Anda di halaman 1dari 15

RESUME 2

MATA KULIAH PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN MASYARAKAT

”METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”

NAMA : Lia Afriani

NIM: G1D121007

KELAS: 4 A

DOSEN PENGAMPU:

M.RIDWAN SKM.MPH (RD)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2023
METODE PEMBERDAYAAAN MASYARAKAT

Metode (method), secara harfiah berarti cara. Metode atau metodik berasal dari Bahasa

Yunani, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa

berartijalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut

Poerwadarminta, bahwa “metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik

untuk mencapai suatu maksud”. adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah

sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya (Endah, no date)

Metode pemberdayaan masyarakat merupakan suatu cara atau jalan yang dilakukan

untuk mampu meningkatkan kesejahteraan hidup suatu masyarakat. Dalam proses

pemberdayaan masyarakat inilah fasilitator berperan aktif untuk mendampingi

masyarakatuntuk memperoleh suatu keterampilan hidup dengan metode-metode atau

pendekatan tertentu, sesuai karakter dari masyarakat tersebut (Endah, n.d.).

1. PRA (PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL)

Istilah PRA sebenarnya sudah cukup lama diterapkan di Indonesia, namun bagi beberapa

kalangan tampaknya masih belum familiar. Participatory Rural Appraisal artinya

“Pemahaman Kondisi Pedesaan Secara Partisipatif”, yakni merupakan pendekatan dalam

merumuskan perencanaan dan kebijakan di wilayah pedesaan dengan cara melibatkan

masyarakat seefektif (Chambers dalam Moeliono dan Rianingsih, 1996),(Supriatna

Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten, Raya Lintas

Timur Km and Tanjung, no date) .

PRA adalah merupakan pendekatan yang memungkinkan masyarakat desa untuk

saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan
kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan secara partisipatif (Chambers dalam

Djohani, Rianingsih, 1996).

I. Tujuan Penerapan PRA

Tujuan penerapan metode/pendekatan PRA adalah untuk memberikan dukungan yang

efektif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemberdayaan

masyarakat secara berkelanjutan dengan berwawasan lingkungan serta berbasis konteks lokal.

Dalam konteks UU Desa maka PRA dapat memberikan pemahaman kepada para aparatur

pemerintahan desa dalam melakukan proses identifikasi potensi dan permasalahan di desanya

(Supriatna Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten et al.,

n.d.).

II. Prinsip Dasar PRA

Rochdyanto (2000) menjelaskan bahwa beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi

dalam metode PRA antara lain adalah:

 Saling belajar dan berbagi pengalaman

 Keterlibatan semua anggota kelompok

 Orang luar sebagai fasilitator

 Penerapan konsep triangulasi (multidisipliner tim PRA, variasi teknik dan keragaman

narasumber)

 Orientasi praktis dan keberlanjutan program

III. Siklus dan Tahapan Pendekatan PRA

Dari berbagai sumber disimpulkan bahwa siklus pendekatan PRA adalah sebagai berikut :
a. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi wilayah pedesaan secara umum;

b. Perumusan masalah dan penetapan prioritas masalah;

c. Identifikasi alternatif pemecahan masalah;

d. Pemilihan alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan masyarakat dan

sumberdaya yang tersedia;

e. Perencanaan penerapan gagasan;

f. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan dan penyempurnaan di tingkat

yang lebih besar;

g. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat

perkembangan masyarakat;

h. Pemantauan dan pengarahan;

i. Evaluasi dan rencana tindak lanjut

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan PRA yang disarikan dari berbagai sumber bacaan dan

berdasarkan pengalaman penulis sendiri secara ringkas adalah sebagai berikut :

• Penelusuran kondisi wilayah desa dari masa ke masa,

• Pencatatan kalender musiman berdasarkan kebiasaan warga,

• Gambaran pemetaan wilayah desa,

• Penelusuran lokasi (Transect),

• Pembuatan Diagram Venn (bagan hubungan kelembagaan)


2. RRA (RAPID RURAL APPRAISAL)

Metode RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam waktu yang

terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil segera. Dewasa ini

banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum adanya kegiatan pengumpulan

semua informasi di daerah sasaran. Pada dasarnya, metode RRA merupakan proses belajar

yang intensif untuk memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat.

Untuk itu diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin,

menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk

meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan (Mardiana et al., no

date).

