peserta, fasilitator dan panitia berkenalan satu
dengan lainnya; dilanjutkan dengan identifikasi harapan dan kenyataan, dimana setiap peserta
mendapatkan dua kertas metaplan berbeda warna,misalnya biru dan merah untuk menuliskan
harapan dan kekhawatiran tentang penyelenggaraan lokakarya, untuk kemudian ditempel dan
dikelompokkan di kain rekat; berdasarkan hasil identifikasi tersebut tadi, kemudian dijelaskan alur
lokakarrya; serta akhirnya diujung acara peserta dan fasilitator menyepakati aturan main
pelaksanaan lokakarrya.

B. Pengenalan Konsep Dasar MPA

1) Konsep Kesinambungan,
Sesi ini dimulai dengan meminta setiap peserta untuk menuliskan hal hal apa saja yang
menyebabkan keberhasilan dan kegagalan pembangunan AMPL selama ini, kemudian
ditempelkan di kain rekat, lalu dikelompokkan. Peserta kemudian diajak untuk memberi nama
masing masing kelompok pendapat peserta tadi, biasanya muncul: sosial, pendanaan, teknologi,
lingkungan dan kelembagaan. Setelah itu peserta diajak untuk menarik garis hubungan saling
keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek lainnya. Kegiatan ini ditutup dengan penegasan
bahwa keberlanjutan pemenfaatan dan pemelihaan sarana sangat penting, agar efektifitas dapat
dicapai, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh Kebijakan.
2) Konsep Kesetaraan
Fasilitator memulai acara dengan melakukan Kuis gender dan social equity. Kemudian peserta
diminta memberikan tanggapan terhadap hasil quiz yang baru dilakukan. Kesimpulannya
bahwa hasil yang ditunjukkan dari kuis tersebut adalah fakta. Setelahitu fasilitator mengundang 2
peserta (laki dan perempuan), yang laki-laki berdiri di depan dan perempuan dibelakang,
kemudian fasilitator menanyakan pada peserta “Apakah melihat secara utuh keduanya?” peserta
menjawab yang dibelakang tidak kelihatan. Ini adalah contoh pandangan kita terhadap perempuan
yang tidak setara dengan laki-laki. Kemudian fasilitator bertanya “apa akibatnya jika perempuan
tidak ditempatkan sejajar dengan laki, atau tidak ada keadilan antara kaya dan miskin ”? Selesai
diskusi, dilakukan penegasan tentang gender dan social equity.

C. Kerangka kerja MPA,


Sesi dijelaskan kerangkan analisis MPA dalam bentuk ceramah dan tanya jawab, intinya
menjelaskan: efektifitas kesinambungan, efektifitas penggunaan, pendekatan tanggap kebutuhan,
kesetaraan dalam pengelolaan, partisipasi masyarakat. Juga dijelaskan tahapan monitoring
kesinambungan sesuai dengan tahapannya: Tahap 1, baseline data, Tahap 2, perencanaan, Tahap
3, pada saat konstruksi selesai, dan Tahap 4, satu tahun setelah konstruksi.

Demand Responsive Approach


Sesi ini mengajak peserta memahami kerangka dan deskripsi demand, serta
perbedaan demand dan need, dimulai dengan metoda Fish Bowl Discusion; dengan cara: ada
perwakilan tiap daerah untuk mendiskusikan tentang demand dan needdalam satu lingkaran kursi.
Disiapkan 1 kursi panas untuk peserta dari luar lingkaran agar memberikan pendapat atau
berkomentar meluruskan diskusi, waktu yang disediakan untuk kursi panas sangat terbatas, untuk
memberikan kesempatan peserta lain berpendapat. Selesai diskusi, dilakukan penegasan
tentang Demand Responsive Approach.

