Anda di halaman 1dari 12

PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

“Materi Pertemuan II dan III”

Dosen Pengampu : M. RIDWAN, M.PH.

Disusun Oleh :

NAMA : VERA YUNIKA M


NIM : N1A118147
KELAS : 4D

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI
Pertemuan III. Mahasiswa mampu memahami metode pemberdayaan
masyarakat

A. PRA (Participatory Rural Appraisal)

PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan


masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan
mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan
nyata (Chambers, 1996).

Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan
lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA akan
dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat
sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.

Prinsip-prinsip Penerapan PRA (Adimihardja & Hikmat, 2003)

1. Masyarakat dipandang sebagai subjek bukan objek.

2. Peneliti memposisikan dirinya sebagai insider bukan outsider

3. Pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan indikator sosial


(indikator evaluasi partisipatif).

Berikut merupakan tahapannya dalam evaluasi kebijakan/ program:

 Mengkaji adanya perkembangan atau perubahan yang terjadi dalam


masyarakat sebagai akibat dari perlakuan program yang dilaksanakan. (dalam
jangka waktu tertentu, biasanya pertahun). Kegiatan ini dilakukan dalam
rangka perbaikan

 Mengkaji tujuan apa saja yang telah dicapai, dan yang belum tercapai serta
mengidentifikasi penyebabnya

 Mengkaji pengaruh kebijakan/program terhadap perubahan masyarakat


menyangkut kesejahteraan atau dikenal dengan studi dampak (impact study)

 Menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam kerangka pertanggung-


jawaban lembaga dan pelaporan terhadap lembaga donor.
Alat-alat yang digunakan dalam metoda PRA serupa dengan yang digunakan
dalam metode RRA, tetapi berbeda dalam tingkat partisipasi dari masyarakat desa
dalam praktik di lapangan. Tidak seperti dalam RRA, masyarakat desa yang dilibatkan
dalam PRA memainkan peran yang lebih besar dalam pengumpulan informasi,
analisis data dan pengembangan intervensi seperti pada program-program
pengembangan masyarakat yang didasarkan pada pengertian terhadap program
secara keseluruhan. Proses ini akan memberdayakan masyarakat dan memberi
kesempatan kepada mereka untuk melaksanakan kegiatan dalam memecahkan
masalah mereka sendiri yang lebih baik dibanding dengan melalui intervensi dari luar.
Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan
lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA akan
dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat
sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.

Keunggulan dan kelemahan dari metode PRA

a. Keunggulan PRA adalah sebagai berikut :

1) Melibatkan seluruh kelompok masyarakat.


2) Keikutsertaan masyarakat miskin.
3) Rasa tanggung jawab masyarakat akan keberlangsungan program lebih
besar.
4) Melibatkan gender pada program.
5) Cocok diterapkan dimana saja.

b. Kelemahan PRA adalah sebagai berikut:

1) Tidak semua fasilitator program memiliki kemampuan yang baik dalam


memfasilitasi masyarakat.
2) Pendekatan PRA identik dengan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan,
dan musyawarah-musyawarah yang sifatnya umum.
3) Sebagian fasilitator belum terampil dalam memfasilitasi pengolahan dan
analisis informasi.

B. RRA (Rapid Rural Appraisal)


RRA (Rapid Rural Appraisal) merupakan metode penilaian keadaan desa
secara cepat, yang dalam praktek, kegiatan RRA lebih banyak dilakukan oleh “orang
luar” dengan tanpa atau sedikit melibatkan masyarakat setempat. Meskipun sering
dikatakan sebagai teknik penelitian yang “cepat dan kasar/kotor” tetapi RRA dinilai
masih lebih baik dibanding teknik-teknik kuantitatif klasik.

Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam


waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus
diambil segera. Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar yang intensif
untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu
diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin,
menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk
meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan.

Menurut Beebe James (1995), metode RRA menyajikan pengamatan yang


dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya
dengan latar belakang akademis yang berbeda. Metode ini bertujuan untuk
menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk
menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan.

Metode RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu; (a) perspektif sistem, (b)
triangulasi dari pengumpulan data, dan (c) pengumpulan data dan analisis secara
berulang-ulang (iterative).

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam RRA, yaitu:

a) Efektivitas dan efisiensi, kaitannya dengan biaya, waktu, dengan perolehan


informasi yang dapat dipercaya yang dapat digunakan dibanding sekadar
jumah dan ketepatan serta relevansi informasi yang dibutuhkan.
b) Hindari bias, melalui: introspeksi, dengarkan, tanyakan secara berulang-ulang,
tanyakan kepada kelompok termiskin.
c) Triangulasi sumber informasi dan libatkan Tim Multi-disiplin untuk bertanya
dalam beragam perspektif.
d) Belajar dari dan bersama masyarakat.
e) Belajar cepat melalui eksplorasi, cross-check dan jangan terpaku pada bekuan
yang telah disiapkan.

