Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ke tiga yaitu pengabdian
kepada masyarakat, maka tanggung jawab seorang mahasiswa setelah
menyelesaikan tugas belajar di kampus adalah mentransfer, mentransformasikan,
dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan dari dalam kampus kepada masyarakat.
Sebagai mahasiswa dari perguruan tinggi yang berbasis program studi D3
kesehatan lingkungan, bentuk pengabdian ke pada masyarakat adalah berperan
serta dalam usaha penyehatan lingkungan agar tercapainya kondisi lingkungan
yang bersih, sehat, nyaman, dan aman serta terhindar dari gangguan berbagai
macam penyakit melalui usaha peningkatan kualitas lingkungan. Salah satu wadah
untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dari dalam kampus kepada masyarakat
adalah melakukan pengabdian masyarakat.
Menurut WHO Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan
sehat dari manusia. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HAKLI)
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menompang
keseimbangan ekologi yang dinasmis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Salah
satu wadah untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan kesehatan lingkungan dari
kampus kepada masyarakat adalah melakukan pengabdian masyarakat.
Pengabdian masyarakat adalah suatu kegiatan yang bertujuan membantu
masyrakat tertentu dalam beberapa aktivitas tanpa mengharapkan imbalan dalam
bentuk apapun. Pengabdian masyarakat adalah kegiatan yang mencakup upaya –
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia antara lain dalam hal perluasan
wawasan, pengetahuan, maupun peningkatan keterampilan yang dilakukan oleh
civas akademika sebagai perwujudan dharma bakti serta wujud kepedulian untuk
berperan aktif meningkatkan kesejahteraan dan memberdayakan masyarakat luas.

1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Membentuk mahasiswa DIII Kesehatan Lingkungan agar menjadi tenaga
sanitarian yang profesional, sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
berdasarkan kompentensi.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungan di Desa Tembeling
2. Menentukan prioritas masalah kesehatan lingkungan di Desa Tembeling
serta mecari alternatif guna menyelesaikan permasalahan kesehatan
lingkungan yang dihadapi
3. Melakukan intervensi terhadap masalah prioritas yang ditemukan
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan mengenai Sanitasi lingkungan di Desa
Tembeling Kecamatan Teluk Bintan dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang didapat dalam perkuliahan.
2. Bagi Akademika
Hasil pendataan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
pengembangan dalam ilmu kesehatan lingkungan mengenai Sanitasi
lingkungan
3. Bagi Instansi Terkait
Pendataan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
melakukan Sanitasi lingkungan di Desa Tembeling Kecamatan Teluk
Bintan
4. Bagi Masyarakat
Mendapat informasi mengenai peningkatan kualitas sanitasi lingkungan

2
BAB II
METODE KEGIATAN PRAKTEK MATA KULIAH PENGABDIAN
MASYARAKAT
2.1 Metode Desain
Metode Praktek Pengabdian masyarakat ini adalah survei dengan
pendekatan cross sectional berdasarkan tahapan kajian kesehatan masyarakat
dengan pendekatan komunitas. Analisis data bersifat Deskriptif (kualitatif dan
atau kuantitatif), dalam prosesnya kegiatan bersifat pembelajaran berbasis
mahasiswa atau Student Centered Learning (SCL). SCL (Student Centered
Learning) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik
menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran
yang bersifat kaku intruksi dari pendidik berubah menjadi pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada pesrta didik menyesuaikan dengan kemampuanya
dan berperilaku langsung dalam belajarnya (Dikti, 2014).
Menurut (Dikti, 2014) SCL (Student Centered Learning) memiliki potensi
untuk mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, madiri, sesuai dengan irama
belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan uisa peserta didik, irama
belajar mahasiswa tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai
tingkat kompetensi yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL adalah
sebagai berikut:
a. Small Group Discussion (SDG)
Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antar
kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswa atau kelompok
mahasiswa dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau
memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
b. Role-Play and Simulation
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang
suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau
peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang
sebenarnya.

3
c. Discovery Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada
mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri
jawabannya tanpa bantuan pengajar.
d. Self-Directed Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa, seperti
tugas membaca dan membuat ringkasan.
e. Cooperative learning
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan
dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara koperatif,
mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah
miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan
dan kelebihan masing-masing.
f. Contextual Learning (CL)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan
sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negoisasi) yang terkait
dengan dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga
akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar
muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif-nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak
hanya menonton dan mencatat, dan pengambangan kemampuan
sosialisasi.
g. Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang kemampuan berfikir

4
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negoisasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar mahasiswa dapat berfikir optimal.
h. Collaborative Learning (CbL)
Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan
jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua
kemungkinan yang ada.
i. Project Based Learning (PjBL)
Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang
harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka
sendiri.
2.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data
Lokasi pengambilan data dilaksanakan di Kampung Gisi, Dusun 2 Desa
Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Waktu pelaksanaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 April s/d Minggu, 7 April
2019.
2.3 Pengolahan dan Analisis Data
2.3.1 Pengolahan
Berikut tahap-tahap dalam proses pengolahan data menurut (Notoatmodjo,
2010):
1. Editing
Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, jika
memungkinkan perlu pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban
tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinan, maka pertanyaan yang
jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah.
2. Coding
Coding merupakan proses pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data berbentuk angka.

5
3. Data entry
Data entry yakni memasukkan jawaban dari responden yang dalam
bentuk angka atau huruf kedalam program software computer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) dilakukan setelah semua data dari
responden selesai dimasukkan, kemudian perlu dicek kembali
kemungkinan adanya kesalahan kode dan ketidaklengkapan.
2.3.2 Analisis Data
Analisis data pada Pengabdian masyarakat ini adalah analisis data bersifat
Deskriptif (kualitatif dan atau kuantitatif), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, deskriptif tidak
memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel yang
diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya
perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi (Sukmadinata, 2011 : 73)

6
2.4 Tahap Perencanaan Masalah Kesehatan Lingkungan dan Alternatif
Pemecahan Masalah

Teridentifikasi Masalah Kesehatan


DATA SEKUNDER (Analisis Deskriptif: besar, trend,
mortalitas, luas, Keterkaitan
DATA PRIMER
dengan program
(Hasil wawancara dan
lembar observasi serta Survei ke masyarakat
check list) (Teridentifikasinya faktor risiko
dan Prioritasi Faktor risiko atau
penyebab

Penentuan Prioritas Masalah


Metode MCUA (Mutiple Criteria
Utility Assessment) atau yang lain

Sosialisasi (Persentase) Kerangka Akar Penyebab Masalah


Hasil PBL 1 di Masyarakat dan Instrumentasi (Identifikasi
Penyebab)
Evaluasi
Penentuan Alternatif Pemecahan
Penulisan Laporan Masalah (Based on Prior
Knowledge and Experience)

Gambar 2.1 Skema Alur Pelaksanaan lapangan Praktek Mata Kuliah


Pengabdian masyarakat

Tahap pelaksanaan terdiri atas Pengkajian, Penentuan Masalah Kesehatan


dan Implementasi
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Tahap pengumpulan data yang dilakukan meliputi:
1) Melakukan pengumpulan data dengan cara mengunjungi
masing-masing rumah penduduk, wawancara langsung kepada
pihak keluarga. Wawancara ke tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh remaja dimana kegiatan pengumpulan data ini dilakukan
dari tanggal 04-06 April 2019
2) Melakukan tabulasi data dari hasil pengumpulan data yang telah
dilakukan, yaitu tanggal 09 April 2019

7
b. Hasil tabulasi data dan analisa data
Setelah pengumpulan data, maka data tersebut ditabulasi
dalam bentuk tabel. Pengolahan data mencakup analisa masalah
kesehatan yang ada di masyarakat Desa Tembeing. Hasil pendataan
diperoleh jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 36 KK
2. Penentuan Masalah Kesehatan
Dari hasil analisa data, ditemukan beberapa masalah kesehatan di
masyarakat Desa Tembeling sebagai berikut:
a. Kurangnya informasi akan pengelolaan sampah sehingga sampah
yang ada langusng dibakar
b. Kebiasaan merokok
c. Sumber air bersih
d. Saluran Pembuangan Air Limbah
3. Implementasi
a. Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan tentang pengelolaan sampah
b. Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan tentang pembuatan biopori dan
kompos
c. Bimbingan teknis pembutan biopori dan kompos

