PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Membentuk mahasiswa DIII Kesehatan Lingkungan agar menjadi tenaga
sanitarian yang profesional, sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
berdasarkan kompentensi.
1.2.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan lingkungan di Desa Tembeling
2. Menentukan prioritas masalah kesehatan lingkungan di Desa Tembeling
serta mecari alternatif guna menyelesaikan permasalahan kesehatan
lingkungan yang dihadapi
3. Melakukan intervensi terhadap masalah prioritas yang ditemukan
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan mengenai Sanitasi lingkungan di Desa
Tembeling Kecamatan Teluk Bintan dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang didapat dalam perkuliahan.
2. Bagi Akademika
Hasil pendataan ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
pengembangan dalam ilmu kesehatan lingkungan mengenai Sanitasi
lingkungan
3. Bagi Instansi Terkait
Pendataan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
melakukan Sanitasi lingkungan di Desa Tembeling Kecamatan Teluk
Bintan
4. Bagi Masyarakat
Mendapat informasi mengenai peningkatan kualitas sanitasi lingkungan
2
BAB II
METODE KEGIATAN PRAKTEK MATA KULIAH PENGABDIAN
MASYARAKAT
2.1 Metode Desain
Metode Praktek Pengabdian masyarakat ini adalah survei dengan
pendekatan cross sectional berdasarkan tahapan kajian kesehatan masyarakat
dengan pendekatan komunitas. Analisis data bersifat Deskriptif (kualitatif dan
atau kuantitatif), dalam prosesnya kegiatan bersifat pembelajaran berbasis
mahasiswa atau Student Centered Learning (SCL). SCL (Student Centered
Learning) merupakan metode pembelajaran yang memberdayakan peserta didik
menjadi pusat perhatian selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran
yang bersifat kaku intruksi dari pendidik berubah menjadi pembelajaran yang
memberikan kesempatan pada pesrta didik menyesuaikan dengan kemampuanya
dan berperilaku langsung dalam belajarnya (Dikti, 2014).
Menurut (Dikti, 2014) SCL (Student Centered Learning) memiliki potensi
untuk mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, madiri, sesuai dengan irama
belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan uisa peserta didik, irama
belajar mahasiswa tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai
tingkat kompetensi yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL adalah
sebagai berikut:
a. Small Group Discussion (SDG)
Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antar
kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswa atau kelompok
mahasiswa dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau
memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.
b. Role-Play and Simulation
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang
suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau
peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang
sebenarnya.
3
c. Discovery Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada
mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri
jawabannya tanpa bantuan pengajar.
d. Self-Directed Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa, seperti
tugas membaca dan membuat ringkasan.
e. Cooperative learning
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk
sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan
dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan
memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara koperatif,
mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing)
pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah
miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan
dan kelebihan masing-masing.
f. Contextual Learning (CL)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan
sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negoisasi) yang terkait
dengan dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga
akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar
muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi
kondusif-nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual
adalah aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak
hanya menonton dan mencatat, dan pengambangan kemampuan
sosialisasi.
g. Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang kemampuan berfikir
4
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negoisasi, demokratis, suasana nyaman dan
menyenangkan agar mahasiswa dapat berfikir optimal.
h. Collaborative Learning (CbL)
Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan
jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua
kemungkinan yang ada.
i. Project Based Learning (PjBL)
Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang
harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka
sendiri.
2.2 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data
Lokasi pengambilan data dilaksanakan di Kampung Gisi, Dusun 2 Desa
Tembeling Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.
Waktu pelaksanaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 April s/d Minggu, 7 April
2019.
2.3 Pengolahan dan Analisis Data
2.3.1 Pengolahan
Berikut tahap-tahap dalam proses pengolahan data menurut (Notoatmodjo,
2010):
1. Editing
Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau kuesioner. Apabila ada jawaban-jawaban yang belum lengkap, jika
memungkinkan perlu pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban
tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinan, maka pertanyaan yang
jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah.
2. Coding
Coding merupakan proses pengubahan data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data berbentuk angka.
5
3. Data entry
Data entry yakni memasukkan jawaban dari responden yang dalam
bentuk angka atau huruf kedalam program software computer.
4. Cleaning
Cleaning (pembersihan data) dilakukan setelah semua data dari
responden selesai dimasukkan, kemudian perlu dicek kembali
kemungkinan adanya kesalahan kode dan ketidaklengkapan.