Sebagai suatu teknik penilaian, RRA menggabungkan beberapa teknik yang terdiri
dari:

1) Review/telaahan data sekunder, termasuk peta wilayah dan pengamatan


lapang secara ringkas.
2) Oservasi/pengamatan lapang secara langsung.
3) Wawancara dengan informan kunci dan lokakarya.
4) Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik.
5) Studi kasus, sejarah lokal, dan biografi.
6) Kecenderungan-kecenderungan.
7) Pembuatan kuesioner sederhana yang singkat.
8) Pembuatan laporan lapang secara cepat.

Keunggulan dan kelemahan metode RRA

a. Keunggulan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :

1) Waktu cepat, biaya murah dan hasil tidak biasa.


2) Dapat melayani policy makers yang ingin memutuskan suatu hal dengan
segera dan mereka memerlukan informasi terakhir sebelum keputusan
tersebut diambil.
3) Mampu memonitor dan mengevaluasi proyek atau program pembangunan.
4) Mampu melakukan identifikasi dan mendiagnosa masalah atau isu baik
dibidang penelitian maupun perencanaan.
5) Dapat membantu dalam pemecahan cara penyebaran tekhnologi (terutama
karena kendala sosial dan ekonomi) dan bagaimana mengakomodasi
keinginan masyarakat sebagai pengguna tekhnologi.
6) Mampu memahami suatu permasalahan atau isu dengan perspektif lintas
disiplin.
7) Data membantu dalam menginterprestasikan data kuantitatif yang telah
dikumpulkan sebelumnya. Jumlah data yang banyak dan sulit dihubungkan
satu dengan lainnya, dapat dipecahkan dengan metode RRA.

b. Kelemahan dalam metode RRA adalah sebagai berikut :


1) Metode sampling diabaikan.
2) Reliabilitas dan validitas informasi dikumpulkan secara cepat. Yang lebih
menonjol adalah expert judgement peneliti.
3) Tidak mampu mengungkapkan data kuantitatif.
4) Banyak pengambil kebijakan lebih tertarik dengan data konkret, misalnya suatu
tekhnologi telah diadopsi masyarakat sebesar 70%, daripada informasi tentang
adopsi tekhnologi meningkat.

C. FGD (Focus Group Discussion)

Menurut asal usul katanya FGD merupakan akronim dalam bahasa Inggris
yang kepanjangannya adalah Focus Group Discussion. Jika diterjemahkan secara
bebas ke dalam bahasa Indonesia berarti: Diskusi Kelompok Terarah. FGD biasa juga
disebut sebagai metode dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan cara
melakukan wawancara kelompok.

FGD dapat didefinisikan sebagai suatu metode dan teknik dalam


mengumpulkan data kualitatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang suatu
fokus masalah atau topik tertentu dipandu oleh seorang fasilitator atau moderator.

FGD merupakan metode dan teknik pengumpulan data atau informasi yang
awalnya dikembangkan di dalam penelitian pemasaran. Ketika itu FGD digunakan
untuk mengetahui citra tentang produk tertentu, hal-hal apa yang menarik calon
pembeli atau konsumen, disain produk, pilihan ukuran, pilihan warna, disain kemasan,
hal- hal apa yang perlu diperbaiki dan sebagainya. Dengan menggunakan FGD,
dalam waktu relatif singkat (cepat) dapat digali mengenai persepsi, pendapat, sikap,
motivasi, pengetahuan, masalah dan harapan perubahan berkaitan dengan masalah
tertentu.

Karakteristik FGD yaitu sebagai berikut :

a. FGD diikuti oleh para peserta yang idealnya terdiri dari 7-11 orang.
b. Peserta FGD terdiri dari orang-orang dengan ciri-ciri yang sama atau relatif
homogen yang ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan studi atau
proyek. Kesamaan ciri-ciri ini seperti: persamaan gender, tingkat pendidikan,
pekerjaan atau persamaan status lainnya.
c. FGD merupakan sebuah proses pengumpulan data dan karenanya
mengutamakan proses.
d. FGD adalah metode dan teknik pengumpulan data kualitatif. Oleh sebab itu di
dalam metode FGD biasanya digunakan pertanyaan terbuka (open ended)
yang memungkinkan peserta memberi jawaban dengan penjelasan -
penjelasan.
e. FGD adalah diskusi terarah dengan adanya fokus masalah atau topik yang
jelas untuk didiskusikan dan dibahas bersama.
f. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Diskusi Kelompok Terarah
(FGD) ini berkisar antara 60 sampai dengan 90 menit.
g. Dalam suatu studi yang menggunakan FGD, lazimnya FGD dilakukan
beberapa kali.
h. FGD sebaiknya dilaksanakan di suatu tempat atau ruang netral disesuaikan
dengan pertimbangan utama bahwa peserta dapat secara bebas dan tidak
merasa takut untuk mengeluarkan pendapatnya.