Menurut Robert Chambers (pakar yang mengembangkan konsep ini) mengartikan

sebagai sekumpulan pendekatan yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta

meningkatkan dan mengkaji pengetahuan mereka mengenai hidup dan keadaan mereka

sendiri agar mereka dapat menyusun rencana dan tindakan pelaksanaan.Untuk dapat

mencapai keberhasilan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui metode RRA dapat

menggerakkan dan mendorong agar menggali potensi dirinya, dan berani bertindak untuk

meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara atau melalui pembelajaran yang terus menerus

(Mardiana et al., no date).

Prinsip-prinsip metode RRA sebagai berikut : (Darmawi, no date)

1. Suatu proses pembalikan pemahaman, yaitu belajar dari masyarakat setempat (local

people) tentang suatu isu.

2. Belajar dengan cepat dan progresif melalui ekplorasi yang terencana, penggunaan metode

yang luwes, improvisasi, pngulangan, cek silang, tidak mengikuti blue print ; dapat

menyesuaikan dengan proses belajar yang dipakai.


3. Menyeimbangkan bias

4. Optimaisasi pertukaran, mengaitkan biaya pemahaman dengan infoemasi yang bermanfaat,

keakuratan dan ketepatan waktu

5. Membuat network mengenai pengukuran (kisaran) ada tiga hal : metode, jenis informasi,

peneliti atau re-cek.

6. Mencari keanekaragaman informasi dan kekayan informasi dengan jalan mencari dan

meneliti hal-hal yang kontradiktif, anomaly serta perbedaan. Missal dengan pengambilan

sampel dalam pengertian non-statistik (Dunn dan McMillan, 1991).

3. FGD (FOCUS GROUP DISCUSSION)

Mack et al. (2005) mendefinisikan FGD sebagai metode pengumpulan data kualitatif

yang mempertemukan satu atau dua peneliti dengan beberapa peserta sebagai kelompok

untuk mendiskusikan suatu topik penelitian (Rizal Bisjoe Balai Litbang Lingkungan Hidup

dan Kehutanan Makassar Jl P Kemerdekaan Km and Selatan, no date).

Irwanto (2006) mendefinisikan FGD sebagai suatu proses pengumpulan data dan informasi

yang sistematis mengenai suatu permasalahan yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok.

Menurut Gerritsen (2011) FGD merupakan suatu diskusi terstruktur untuk memperoleh

informasi mendalam (data kualitatif) dari suatu kelompok masyarakat tentang suatu topik.

Selanjutnya, dikemukakan bahwa tujuan FGD adalah mengumpulkan informasi tentang

opini, keyakinan, sikap, persepsi masyarakat dan bukan untuk memperoleh konsensus atau

keputusan. Mencermati definisi yang dikemukakan para pakar sebelumnya dan melihat frase

FGD, maka di dalamnya dijumpai 3 (tiga) kata kunci yang mejadi kekhasan FGD, yaitu:

a. diskusi, sebagai penegasan bukan wawancara atau obrolan;


b. kelompok, sebagai penegasan bukan perorangan; dan

c. terfokus, sebagai penegasan bukan bebas tak terarah. Dengan demikian, FGD dapat

dipahami sebagai suatu proses pengumpulan data dan informasi kualitatif secara sistematis

tentang suatu masalah melalui diskusi kelompok.

Irwanto (2006) menyebutkan 3 (tiga) kata kunci tersebut sebagai prinsip-prinsip FGD yang

saling berkaitan, yaitu:

(a) FGD adalah diskusi, bukan wawancara atau obrolan;

(b) FGD adalah grup atau kelompok, bukan individu; dan

(c) FGD adalah terfokus, bukan bebas.

Mack et al. (2005) menyatakan bahwa metode FGD tepat digunakan untuk

mengidentifikasi dan meminta pendapat tentang norma suatu kelompok masyarakat dan

menemukan variasinya dalam suatu populasi.

Paramita dan Kristiana (2013) menyatakan bahwa FGD merupakan teknik yang tepat

untuk menggali data dengan karakteristik khusus dan untuk penelitian dengan tujuan tertentu

(Rizal Bisjoe Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl P Kemerdekaan

Km and Selatan, no date).