D. Pengenalan Piranti MPA-PHAST


Pada sesi ini dijelaskan macam-macam piranti MPA-PHAST dan pada saat kapan piranti tersebut
dipergunakan (lihat table di bawah ini). Penggunaan piranti MPA-PHAST disesuaikan dengan
kebutuhan antara lain:
- Pada saat proyek yang akan dilaksanakan (kebutuhan perencanaan)
- Pada saat monitoring dan evaluasi pada proyek yang sedang berjalan?
- Pada saat proyek pasca konstruksi
- Pada saat proyek minimum setelah satu tahun selesai.
Yang membedakan penggunannya diantara tahapan tersebut adalah digunakannya piranti tertentu
yang belum dipakai pada tahap sebelumnya karena disesuaikan dengan tujuannya.
Waktu Penggunaan
Nama alat / piranti Sebelum Pada saat proyek Pasca Satu tahun
proyek dimulai dilaksanakan konstruksi setelahkonstruksi
1. Pemetaan klasifikasi
X X X X
kesejahteraan
2. Pemetaan X X X X
3. Kantung suara SABS X X X X
4. Transect walk X X X X
5. Contamination route X X X X
6. Tinjauan Pengelolaan X X X X
7. Checklist PHBS X X X
8. Interview badan pengelola
X X X
sarana
9. Ladder 1 X X
10. Matric decision X
11. Ladder 2 X

Tahap 1 : Baseline Data (penerapan MPA-PHAST pada awal proyek)


(untuk tahapan ini dijelaskan dan didemonstrasikan piranti )
Tahap baseline data dimaksudkan untuk mendapatkan data umum dari komunitas yang
berpartisipasi dan membuat identifikasi faktor-faktor lain dari partisipasi, ketanggapan
terhadap gender dan kebutuhan yang dapat menjelaskan keragaman dalam bantuan layananan.
Pada tahap ini peserta pelatihan diajak untuk memahami proses dan alat yang digunakan untuk
melakukan; 1) klasifikasi kesejahteraan, 2) pemetaan, 3) kantung suara SABS, 4) transect walk,
5) contamination route. Metode yang digunakan adalah penjelasan dan demostrasi.

Langkah Uraian
1. Pemetaan Melalui simulasi dalam diskusi terfokus, langkah ini menghasilkan
klasifikasi informasi mengenai klasifikasi penduduk berdasarkan tingkatan sosial
kesejahteraan ekonominya (kaya, miskin, menengah) definisi kaya miskin dan menengah
ditentukan oleh masyarakat sendiri. Istilah kaya atau miskin menggunakan
istilah yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat misal; sugih (kaya)
melarat (miskin) di Jawa atau istilah lokal lainnya. Hasil proses klasifikasi
kesejahteraan ini digunakan untuk mengidentifikasi kelompok yang terlibat
dalam diskusi kelompok terfokus (FGD), untuk pemetaan akses orang
miskin dan kaya terhadap sarana air bersih dan sanitasi, fungsi, dan
pekerjaannya, serta mengidentifikasi perbedaan tingkat partisipasi di
masyarakat, dan sebagainya.
2. Pemetaan Melalui simulasi dalam kelompok diskusi ini menghasilkan informasi:
- Berapakah laki-laki kaya, laki laki miskin, perempuan kaya perempuan
miskin, laki-laki menengah, perempuan menegah dari status ekonominya
yang mendapatkan akses layanan AMPL dari sarana yang telah dibangun?
- Berapakah laki-laki dan perempuan dari golongan kaya, menengah, atau
miskin yang terlibat dalam anggota badan pengelola.
- Berapakah laki-laki dan perempuan dari golongan kaya, menengah, atau
miskin yang bekerja dalam bidang pelayanan air bersih, sanitasi, dan
promosi hidup sehat/bersih, serta siapa yang pernah dan atau akan
mendapatkan pelatihan.
3. Kantung Suara Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa pola dan
SABS perilaku masyarakat laki-laki dan perempuan dari golongan kaya,
menengah dan miskin berkaitan dengan kebiasaan pemakaian sumber air
bersih, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan, serta menganalisa dari
golongan tersebut berkaitan dengan kebiasaan pemakaian tempat buang air
besar, serta hal-hal yang perlu untuk ditingkatkan. Informasi kunci yang
ingin diperoleh melalui simulasi dengan menggunakan alat tersebut ini
adalah:
- Gambaran pola kebiasaan pemakaian sumber air bersih laki-laki dan
perempuan dari golongan kaya, menengah dan miskin
- Gambaran pola kebiasaan pemakaian tempat buang air besar laki-laki dan
perempuan dari golongan kaya, menengah dan miskin
4. Transect Walk Tujuan dari transect walk adalah memeriksa ulang berdasarkan informasi
sebagaimana dalam peta yang dibuat oleh masyarakat untuk memastikan
informasi mengenai; keadaan masyarakat menyangkut sarana air bersih dan
sanitasi, akses keluarga miskin, kaya dan menengah terhadap sarana
tersebut, promosi hidup sehat dan di antara keluarga yang mendapat
pelatihan selama program. Informasi kunci yang akan diperoleh
dari transect walk adalah:
- Kualitas air pada sumber; jenis kontaminasi pada sumber air
- Kuantitas sumber air (kecukupan di sepanjang tahun)
- Jenis pengerjaan sarana, fungsi sarana, pendapat pengguna mengenai
kualitas rancangan bangunan, penjelasan mengenai ketidak puasan,
koalitas rancangan menurut kelompok, kesalahan utama dalam
perencanaan, kesesuaian konstruksi dengan rancangan, kualitas bahan
menurut pengguna, kualitas bahan menurut kelompok, kualitas pengerjaan
menurut kelompok dll. Informasi secara lengkap mengenai
hasil transect dapat dilihat dalam format-transect walk)
5. Contamination Membantu masyarakat untuk menemukan dan menganalisis bagaimana
route penyakit dapat menular secara luas melalui lingkungan; mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk menghambat (blocking) atau
memutus alur penularan penyakit; memperoleh program promosi kesehatan
yang diinginkan oleh masyarakat yang akan dimasukkan dalam Rencana
Kerja Masyarakat.