Kegunaan FGD yaitu sebagai berikut :

a. Untuk merancang kuesioner survey. Hasil FGD sangat mungkin bermanfaat


dalam pembuatan kuesioner survey.
b. Untuk menggali informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikap dan
persepsi.
c. Untuk mengembangkan hipotesa penelitian.
d. Untuk mengumpulkan data kualitatif dalam studi proses-proses penjajagan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan.

Keunggulan dan kelemahan metode FGD yaitu sebaga berikut.

a. Keunggulan FGD.

1) Sinergisme. Suatu kelompok mampu menghasilkan informasi, ide dan


pandangan yang lebih luas.
2) Manfaat bola salju. Komentar yang didapat secara acak dari peserta dapat
memacu reaksi berantai respons yang beragam dan sangat mungkin
menghasilkan ide-ide baru.
3) Stimulan. Pengalaman diskusi kelompok sebagai sesuatu yang menyenangkan
dan lebih mendorong orang berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
4) Keamanan. Individu biasanya merasa lebih aman, bebas dan leluasa
mengekspresikan perasaan dan pikirannya dibandingkan kalau secara
perseorangan yang mungkin ia akan merasa khawatir
5) Spontan. Individu dalam kelompok lebih dapat diharapkan menyampaikan
pendapat atau sikap secara spontan dalam merenspons pertanyaan, hal yang
belum tentu mudah terjadi dalam wawancara perseorangan.

b. Kelemahan FGD.

1) Karena dapat dilakukan secara cepat dan murah, FGD sering digunakan oleh
pembuat keputusan untuk mendukung dugaan/pendapat pembuat
keputusannya.
2) FGD terbatas untuk dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam dari
seorang individu yang mungkin dibutuhkan.
3) Teknik FGD mudah dilaksanakan, tetapi sulit melakukan interpretasi datanya.
4) FGD memerlukan fasilitator- moderator (pemandu diskusi) yang memiliki
ketrampilan tinggi.

D. PLA (Participatory Learning and Action)

Participatory Learning and Action (PLA) secara sederhana dapat diartikan sebagai
sebuah metodologi pendekatan program pengembangan masyarakat. Metode ini
menyediakan alat/teknik yang bisa digunakan masyarakat dampingan untuk
melakukan pengkajian keadaan dirinya, menganalisis dan kemudian merencanakan
tindakan. Juga untuk bisa melakukan penilaian terhadap pencapaian hasil atau tujuan
kegiatan-kegiatannya.
Participatory Learning and Action (PLA) adalah metodologi pendekatan
pembangunan (pengembangan masyarakat) yang mengadopsi konsep pembelajaran
masyarakat. Tokoh pengembang Participatory Learning and Action (PLA) adalah
Robert Chambers dari Inggris, yang menyatakan bahwa salah satu sumber atau akar
Participatory Learning and Action (PLA) adalah pemikiran Paulo Freire tentang
pendidikan kritis atau pendidikan pembebasan yang mengartikan pembelajaran
masyarakat sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kualitas hidupnya.
Participatory Learning and Action (PLA) merupakan metoda penilaian keadaan
secara partisipatif, yang dilakukan pada tahapan awal perencaanaan kegiatan.
Melalui Participatory Learning and Action (PLA),dilakukan kegiatan-kegiatan:
1. Pemetaan-wilayah dan kegiatan yang terkait dengan topic penilaian keadaan.
2. Analisis keadaan yang berupa:
a. Keadaan masa lalu, sekarang, dan kecenderungannya di masa depan
b. Identifikasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan alasan-alasan atau
penyebabnya.
c. Identifikasi (akar) masalah dan alternatif-alternatif pemecahan masalah
d. Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau analisis strength, weaknes,
opportunity, and threat (SWOT) terhadapsemua alternatif pemercahan
masalah
3. Pemilihan alternatif pemecahan masalah yang paling layak atau dapat dihandalkan
(dapat dilaksanakan, efisien, dan diterima oleh sistem sosialnya).
4. Rincian tentang sakeholders dan peran yang diharapkan dari para pihak, serta
jmlah dan sumber-sumber pembiayaan yang dapat diharapkan untuk melaksanakan
program/kegiatan yang akan diusulkan/direkomendasikan.