Sebagai suatu metode pendekatan dalam menjawab pertanyaan penelitian, FGD

berlangsung cukup singkat 60-120 menit (Krueger, 1988), namun karena melibatkan

sejumlah personil tim, beberapa partisipan dari para pihak, dan pihak terkait lainnya dengan

beberapa faktor pendukung atau penghambat, maka penyelenggaraan FGD perlu disiapkan

sebaik-baiknya secara bertahap. Tahapan dimaksud mencakup (Mack et al., 2005; Irwanto,

2006): persiapan rancangan FGD dan penyusunan materi FGD (Rizal Bisjoe Balai Litbang

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl P Kemerdekaan Km and Selatan, no date).


4. PLA (PARTICIPATORY LEARNING AND ACTION)

PLA merupakan pendekatan pemberdayaan yang memiliki keunggulan baik secara

filosofis maupun nilai aksi dengan mengutamakan pada proses belajar Bersama. Program

Keluarga Harapan harus mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap program

Pemberdayaannya. Ketertarikan peneliti dikarenakan oleh penelitian terdahulu yang melihat

metode PLA cukup berhasil dalam proses pemberdayaan masyarakat. Emi Kusumawardani

dan Sariana Pangaribuan, yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat dengan menggunakan

Participatory Learning and Action (PLA) Sebagai Upaya Penurunan Kasus Malaria”

meskipun penelitian yang dilakukan mengambil dari sisi Kesehatan, tetapi dalam praktiknya

peneliti menggunakan Participatory Learning and Action (PLA).

Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dengan Participatory Learning

and Action (PLA) berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

kesehatan, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan

Kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

mengungkapkan bahwa metode Participatory Learning and Action (PLA) mampu membuat

masyarakat menjadi berdaya karena adanya keterlibatan dari semua stakeholder yang

berkaitan dengan programnya. Participatory Learning and Action (PLA) atau proses belajar

dan praktik secara partisipatif merupakan bentuk baru dari metode pemberdayaan masyarakat

yang dahulu dikenal sebagai “Learning by doing” atau belajar sambil bekerja. Participatory

Learning and Action (PLA) merupakan metode pemberdayaan yang terdiri dari proses belajar

melalui : ceramah, curah pendapat, diskusi dll. Maka dari itu peneliti tertarik mengambil

judul Participatory Learning and Action (PLA) pada kelompok keluarga harapan. Hal ini

diangkat agar peneliti mampu mnegungkap apakah penyelenggaraan Program PKH yang di

danai besar oleh pemerintah pusat menggunakan metode yang tepat dalam membuat

masyarakat berdaya, dan apakah proses pemberdayaan yang dilakukan oleh program keluarga
harapan mampu membuat seluruh stakeholder berpartisipasi dalam membuat masyarakat

yang berdaya (Darmawan and Rosmilawati, 2020).

Sugiyono (2015: 15) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, analisis data

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna daripada

generalisasi. Dalam Konsepnya Participatory Learning and action meupakan induk dari

model pendekatan partisapatif, diamna terdapat beberpa jenis pendekatan partisipatif yang

digunakan dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat. dan setiap jenis pendekatan

memiliki karakteristiknya masing-masing (Darmawan and Rosmilawati, 2020).

5. PELATIHAN PARTISIPATIF

Tujuan dalam pemberdayaan kelompok masyarakat khususnya Kelompok Wanita Tani

Lestari dalam perencanaan melalui metode partisipatif adalah pendampingan untuk

memberdayakan kelompok masyarakat tersebut dalam menyelesaikan permasalahannya,

dengan membuat sebuah perencanaan partisipatif. Pemberdayaan pendampingan perencanaan

partisipatif dilakukan untuk membantu permasalahan mitra dengan kegiatan-kegiatan dan

metode :

1). Melakukan pendampingan dan penyuluhan tentang pentingnya bekerjasama dalam

berorganisasi dan pembagian kerja untuk menunjang perekonomian keluarga serta

pengaturan manajemen dan tata tertib administrasi,

2). Pelatihan dan pendampingan pelaksanaan metode Participatory Rural Appraisal (PRA),

3). Pelatihan dan pendampingan pelaksanaan Transect,


4).Penyuluhan tentang keorganisasian dan kewirausahaan pertanian/perkebunan,

5).Penyiapan lokasi kebun bibit desa.

