Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Lubna Abdau

Kelas : 04TIDMC08
NIM : 2014080153

Tugas Pertemuan 10

POD dan Metode Pelatihan Partisipatif

- Tujuan :
Peserta memahami dan menyadari:
1. Semua warga belajar adalah narasumber
2. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
3. Metode-metode pelatihan Partisipatif
- Kegiatan Belajar :
Kegiatan 1: Diskusi Andragogi VS Pedagogi
Kegiatan 2: Diskusi Metode pelatihan Partisipatis
- Waktu :
(3 JPL)
- Acuan :
Pengalaman berstruktur
Metode Diskusi
Metode Permainan
- Perlengkapan
Kertas plano
Kuda-kuda untuk flip chart
Papan tulis dengan perlengkapannya
Supidol, selotip kertas dan jepitan besar
OHP (Overhead Projector)/Infokus

Kegiatan 1 :
Diskusi Andragogi vs Pedagogi
Tujuan
1. Semua warga belajar adalah narasumber
2. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
Materi
Peserta diajak untuk mendiskusikan ciri-ciri pendidikan orang dewasa
Waktu
1 JPL (45)
Perlengkapan
Infocus, plano, flipcart, spidol
Proses :
1) Bukalah pertemuan dengan memberi salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan
membahas Tema : Teknik Fasilitasi dan dimulai dengan Modul Pendidikan Orang Dewasa
dan uraikan apa yang akan dicapai ,yaitu peserta memahami dan menyadari :
Semua warga belajar adalah narasumber
Pendidikan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi

2) Uraikan kemudian bahwa Modul ini akan dimulai dengan kegiatan belajar 1, yaitu Diskusi
Andragogi vs Pedagogi dan jelaskan apa yang akan dicapai melalui kegiatan ini, yaitu :
Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan mendasar antara
fasilitasi dengan mengajar ( menggurui)
3) Ajaklah peserta untuk berbagi menjadi 3 kelompok diskusi Masing-masing kelompok akan
mendiskusikan gambar/komik Tuan Guru dan Tukang Perahu yang akan dibagikan pada
kelompok.dengan pertanyaan penggerak sebagai berikut:
Apakah cerita ini mungkin terjadi?.
Apa tanggapan anda tentang kedua tokoh tersebut ?
Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ?

4) Setelah diskusi kelompok selesai mintalah masingmasing wakil kelompok


mempresentasikan hasil diskusinya dan ajaklah peserta untuk mengkritisi masing-masing
ide/gagasan yang disampaikan.
Setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang harus dihargai dan
mungkin tidak dimiliki oleh yang lainnya. Karena itu semua orang bisa menjadi sumber
belajar bagi yang lain, dalam proses fasilitasi yang dilakukan adalah proses
membelajarkan (membantu proses belajar) bukan mengajar, dimana semua peserta
adalah subjek dari proses belajar sedangkan objeknya adalah relaitas kehidupan.

5) Ajaklah peserta untuk membahas perbedaan mengajar dengan membelajarkan dengan


mengisi tabel seperti yang sudah disediakan dalam LK 1

6) Bahas bersama, pakailah media bantu sebagai acuan pembahasan apabila diperlukan.
Ciri ciri pendidikan orang dewasa
Belajar dari realitas atau pengalaman : yang dipelajari bukan "ajaran" (teori,
pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya ) dari seseorang atau
sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada
otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan
seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman
langsung, bukan pada retorika teoritik atau "kepintaran" omongannya.
Tidak menggurui : karena itu , tak ada "guru dan tak ada murid yang digurui. Semua
orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah "guru sekaligus murid" pada
saat yang bersamaan.
Dialogis : karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan
lagi proses "mengajar belajar" yang bersifat satu arah, tetapi proses "komunikasi"
dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan
media (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan
terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan
tersebut.

7) Refleksikan bersama hasilnya sehingga ditemukan perbedaan yang hakiki antara andargogi
dan pedagogi , dan beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.
Model pendekatan pendidikan menurut Knowles dapat diklasifikasikan menjadi dua
bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antara pedagogi dan andragogi. Perbedaan
antara kedua pendidikan tersebut, sesungguhnya tidak semata perbedaan "obyek"nya.
Pedagogi sebagai "seni mendidik anak" mendapat pengertian lebih luas dimana suatu
proses pendidikan yang menempatkan obyek pendidikannya sebagai anak anak
walaupun secara biologis mereka sudah termasuk dewasa. Konsekuensi logis dari
pendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai murid yang pasif. Murid
sepenuhnya menjadi obyek suatu proses belajar seperti misalnya : guru menggurui,
murid digurui, guru memilihkan apa yang harus dipelajari, murid tunduk pada pilihan
tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dan seterusnya. Kegiatan belajar
mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting, sementara murid
menjadi bagian pinggiran.
Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan orang dewasa merupakan
pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Di balik
pengertian ini Knowles ingin menempatkan murid sebagai subyek dari sistem
pendidikan. Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif
untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat,
memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu
mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai fasilitator, dan bukan
menggurui. Oleh karena itu relasi antara guru murid bersifat multicommunication
dan seterusnya.