E. Pelatihan Partisipatif

Pelatihan partisipatif digunakan untuk memberikan pemahaman kepada


peserta pelatihan dalam mengimplementasikan penjaminan mutu di madrasah
tsanawiyah. Pelatihan untuk orang dewasa memerlukan strategi dan teknik yang
berbeda dengan pelatihan bagi anak-anak (pedagogis). Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan yang berbeda, yaitu keterlibatan atau peran serta peserta pelatihan, dan
pengaturan lainnya yang menyangkut materi pelatihan, waktu penyelenggaraan.

Agar pelatihan partisipatif dapat berjalan lancar, maka pemandu (facillitator),


pelatih (tariner) dengan menggunakan metode dan teknik yang banyak melibatkan
peran serta peserta harus dapat berperan dengan baik untuk menciptakan suasana
belajar yang kondusif.
Dalam pelatihan partisipatif digunakan siklus belajar dari pengalaman (experiential
learning cycle). Metode ini mempunyai tahapan tertentu, yaitu

1. Mengalami, pengalaman merupakan inti proses belajar. Hal ini mencakup


segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan kita, pengamatan kita,
dan apa saja yang kita alami.

2. Mengungkapkan, tahap dimana peserta mengungkapkan berbagai


pengalamannya. Apa yang terjadi; apa yang saya rasakan dan katakan; apa
yang dirasakan dan dikatakan oleh orang lain; bagaimana pengalaman
tersebut memiliki arti.

3. Menganalisis, tahap ini merupakan suatu proses pemahaman, yaitu suatu


proses untuk mencoba memahami berbagai ungkapan pengalaman dari
berbagai pihak yang terlibat dalam proses belajar atau proses pelatihan secara
kritis.

4. Generalisasi, tahap ini merupakan tahap yang sangat penting dalam proses
belajar dan pelatihan. Berbagai ungkapan pengalaman dan analisis yang
terjadi, perlu ditarik suatu generalisasi atau kesimpulan sebagai bahan untuk
menyusun tindak lanjut.

5. Menerapkan, tahap ini merupakan tahap dimana kita melakukan dan


melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan atas hasil pembelajaran.
Pelaksanaan kegiatan termasuk di dalamnya uji coba, penelitian, implementasi
dan pengambilan risiko, atau dapat juga merupakan kegiatan menunggu,
mendengarkan, dan mengamati.

F. Prinsip Pemilihan Metode Pemberdayaan.

Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program


pemberdayaan, yaitu prinsip kesetaraan, partisipasi, keswadayaan atau kemandirian,
dan berkelanjutan (Najiati dkk, 2005:54). Adapun penjelasan terhadap prinsip-prinsip
pemberdayaan masyarakat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Kesetaraan adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara


masyarakat dengan lembaga yang melakukan program-program pemberdayaan
masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan.
b. Partisipasi. Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian
masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan,
diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat, namun perlu waktu dan proses
pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap
pemberdayaan masyarakat.

c. Keswadayaan atau kemandirian adalah menghargai dan mengedepankan


kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain.

d. Berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA

Saputro,. Thomas. 2014. Metode Pemberdayaan Masyarakat (PRA Dan RRA)


Advianty, Sekar Ayu. 2015. Penggunaan Metode "Participatory Rural Appraisal"
(PRA) dalam Evaluasi Kebijakan/Program.
https://www.kompasiana.com/sekar_advianty/552c4ac36ea8349f418b45c1/penggun
aan-metode-participatory-rural-appraisal-pra-dalam-evaluasi-kebijakanprogram.
Diakses tanggal 26 Januari 2020.

Durahman. 2014. METODE PELATIHAN PARTISIPATIF.


https://bahjabar13.wordpress.com/2014/10/13/metode-pelatihan-partisipatif/.
Diakses tanggal 26 Januari 2020.

Riadi, Muchlisin. 2015. Tujuan, Prinsip dan Tahapan Pemberdayaan Masyarakat.


https://www.kajianpustaka.com/2017/11/tujuan-prinsip-dan-tahapan-pemberdayaan-
masyarakat.html. Diakses Tanggal 26 Januari 2020.

Fetty Fitria, dkk. 2015. Makalah Tahapan Dan Metode Pemberdayaan Masyarakat.

Indrizal, Edi. 2014. DISKUSI KELOMPOK TERARAH Focus Group Discussion


(FGD). UNAND.

Emi Kusumawardani, dkk. 2015. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


DENGAN MENGGUNAKAN PARTICIPATORY LEARNING AND ACTION (PLA)
SEBAGAI UPAYA PENURUNAN KASUS MALARIA. UNAIR.

Anda mungkin juga menyukai