Kegiatan dan metode ini dilakukan setelah melihat permasalahan mitra seperti masih

banyak anggota kelompok yang belum memiliki pengetahuan pentingnya berorganisasi untuk

membantu perekonomian keluarga, manajemen dan administrasi organisasi yang masih

belum tertib dan teratur, banyak yang tidak mengerti dan sama pemahamannya tentang

budidaya pertanian, pengaturan waktu pembagian kerja dalam mengurusi organisasi dan

usaha pertanian dengan kesibukan di urusan rumah tangga serta permasalahan kesulitan

mencarikan lahan yang tepat bagi sebagian anggota untuk Kebun Bibit Desa.

Hasil dari kegiatan ini adalah diperolehnya lokasi kebun bibit desa yang baru sesuai

pelaksanaan pendampingan transect dan Participatory Rural Appraisal (PRA). Lokasi kebun

bibit desa di atur sedemikian rupa sehingga terjadi pengelompokan bibit-bibit tanaman seperti

tanaman hias, tanaman buahbuahan dan tanaman obat. Kelompok Wanita Tani Lestari

umumnya menempatkan lokasi tanaman hias pada area lingkungan perumahan sehingga

mudah perawatan harian dan langsung bermanfaat dalam memberikan keindahan pada

lingkungan rumahnya. Sedangkan tanaman buah-buahan dan tanaman obat pada lokasi kebun

bibit desa bersama. Penyiapan kebun bibit desa merupakan tahapan terakhir dalam kegiatan

pendampingan Kelompok Wanita Tani Lestari. Secara umum hasil dari tahapan siklus ini

adalah dengan meningkatnya keterampilan manajemen pengaturan keanggotaan organisasi

dalam menyiapkan sebuah lokasi kebun bibit desa yang baru dan meningkatnya kuantitas

serta kualitas bibit-bibit tanaman (Bidang Manajemen dan Bidang Produksi), (Mustanir,

Hamid and Syarifuddin, 2019)


6. PRINSIP PEMILIHAN METODE PEMBERDAAYAAN

Pada dasarnya pemberdayaan merupakan sebuah proses pemberian motivasi dan

keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengambil keputusan yang

berlandaskan sumber daya pribadi, melalui sebuah partisipasi, demokratisasi, pembelajaran

dan pengalaman sosial serta memiliki tujuan berupa upaya untuk meningkatkan harkat dan

martabat masyarakat yang tidak mampu untuk melepaskan diri dari lingkaran kemiskinan dan

keterbelakangan. Berpijak pada pendapat tersebut, maka dalam pelaksanaan pemberdayaan

memerlukan adanya sebuah prinsip yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pemberdayaan.

Senada dengan hal tersebut Najiyati mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul

Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut adanya empat prinsip yang sering digunakan

dalam program pemberdayaan, yakni prinsip kesetaraan, partisipasi,

keswadayaan/kemandirian, dan keberlanjutan (Endah, no date)

Kesetaraan

Kesetaraan berasal dari kata ―setara‖ atau sederajat yang berarti sama tingkatan, kedudukan

atau pangkatnya. Kesetaraan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang

sama dan memiliki beban yang sama. Dalam proses pemberdayaan masyarakat kesetaraan

ataukesejajaran kedudukan memiliki arti adanya persamaan tanggung jawab antara

masyarakat dengan lembaga yang melakukan program pemberdayaan, antara laki-laki dan

perempuan, dan masyarakat dengan pihak otoritas. Dinamika yang dibangun adalah

hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagi pengetahuan, pengalaman,

serta keahlian satu sama lain, saling mengakui kelebihan dan kekurangan satu sama lian,

sehingga terjadi proses saling belajar.

Partisipatif
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah program

yang memiliki sifat parstisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh

masyarakat. Namun, agar sampai pada tingkat tersebut, diperlukan waktu dan proses

pendampingan yang melibatkan fasilitator yang mempunyai komitmen tinggi terhadap

pemberdayaan masyarakat. Hakekat dari suatu pemberdayaan masyarakat adalah partisipasi.

Namun pada kenyataannya, partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan hanya sebatas

penikmat dan penonton saja. Banyak praktik pemberdayaan yang belum memberikan

kesempatan dan kebebasan kepada masyarakat untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Sebagai seorang fasilitator pemberdayaan, seharusnya dapat mengerti betapa pentingnya

partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan.

Keswadayaan

Pola program pemberdayaan masyarakat yang terjadi saat ini, lebih menekankan pada

charity atau mebagikan bantuan secara cuma – cuma, dan mengesampingkan penumbuhan

kemampuan masyarakat untuk mandiri dalam upaya membangun dirinya sendiri. Dalam hal

ini, kemandirian hanyalah sebuah kiasan kata saja yang diterjemahkan secara manusiawi.