8
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Desa Tembeling


3.1.1 Geografis
Secara geografis Desa Tembeling merupakan desa di wilayah kecamatan
teluk bintan kabupaten bintan dengan luas desa ± 20,2 Km2 dimana Desa
Tembeling merupakan penghasil sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
sektor perikanan air tawar, didalam pelaksanaan Pemerintahan Desa, Kepala Desa
dibantu untus Kewilayahan diantaranya Kepala Dusun 1 dan Kepala Dusun 2 serta
4 Ketua RW dan 9 Ketua RT.
Adapun Desa Tembeling memiliki batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bintan Buyu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tembeling Tanjung
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Toapaya
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bintan Buyu

Gambar 3.1 Peta Desa Tembeling

9
3.1.2 Kependudukan
a. Jumlah penduduk
Penduduk Desa Tembeling pada akhir tahun 2017 dengan jumlah
penduduk 1.201 jiwa terdiri dari :
Jumlah Laki-laki : 613 Jiwa
Jumlah Perempuan : 588 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 333 KK
Kepadatan Penduduk : 60,04 per KM

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk


Jenis Kelamin Jumlah
No RT/RW
Laki-Laki Perempuan KK
1 001/001 74 71 33
2 002/001 60 57 34
3 001/002 85 74 42
4 002/002 49 49 23
5 001/003 135 122 77
6 002/003 75 65 40
7 003/003 18 16 9
8 001/004 115 116 66
9 002/004 7 9 6
Sumber : Laporan Tahun 2017

b. Pendidikan
Tabel 3.2 Pendidikan
Jenis Kelamin
Tingkatan Pendidikan
Laki-laki Perempuan
Usia 3-6 Tahun yang sedang TK atau Play 18 Orang 22 Orang
Group
Usia 7-18 Tahun yang sedang sekolah 96 Orang 89 Orang
Usia 18-56 Tahun pernah SD tetapi tidak 96 Orang 140 Orang
tamat
Tamat SD/Sederajat 140 Orang 133 Orang
Usia 12-56 Tahun tidak tamat SMP 9 Orang 5 Orang
Tamat SMP/Sederajat 40 Orang 52 Orang
Tamat SMA/Sederajat 70 Orang 46 Orang
Tamat D3/Sederajat 0 Orang 2 Orang
Tamat S1/Sederajat 7 Orang 3 Orang
Jumlah 968 Orang
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018

10
c. Mata Pencarian Pokok
Tabel 3.3 Mata Pencarian Pokok
Jenis Kelamin
Jenis Pekerjaan
Laki-laki Perempuan
Petani 90 Orang 25 Orang
Pegawai Negeri Sipil 6 Orang 4 Orang
Pedagang Barang Kelontong 23 Orang 0 Orang
Peternak 2 Orang 0 Orang
Nelayan 252 Orang 0 Orang
Badan swasta 0 Orang 3 Orang
Dukun tradisional 0 Orang 2 Orang
Wiraswasta 24 Orang 0 Orang
Perangkat desa 2 Oarang 0 Orang
Buruh harian lepas 30 Orang 6 Orang
Jumlah total 966 Orang
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018
d. Kepercayaan
Tabel 3.4 Kepercayaan
Jenis Kelamin
Kepercayaan
Laki-laki Perempuan
Islam 580 Orang 559 Orang
Kristen 3 Orang 4 Orang
Budha 25 Orang 22 Orang
Konghucu 5 Orang 3 Orang
Jumlah 613 Orang 588 Orang
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018
e. Etnis
Tabel 3.5 Etnis
Jenis Kelamin
Etnis
Laki-laki Perempuan
Batak 4 Orang 3 Orang
Melayu 382 Orang 364 Orang
Minang 9 Orang 9 Orang
Jawa 162 Orang 173 Orang
Bugis 5 Orang 5 Orang
Flores 4 Orang 4 Orang
Buton 6 2
Cina 30 25
Bawean 11 3
Jumlah 613 588
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018

11
3.1.3 Struktur Kepengurusan Desa Tembeling

Kepala Desa : Samsul Bahari


Sekretaris Desa : Joko Haryono
Kasi Pemerintahan : Mukhamat Musamil
Kasi Kesejahteraan : Izri Suanda
Kasi Pelayanan : Ahmad Baslini
Kasi Perencanaan : Kamaruzzaman
Kaur Keuangan : Syahrizal
Kaur Tata Usaha : Eko Budiman

3.2 Gambaran Umum Kegiatan Pengabdian Masyarakat


3.2.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksankan dari tanggal
01-22 April 2019 di Dusun 2 Desa Tembeling, Kecamatan Teluk Bintan,
Kabupaten Bintan, Provinsi Kepualauan Riau. Adapun lokasi pengabdian
masyarakat di Dusun 2 meliputi 2 RW dan 3 RT yaitu RT 001/RW 003 (Kampung
siantan), RT 002/ RW 003 (Kampung Gisi), dan RT 001/ RW 004 (Balai Rejo).
3.2.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan
No Hari/Tanggal Kegiatan Keterangan
Pembekalan pengabdian Aula Poltekkes
Senin
1 masyarakat Kemenkes
01 April 2019
Tanjungpinang
Pembukaan Pengabdian Balai Desa
masyarakat Tembeling
Pengambilan Data Kantor Desa
Selasa Sekunder Tembeling
2
02 April 2019 Briefing Pembagian Desa Tembeling
Wilayah
Bina suasana dengan Lapangan Voli dan
warga desa tembeling kegiatan Isra miraj
Pemetaan wilayah Kampung gisi (RT
penyebaran kuesioner 002/ RW 003)
3 Rabu Bina suasana Lapangan voli
03 April 2019 Pembahasan wawancara Posko 1
dengan menggunakan

12
kuesioner
Briefing dan pembagian Posko 2
instrumen lembar
Kamis kuesioner
4
04 April 2019 Pendataan dan observasi Kampung gisi (RT
menngunakn kuesioner 002/ RW 003)
Bimbingan bersama dosen Posko 1
Briefing membuat agenda Balai Desa
kegiatan dimasyarakat
Jum’at Bimbingan bersama dosen Posko 1
5
05 April 2019 Pendataan dan observasi Kampung gisi (RT
menngunakn kuesioner 002/ RW 003)
Pendataan dan observasi Kampung gisi (RT
menngunakn kuesioner 002/ RW 003)
Sabtu Briefing penetapan hari Balai Desa
6
06 April 2019 kegiatan dimasyarakat
Gotong royong dibalai Balai Desa dan
desa dan lapangan volley Lapangan volly
Perlombaan persahabatan Lapangan volly
volly Dusun 2
Minggu Briefing kegiatan Balai Desa
7
07 april 2019 penyuluhan dan
Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD)
Pengentrian data Posko 1
Senin
8 Perlombaan persahabatan Lapangan volly
08 April 2019
volly Dusun 2
Briefing persiapan Balai Desa
Musyawarah Masyarakat
Selasa Desa (MMD)
9
09 April 2019 Bimbingan bersama dosen Posko 1
Perlombaan persahabatan Lapangan Volly
volly Dusun 2
Gotong royong di balai Balai Desa
desa
Pelaksanaan Musyawarah Balai Desa
Rabu
10 Masyarakat Desa (MMD)
10 April 2019
Pengarahan dosen Balai Desa
pembimbing untuk
merencanakan intervensi
Briefing perencanaan Posko 1
intervensi
Kamis
11 Mengundang warga Kampung Gisi
11 April 2019
dengan Door to Door
Briefing persiapan Posko 1