2.3.2 Analisis Data
Analisis data pada Pengabdian masyarakat ini adalah analisis data bersifat
Deskriptif (kualitatif dan atau kuantitatif), penelitian deskriptif kualitatif ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, deskriptif tidak
memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel yang
diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya
perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui
observasi, wawancara dan dokumentasi (Sukmadinata, 2011 : 73)
6
2.4 Tahap Perencanaan Masalah Kesehatan Lingkungan dan Alternatif
Pemecahan Masalah
7
b. Hasil tabulasi data dan analisa data
Setelah pengumpulan data, maka data tersebut ditabulasi
dalam bentuk tabel. Pengolahan data mencakup analisa masalah
kesehatan yang ada di masyarakat Desa Tembeing. Hasil pendataan
diperoleh jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 36 KK
2. Penentuan Masalah Kesehatan
Dari hasil analisa data, ditemukan beberapa masalah kesehatan di
masyarakat Desa Tembeling sebagai berikut:
a. Kurangnya informasi akan pengelolaan sampah sehingga sampah
yang ada langusng dibakar
b. Kebiasaan merokok
c. Sumber air bersih
d. Saluran Pembuangan Air Limbah
3. Implementasi
a. Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan tentang pengelolaan sampah
b. Penyuluhan/Pendidikan Kesehatan tentang pembuatan biopori dan
kompos
c. Bimbingan teknis pembutan biopori dan kompos
8
BAB III
9
3.1.2 Kependudukan
a. Jumlah penduduk
Penduduk Desa Tembeling pada akhir tahun 2017 dengan jumlah
penduduk 1.201 jiwa terdiri dari :
Jumlah Laki-laki : 613 Jiwa
Jumlah Perempuan : 588 Jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 333 KK
Kepadatan Penduduk : 60,04 per KM
b. Pendidikan
Tabel 3.2 Pendidikan
Jenis Kelamin
Tingkatan Pendidikan
Laki-laki Perempuan
Usia 3-6 Tahun yang sedang TK atau Play 18 Orang 22 Orang
Group
Usia 7-18 Tahun yang sedang sekolah 96 Orang 89 Orang
Usia 18-56 Tahun pernah SD tetapi tidak 96 Orang 140 Orang
tamat
Tamat SD/Sederajat 140 Orang 133 Orang
Usia 12-56 Tahun tidak tamat SMP 9 Orang 5 Orang
Tamat SMP/Sederajat 40 Orang 52 Orang
Tamat SMA/Sederajat 70 Orang 46 Orang
Tamat D3/Sederajat 0 Orang 2 Orang
Tamat S1/Sederajat 7 Orang 3 Orang
Jumlah 968 Orang
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018
10
c. Mata Pencarian Pokok
Tabel 3.3 Mata Pencarian Pokok
Jenis Kelamin
Jenis Pekerjaan
Laki-laki Perempuan
Petani 90 Orang 25 Orang
Pegawai Negeri Sipil 6 Orang 4 Orang
Pedagang Barang Kelontong 23 Orang 0 Orang
Peternak 2 Orang 0 Orang
Nelayan 252 Orang 0 Orang
Badan swasta 0 Orang 3 Orang
Dukun tradisional 0 Orang 2 Orang
Wiraswasta 24 Orang 0 Orang
Perangkat desa 2 Oarang 0 Orang
Buruh harian lepas 30 Orang 6 Orang
Jumlah total 966 Orang
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018
d. Kepercayaan
Tabel 3.4 Kepercayaan
Jenis Kelamin
Kepercayaan
Laki-laki Perempuan
Islam 580 Orang 559 Orang
Kristen 3 Orang 4 Orang
Budha 25 Orang 22 Orang
Konghucu 5 Orang 3 Orang
Jumlah 613 Orang 588 Orang
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018
e. Etnis
Tabel 3.5 Etnis
Jenis Kelamin
Etnis
Laki-laki Perempuan
Batak 4 Orang 3 Orang
Melayu 382 Orang 364 Orang
Minang 9 Orang 9 Orang
Jawa 162 Orang 173 Orang
Bugis 5 Orang 5 Orang
Flores 4 Orang 4 Orang
Buton 6 2
Cina 30 25
Bawean 11 3
Jumlah 613 588
Sumber: Profil Desa Tembeling Tahun 2018
11
3.1.3 Struktur Kepengurusan Desa Tembeling
12
kuesioner
Briefing dan pembagian Posko 2
instrumen lembar
Kamis kuesioner
4
04 April 2019 Pendataan dan observasi Kampung gisi (RT
menngunakn kuesioner 002/ RW 003)
Bimbingan bersama dosen Posko 1
Briefing membuat agenda Balai Desa
kegiatan dimasyarakat
Jum’at Bimbingan bersama dosen Posko 1
5
05 April 2019 Pendataan dan observasi Kampung gisi (RT
menngunakn kuesioner 002/ RW 003)
Pendataan dan observasi Kampung gisi (RT
menngunakn kuesioner 002/ RW 003)
Sabtu Briefing penetapan hari Balai Desa
6
06 April 2019 kegiatan dimasyarakat
Gotong royong dibalai Balai Desa dan
desa dan lapangan volley Lapangan volly
Perlombaan persahabatan Lapangan volly
volly Dusun 2
Minggu Briefing kegiatan Balai Desa
7
07 april 2019 penyuluhan dan
Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD)
Pengentrian data Posko 1
Senin
8 Perlombaan persahabatan Lapangan volly
08 April 2019
volly Dusun 2
Briefing persiapan Balai Desa
Musyawarah Masyarakat
Selasa Desa (MMD)
9
09 April 2019 Bimbingan bersama dosen Posko 1
Perlombaan persahabatan Lapangan Volly
volly Dusun 2
Gotong royong di balai Balai Desa
desa
Pelaksanaan Musyawarah Balai Desa
Rabu
10 Masyarakat Desa (MMD)
10 April 2019
Pengarahan dosen Balai Desa
pembimbing untuk
merencanakan intervensi
Briefing perencanaan Posko 1
intervensi
Kamis
11 Mengundang warga Kampung Gisi
11 April 2019
dengan Door to Door
Briefing persiapan Posko 1
13
pelaksanaan intervensi
Jum’at Penyuluhan tentang Posyandu Kasih
12
12 April 2019 pengelolaan sampah Ibu II
Pelaksanaan intervensi Kampung gisi
Sabtu
13 pembuatan kompos dan
13 April 2019
biopori
Pelaksanaan bina suasana Lapangan siantan
Minggu dengan acara jalan santai
14
14 April 2019
Pengerjaan laporan Posko 1
Pemaparan laporan Balai Desa
Senin Penutupan praktek Balai Desa
15
15 April 2019 lapangan pengabdian
masyarakat
14
c. Masyarakat
Masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang
berada di RT 002 dan RW 003 Kampung Gisi, Desa Tembeling.
