Anda di halaman 1dari 5

PENGEMBANGAN METODE PEMASARAN URBAN FARMING DENGAN

PEMANFAATAN E-COMMERCE
(Kelompok Tani Mawar Bodas, Jln. Sukanagara RT/RW: 002/015 Kel. Kahuripan
Kec. Tawang Kota Tasikmalaya)
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode dan
Teknik Pemberdayaan Masyarakat
Dosen Pengampu : Nastiti Novitasari, M.Pd.

Oleh :
Renaldi Maulana
172103041

Oleh :

Riki Teguh Jaelani 182103060

JURUSAN PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TAHUN 2021
METODE DAN TEKNIK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

1. FGD (Focus Group Discussion) atau diskusi kelompok terarah


Awalnya digunakan sebagai teknik wawancara pada penelitian kualitatif
yang berupa “in depth interview” kepada kelompok informan secara terfokus.
FGD merupakan interaksi individu-individu (sekitar orang) yang tidak saling
mengenal yang dipandu oleh seorang pemandu/moderator diarahkan untuk
mendiskusikan pemahaman dan atau pengalamannya tentang sesuatu program
atau kegiatan yang diikuti dan atau dicermatinya.
FGD dirancang dalam beberapa tahapan, yaitu:
1. Perumusan kejelasan tujuan FGD
2. Persiapan pertanyaan yang akan ditanyakan
3. Identifikasi dan pemilihan partisipan
4. Persiapan ruangan diskusiPelaksanaan diskusi
5. Analisis data (hasil diskusi)
6. Penulisan laporan, termasuk transkrip diskusi, rekaman suara, foto dll

2. PLA (Participatory Learning and Action) atau proses belajar dan


mempraktikkan secara partisipatif
PLA merupakan ‘payung’ dari metode-metode partisipatif seperti, RRA,
PRA, PAR (participatory action research) dan PALM (participatory learning
method).
PLA merupakan bentuk baru dari metode pemberdayaan masyarakat
yang dahulu dikenal sebagai “learning by doing” atau belajar sambil bekerja.
Melalui kegiatan PLA, akan diperoleh beragam manfaat, berupa :
1. Segala sesuatu yang tidak mungkin dapat dijawab oleh “orang luar”;
2. Masyarakat setempat akan memperoleh banyak pengetahuan yang berbasis
pada pengalaman yang dibentuk dari lingkungan kehidupan mereka yang
sangat kompleks;

i
3. Masyarakat akan melihat bahwa masyarakat setempat lebih mampu untuk
mengemukakan masalah dan solusi yang tepat dibanding orang luar;
Melalui PLA, orang luar dapat memainkan peran penghubung antara
masyarakat setempat dengan lembaga lain yang diperlukan. Di samping itu,
mereka dapat menawarkan keahlian tanpa harus memaksakan kehendaknya.
Terkait dengan hal itu, sebagai metode belajar partisipatif, PLA memiliki
beberapa prinsip sebagai berikut ;
1. PLA merupakan proses belajar secara berkelompok yang dilakukan oleh
semua pemangku kepentingan (stakeholders) secara interaktif dalam suatu
proses analisis bersama;
2. Multi perspective, yang memcerminkan beragam interprestasi pemecahan
masalah yang rill yang dilakukan oleh para pihak yang beragam dan berbeda
cara pandangnya;
3. Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak yang terlibat;

3. SL atau Sekolah Lapang (Farmers Field School)

Sebagai metode pemberdayaan masyarakat, SL/FFS merupakan kegiatan


pertemuan berkala yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat pada hamparan
tertentu, yang diawali dengan membahas masalah yang sedang dihadapi,
kemudian diikuti dengan curah pendapat, berbagi pengalaman (sharing), tentang
alternative dan pemilihan cara-cara pemecahan masalah yang paling efektif dan
efisien sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Sebagai suatu kegiatan belajar-
bersama, SL/FFS biasanya difasilitasi oleh fasiltator atau narasumber yang
berkompeten.

4. Pelatihan Partisipatif

Tentang hal ini, sejak awal dasawarsa 1990-an mulai banyak


dikembangkan kegiatan Pelatihan Partisipatif. Berbeda dengan kegiatan

ii
pelatihan konvensional, Pelatihan Partisipatif dirancang sebagai implementasi
metode pendidik orang dewasa (POD), dengan ciri utama:

1. Hubungan instruktur/fasiltator dengan peserta didik tidak lagi bersifat


vertikal tetapi bersifat lateral/horizontal;
2. Lebih mengutamakan proses dari pada hasil, dalam arti, keberhasilan
pelatihan tidak diukur dari seberapa banyak terjadi alih pengetahuan, tetapi
seberapa jauh terjadi interaksi atau diskusi dan berbagai pengalaman
(sharing) antara sesama peserta maupun antara fasilitator dan pesertanya.
Substansi materi pelatihan selalu mengacu kepada kebutuhan peserta.
Karena itu, sebelum pelatihan dilaksanakan, selalu diawali dengan kontrak
belajar, yaitu kesepakatan tentang substansi materi, urut-urutan (sequence), tata
waktu dan tempat

PERMASALAHAN

Permasalahan pada saat pelaksanaan yaitu secara umum kelompok tani


belum dapat mengoptimalkan penggunaan e-commerce dalam kegiatan promosi
dan pemasaran hasil urban farming. Sebagian petani telah menggunakan media
sosial untuk memasarkan hasil urban farming namun belum optimal. Untuk
menangani permasalahan tersebut saya dan kelompok melakukan penyuluhan
mengenai program pengembangan metode pemasaran urban farming dengan
pemanfaatan e-commerce.

Berdasarkan Teori ACTORS, teori yang memandang bahwa masyarakat


merupakan subjek yang mampu melakukan perubahan dengan cara
membebaskan seseorang dari kendali tertentu dan memberikan orang tersebut
kebebasan untuk bertanggungjawab terhadap ide-ide, keputusan-keputusan, dan
tindakan-tindakannya, saya dan kelompok melakukan pengarahan kepada
kelompok tani untuk melakukan kegiatan pemasaran berbasis online dengan
menggunakan media sosial yang mereka miliki dengan harapan kelompok tani
mengubah metode pemasaran lama menjadi metode pemasaran berbasis online.

iii
iv

Anda mungkin juga menyukai