Tahap 2. Penerapan MPA-PHAST pada proyek yang sedang berjalan (setelah RKM disiapkan).
Sesi ini diawali dengan penjelasan sebagaimana penerapan MPAPHAST tahap 1. dilanjutkan
dengan simulasi pendemonstrasian piranti. Alat dan langkah kegiatan mencakup
Klasifikasi Kesejahteraan, Pemetaan, contamination route , transect walk(sebagaimana telah
diuraikan pada tahap-1), tinjauan pengelolaan dan check list PHBS

Langkah Uraian
1. Tinjauan Tujuan dari tinjauan pengelolaan adalah untuk menilai wewenang dan
Pengelolaan komposisi dari organisasi pengelola, menyangkut keterwakilan dan
pengaruh gender dan kemiskinan; Menilai pelaksanaan organisasi,
menyangkut sudut pandang gender dan kemiskinan; Mentriangulasi
informasi sebelumnya (peta sosial) dan memahami permasalahan yang ada;
Untuk mengetahui sebarapa besar biaya yang dilkeluarkan masyarakat
untuk kegunaan sarana air; Untuk mengetahui keterbukaan dan kesetaraan
dalam sistem pembayaran dan implikasinya terhadap pengawasan sarana.
2. Check listPHBS - Tujuan dari chek list PHBS adalah untuk menganalisis seberapa efektif dan
seberapa sukar/mudah tindakan penghambat alur penularan penyakit dan
tindakan perubahan perilaku bagi kesehatan untuk dilakukan; Untuk
mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan di antara perempuan, laki-laki,
dan anak-anak di masyarakat, sehingga dapat diketahui rencana yang tepat
dalam program perubahan perilaku hidup bersih dan sehat; Untuk
memperoleh program promosi kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat
yang akan dimasukkan dalam Rencana Kerja Masyarakat.