Kegiatan 2
Diskusi Kelompok dan Pleno Metode Pembelajaran
Tujuan
Peserta bisa menerangkan metode dan teknik teknik pelatihan untuk
penyadaran kritis
Peserta mampu memilih metode yang tepat untuk pelatihan
Materi
Peserta diajak melakukan diskusi mengenai metode-metode pelatihan partisipatif serta
kekurangan dan kelebihannya
Waktu
1 JPL (45)
Perlengkapan
Infocus, plano, flipcart, spidol
Proses :
1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 2 dalam Modul ini, yaitu
membahas metode pembelajaran yang cocok untuk pelatihan partisipatif.

2) Tanyakan kepada peserta , selama mengikuti pelatihan (semua peserta pasti pernah
mengikuti pelatihan paling tidak menjadi peserta pelatihan dasar), metode (teknik ) apa
yang pernah dikenal. Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.

3) Bahas bersama bahwa, dalam pelatihan paling tidak metode yang biasa digunakan
adalah :
Tanya jawab
Curah pendapat (Brainstorming)
Ceramah
Diskusi Kelompok
Diskusi Kelompok Terfocus
Penugasan/Praktek
Permainan
Bermain peran
Simulasi
Analisa Kasus

4) Bagi peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian tugaskan setiap kelompok untuk


membahas :
Apa pengertian dari setiap metode?
Untuk tujuan apa kegunaan setiap metode ?
Apa kelebihan dan keuntungan setiap metode ?
Bagaimana efektifitas metode tersebut untuk meningkatkan partisipasi peserta?
Kelompok 1 :
Membahas metode : Tanya jawab, curah pendapat, ceramah dan diskusi kelompok
Kelompok 2 :
Membahas metode diskusi kelompok terfocus, penugasan/praktek, permainan
Kelompok 3:
Membahas metode bermain peran, simulasi, dan analisa kasus.

5) Berikan kesempatan semua kelompok untuk presentasi Bahas hasil diskusi dalam pleno
kelas, kemudian simpulkan bersama dan berikan pencerahan. (gunakan bahan bacaan
sebagai acuan untuk pencerahan).
Metode pembelajaran dipilih biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain :
Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai, apakah pelatihan untuk meingkatkan
pengetahuan, pemahaman, merubah sikap atau meningkatkan keterampilan peserta?
Pemandu mampu memfasilitasi dengan menggunakan metode tersebut.
Peserta belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebut.
Murah, artinya tidak terlalu memakan alat bantu yang banyak
Besarnya kelompok (jumlah peserta) yang difasilitasi
Ketersediaan waktu
Efektifitas partisipasi peserta.

Penggunaan metode metode dalam satu proses belajar bisanya tidak berdiri sendiri, akan
tetapi merupakan gabungan dari beberapa metode. Misalnya Penjelasan atau ceramah selalu
disertai dengan tanya jawab; analisa kasus bisa digabungkan dengan diskusi kelompok dan
sebagainya.
Untuk dapat memilih metode yang tepat Pemandu perlu mengetahui karakteristik dan ranah
belajar dari setiap metode .

Metode metode di atas memiliki karakter dasar yang cenderung merangsang partisipasi.
Tetapi pemilihan metode belum tentu menjamin proses fasilitasi berlangsung secara
partisipatif, karena yang paling penting adalah sikap dan perilaku Pemandu yang tidak
menggurui dan menumbuhkan suasana dialogis di antara peserta dengan peserta dan peserta
dengan Pemandu.Agar proses dialogis terjadi Pemandu harus mampu membangun
kesetaraan, artinya harus menghilangkan sekat sekat sosial dia antara semua peserta dan di
antara Pemandu dengan peserta. Pemandu harus mampu menghancurkan paham bahwa
perannya sebagai Pemandu sarat dengan kekuasaan sehingga peserta dianggap tidak memiliki
tanggung jawab sama sekali terhadap jalannya proses belajar.

Anda mungkin juga menyukai