3.3 Hasil Kegiatan
3.3.1 Hasil Kuesioner
1. Data Umum RT 002/ RW 003
Tabel 3.7 Jenis Pekerjaan Responden
Pekerjaa Jumlah Persentase (%)
Nelayan 22 61,11
Petani 4 11,11
Swasta 3 8,33
Buruh 1 2,78
PNS 1 2,78
IRT 4 11,1
Lainnya 1 2,78
Jumlah 36 100%
15
2. Sarana Air Bersih/Minum
Tabel 3.9 Sumber Air Bersih, Jarak Air Bersih dan
Waktu Tempuh Responden
Sumber Air Jarak Air Bersih Waktu Tempuh
Bersih
PDAM Sumur <100 100- >500 >1000 <5 menit 5-30
Gali m 500 - m menit
m 1000
m
2 34 24 8 2 2 33 3
16
Tabel 3.12 Tempat Penyimpanan Air Minum Responden
Kategori Jumlah
Galon 11
Teko/sejenisnya 24
Ember, panci tertutup 1
Berdasarkan tabel 3.13 bahwa masyarakat dikampung Gisi jarak sumber air
bersih dengan septictank <10 m sebesar 63,9% dan jarak sumber air bersih dengan
septictank >10 m sebesar 36,1%.
17
Tabel 3.15 Penanganan Sampah Responden
Penanganan Sampah Ya Tidak
Dijadikan kompos 1 35
Ditimbun dalam tanah 0 36
diangkut oleh petugas 0 36
Dibakar 36 0
Dibuang kelaut atau parit 0 36
Dibuang sembarangan 0 36
4. Perilaku
Tabel 3.17 Perilaku Responden Menguras Bak Mandi
Kategori Jumlah Persentase
(%)
Sekali dlm seminggu 7 19,4
Lebih dari sekali dalam seminggu 13 36,1
Tidak pernah 1 2,8
Tidak punya bak/drum dan sejenisnya 8 22,2
Lainnya 7 19,4
18
Berdasarkan tabel 3.17 bahwa masyarakat dikampung Gisi kategori
perilaku menguras bak mandi lebih dari sekali dalam seminggu dengan nilai
tertinggi sebesar 36,1% dan perilaku tidak pernah menguras bak mandi dengn
nilai terendah sebesar 2,8%.
Tabel 3.20 Anggota Keluarga Responden Yang Sering Keluar Rumah Pada
Malam Hari
Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 6 16,7
Tidak 30 83,3
19
responden dan yang tidak berperilaku sering keluar rumah pada malam hari
sebanyak 30 responden.
Tabel 3.21 Kebiasaan Responden Jumlah Hari Dalam Seminggu Saat Keluar
Pada Malam Hari
Kategori Jumlah Persentase (%)
3 hari dalam seminggu 1 2,78
5 hari dalam seminggu 1 2,78
7 hari dalam seminggu 4 11,11
Tidak ada keluar pada 30 83,33
malam hari
20
Berdasarkan tabel 3.23 bahwa masyarakat dikampung Gisi dengan
kategori menggunakan kelambu pada malam hari sebesar 16,7% dan tidak
menggunakan kelambu pada malam hari sebesar 83,3.%
21
Tabel 3.27 Jumlah Hari Dalam Seminggu Dalam Menggunakan Obat Anti
Nyamuk Saat Tidur
Kategori Jumlah Persentase (%)
2 hari dalam seminggu 2 9,53
3 hari dalam seminggu 1 0,47
5 hari dalam seminggu 2 9,53
7 hari dalam seminggu 16 76,19
Berdasarkan tabel 3.27 penggunaan obat anti nyamuk saat tidur nilai trtinggi yaitu
7 hari dalam seminggu sebesar 76,19% dan penggunaan obat anti nyamuk saat
tidur nilai terendah yaitu 3 hari dalam seminggu sebesar 0,47%.
5. Jamban
Tabel 3.28 Kepemilikan Sarana BAB
Kategori Jumlah Persentase (%)
Ya 31 86,1
Tidak 5 13,9
Berdasarkan tabel 3.28 Kepemilikan Sarana BAB dari 36 responden dari hasil
observasi 31 responden aau 86,1 % di kampung gisi memiliki sarana BAB dan 5
responden atau 13,9% tidak mempunyai sarana BAB.