13
pelaksanaan intervensi
Jum’at Penyuluhan tentang Posyandu Kasih
12
12 April 2019 pengelolaan sampah Ibu II
Pelaksanaan intervensi Kampung gisi
Sabtu
13 pembuatan kompos dan
13 April 2019
biopori
Pelaksanaan bina suasana Lapangan siantan
Minggu dengan acara jalan santai
14
14 April 2019
Pengerjaan laporan Posko 1
Pemaparan laporan Balai Desa
Senin Penutupan praktek Balai Desa
15
15 April 2019 lapangan pengabdian
masyarakat

3.2.3 Pihak yang Terlibat


Adapun pihak yang terkait melaksanakan pengabdian masyaraka terdiri
atas :
a. Puskesmas Teluk Bintan dan Kantor Desa Tembeling
Puskesmas Teluk Bintan dan Kantor Desa Tembeling merupakan
fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat.
b. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
Mahasiswa yang terlibat dalam pelaksanaan praktek kerja puskesmas
adalah mahasiswa jurusan prodi DIII Kesehatan lingkungan, terdiri dari 10
orang yaitu:
 Alzena Ayu Ulfia
 Aji Julio Perdana
 Entya Adista
 Hariz Sofi
 Nur Ajadit
 Nur Isra Andiyanti
 Nurul Adibah Alani
 Soeci Pratiwi Mandayati Rahayu
 Vivian Damayanti Sanjaya
 Widya Dwi Rahayu Mukti

14
c. Masyarakat
Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang
berada di RT 002 dan RW 003 Kampung Gisi, Desa Tembeling.
3.3 Hasil Kegiatan
3.3.1 Hasil Kuesioner
1. Data Umum RT 002/ RW 003
Tabel 3.7 Jenis Pekerjaan Responden
Pekerjaa Jumlah Persentase (%)
Nelayan 22 61,11
Petani 4 11,11
Swasta 3 8,33
Buruh 1 2,78
PNS 1 2,78
IRT 4 11,1
Lainnya 1 2,78
Jumlah 36 100%

Berdasarkan tabel 3.7 jenis pekerjaan dari 36 responden warga dikampung


gisi memiliki jenis pekerjaan yang tertinggi adalah Nelayan sebesar 61,11% dan
jenis pekerjaan yang terendah yaitu buruh, PNS, dan lainnya sebesar 2,78%.

Tabel 3.8 Pendidikan Responden


Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Tidak tamat SD 17 47, 2
Tamat SD 17 47, 2
PT 2 5, 6

Berdasarkan tabel 3.8 jenis pendidikan dari 36 responden warga dikampung


gisi memiliki pendidikan yang tertinggi adalah tidak tamat SD dan tamat SD
sebesar 47,2% dan pendidikan yang terendah yaitu PT sebesar 5,6%.

15
2. Sarana Air Bersih/Minum
Tabel 3.9 Sumber Air Bersih, Jarak Air Bersih dan
Waktu Tempuh Responden
Sumber Air Jarak Air Bersih Waktu Tempuh
Bersih
PDAM Sumur <100 100- >500 >1000 <5 menit 5-30
Gali m 500 - m menit
m 1000
m
2 34 24 8 2 2 33 3

Berdasarkan tabel 3.9 bahwa masyarakat dikampung Gisi dari 36


responden, 34 responden memakai sarana air bersih dengan menggunakan sumur
gali dengan jarak air bersih <100 m sebanyak 24 responden dengan waktu tempuh
<5 menit sebanyak 33 responden.

Tabel 3.10 Sumber Air Minum, Cara Pengolahan


Air Minum Responden
Sumber Air Minum Cara Pengolahan Air Minum
Air Air Isi Sumur
Dimasak Tidak Dimasak Lainnya
Mineral/Kemasan Ulang Gali
4 12 20 27 8 1

Berdasarkan tabel 3.10 bahwa masyarakat dikampung Gisi penggunaan air


minum tertinggi yaitu menggunakan sumur gali sebesar 20 responden dan cara
pengolahan air minum dimasak sebesar 27 responden.

Tabel 3.11 Kualitas Air Bersih Responden


Kategori Jumlah
Memenuhi syarat 24
Tidak memenuhi syarat 12

Berdasarkan tabel 3.11 bahwa masyarakat dikampung Gisi kualitas air


bersih responden yang memenuhi syarat sebesar 24 responden dan tidak
memenuhi syarat sebesar 12 responden.

16
Tabel 3.12 Tempat Penyimpanan Air Minum Responden
Kategori Jumlah
Galon 11
Teko/sejenisnya 24
Ember, panci tertutup 1

Berdasarkan tabel 3.12 bahwa masyarakat dikampung Gisi tempat


penyimpanan air minum yang tertinggi yaitu menggunakan teko/sejenisnya
sebesar 24 responden dan tempat penyimpan air minum yang terendah yaitu
ember, panic tertutup sebesar 1 responden.

Tabel 3.13 Jarak Sumber Air Bersih Dengan Septictank Responden


Kategori Frekuensi Persentase (%)
<10 m 23 63,9
>10 m 13 36,1

Berdasarkan tabel 3.13 bahwa masyarakat dikampung Gisi jarak sumber air
bersih dengan septictank <10 m sebesar 63,9% dan jarak sumber air bersih dengan
septictank >10 m sebesar 36,1%.

3. Pengolahan Sampah dan Sistem Pengolahan Air Limbah


Tabel 3.14 Tempat Sampah Responden
Mempunyai Tempat
Pemilahan Jenis tempat Kemuahan
tempat sampah kedap
Sampah sampah dibersihkan
sampah air
Ya Tidak Ya Tidak Terbuka Tertutup Kedap Tidak Mudah Susah
Kedap
34 2 2 32 31 3 13 21 33 1

Berdasarkan tabel 3.14 bahwa masyarakat dikampung Gisi yang memiliki


tempat sampah ada 34 dari 36 responden.Tempat sampah yang digunakan dengan
tidak melakukan pemilahan sebanyak 32 responden, jenis tempat sampah yang
terbuka sebanyak 31 responden, tempat sampah yang tidak kedap air sebanyak 21
responden, kemudahan dibersihkan tempat sampah sebanyak 33 responden.

17
Tabel 3.15 Penanganan Sampah Responden
Penanganan Sampah Ya Tidak
Dijadikan kompos 1 35
Ditimbun dalam tanah 0 36
diangkut oleh petugas 0 36
Dibakar 36 0
Dibuang kelaut atau parit 0 36
Dibuang sembarangan 0 36

Berdasarkan tabel 3.15 bahwa masyarakat dikampung Gisi dengan


penangan sampah tertinggi yaitu dibakar sebanyak 36 responden, dan penangan
terendah yaitu dibuang kelaut atau parit sebanyak 0 responden, dan dibuang
sembarangan sebanyak 0 responden, ditimbun dalam tanah sebanyak 0 responden,
diangkut oleh petugas sebanyak 0 responden.

Tabel 3.16 Saluran Pembuangan Air Limbah Responden


Kategori Jumlah
SPAL tertutup 5
SPAL terbuka 8
Langsung ketanah 23

Berdasarkan tabel 3.16 bahwa masyarakat dikampung Gisi saluran


pembuangan air limbah yang tertinggi yaitu langsung ketanah sebesar 23
responden dan saluran pembuangan air limbah yang terendah SPAL tertutup
sebanyak 5 responden

4. Perilaku
Tabel 3.17 Perilaku Responden Menguras Bak Mandi
Kategori Jumlah Persentase
(%)
Sekali dlm seminggu 7 19,4
Lebih dari sekali dalam seminggu 13 36,1
Tidak pernah 1 2,8
Tidak punya bak/drum dan sejenisnya 8 22,2
Lainnya 7 19,4

18
Berdasarkan tabel 3.17 bahwa masyarakat dikampung Gisi kategori
perilaku menguras bak mandi lebih dari sekali dalam seminggu dengan nilai
tertinggi sebesar 36,1% dan perilaku tidak pernah menguras bak mandi dengn
nilai terendah sebesar 2,8%.