Tahap 3. Penerapan MPA-PHAST pada Pasca Konstruksi


Sesi ini diawali dengan penjelasan sebagaimana penerapan MPA-PHAST tahap 1 dan 2.
dilanjutkan dengan simulasi pendemonstrasian piranti. Alat dan langkah kegiatan yang
diperkenalkan mencakup Klasifikasi Kesejahteraan, transect walk (sebagaimana telah diuraikan
pada tahap-1), Interview BPS.
Langkah Uraian
1. Interview Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
Badan membandingkan data cakupan sarana
Pengelola AMPL dengan cakupan secara
Sarana keseluruhan. Apakah dengan telah
terbangunnya sarana sudahmempengaruhi
angka cakupan versi BPS.

Tahap 4. Penerapan MPA-PHAST pada 1 Tahun Pasca Konstruksi


Sesi ini diawali dengan penjelasan sebagaimana penerapan MPA-PHAST tahap 1 dan 2.
dilanjutkan dengan simulasi pendemonstrasian piranti. Alat dan langkah kegiatan yang
diperkenalkan mencakup Klasifikasi Kesejahteraan, pemetaan, kantung suara (sebagaimana telah
diuraikan pada tahap-1 dan 2). Yang membedakan penerapan MPA-PHAST tahap ini adalah
penggunaan piranti ladder 1.

Langkah Uraian
1. Ladder 1 Tujuan penggunaan piranti ini adalah untuk menilai keberadaan permintaan
para pengguna yang terlayani dan sejauh mana mereka mempertimbangkan
kesesuaian manfaat terhadap biaya yang telah mereka keluarkan. Kegiatan
tersebut dilakukan secara terpisah dengan masyarakat laki-laki dan
perempuan

E. Praktek Penggunaan Peranti MPA-PHAST.


Praktek penggunaan piranti dapat dilakukan dengan simulasi dalam kelas dan praktek langsung di
masyarakat. Praktek dalam kelas dilakukan secara kelompok, masing-masing Kelompok ada yang
berperan sebagai fasilitator dan sebagian berperan sebagai anggota masyarakat. Untuk praktek
langsung dimasayarakat dipilih lokasi yang relevan; artinya lokasi tersebut memenuhi kriteria
antara lain desa/dusun yang telah mendapat proyek terkait AMPL.

Pilihan -1: Simulasi dalam Kelas


- Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan masingmasing kelompok dibagi ke dalam dua
peran yaitu peserta yang berperan sebagai fasilitator dan peserta yang berperan sebagai anggota
masyarakat.
- Masing-masing kelompok mempraktekkan penggunaan seluruh piranti MPA-PHAST dengan
pembagian peran secara bergantian, agar masing-masing memiliki pengalaman yang sama.
- Setelah masing-masing kelompok melakukan simulasi penggunaan piranti, masing-masing
menjelaskan hasil diikuti oleh kelompok lain. Dan secara keseluruhan setelah simulasi dilakukan
fasilitator memberikan tanggapan/pembahasan dan analisis terhadap hasil prakteknya.

Pilihan-2: Praktek di Masyarakat


- Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok (tim) untuk kegiatan praktek di masyarakat.
- Kegiatan pertemuan dilaksanakan secara terpisah di beberapa tempat (berdasarkan RT atau RW)
dan masingmasing tim mempraktekkan alat/piranti MPA-PHAST.
- Setelah kegiatan praktek dilakukan masing-masing tim menyusun laporan hasil prakteknya.
- Presentasi pengalaman praktek oleh masing-masing tim, fasilitator menanggapi dan
memberikan komentar berdasarkan temuan yang dilihat selama mendampingi dikaitkan dengan
”bagaimana seharusnya” praktek dilakukan dan hal-hal prinsip yang harus dilakukan selama
faslitasi.

F. Pengenalan piranti MPA-PHAST lanjutan


Disamping piranti yang telah dibahas pada hari-hari sebelumnya, piranti lain yang diperkenalkan
dan dibahas pada pada sesi ini antara lain; matrict decission danladder 2,