22
Tabel 3.30 Memiliki Sarana BAB
Kategori Jumlah Persentase (%)
Milik pribadi 29 80,6
Milik bersama 7 19,4
Dari tabel 3.30 dapat diketahui bahwasanya untuk kepemilikan sarana BAB milik
pribadi di kampung gisi sebanyak 29 rsponden atau 80,6 % dam 7 respon atau
19,4 dengan sarana BAB milik bersama
Berdasarkan tabel 3.31 jenis kloset responden, untuk dikampung gisi dari
36 responden yang diobservasi 100% menggunakan kloset leher angsa.
23
6. Kondisi Fisik Rumah Dan Lingkungan Rumah (Observasi)
Tabel 3.33 Kualitas Rumah Responden
Tidak Memenuhi
Memenuhi Syarat
Syarat
Penilaian
Persentase Persentase
Jumlah Jumlah
(%) (%)
Ventilasi permanen >10% 33 91,7 3 8,3
dari luas lantai
Luas kamar dengan jumlah 34 94,4 2 5,6
penghuni kamar adalah
8m2/2 org
Keadaan lantai 26 72,2 10 27,8
Berdasarkan tabel 3.34 keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah untuk
dikampung gisi yang diobservasi 1 rumah yang menggunakan kawat kasa pada
ventilasi.
24
Berdasarkan tabel 3.35 kondisi kawat kasa untuk dikampung gisi dari yang
diobservasi 1 rumah yang dikategorikan baik dan sebanyak 35 responden tidak
memiliki kawat kasa.
25
Berdasarkan tabel 3.39 jarak rumah dengan genangan air yang diobservasi
2 responden atau 66,67% berjarak 1 m genangan air dari rumah dan 1 responden
atau 33,33 berjarak 100m genangan air dari rumah.
Berdasarkan tabel 3.40 jarak rumah dengan cekungan air yang diobservasi
1 responden atau 25% berjarak 4m cekungan air dari rumah, 2 responden atau
50% berjarak 50m cekungan air dari ruma dan 1 responden atau 25% berjarak
100m cekungan air dari rumah.
7. Higiene
26
Tabel 3.43 Kebiasaan Anggota Keluarga Yang Tidak Melakukan CTPS
Sebelum Dan Setelah Makan
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 6 16,7
Tidak ada 30 83,3
27
Tabel 3.46 Kebiasaan Anggota Keluarga yang Tidak Melakukan CTPS
Setelah BAB dan BAK
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Ada 8 22,2
Tidak ada 28 77,8
Berdasarkan tabel 3.48 jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari yang
paling tinggi yaitu 12 batan/hari dengan nilai sebesar 45,8% dan yang paling
terendah yaitu 5 batang/hari dengan nilai sebesar 0,41%.
28
Tabel 3.49 Kebiasaan Lokasi Merokok
Kategori Frekuensi Persentase
(%)
Luar rumah 11 45,83
Dalam rumah tapi diruang khusus 0 0
Dalam rumah/umum 13 54,17
Total 24 100
29
air bersih yang digunakan masyarakat rata-rata menggunakan sumur gali miliki
pribadi maupun milik umum. Kebiasaan merokok pun menjadi masalah personal
hygiene karena masyarakat kampung gisi dapat menghabiskan kurang lebih 2
bungkus rokok dalam satu hari bagi yang merokok
3.3.3 Rumusan Masalah
Apakah dampak dari permasalahan tersebut? Solusi apakah yang tepat
digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
3.3.4 Alternatif Pemecahan Masalah
a. Pengelolaan Sampah
- Melakukan pemilahan sampah
- Pembuata kompos menggunakan sampah organik
- Mendaur ulang sampah anorganik yang masih dapat digunakan
dan menghasilkan barang guna kembali
- Membuat lubang biopori
b. Sistem Pembuangan Air Limbah
- Penggunaan grease trap
- Penggunaan filtrasi sederhana
c. Air bersih
- Pembuatan filtrasi sederhana
d. Kebiasaan merokok
- Program pengurangan rokok perhari, perbulan, pertahun serta
komitmen yang kuat dari diri sendiri
- Mengganti kebiasaan merokok dengna kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan si perokok
- Bekerja sama dengna kerabat terdekat untuk menjadi pengontrol
dan pengingat komitmen awal
3.3.5 Analisa Alternatif Pemecahan Masalah
a. Pengelolaan Sampah
1. Melakukan pemilahan sampah
o Kelebihan dari pemilihan sampah yaitu sampah dikelola
sehingga mudah dilakukan tahap pengelolahan selanjutnya
30
o Kekurangannya jika tidak dilakukan pengolahan selanjutnya
maka sampah tersebut akan menjadi tempat perkembangbiakan
vektor
2. Pembuatan kompos
o Kelebihan : dapat digunakan sebagai pupuk tanaman yang
ramah lingkungan serta mengurangi sampah organik
o Kekurangan : Proses penguraian yang memakan waktu yang
lama
3. Pendauran ulang sampah anorganik
o Kelebihan : mengurangi timbulan sampah
o Keurangan : saat mendaur ulang membutuhkan kreativitas yang
tinggi untuk mengubah sampah menjadi bahan yang mempunyai
nilai guna maupun nilai ekonomis
b. Sistem Pembuangan Air Limbah
1. Penggunaan Grase Trap
o Kelebihan : Kelebihan dari Grase trap yaitu dapat menyaring
dan lemak
o Kekurangan : Perawatan alat yang lebih intensif
c. Air Bersih
1. Pembuatan filtrasi sederhana
o Kelebihan : Menangkap padatan yang terdapat dalam padatan
air sehingga air tidak lagi berwarna, berasa dan berbau
o Kekurangan : Perawatan alat yang lebih intensif
d. Kebiasaan Merokok
1. Program pengurangan rokok perhari, perbulan, pertahun serta
komitmen yang kuat dari diri sendiri
o Kelebihan : Memperkecil resiko penyakit paru-paru
o Kekurangan : Sulitnya perokok untuk melakukan kegiatan
tersbut
2. Mengganti kebiasaan merokok dengan kegiatan yang sesuai
dengan kemampuan si perokok
31
o Kelebihan : Perokok dapat perlahan-lahan dapat terlepas dari
kebiasaan merokok dan mengganti kebiasaan dengan kegiatan
yang lebih bermanfaat.