Tabel 3.18 Perilaku Responden Membuka Jendela Setiap Pagi


Jumlah Persentase (%)
Ya 32 88,9
Tidak 4 11,1

Berdasarkan tabel 3.18 bahwa masyarakat dikampung Gisi mempunyai


perilaku yang membuka jendela setiap pagi sebanyak 32 responden dengan
presentase 88,9% dan tidak membuka jendela setiap pagi sebanyak 4 responden
dengan presentase sebesar 11,1%.

Tabel 3.19 Perilaku Responden Menjemur Kasur


Kategori Jumlah Persentase (%)
Sekali 6 16,7
Lebih dari sekali 21 58,3
Tidak pernah 2 5,6
Lainnya 7 19,4

Berdasarkan tabel 3.19 bahwa masyarakat dikampung Gisi dengan


perilaku menjemur kasur lebih dari sekali sebesar 58,3% dan tidak pernah
menjemur kasur sebanyak 5,6%.

Tabel 3.20 Anggota Keluarga Responden Yang Sering Keluar Rumah Pada
Malam Hari
Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 6 16,7
Tidak 30 83,3

Berdasarkan tabel 3.20 bahwa masyarakat dikampung Gisi dengan


perilaku anggota keluarga yang sering keluar rumah pada malam hari sebanyak 6

19
responden dan yang tidak berperilaku sering keluar rumah pada malam hari
sebanyak 30 responden.

Tabel 3.21 Kebiasaan Responden Jumlah Hari Dalam Seminggu Saat Keluar
Pada Malam Hari
Kategori Jumlah Persentase (%)
3 hari dalam seminggu 1 2,78
5 hari dalam seminggu 1 2,78
7 hari dalam seminggu 4 11,11
Tidak ada keluar pada 30 83,33
malam hari

Berdasarkan tabel 3.21 dapat diketahui bahwasanya jumlah responden


yang keluar pada malam hari dengan jumlah hari dalam seminggu 3 hari sebanyak
1 dari 36 responden yang diobservasi dengan persentase yaitu 2,78 %, 5 hari
dalam seminggu sebanyak 1 responden dengan presentase yaitu 2,78 % dan 7
hari dalam seminggu sebanyak 4 responden dengan presentase yaitu 11,11%.

Tabel 3.22 Anggota Keluarga Responden Menggunakan Pakaian Lengan


Panjang Saat Keluar Pada Malam Hari
Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 4 66,67
Tidak 2 33,33

Berdasarkan tabel 3.22 dapat diketahui bahwasanya kebiasaan anggota


keluarga mengggunakan pakaian lengan panjang saat keluar pada malam hari dari
36 responden yang diobservasi 4 diantaranya memakai pakaian lengan panjang
saat keluar malam dengan presentase 66,67% serta 33,33% tidak memakai lengan
panjang saat keluar pada malam hari.

Tabel 3.23 Anggota Keluaga Yang Menggunakan Kelambu Pada Malam


Hari
Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 6 16,7
Tidak 30 83,3

20
Berdasarkan tabel 3.23 bahwa masyarakat dikampung Gisi dengan
kategori menggunakan kelambu pada malam hari sebesar 16,7% dan tidak
menggunakan kelambu pada malam hari sebesar 83,3.%

Tabel 3.24 Jumlah Hari Dalam Seminggu Dalam Menggunakan Kelambu


Saat Tidur Pada Malam Hari
Kategori Jumlah Persentase (%)
4 hari dalam seminggu 1 3,33
7 hari dalam seminggu 29 96,67

Berdasarkan tabel 3.24 dapat diketahui bahwasanya kebiasaan responden yang


bertempat tinggal dikampung gisi dalam seminggu menggunakan kelambu saat
tidur pada malam hari yaitu 4 hari dalam seminggu sebesar 3,33% dan 7 hari
dalam seminggu sebesar 96,67%

Tabel 3.25 Kondisi Kelambu


Kategori Jumlah Persentase (%)
Baik 29 96,67
Kurang baik 1 3,33

Berdasarkan tabel 3.25 bahwa masyarakat dikampung Gisi menggunakan


kelambu dengan kondisi kelambu baik sebesar 96,67% dan kondisi kelambu yang
kurang baik sebesar 3,33%.

Tabel 3.26 Penggunaan Obat Anti Nyamuk Saat Tidur


Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 21 58,33
Tidak 15 41,67

Berdasarkan tabel 3.26 bahwa masyarakat dikampung Gisi yang


menggunakan obat anti nyamuk saat tidur sebesar 58,33% dan yang tidak
menggunakan obat anti nyamuk saat tidur sebesar 41,67%.

21
Tabel 3.27 Jumlah Hari Dalam Seminggu Dalam Menggunakan Obat Anti
Nyamuk Saat Tidur
Kategori Jumlah Persentase (%)
2 hari dalam seminggu 2 9,53
3 hari dalam seminggu 1 0,47
5 hari dalam seminggu 2 9,53
7 hari dalam seminggu 16 76,19

Berdasarkan tabel 3.27 penggunaan obat anti nyamuk saat tidur nilai trtinggi yaitu
7 hari dalam seminggu sebesar 76,19% dan penggunaan obat anti nyamuk saat
tidur nilai terendah yaitu 3 hari dalam seminggu sebesar 0,47%.

5. Jamban
Tabel 3.28 Kepemilikan Sarana BAB
Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 31 86,1
Tidak 5 13,9

Berdasarkan tabel 3.28 Kepemilikan Sarana BAB dari 36 responden dari hasil
observasi 31 responden aau 86,1 % di kampung gisi memiliki sarana BAB dan 5
responden atau 13,9% tidak mempunyai sarana BAB.

Tabel 3.29 Kemana BAB Ketika Tidak Memiliki Sarana BAB


Kategori Jumlah Persentase (%)
Numpang ke tetangga 4 80
Menggunakan sarana BAB 1 20
milik bersama

Dari tabel 3,29 dapat diketahui bahwasanya masyarakat kampung gisi


yang telah diobservasi yang tidak memiliki sarana BAB 80 % menumpang
dirumah warga dan 20% menggunakan sarana BAB milik bersama.

22
Tabel 3.30 Memiliki Sarana BAB
Kategori Jumlah Persentase (%)
Milik pribadi 29 80,6
Milik bersama 7 19,4

Dari tabel 3.30 dapat diketahui bahwasanya untuk kepemilikan sarana BAB milik
pribadi di kampung gisi sebanyak 29 rsponden atau 80,6 % dam 7 respon atau
19,4 dengan sarana BAB milik bersama

Tabel 3.31 Berdasarkan Jenis Kloset Responden


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Leher angsa 36 100
Plesengan 0 0
Cubluk dengan 0 0
lantai
Cubluk tanpa 0 0
lantai

Berdasarkan tabel 3.31 jenis kloset responden, untuk dikampung gisi dari
36 responden yang diobservasi 100% menggunakan kloset leher angsa.

Tabel 3.32 Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Rumah


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Septic tank 36 100
SPAL 0 0
Lubang tanah 0 0
WC terbang 0 0
Pantai/kebun 0 0
Sungai/parit 0 0
Lainnya 0 0

Berdasarkan tabel 3.32 Tempat pembuangan akhir untuk dikampung gisi


dari 36 responden yang diobservasi 100% menggunakan septictank sebagai
tempat pembuangan akhir tinja.

23
6. Kondisi Fisik Rumah Dan Lingkungan Rumah (Observasi)
Tabel 3.33 Kualitas Rumah Responden
Tidak Memenuhi
Memenuhi Syarat
Syarat
Penilaian
Persentase Persentase
Jumlah Jumlah
(%) (%)
Ventilasi permanen >10% 33 91,7 3 8,3
dari luas lantai
Luas kamar dengan jumlah 34 94,4 2 5,6
penghuni kamar adalah
8m2/2 org
Keadaan lantai 26 72,2 10 27,8

Berdasarkan tabel 3.33 kualitas rumah responden untuk dikampung gisi


dari yang ventilasi permanen >10% dari luas lantai yang memenuhi syarat sebesar
91,7%, ventilasi permanen >10% dari luas lantai yang tidak memenuhi syarat
sebesar 8,3%. Luas kamar dengan jumlah penghuni kamar adalah 8m2/2 org yang
memenuhi syarat sebesar 94,4%, Luas kamar dengan jumlah penghuni kamar
adalah 8m2/2 org tidak memenuhi syarat sebesar 5,6%. Keadaan lantai yang
memenuhi syarat sebesar 72%, Keadaan lantai yang tidak memenuhi syarat
sebesar 27,8%.