Tidak sedikit diantara para pemangku kebijakan menganggap bahwa pemberian bantuan

dengan cara charity, dianggap lebih efektif dalam menyelesaikan persolan sosial di

masyarakat. Sementara itu, bantuan yang bersifat penguatan kapasitas cenderung tidak

disukai karena prosesnya yang lama dan tidak bisa langsung terlihat hasilnya. Namun perlu

diketahui bahwa pada dasarnya, pemberian bantuan atau dukungan yang bersifat

pengembangan kapasitas dan kemandirian masyarakat, jauh lebih berdampak dari pada

pemberian bantuan yang bersifat charity. Selain itu pemberian bantuan yang bersifat charity

cenderung akan membuat masyarakat menjadi tidak mandiri atau bergantung pada bantuan

orang lain. Sebagai seorang fasilitator harus dapat memahami bahwa sumber daya utama

untuk pengembangan kapasitas dan kemandirian sebagian besar berasal dari masyarakat
sendiri. Upaya menumbuh kembangkan kapasitas dan kemandirian yang berasal dari sumber

daya masyarakat sendiri inilah yang disebut sebagai keswadayaan.

Berkelanjutan

Pemberdayaan masyarakat bukanlah suatu program yang bersifat instan yang hanya sekedar

menjalankan suatu program dengan adanya pembatasan waktu serta biaya. Namun

pemberdayaan masyarakat harus bersifat berkelanjutan dan berkesinambungan yang

dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat

masih banyaknya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh pelaku

pemberdayaan, hanya sebatas waktu dan biaya pendanaanya saja. Apabila waktu dan

pendanaanya sudah habis, maka usai sudah program pemberdayaan yang dilaksanakan, dan

tidak ada kejelasan tindak lanjut dari program tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan pemberdayaan masyarakat masih berorientasi pada Project based, dan belum

bisa disebut sebagai pemberdayaan masyarakat yang sebenarnya. Karena salah satu tanda

yang menunjukkan bahwa program tersebut adalah betul–betul pemberdayaan masyarakat

adalah memiliki prinsip keberlanjutan.

Pemberdayaan merupakan kemampuan untuk melakukan suatu tindakan berupa akal

budi, usaha untuk meningkatkan kemampuan komunitas atau kelompok masyarakat agar

mampu berbuat sesuai dengan harkat dan martabat dalam menjalankan hak dan tanggung

jawab mereka sebagai anggota masyarakat. Pemberdayaan diharapkan mampu meningkatkan

dan memberikan perubahan pada kualitas kehidupan masyarakat, agar menjadi lebih sejahtera

dan berdaya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehingga mampu menciptakan kemandirian

dalam diri masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D. and Rosmilawati, I. (2020) ‘PARTICIPATORY LEARNING AND ACTION

(PLA) PADA KELOMPOK KELUARGA HARAPAN DI KOTA SERANG’, Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 3(1), pp. 570–579.

Darmawi, A. (no date) Perencanaan dan Evaluasi Program Penyuluhan Pembangungan

Menilai Diri Dengan Metoda Rapid Rural Appraisal (RRA).

Endah, R. (no date) METODE PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Talenta 2020 View project

Lecture at Nursing Faculty View project. Available at:

https://www.researchgate.net/publication/357753028.

Mardiana, T. et al. (no date) ‘MENCIPTAKAN PELUANG USAHA ECOPRINT

BERBASIS POTENSI DESA DENGAN METODE RRA DAN PRA’.

Mustanir, A., Hamid, H. and Syarifuddin, R.N. (2019) PEMBERDAYAAN KELOMPOK

MASYARAKAT DESA DALAM PERENCANAAN METODE PARTISIPATIF, Jurnal

MODERAT.

Rizal Bisjoe Balai Litbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar Jl P Kemerdekaan

Km, A.H. and Selatan, S. (no date) MENJARING DATA DAN INFORMASI PENELITIAN

MELALUI FGD (Focus Group Discussion): BELAJAR DARI PRAKTIK LAPANG.

Supriatna Widyaiswara Madya pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Banten, A.,

Raya Lintas Timur Km, J. and Tanjung, K. (no date) RELEVANSI METODE

PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI

UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA. Available at: www.juliwi.com.


 

Anda mungkin juga menyukai