o Kekurangan : Perokok tidak dapat melakukan kegiatan tersebut
secara terus menerus
3. Mengganti peran rokok dengan permen atau sesuai dengan apa
yang disukai oleh si perokok.
o Kelebihan : Perokok mampu mengurangi konsumsi rokok
perhari
o Kekurangan : Tidak efektifnya cara tersebut untuk mengurangi
rokok.
4. Bekerja sama dengan kerabat terdekat untuk menjadi pengontrol
dan pengingat komitmen awal
3.3.6 Memilih Alternatif Pemecahan Masalah
Pemilihan alternatif pemecahan masalah dilakukan langsung oleh
masyarakat Desa Tembeling dalam kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa yang
dibantu oleh Mahasiswa dalam peroses penilaian. Dalam proses ini didapatkan
nilai tertinggi yaitu pada permasalahan pengelolaan sampah sehingga pemecahan
masalah yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan tentang pengelolaan
sampah, pembuatan kompos dan pembuatan biopori
3.3.7 Melaksanakan Alternatif Pemecahan Masalah
Kegiatan pelaksanaan alternatif pemecahan masalah yang telah terpilih
yaitu mmpuat percontohan disalah satu rumah warga dengan pemasangan biopori
dan bimbingan teknis pmbuatan biopori.
3.3.8 Evaluasi Alternatif Pemecahan Masalah
Evaluasi yaitu hasil yang didapat setelah melakukan tindakan atau
kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan atau kegiatan tersebut
mampu memberikan hasil yang maksimal atau tidak. Evaluasi untuk kegiatan ini
lebih meningkatkan daya tarik masyarakat dalam pengolahan sampah dan untuk
menjaga lingkungan sekitar.
32
3.3.9 Hasil Musyawarah Masyarakat Desa
Tabel 3.51 Hasil Musyawarah Masyarakat Desa
Variabel Kriteria Kriteria Kriteria Total
1 2 3
Pengelolaan Sampah 17 23 24 64
Saluran Pembuangan Air 20 15 10 45
Limbah
Sumber Air Bersih 22 11 15 51
Kebiasaan Merokok 18 5 14 37
Musyawarah masyarakat desa dilaksanakan pada hari rabu tanggal 10
April 2019 bertempat di Balai desa. Acara ini dihadiri 13 orang dari pihak
perwakilan Kepala Desa, Puskesmas, RT, RW dan masyarakat dari ketiga wilayah
yang dilakukan pendataan. Berdasarkan hasil pendataan menggunakan instrument
kuesioner di Desa Tembeling, MMD diadakan bersamaan dengan ketiga wilayah
yaitu Siantan RT 01 RW 003, Balai Rejo RT 001 RW 004, dan Kampung Gisi RT
002 RW 003 karena berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang
dilakukan bahwa permasalahan dari ketiga wilayah tersebut sama yaitu
permasalahan mengenai Pengolahan Sampah, Saluran Pembuangan Limbah yang
Langsung Ketanah, Penyediaan Air Bersih dan Kebiasaan Merokok.
MMD bertujuan untuk menentukan prioritas masalah yang di dapat dan
akan diakukan intervensi agar masalah tersebut dapat diselesaikan. MMD
dilaksanakan dengan metode Skoring Delbecq. Penilaian masalah berdasarkan 3
kriteria yaitu besarnya dampak masalah, kemudahan dalam penanggulangan,
pertimbangan ekonomis (dana). Berdasarkan hasil MMD didapatkan bahwa
permasalah proritas di ketiga wilayah tersebut adalah yang paling besar tentang
pengolahan sampah, karena hampir sebagian masyarakat tembeling mengolah
sampahnya dengan cara dibakar.
3.3.10 Hasil Intervensi
Intervensi dilakukan berdasarkan tinjak lanjut dari hasil MMD yang
memilih sampah sebagai masalah prioritas yang harus ditangani. Intervensi ini
dilaksanakan pada hari jum’at dan sabtu tanggal 12-13 April 2019 dengan 2 kali
pertemuan, pertemuan pertama membahas tentang penyuluhan pengolahan
sampah, mengurangi sampah, dan bahaya membakar sampah. Penyuluhan ini
33
bertempatan di Posyandu Kasih Ibu II Kampung Gisi serta dihadiri 8 orang
masyarakat kampung gisi. Intervensi ini bertujuan megedukasi perilaku
masyarakat untuk tidak membakar sampah dan lebih peduli dengan lingkungan
sekitar. Pertemuan kedua yaitu bimbingan teknis mengenai biopori dan kompos
serta melakukan pemasangan biopori disalah satu rumah warga.