Tabel 3.34 Keberadaan Kawat Kasa Pada Ventilasi Rumah


Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 1 2,8
Tidak 35 97,2

Berdasarkan tabel 3.34 keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah untuk
dikampung gisi yang diobservasi 1 rumah yang menggunakan kawat kasa pada
ventilasi.

Tabel 3.35 Kondisi Kawat Kasa


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Baik 1 100
Tidak baik 0 0

24
Berdasarkan tabel 3.35 kondisi kawat kasa untuk dikampung gisi dari yang
diobservasi 1 rumah yang dikategorikan baik dan sebanyak 35 responden tidak
memiliki kawat kasa.

Tabel 3.36 Keberadaan Kolam Disekitar Rumah


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 0 0
Tidak ada 36 100

Berdasarkan tabel 3.36 keberadaan kolam disekitar rumah untuk


dikampung gisi dari 36 responden yang diobservasi 100% tidak ada kolam
disekitan rumah.

Tabel 3.37 Keberadaan Genangan Air Disekitar Rumah


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 3 8,3
Tidak ada 33 91,7

Berdasarkan tabel 3.37 keberadaan genangan air disekitar rumah untuk


dikampung gisi dari 36 responden yang diobservasi 91,7% tidak ada genangan air
disekitar rumah dan 8,3% ada genangan air disekitar rumah.

Tabel 3.38 Keberadaan Cekungan Air Disekitar Rumah


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 4 11,1
Tidak ada 32 88,9

Berdasarkan tabel 3.38 Keberadaan cekungan air disekitar rumah dari 36


responden yang diobservasi 4 responden atau 11,1% memiliki cekungan air dan
32 responden atau 88,9% tidak memiliki cekungan air disekitar.

Tabel 3.39 Berdasarkan Jarak Rumah Dengan Genangan Air


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Berjarak 1 m dari rumah 2 66,67
Berjarak 100m dari rumah 1 33,33

25
Berdasarkan tabel 3.39 jarak rumah dengan genangan air yang diobservasi
2 responden atau 66,67% berjarak 1 m genangan air dari rumah dan 1 responden
atau 33,33 berjarak 100m genangan air dari rumah.

Tabel 3.40 Jarak Rumah Dengan Cekungan Air


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Berjarak 4m dari rumah 1 25
Berjarak 50m dari rumah 2 50
Berjarak 100m dari rumah 1 25

Berdasarkan tabel 3.40 jarak rumah dengan cekungan air yang diobservasi
1 responden atau 25% berjarak 4m cekungan air dari rumah, 2 responden atau
50% berjarak 50m cekungan air dari ruma dan 1 responden atau 25% berjarak
100m cekungan air dari rumah.

Tabel 3.41 Keberadaan Kandang Sapi Atau Kerbau Disekitar Rumah


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya 26 72,2
Tidak 10 27,8

Berdasarkan tabel 3.41 keberadaan kandang sapi atau kerbau disekitar


rumah yang diobservasi 26 responden atau 72,2% yang mempunyai kandang sapi
atau kerbau disekitar rumah dan 10 responden atau 27,8% yang tidak mempunyai
kandang sapi atau kerbau disekitar rumah.

7. Higiene

Tabel 3.42 Kebiasaan Anggota Keluarga Selalu Mencuci Tangan Pakai


Sabun Dengan Air Yang Mengalir
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya 26 72,2
Tidak 10 27,8

Berdasarkan tabel 3.42 Kebiasaan Anggota Keluarga Selalu Mencuci


Tangan Pakai Sabun Dengan Air Yang Mengalir yang diobservasi 26 responden
atau 72,2% yang sudah mencuci tangan pakai sabun dan 10 responden atau 27,8
yang tidak mencuci tangan pakai sabun.

26
Tabel 3.43 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak Melakukan CTPS
Sebelum Dan Setelah Makan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 6 16,7
Tidak ada 30 83,3

Berdasarkan tabel 3.43 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak


Melakukan CTPS Sebelum Dan Setelah Makan yang diobservasi 6 responden atau
16,7% yang sudah mencuci tangan sebelum dan setelah makan dan 30 responden
atau 83,3% yang tidak mencuci tangan sebelum dan setelah makan.

Tabel 3.44 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak Melakukan CTPS


Sebelum Mengelola Makanan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 7 19,4
Tidak ada 29 80,6

Berdasarkan tabel 3.44 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak


Melakukan CTPS sebelum mengelola makanan yang diobservasi 7 responden atau
19,4% yang sudah mencuci tangan sebelum mengelola makanan dan 29 responden
atau 80,6% yang tidak mencuci tangan sebelum mengelola makanan.

Tabel 3.45 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak Melakukan CTPS


Setiap Kali Tangan Kotor
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 4 11,1
Tidak ada 32 88,9

Berdasarkan tabel 3.45 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak


Melakukan CTPS setiap kali tangan kotor yang diobservasi 4 responden atau
11,1% yang sudah mencuci tangan setiap kali tangan kotor dan 32 responden atau
88,9% yang tidak mencuci tangan setiap kali tangan kotor.

27
Tabel 3.46 Kebiasaan Anggota Keluarga yang Tidak Melakukan CTPS
Setelah BAB dan BAK
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 8 22,2
Tidak ada 28 77,8

Berdasarkan tabel 3.46 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak


Melakukan CTPS setelah BAB dan BAK yang diobservasi 8 responden atau
22,2% yang sudah mencuci tangan setelah BAB dan BAK dan 28 responden atau
77,8% yang tidak mencuci tangan setelah BAB dan BAK.

Tabel 3.47 kebiasaan merokok selama sebulan terakhir


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ya 24 66,7
Tidak 12 33,3

Berdasarkan tabel 3.47 Kebiasaan merokok selama sebulan terakhir yang


diobservasi 24 responden atau 66,7% yang merokok dan 12 responden atau 33,3%
yang tidak merokok.

Tabel 3.48 Jumlah Batang Rokok Yang Dihisap Setiap Hari


Kategori Frekuensi Persentase (%)
2 batang/hari 2 0,83
5 batang/hari 1 0,41
12 batang/hari 11 45,8
16 batang/hari 1 0,41
24 batang/hari 6 25
36 batang/hari 3 1,25
Total 24 100

Berdasarkan tabel 3.48 jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari yang
paling tinggi yaitu 12 batan/hari dengan nilai sebesar 45,8% dan yang paling
terendah yaitu 5 batang/hari dengan nilai sebesar 0,41%.

28
Tabel 3.49 Kebiasaan Lokasi Merokok
Kategori Frekuensi Persentase
(%)
Luar rumah 11 45,83
Dalam rumah tapi diruang khusus 0 0
Dalam rumah/umum 13 54,17
Total 24 100

Berdasarkan tabel 3.49 Kebiasaan lokasi merokok yang diobservasi


dengan nilai tertinggi dalam rumah/umum sebesar 54,17% dan nilai terendah yaitu
dalam ruangan khusus sebesar 0%.

Tabel 3.50 Alasan Tidak Merokok


Kategori Frekuensi Persentase (%)
Sakit 1 8,33
Tuntutan ekonomi 0 0
Lainnya 11 91,17
Total 12 100

Berdasarkan tabel 3.50 alasan tidak merokok yang diobservasi nilai


tertinggi lainnya sebesar 91,17% dan nilai terendah tuntutan ekonomi sebesar 0%.