Matrik Keputusan:
Tujuan dari matrict keputusan adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa akses perempuan
dan kelompok miskin terhadap informasi; Untuk menilai partisipasi, aspek gender dan kemiskinan
dalam pengambilan keputusan dan lingkup proses pengambilan keputusan dan dalam akses
terhadap informasi yang dibutuhkan untuk berpartisiapsi dalam pengambilan keputusan; Untuk
monitoring dan evaluasi proyek gunakan untuk menilai seberapa partisipatif, tanggap kebutuhan,
dan sensitif terhadap gender dan kemiskinan proses dari proyek; Untuk perencanaan dan
perancangan proyek, gunakan kegiatan ini untuk menilai sejarah partisipasi sarana yang ada,
sehingg intervensi yang tepat dapat direncanakan untuk meningkatkan ketanggapan terhadap
kebutuhan proses proyek, dan menambah partisipasi dari semua kelompok stakeholder dalam
pengambilan keputusan yang diinformasikan

Ladder 2
Tujuan dari Ladder 2 adalah untuk menilai dan menganalisa pembagian kerja, jenis pekerjaan dan
pekerjaan yang dibayar maupun tidak. Berkaitan dengan pelayanan sarana antara perempuan dan
laki-laki serta kaya dan miskin
G. Praktek Penggunaan Piranti Lanjutan (matrix decission dan ladder 1 dan 2)
Pilihan pendekatan praktek dilakukan dalam bentuk simulasi dalam kelas atau praktek di lapangan,
sebagaimana proses pada praktek ke satu. Pembahasan hasil, refleksi dan rekomendasi
dilaksanakan sebagaimana praktek sebelumnya.

H. Presentasi, Penjelasan, Rangkuman Pembelajaran 2


Sesi ini memberikan kepada peserta untuk menyusun laporan praktek implementasi piranti MPA-
PHAST sesuai dengan catatan notulasinya masing masing, untuk kemudian ditulis di
kertas flipchart dan ditempelkan di kain rekat, setelah itu berbagi pengalaman terhadap
pelaksanaan praktek hari kedua melalui presentasi bergerak, dilanjutkan dengan masukan dari
fasilitator

I. Penajaman Akhir Hasil Lokakarya


(Pembulatan Hasil, Pemetaan pemahaman akhir, Evaluasi akhir, Paparan evaluasi akhir,
Penutupan)
Pada Sesi ini, fasilitator mengajak peserta untuk melakukan rangkuman materi pelatihan secara
bersama sama untuk melakukan pembulatan pelatihan, terakhir fasilitator menegaskan materi
lokakarya dengan menggunakan alur lokakarya. Selesai kegiatan tersebut dilakukan pemetaan
akhir, untuk menilai bagaimana perkembangan kemampuan peserta setelah intervensi orientasi
MPA-PHAST ini. Kemudian peserta diajak untuk melakukan evaluasi akhir, serta langsung diolah
dan pemaparan hasil evaluasi akhir tersebut. Sehingga, dipenghujung acara, dilakukan Penutupan
merupakan acara semi seremonial, sebagai sarana setiap peserta untuk menyatakan komitmennya
tentang implementasi rencana tindak yang disepakati, yang kemudian ditegaskan oleh pejabat yang
ditunjuk untuk menutup acara, sehingga kesepakatan rencana tindak menjadi acuan bersama
tentang apa yang harus dilakukan setelah lokalatih ini.
Diposting oleh mhida di 22.42
http://mhida03sinurat-mhida.blogspot.com/2012/04/metode-mphast.html
Apa pengertian dari PHAST?

PHAST (Participatory Hygiene and Sanitation and Transformation adalah suatu rangakaian cara
untuk tercapainya perubahan pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan sanitasi dan
kebersihan diri yang sehat dan membantu dalam mendorong penataan fasilitas air dan sanitasi
secara partisipatif.
Apa yang ingin dicapai melalui PHAST?

PHAST diadakan untuki membantu masyarakat :


◙ meningkatakan perilaku hidup sehat
◙ mencegah penyakit diare
◙ mendorong penataan fasilitas air bersih dan sanitasi masyarakat

Hal itu dilakukan dengan cara :


◙ menunjukan adanya korelasi antara sanitasi dan status kesehatan
◙ meningkatkan rasa percaya diri para anggota masyarakat
◙ memberdayakan masyarakat

Memahami tujuan PHAST

Apa Tujuan akhir dari PHAST?