Pelaksanaan kegiatan ini mendapatkan respon yang kurang baik dari tokoh
agama, tokoh masyarakat, remaja dan masyarakat sendiri hal ini dibuktikan
dengan kehadiran masyarakat yang hanya 8 orang dalam pelaksanaan intervnsi
tersebut
3.4 Pembahasan
Pengambilan data yang dilakukan didaerah Kampung Gisi pada 36
responden menggunakan kuesioner tentang parameter kesehatan lingkungan yang
meliputi sarana air bersih/minum, pengolahan sampah dan sistem pengolahan air
limbah, perilaku, jamban, kondisi fisik rumah dan lingkungan rumah (observasi)
dan hygiene.
Berdasarkan parameter sarana air bersih/minum didapatkan mayoritas
masyarakat masih menggunakan sumber air dari sumur gali dengan jumlah 94,4%
dengan jarak untuk memperoleh air bersih rata-rata <100 m dengan waktu <5
menit. Sebagian masyarakat juga menggunakan sumur gali dengan persentase
55,6% untuk sumber air minum dengan cara dimasak dan disimpan didalam teko,
namun ada juga masyarakat yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air
minumnya. Kualitas air bersih masyarakat lebih banyak yang memenuhi syarat
dengan persentase 66,7%, sumber air yang tidak memenuhi syarat dikarenakan
lokasi tersebut berdekatan dengan pantai dan bekas galian bauksit sehingga
mempengaruhi kualitas air seperti adanya endapan pada air, air berasa payau dan
lain sebagainya. Oleh karena masih banyak masyarakat yang menggunakan sumur
gali sebagai sumber air, letak sumber air dengan septictank mempengaruhi
kualitas air, namun masih banyak sumber air masyarakat berjarak <10 m dari
septictank yaitu sebesar 63,9%.
Berdasarkan parameter pengolahan sampah dan sistem pengolahan air
limbah didapatkan masih ada masyarakat yang tidak memiliki tempat sampah
34
dengan persentase 5,6%. Untuk kondisi tempat sampah berdasarkan pemisahan
antara sampah organik dan anorganik hanya 5,88% yang sudah melakukan
pemisahan, dan hanya 8,83% tempat sampah dalam keadaan tertutup dan hanya
38,2% tempat sampah dalam keadaan kedap, namun dalam kemudahan
membersihkannya 97% tempat sampah mudah dibersihkan. Berdasarkan
penanganan sampah semua masyarakat Kampung Gisi masih menangani sampah
dengan cara dibakar, hanya ada 2,8% masyarakat yang menangani sampah dengan
dijadikan kompos. Berdasarkan saluran pembuangan air limbah sebagian besar
masyarakat langsung dibuang ke tanah dengan persentase 63,9% hal ini
dikarenakan daerah tersebut belum memiliki saluran pembuangan air limbah.
Permasalahan sampah ini paling dominan berdasarkan data, hal ini dikarenakan
penanganan sampah dengan cara dibakar lebih baik menggunakan alternatif lain,
seperti pembuatan kompos dan lain sebagainya, hal ini dikarenakan jenis sampah
yang paling banyak didaerah ini adalah sampah organik karena masih banyak
pepohonan dan lebih banyak daerah hutan. Selain itu tidak adanya tempat
penampungan sampah yang akan diangkut ke TPA dan letak TPA yang jauh juga
membuat masyarakat memilih untuk melakukan pembakaran sampah.
Berdasarkan parameter perilaku, masih ada masyarakat yang tidak pernah
menguras bak mandi dengan persentase 2,8%. Namun kebanyakan masyarakat
menguras bak mandi lebih dari sekali dalam seminggu dengan presentase 36,1%.
Berdasarkan PHBS dengan melakukan kegiatan membuka jendela setiap pagi
yaitu 88,9%. Untuk perilaku menjemur kasur masih ada 5,6% masyarakat tidak
pernah menjemur kasur. Masyarakat kampung Gisi hampir sebagian besar dengan
presentase 83,3% tidak pernah keluar rumah pada malam hari, hanya 16,7%
masyarakat yang sering keluar rumah dikarenakan mata pencahariannya sebagai
nelayan. Dari 16,7% sebagian besar keluar malam setiap hari dan menggunakan
pakaian lengan panjang saat keluar. Untuk anggota keluarga yang menggunakan
kelambu pada malam hari sebanyak 16,7%, dan anggota keluarga yang tidak
menggunakan kelambu pada malam hari sebanyak 83,3%. Mayoritas masyarakat
Kampung Gisi dengan persentase 96,67% setiap hari menggunakan kelambu saat
tidur dan kondisi kelambu dalam keadaan baik. Namun ada 58,33% masyarakat
35
tidur.menggunakan obat anti nyamuk saat yang penggunaannya sebagian besar
setiap hari. Berdasarkan data perilaku dapat dilihat bahwa daerah kampung gisi
saat malam hari dan banyak terdapat nyamuk dari perilaku masyarakat yang
sebagian besar menggunakan kelambu dan obat anti nyamuk. Hal ini dikarenakan
daerah tersebut masih dalam kawasan pantai dan hutan, selain itu daerah tersebut
merupakan daerah bauksit sehingga terdapat bekas galian. Namun secara kategori
perilakunya sudah dapat dikatakan baik.