3.3.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah di Kampung Gisi RT 02 RW 03, terdapat
4 masalah yang berkaitan dengan sanitasi lingkungan yaitu pengelolaan sampah,
saluran pembuangan air limbah, sumber air bersih dan kebiasaan merokok.
Permasalahan pengelolaan sampah di kampung gisi dapat dilihat dari kondisi fisik
lingkungan disetiap rumah warga masih banyaknya sampah yang beserakan,
masih melakukan pembakaran sampah dan disetiap rumah sebagian besar tidak
memiliki pembeda tempat sampah antara sampah organik dan anorganik, tempat
sampah yang digunakan tidak memiliki tutup, sehingga mengundang lalat
berdatangan.
Untuk saluran pembuangan air limbah setiap rumah warga seperti air
bekas mencuci piring, mencuci pakaian, air limbah dibuang langsung ke badan
tanah dikarenakan tidak adanya SPAL terbuka atau tertutup. Penggunaan sarana

29
air bersih yang digunakan masyarakat rata-rata menggunakan sumur gali miliki
pribadi maupun milik umum. Kebiasaan merokok pun menjadi masalah personal
hygiene karena masyarakat kampung gisi dapat menghabiskan kurang lebih 2
bungkus rokok dalam satu hari bagi yang merokok
3.3.3 Rumusan Masalah
Apakah dampak dari permasalahan tersebut? Solusi apakah yang tepat
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
3.3.4 Alternatif Pemecahan Masalah
a. Pengelolaan Sampah
- Melakukan pemilahan sampah
- Pembuata kompos menggunakan sampah organik
- Mendaur ulang sampah anorganik yang masih dapat digunakan
dan menghasilkan barang guna kembali
- Membuat lubang biopori
b. Sistem Pembuangan Air Limbah
- Penggunaan grease trap
- Penggunaan filtrasi sederhana
c. Air bersih
- Pembuatan filtrasi sederhana
d. Kebiasaan merokok
- Program pengurangan rokok perhari, perbulan, pertahun serta
komitmen yang kuat dari diri sendiri
- Mengganti kebiasaan merokok dengna kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan si perokok
- Bekerja sama dengna kerabat terdekat untuk menjadi pengontrol
dan pengingat komitmen awal
3.3.5 Analisa Alternatif Pemecahan Masalah
a. Pengelolaan Sampah
1. Melakukan pemilahan sampah
o Kelebihan dari pemilihan sampah yaitu sampah dikelola
sehingga mudah dilakukan tahap pengelolahan selanjutnya

30
o Kekurangannya jika tidak dilakukan pengolahan selanjutnya
maka sampah tersebut akan menjadi tempat perkembangbiakan
vektor
2. Pembuatan kompos
o Kelebihan : dapat digunakan sebagai pupuk tanaman yang
ramah lingkungan serta mengurangi sampah organik
o Kekurangan : Proses penguraian yang memakan waktu yang
lama
3. Pendauran ulang sampah anorganik
o Kelebihan : mengurangi timbulan sampah
o Keurangan : saat mendaur ulang membutuhkan kreativitas yang
tinggi untuk mengubah sampah menjadi bahan yang mempunyai
nilai guna maupun nilai ekonomis
b. Sistem Pembuangan Air Limbah
1. Penggunaan Grase Trap
o Kelebihan : Kelebihan dari Grase trap yaitu dapat menyaring
dan lemak
o Kekurangan : Perawatan alat yang lebih intensif
c. Air Bersih
1. Pembuatan filtrasi sederhana
o Kelebihan : Menangkap padatan yang terdapat dalam padatan
air sehingga air tidak lagi berwarna, berasa dan berbau
o Kekurangan : Perawatan alat yang lebih intensif
d. Kebiasaan Merokok
1. Program pengurangan rokok perhari, perbulan, pertahun serta
komitmen yang kuat dari diri sendiri
o Kelebihan : Memperkecil resiko penyakit paru-paru
o Kekurangan : Sulitnya perokok untuk melakukan kegiatan
tersbut
2. Mengganti kebiasaan merokok dengan kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan si perokok

31
o Kelebihan : Perokok dapat perlahan-lahan dapat terlepas dari
kebiasaan merokok dan mengganti kebiasaan dengan kegiatan
yang lebih bermanfaat.
o Kekurangan : Perokok tidak dapat melakukan kegiatan tersebut
secara terus menerus
3. Mengganti peran rokok dengan permen atau sesuai dengan apa
yang disukai oleh si perokok.
o Kelebihan : Perokok mampu mengurangi konsumsi rokok
perhari
o Kekurangan : Tidak efektifnya cara tersebut untuk mengurangi
rokok.
4. Bekerja sama dengan kerabat terdekat untuk menjadi pengontrol
dan pengingat komitmen awal
3.3.6 Memilih Alternatif Pemecahan Masalah
Pemilihan alternatif pemecahan masalah dilakukan langsung oleh
masyarakat Desa Tembeling dalam kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa yang
dibantu oleh Mahasiswa dalam peroses penilaian. Dalam proses ini didapatkan
nilai tertinggi yaitu pada permasalahan pengelolaan sampah sehingga pemecahan
masalah yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan tentang pengelolaan
sampah, pembuatan kompos dan pembuatan biopori
3.3.7 Melaksanakan Alternatif Pemecahan Masalah
Kegiatan pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang telah terpilih
yaitu mmpuat percontohan disalah satu rumah warga dengan pemasangan biopori
dan bimbingan teknis pmbuatan biopori.
3.3.8 Evaluasi Alternatif Pemecahan Masalah
Evaluasi yaitu hasil yang didapat setelah melakukan tindakan atau
kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan atau kegiatan tersebut
mampu memberikan hasil yang maksimal atau tidak. Evaluasi untuk kegiatan ini
lebih meningkatkan daya tarik masyarakat dalam pengolahan sampah dan untuk
menjaga lingkungan sekitar.

32
3.3.9 Hasil Musyawarah Masyarakat Desa
Tabel 3.51 Hasil Musyawarah Masyarakat Desa
Variabel Kriteria Kriteria Kriteria Total
1 2 3
Pengelolaan Sampah 17 23 24 64
Saluran Pembuangan Air 20 15 10 45
Limbah
Sumber Air Bersih 22 11 15 51
Kebiasaan Merokok 18 5 14 37
Musyawarah masyarakat desa dilaksanakan pada hari rabu tanggal 10
April 2019 bertempat di Balai desa. Acara ini dihadiri 13 orang dari pihak
perwakilan Kepala Desa, Puskesmas, RT, RW dan masyarakat dari ketiga wilayah
yang dilakukan pendataan. Berdasarkan hasil pendataan menggunakan instrument
kuesioner di Desa Tembeling, MMD diadakan bersamaan dengan ketiga wilayah
yaitu Siantan RT 01 RW 003, Balai Rejo RT 001 RW 004, dan Kampung Gisi RT
002 RW 003 karena berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang
dilakukan bahwa permasalahan dari ketiga wilayah tersebut sama yaitu
permasalahan mengenai Pengolahan Sampah, Saluran Pembuangan Limbah yang
Langsung Ketanah, Penyediaan Air Bersih dan Kebiasaan Merokok.
MMD bertujuan untuk menentukan prioritas masalah yang di dapat dan
akan diakukan intervensi agar masalah tersebut dapat diselesaikan. MMD
dilaksanakan dengan metode Skoring Delbecq. Penilaian masalah berdasarkan 3
kriteria yaitu besarnya dampak masalah, kemudahan dalam penanggulangan,
pertimbangan ekonomis (dana). Berdasarkan hasil MMD didapatkan bahwa
permasalah proritas di ketiga wilayah tersebut adalah yang paling besar tentang
pengolahan sampah, karena hampir sebagian masyarakat tembeling mengolah
sampahnya dengan cara dibakar.
3.3.10 Hasil Intervensi
Intervensi dilakukan berdasarkan tinjak lanjut dari hasil MMD yang
memilih sampah sebagai masalah prioritas yang harus ditangani. Intervensi ini
dilaksanakan pada hari jum’at dan sabtu tanggal 12-13 April 2019 dengan 2 kali
pertemuan, pertemuan pertama membahas tentang penyuluhan pengolahan
sampah, mengurangi sampah, dan bahaya membakar sampah. Penyuluhan ini