Adalah adanya peningkatan perubahan yang permanen dan keterlibatan masyarakat

Proses pencapaian tujuan PHAST?


◙ Dimulai bersama dengan masyarakat
◙ Ditetapkan bersama dengan masyarakat
◙ Dilaksanakan bersama masyarakat
◙ Diputuskan melalui konsultasi dengan masyarakat

Memahami tahapan-tahapan PHAST

7 Tahapan Masyarakat dalam mencapai peningkatan kebersihan diri dan lingkungan serta
mendorong penataan fasilitas Air dan Sanitasi

STEP 1 – Identifikasi Masalah


a. Cerita masyarakat
◙ Mengungkapkan masalah yg penting
◙ Menghasilkan kreativitas – PHAST utk semua orang dan semua tingkatan
◙ Membangun semangat kerjasama tim
b. Masalah kesehatan yg ada di masyarakat
◙ Membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kesehatan yang prioritas
◙ Mengidentifikasi hal yg dapat dilakukan oleh masyarakat utk memecahkan permasalahan
kesehatan mereka

STEP 2 – Analisa Masalah

◙ Pemetaan masalah air dan sanitasi di masyarakat


b. Perilaku kebersihan diri yg baik dan buruk
◙ Apa sebenarnya yang dilihat masyarakat sebagai perilaku yg baik dan buruk
◙ Pemeriksaan kebiasaan masyarakat sehari-hari
◙ Perbedaan antara pengetahuan dan perilaku

◙ Mengenal dan menganalisa bagaimana penyakit diare itu menyebar/menular


◙ Memperagakan hubungan antara perilaku, fasilitas yg ada dan penyakit

STEP 3 – Perencanaan untuk solusi


t
◙ Mengidentifikasi kejadian yang dpt menghambat penyebaran penyakit
b. Menseleksi hambatan2 yg ada
◙ Menganalisa efektifitas dan efisiensi dari penghambatan penyakit yang direncanakan
c. Tugas dari laki2 dan perempuan di masyarakat
◙ Tugas yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan di tingkat rumah tangga
◙ Mengidentifikasi segala kemungkinan perubahan penugasan

Step 4 – Pemilihan opsi-opsi

◙ Menggambarkan situasi saat ini


◙ Mengidentifikasi pilihan air bersih & sanitasi yang diinginkan di kemudian hari
b. Memilih perbaikan perilaku kebersihan diri
◙ Perilaku kebersihan diri yang ingin dikerjakan oleh masyarakat
c. Menyediakan waktu untuk pertanyaan
◙ Mengajukan pertanyaan2 tentang proses dan umpan balik dari sesama peserta yang dapat
meningkatkan rasa percaya diri dan kepercayaan kelompok

Step 5 – Perencanaan untuk adanya fasilitas baru dan perubahan perilaku


a. Perencanaan untuk perubahan
◙ Mengembangkan rencana untuk perubahan
b. Perencanaan siapa melakukan apa
◙ Membantu mengidentifikasi ssiapa yg bertanggungjawab
◙ Jadual kerja untuk implementasi
◙ Mengidentifikasi apa yg mungkin tidak berjalan sebagaimana mestinya
◙ Memikirkan masalah yang mungkin terjadi dalam implementasi dan cara mengatasinya

Step 6 – Perencanaan untuk pemantauan dan evaluasi


a. Menyiapkan cara utk menilai kemajuan kita
◙ Menyiapkan metoda untuk menilai kemajuan di masyarakat
◙ Menugaskan orang 2 yg bertanggungjawab utk menilai kemajuan tsb
◙ Tentukan waktu untuk evaluasi pelaksanaan proyek

Step 7 – Evaluasi yang partisipatif


a. Menilai kemajuan kita
◙ Melihat tujuan yang kita tentukan dulu, apa yang sudah tercapai.

Diposting oleh RELAWAN MURAKATA di Barabai : Rabu, November 03, 2010


Reaksi:

http://pmimurakata.blogspot.com/2010/11/phast.html

Anda mungkin juga menyukai