Berdasarkan parameter jamban didapatkan yang memiliki jamban dengan
persentase 86,1% dan yang tidak memiliki jamban masih ada yang numpang ke
tetangga dengan persentase 80% serta ada menggunakan sarana milik bersama
seperti Wc umum sebanyak 20%. Jamban yang dimiliki masyarakat dengan milik
pribadi hanya 80,6% dan memakai jamban milik bersama sebanyak 19,4%. Semua
masyarakat menggunakan jenis jamban leher angsa sebanyak 100% dan
menggunakan tempat pembuangan akhir tinja dengan septictank sehingga tidak
mencemari lingkungan sebanyak 100%. Masyarakat Kampung Gisi sudah
menggunakan jamban sehat sehingga tidak menjadi permasalahan lingkungan.
Berdasarkan parameter kondisi fisik rumah dan lingkungan rumah untuk
ventilasi permanen > 10% dari luas lantai dengan persentasi 91,7% memenuhi
syarat dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 8,3%. Pada luas kamar dengan
jumlah penghuni kamar adalah 8m2/2 orang sebanyak 94,4% telah memenuhi
syarat dan 5,6% tidak memenuhi syarat. Mayoritas frekuensi keadaan lantai
sebanyak 72,2% memenuhi syarat sedangkan yang tidak memenuhi syarat ada
27,8%. Frekuensi keberadaan kawat kasa pada ventilasi rumah sebanyak 2,8%
yang menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah dan 97,2% yang tidak
menggunakan kawat kasa pada ventilasi rumah. Pada kondisi kawat kasa
sebanyak 100% dalam keadaan baik. Berdasarkan keberadaan kolam di sekitar
rumah sebanyak 100% karena tidak ada yang memiliki kolam di sekitar rumah.
Keberadaan genangan air disekitar rumah yang terdapat genangan air sebanyak
8,3% sedangkan 91,7% tidak ada genangan disekitar rumah. Pada keberadaan
cekungan air di sekitar rumah sebanyak 11,1% sedangkan 88,9% tidak terdapat
genangan air. Untuk jarak rumah 4 meter dari cekungan air sebanyak 25%,
36
sedangkan jarak 50 meter dari rumah 50% dan jarak 100 meter dari rumah yaitu
25%. Pada jarak rumah dengan genangan air 1 meter sebanyak 66,67% sedangkan
genangan air yang berjarak 100 meter dari rumah sebanyak 33,3%. Di Kampung
Gisi keberadaan kandang sapi/kerbau di sekitar rumah warga sebanyak 72,2%
dan sebanyak 27,8% tidak terdapat keberadaan kandang sapi/kerbau disekitar
rumah. Berdasarkan data kondisi fisik rumah dan lingkungan rumah dapat dilihat
bahwa daerah Kampung Gizi masih ada yang belum menggunakan kawat kasa di
ventilasi sebagai pencegahan masuknya nyamuk ke dalam rumah. Hal ini juga
dikarenakan daerah tersebut masih dalam kawasan hutan yang bisa memicu
datangnya nyamuk dewasa ke rumah. Masyarakat Gizi banyak yang memiliki
kandang sapi/kerbau, oleh sebab itu jarak antara rumah dan kandang perlu di
sesuaikan jaraknya karena kandang tersebut bisa menimbulkan pencemaran, salah
satunya bisa menimbulkan bau selain itu banyaknya masyarakat yang
menggunakan sumber air dari sumber gali juga dapat dipengaruhi kualitasnya.