33
bertempatan di Posyandu Kasih Ibu II Kampung Gisi serta dihadiri 8 orang
masyarakat kampung gisi. Intervensi ini bertujuan megedukasi perilaku
masyarakat untuk tidak membakar sampah dan lebih peduli dengan lingkungan
sekitar. Pertemuan kedua yaitu bimbingan teknis mengenai biopori dan kompos
serta melakukan pemasangan biopori disalah satu rumah warga.
Pelaksanaan kegiatan ini mendapatkan respon yang kurang baik dari tokoh
agama, tokoh masyarakat, remaja dan masyarakat sendiri hal ini dibuktikan
dengan kehadiran masyarakat yang hanya 8 orang dalam pelaksanaan intervnsi
tersebut
3.4 Pembahasan
Pengambilan data yang dilakukan didaerah Kampung Gisi pada 36
responden menggunakan kuesioner tentang parameter kesehatan lingkungan yang
meliputi sarana air bersih/minum, pengolahan sampah dan sistem pengolahan air
limbah, perilaku, jamban, kondisi fisik rumah dan lingkungan rumah (observasi)
dan hygiene.
Berdasarkan parameter sarana air bersih/minum didapatkan mayoritas
masyarakat masih menggunakan sumber air dari sumur gali dengan jumlah 94,4%
dengan jarak untuk memperoleh air bersih rata-rata <100 m dengan waktu <5
menit. Sebagian masyarakat juga menggunakan sumur gali dengan persentase
55,6% untuk sumber air minum dengan cara dimasak dan disimpan didalam teko,
namun ada juga masyarakat yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air
minumnya. Kualitas air bersih masyarakat lebih banyak yang memenuhi syarat
dengan persentase 66,7%, sumber air yang tidak memenuhi syarat dikarenakan
lokasi tersebut berdekatan dengan pantai dan bekas galian bauksit sehingga
mempengaruhi kualitas air seperti adanya endapan pada air, air berasa payau dan
lain sebagainya. Oleh karena masih banyak masyarakat yang menggunakan sumur
gali sebagai sumber air, letak sumber air dengan septictank mempengaruhi
kualitas air, namun masih banyak sumber air masyarakat berjarak <10 m dari
septictank yaitu sebesar 63,9%.
Berdasarkan parameter pengolahan sampah dan sistem pengolahan air
limbah didapatkan masih ada masyarakat yang tidak memiliki tempat sampah

34
dengan persentase 5,6%. Untuk kondisi tempat sampah berdasarkan pemisahan
antara sampah organik dan anorganik hanya 5,88% yang sudah melakukan
pemisahan, dan hanya 8,83% tempat sampah dalam keadaan tertutup dan hanya
38,2% tempat sampah dalam keadaan kedap, namun dalam kemudahan
membersihkannya 97% tempat sampah mudah dibersihkan. Berdasarkan
penanganan sampah semua masyarakat Kampung Gisi masih menangani sampah
dengan cara dibakar, hanya ada 2,8% masyarakat yang menangani sampah dengan
dijadikan kompos. Berdasarkan saluran pembuangan air limbah sebagian besar
masyarakat langsung dibuang ke tanah dengan persentase 63,9% hal ini
dikarenakan daerah tersebut belum memiliki saluran pembuangan air limbah.
Permasalahan sampah ini paling dominan berdasarkan data, hal ini dikarenakan
penanganan sampah dengan cara dibakar lebih baik menggunakan alternatif lain,
seperti pembuatan kompos dan lain sebagainya, hal ini dikarenakan jenis sampah
yang paling banyak didaerah ini adalah sampah organik karena masih banyak
pepohonan dan lebih banyak daerah hutan. Selain itu tidak adanya tempat
penampungan sampah yang akan diangkut ke TPA dan letak TPA yang jauh juga
membuat masyarakat memilih untuk melakukan pembakaran sampah.
Berdasarkan parameter perilaku, masih ada masyarakat yang tidak pernah
menguras bak mandi dengan persentase 2,8%. Namun kebanyakan masyarakat
menguras bak mandi lebih dari sekali dalam seminggu dengan presentase 36,1%.
Berdasarkan PHBS dengan melakukan kegiatan membuka jendela setiap pagi
yaitu 88,9%. Untuk perilaku menjemur kasur masih ada 5,6% masyarakat tidak
pernah menjemur kasur. Masyarakat kampung Gisi hampir sebagian besar dengan
presentase 83,3% tidak pernah keluar rumah pada malam hari, hanya 16,7%
masyarakat yang sering keluar rumah dikarenakan mata pencahariannya sebagai
nelayan. Dari 16,7% sebagian besar keluar malam setiap hari dan menggunakan
pakaian lengan panjang saat keluar. Untuk anggota keluarga yang menggunakan
kelambu pada malam hari sebanyak 16,7%, dan anggota keluarga yang tidak
menggunakan kelambu pada malam hari sebanyak 83,3%. Mayoritas masyarakat
Kampung Gisi dengan persentase 96,67% setiap hari menggunakan kelambu saat
tidur dan kondisi kelambu dalam keadaan baik. Namun ada 58,33% masyarakat

35
tidur.menggunakan obat anti nyamuk saat yang penggunaannya sebagian besar
setiap hari. Berdasarkan data perilaku dapat dilihat bahwa daerah kampung gisi
saat malam hari dan banyak terdapat nyamuk dari perilaku masyarakat yang
sebagian besar menggunakan kelambu dan obat anti nyamuk. Hal ini dikarenakan
daerah tersebut masih dalam kawasan pantai dan hutan, selain itu daerah tersebut
merupakan daerah bauksit sehingga terdapat bekas galian. Namun secara kategori
perilakunya sudah dapat dikatakan baik.
Berdasarkan parameter jamban didapatkan yang memiliki jamban dengan
persentase 86,1% dan yang tidak memiliki jamban masih ada yang numpang ke
tetangga dengan persentase 80% serta ada menggunakan sarana milik bersama
seperti Wc umum sebanyak 20%. Jamban yang dimiliki masyarakat dengan milik
pribadi hanya 80,6% dan memakai jamban milik bersama sebanyak 19,4%. Semua
masyarakat menggunakan jenis jamban leher angsa sebanyak 100% dan
menggunakan tempat pembuangan akhir tinja dengan septictank sehingga tidak
mencemari lingkungan sebanyak 100%. Masyarakat Kampung Gisi sudah
menggunakan jamban sehat sehingga tidak menjadi permasalahan lingkungan.
Berdasarkan parameter kondisi fisik rumah dan lingkungan rumah untuk
ventilasi permanen > 10% dari luas lantai dengan persentasi 91,7% memenuhi
syarat dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 8,3%. Pada luas kamar dengan
jumlah penghuni kamar adalah 8m2/2 orang sebanyak 94,4% telah memenuhi
syarat dan 5,6% tidak memenuhi syarat. Mayoritas frekuensi keadaan lantai
sebanyak 72,2% memenuhi syarat sedangkan yang tidak memenuhi syarat ada
27,8%. Frekuensi keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah sebanyak 2,8%
yang menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah dan 97,2% yang tidak
menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah. Pada kondisi kawat kasa
sebanyak 100% dalam keadaan baik. Berdasarkan keberadaan kolam di sekitar
rumah sebanyak 100% karena tidak ada yang memiliki kolam di sekitar rumah.
Keberadaan genangan air disekitar rumah yang terdapat genangan air sebanyak
8,3% sedangkan 91,7% tidak ada genangan disekitar rumah. Pada keberadaan
cekungan air di sekitar rumah sebanyak 11,1% sedangkan 88,9% tidak terdapat
genangan air. Untuk jarak rumah 4 meter dari cekungan air sebanyak 25%,