Berdasarkan parameter hygiene didapatkan kebiasaan anggota keluarga
yang selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir memiliki persentase
72%, sedangkan kebiasaan anggota keluarga yang tidak mencuci tangan dengan
sabun yaitu 27,8%. Pada anggota keluarga yang tidak melakukan CTPS sebelum
dan setelah makan terdapat persentase 83,3% dan 16,7% adalah anggota yang
melakukan CTPS sebelum dan setelah makan. Pada kebiasaan anggota keluarga
yang tidak melakukan CTPS sebelum mengelola makanan dengan persentase
80,6% dan anggota keluarga yang melakukan CTPS sebelum mengelola makanan
yaitu 19,4%. Frekuensi kebiasaan anggota keluarga yang tidak melakukan CTPS
setiap kali tangan kotor yaitu 88,9%, sedangkan yang melakukan CTPS setiap
kali tangan kotor 11,1%. Berdasarkan kebiasaan anggota keluarga yang tidak
melakukan CTPS setelah BAB dan BAK dengan persentase 77,8% sedangkan
yang melakukan CTPS setelah BAB dan BAK 22,2%. Berdasarkan tabel
frekuensi kebiasaan merokok selama sebulan terakhir 66,7% dan yang tidak
merokok 33,3%. Berdasarkan frekuensi jumlah batang rokok yang dihisap setiap 2
batang/hari 0,83%, sedangkan jumlah batang rokok yang dihisap 5 batang/hari
0,41%, jumlah batang rokok yang dihisap 12batang/hari 45,8%, jumlah batang
37
rokok dihisap 16 batang/hari 0,41%, jumlah batang rokok dihisap 24 batang/hari
25%, dan jumlah batang rokok yang dihisap 36 batang/hari 1,25%. Berdasarkan
frekuensi kebiasaan lokasi merokok di luar rumah yaitu 45,83%, sedangkan dalam
rumah tapi diruang khusus 0%, dan dalam rumah/umum 54,17%. Berdasarkan
frekuensi alasan tidak merokok dengan katagori sakit yaitu 8,33%, sedangkan
katagori tuntutan ekonomi 0%, dan katagori lainnya 91,17%. Masyarakat
Kampung Gizi masih banyak yang kurang menjaga hygiene perseorangan, hal ini
dapat dilihat masih ada masyarakat yang tidak mencuci tangan karena tangan
merupakan sumber kuman yang bisa menyebarkan penyakit. Hal ini menjadi
sangat penting untuk melakukan cuci tangan menggunakan sabun dengan air
mengalir. Tingkat kebiasaan merokok masyarakat Kampung Gisi masih
dikategorikan tinggi, bahkan berdasarkan observasi bukan hanya yang berjenis
kelamin laki-laki namun juga perempuan. Sehingga diperlukan penyuluhan
mengenai bahaya rokok.
Setelah melakukan pendataan dan tabulasi data maka dilakukan
musyawarah masyarakat desa guna menentukan masalah prioritas dengan
menggunakan sistem skoring. Permasalahan inilah yang akan dilakukan
implementasi guna memperkecil permasalahan yang ada. Adapun permasalahan
prioritas yang didapati setelah melakukan MMD ialah pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah di desa tembeling sebetulnya sudah menerapkan
pengelolaan sampah dengan pemisahan dan terbentuknya bank sampah, hanya
saja bank sampah di desa tembeling tidak berjalan karena pembentukannnya pada
saat itu kurang terencana dari segi sistem serta pelaksanaannya sehingga banyak
kesalah pahaman antara pihak desa dan terkhusus masyarakat kampung gisi.
Hasil intervensi yang dilakukan untuk pengelolaan sampah ini ialah
pembuatan biopori dan kompos. Dalam hal melakukan intervensi ini partisipasi
dari masyarakat sekitarkurang sehingga pembuatan biopori dan kompos dilakukan
oleh tim pengabdian masyarakat dengan dibantu oleh pemilik rumah yang
bersedia dipasang biopori dan kompos.
38
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi menggunakan lembar
kuesioner dapat diketahui masalah kesehatan lingkungan di Desa
Tembeling (RT 002/ RW 003) yaitu pengelolaan sampah, sumber air
bersih, Sistem Pembuangan Air Limbah dan kebiasaan merokok.
2. Dari hasil Musyawarah Masyarakat Desa untuk prioritas masalah
kesehatan lingkungan yaitu pengelolaan sampah. Alternatif dalam
pemecahan masalah ini ialah pemilahan sampah, pembuatan kompos dan
pendauran ulang sampah anorganik.
3. Intervensi yang dilakukan dalam pengelolaan sampah ialah penyuluhan
dengan memberikan informasi melalui penyuluhan tentang pengelolaan
sampah serta melakukan bimbingan teknis pembuatan biopori dan kompos
dengan jumlah warga yang megikuti intervensi ialah 8 orang.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil kegiatan praktik yang dilakukan maka saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :
1. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada
masyarakat Desa Tembeling untuk menjaga sanitasi lingkungan dengan
tidak membakar sampah dan lebih mengelola sampah yang dihasilkan
dengan 3R
2. Perlu dilakukan peningkatan kualitas lingkungan permukiman melalui
kegiatan pengelolaan lingkungan dengan mengaktifkan lagi bank sampah.
3. Diharapkan kepada pemerintah desa untuk menyediakan TPS (Tempat
Pembuangan Sementara) dan pengelolaan sampah di masing-masing RT di
Desa Tembeling.
4. Perlu dilakukan upaya peningkatan peran serta masyarakat melalui
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi melalui pendidikan
sanitasi lingkungan dan kepedulian terhadap kesehatan keluarga dan
39
meningkatkan kualitas peran dan kemandirian masyarakat dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar
5. Penanganan permasalahan sanitasi lingkungan ini tidak mungkin ditagai
sendiri oleh warga tanpa adanya bantan dari pemerintah maupun pihak-
pihak yang berkompeten dalam permasalahan ini. Bantuan tidak hanya
berupa stimulant namun diharapkan lebih dalam bentuk pendampingan dan
pemeberdayaan bagi peningkatan kesadaran akan potensi sendiri serta
peningkatan pengetahuan dn keterampilan dlam memanfaatkan potensi
tersebut.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
DOKUMENTASI
42
Kondisi sanitasi rumah Kondisi sanitasi rumah warga
43
Musyawarah Masyarakat Desa Musyawarah Masyarakat Desa
44
Memasukkan sampah organik Contoh lubang biopori
45
46