36
sedangkan jarak 50 meter dari rumah 50% dan jarak 100 meter dari rumah yaitu
25%. Pada jarak rumah dengan genangan air 1 meter sebanyak 66,67% sedangkan
genangan air yang berjarak 100 meter dari rumah sebanyak 33,3%. Di Kampung
Gisi keberadaan kandang sapi/kerbau di sekitar rumah warga sebanyak 72,2%
dan sebanyak 27,8% tidak terdapat keberadaan kandang sapi/kerbau disekitar
rumah. Berdasarkan data kondisi fisik rumah dan lingkungan rumah dapat dilihat
bahwa daerah Kampung Gizi masih ada yang belum menggunakan kawat kasa di
ventilasi sebagai pencegahan masuknya nyamuk ke dalam rumah. Hal ini juga
dikarenakan daerah tersebut masih dalam kawasan hutan yang bisa memicu
datangnya nyamuk dewasa ke rumah. Masyarakat Gizi banyak yang memiliki
kandang sapi/kerbau, oleh sebab itu jarak antara rumah dan kandang perlu di
sesuaikan jaraknya karena kandang tersebut bisa menimbulkan pencemaran, salah
satunya bisa menimbulkan bau selain itu banyaknya masyarakat yang
menggunakan sumber air dari sumber gali juga dapat dipengaruhi kualitasnya.
Berdasarkan parameter hygiene didapatkan kebiasaan anggota keluarga
yang selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir memiliki persentase
72%, sedangkan kebiasaan anggota keluarga yang tidak mencuci tangan dengan
sabun yaitu 27,8%. Pada anggota keluarga yang tidak melakukan CTPS sebelum
dan setelah makan terdapat persentase 83,3% dan 16,7% adalah anggota yang
melakukan CTPS sebelum dan setelah makan. Pada kebiasaan anggota keluarga
yang tidak melakukan CTPS sebelum mengelola makanan dengan persentase
80,6% dan anggota keluarga yang melakukan CTPS sebelum mengelola makanan
yaitu 19,4%. Frekuensi kebiasaan anggota keluarga yang tidak melakukan CTPS
setiap kali tangan kotor yaitu 88,9%, sedangkan yang melakukan CTPS setiap
kali tangan kotor 11,1%. Berdasarkan kebiasaan anggota keluarga yang tidak
melakukan CTPS setelah BAB dan BAK dengan persentase 77,8% sedangkan
yang melakukan CTPS setelah BAB dan BAK 22,2%. Berdasarkan tabel
frekuensi kebiasaan merokok selama sebulan terakhir 66,7% dan yang tidak
merokok 33,3%. Berdasarkan frekuensi jumlah batang rokok yang dihisap setiap 2
batang/hari 0,83%, sedangkan jumlah batang rokok yang dihisap 5 batang/hari
0,41%, jumlah batang rokok yang dihisap 12batang/hari 45,8%, jumlah batang

37
rokok dihisap 16 batang/hari 0,41%, jumlah batang rokok dihisap 24 batang/hari
25%, dan jumlah batang rokok yang dihisap 36 batang/hari 1,25%. Berdasarkan
frekuensi kebiasaan lokasi merokok di luar rumah yaitu 45,83%, sedangkan dalam
rumah tapi diruang khusus 0%, dan dalam rumah/umum 54,17%. Berdasarkan
frekuensi alasan tidak merokok dengan katagori sakit yaitu 8,33%, sedangkan
katagori tuntutan ekonomi 0%, dan katagori lainnya 91,17%. Masyarakat
Kampung Gizi masih banyak yang kurang menjaga hygiene perseorangan, hal ini
dapat dilihat masih ada masyarakat yang tidak mencuci tangan karena tangan
merupakan sumber kuman yang bisa menyebarkan penyakit. Hal ini menjadi
sangat penting untuk melakukan cuci tangan menggunakan sabun dengan air
mengalir. Tingkat kebiasaan merokok masyarakat Kampung Gisi masih
dikategorikan tinggi, bahkan berdasarkan observasi bukan hanya yang berjenis
kelamin laki-laki namun juga perempuan. Sehingga diperlukan penyuluhan
mengenai bahaya rokok.
Setelah melakukan pendataan dan tabulasi data maka dilakukan
musyawarah masyarakat desa guna menentukan masalah prioritas dengan
menggunakan sistem skoring. Permasalahan inilah yang akan dilakukan
implementasi guna memperkecil permasalahan yang ada. Adapun permasalahan
prioritas yang didapati setelah melakukan MMD ialah pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah di desa tembeling sebetulnya sudah menerapkan
pengelolaan sampah dengan pemisahan dan terbentuknya bank sampah, hanya
saja bank sampah di desa tembeling tidak berjalan karena pembentukannnya pada
saat itu kurang terencana dari segi sistem serta pelaksanaannya sehingga banyak
kesalah pahaman antara pihak desa dan terkhusus masyarakat kampung gisi.
Hasil intervensi yang dilakukan untuk pengelolaan sampah ini ialah
pembuatan biopori dan kompos. Dalam hal melakukan intervensi ini partisipasi
dari masyarakat sekitarkurang sehingga pembuatan biopori dan kompos dilakukan
oleh tim pengabdian masyarakat dengan dibantu oleh pemilik rumah yang
bersedia dipasang biopori dan kompos.

38
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan lembar
kuesioner dapat diketahui masalah kesehatan lingkungan di Desa
Tembeling (RT 002/ RW 003) yaitu pengelolaan sampah, sumber air
bersih, Sistem Pembuangan Air Limbah dan kebiasaan merokok.
2. Dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa untuk prioritas masalah
kesehatan lingkungan yaitu pengelolaan sampah. Alternatif dalam
pemecahan masalah ini ialah pemilahan sampah, pembuatan kompos dan
pendauran ulang sampah anorganik.
3. Intervensi yang dilakukan dalam pengelolaan sampah ialah penyuluhan
dengan memberikan informasi melalui penyuluhan tentang pengelolaan
sampah serta melakukan bimbingan teknis pembuatan biopori dan kompos
dengan jumlah warga yang megikuti intervensi ialah 8 orang.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan praktik yang dilakukan maka saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :
1. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada
masyarakat Desa Tembeling untuk menjaga sanitasi lingkungan dengan
tidak membakar sampah dan lebih mengelola sampah yang dihasilkan
dengan 3R
2. Perlu dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman melalui
kegiatan pengelolaan lingkungan dengan mengaktifkan lagi bank sampah.
3. Diharapkan kepada pemerintah desa untuk menyediakan TPS (Tempat
Pembuangan Sementara) dan pengelolaan sampah di masing-masing RT di
Desa Tembeling.
4. Perlu dilakukan upaya peningkatan peran serta masyarakat melalui
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi melalui pendidikan
sanitasi lingkungan dan kepedulian terhadap kesehatan keluarga dan

39
meningkatkan kualitas peran dan kemandirian masyarakat dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar
5. Penanganan permasalahan sanitasi lingkungan ini tidak mungkin ditagai
sendiri oleh warga tanpa adanya bantan dari pemerintah maupun pihak-
pihak yang berkompeten dalam permasalahan ini. Bantuan tidak hanya
berupa stimulant namun diharapkan lebih dalam bentuk pendampingan dan
pemeberdayaan bagi peningkatan kesadaran akan potensi sendiri serta
peningkatan pengetahuan dn keterampilan dlam memanfaatkan potensi
tersebut.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Profil Desa Tembeling


Dikti. 2014. Kurikulum Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian pendidikan dan kebudayaan
Sukmadinata, N.S 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosadakarya.

41
DOKUMENTASI

Peta Lokasi Desa Tembeling Pembukaan Pengabmas

Kegiatan pendataan kepada masyarakat Wawancara kepada masyarakat

Kondisi rumah warga Kondisi lingkungan warga

42
Kondisi sanitasi rumah Kondisi sanitasi rumah warga

Kondisi pembuangan sampah Kondisi pembuangan limbah

Bina Suasana Bina Suasana

43
Musyawarah Masyarakat Desa Musyawarah Masyarakat Desa

Kegiatan intervensi Kegiatan intervensi


Penyuluhan kepada masyarakat Penyuluhan kepada masyarakat

Mengaplikasikan kegiatan intervensi Kegiatan intervensi


Membuat lubang biopori Penyuluhan kepada masyarakat

44
Memasukkan sampah organik Contoh lubang biopori

Foto bersama kegiatan intervensi bersama warga

45
46

Anda mungkin juga menyukai