Anda di halaman 1dari 43

METODE PARTISIPATIF DALAM

PENBERDAYAAN MASYARAKAT
(RRA, PRA, PLA)
Ragam Metode
Pemberdayaan Masyarakat
No Kelompok Metode Ragam Metode Keterangan

1 Tatap Muka Percakapan/dialog, anjang Individual,


sana, anjang karya Kelompok, Massal
pertemuan, ceramah,
diskusi, FGD, RRA, PRA, PLA,
sekolah lapang, pelatihan
pameran

2 Percakapan tak langsung Telepon, TV, Radio, Individual,


Teleconference Kelompok
3 Demonstrasi Demonstrasi cara, Kelompok
demonstrasi hasil,
demonstrasi cara dan hasil
Ragam Metode
Pemberdayaan Masyarakat
No Kelompok Metode Ragam Metode Keterangan

4 Barang cetakan Foto, pamflet, leaflet, folder, Kelompok


brosur, poster, baliho, dll

5 Media massa Surat kabar, tabloid,


majalah, radio, tape
recorder, TV, VCD, DVD

6 Kampanye Gabungan semua metode Media cetak,


yang sudah dijelaskan Media lisan
Ragam Metode Pemberdayaan
Partisipatif Masyarakat
1) RRA (Rapid Rural Appraisal)
2) PRA (Participatory Rural Appraisal) atau
penilaian desa secara partisipatif
3) FGD (Focus Group Discussion) atau
diskusi kelompok terarah
4) PLA (Participatory Learning and Action)
atau proses belajar dan mempraktikkan
secara partisipatif
5) SL atau Sekolah Lapang (Farmers Field
School)
6) Pelatihan Partisipatif
Dari RRA ke PRA ke PLA
• PRA yang berkembang di Indonesia sejak tahun
1990-an, berasal dari Myrada-India
• RRA : Pertengahan Tahun 1970
• PRA : Akhir 1980-an/Awal 1990-an
• PLA : Pertengahan Tahun 1990-an (Tahun 1995)
• Istilah PRA sudah populer, namun kata Rural
harus diganti karena PRA bukan hanya di
pedesaan
RRA (Rapid Rural Appraisal)
• Metode penilaian desa secara cepat, yang
dalam praktiknya lebih banyak dilakukan oleh
“ORANG LUAR” dengan tanpa atau sedikitpun
melibatkan masyarakat setempat.
Cont’d
• RRA menggabungkan beberapa teknik
penilaian, yang terdiri dari :
1) Review/telaahan data sekunder, termasuk
peta wilayah dan pengamatan lapang secara
ringkas
2) Observasi/pengamatan lapang secara langsung
3) Wawancara dengan informan kunci dan
lokakarya
4) Pemetaan dan pembuatan diagram/grafik
Cont’d

5) Studi kasus, sejarah lokal dan biografi


6) Kecenderungan-kecenderungan
7) Pembuatan kuesioner sederhana yang
ringkas
8) Pembuatan laporan lapang secara cepat
Cont’d
• Untuk menjalankan RRA dengan baik prinsip yang
harus diperhatikan, yaitu:
a) Efektivitas dan efisiensi. Kaitannya dengan biaya,
waktu, serta perolehan informasi yang dapat
dipercaya yang dapat digunakan dibanding
sekedar jumlah dan ketepatan serta relevansi
informasi yang dibutuhkan
b) Hindari bias. Dengan cara introspeksi,
mendengarkan, menanyakan secara berulang-
ulang
Cont’d
c) Sumber informasi dengan melibatkan
tim multidisiplin untuk bertanya dalam
beragam perspektif
d) Belajar dari dan bersama masyarakat
e) Belajar cepat melalui eksplorasi, dan
jangan terpaku pada bahan yang telah
disiapkan
PRA (Participatory Rural Appraisal)
• Merupakan penyempurnaan dari RRA.
Berbeda dengan RRA yang dilakukan oleh
‘orang luar’, PRA lebih banyak ‘orang dalam’
yang terdiri dari semua stakeholder dengan
difasilitasi oleh orang luar yang lebih berfungsi
sebagai nara sumber/fasilitator dibanding
sebagai instruktur atau guru yang menggurui.
Cont’d
• PRA senantiasa berkembang, sehingga menurut
Robert Cahmbers (orang yang mempelopori dan
mengembangkan) mendefinisikannya sebagai :
“Sekumpulan pendekatan dan metode yang
mendorong masyarakat (pedesaan) untuk turut
serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan
mereka mengenai hidup dan kondisi masyarakat
sendiri agar dapat membuat rencana dan tindakan”.
Cont’d
Perbandingan antara RRA dengan PRA menurut
Robert Chambers
Perbandingan RRA PRA
Kurun waktu Akhir Tahun 1970-an Akhir tahun 1980-an
perkembangan (awal 1980-an) (Awal Tahun 1990-
an)
Pembaharu Kalangan Universitas Kalangan LSM
Pengguna utama Kalangan Universitas Kalangan LSM
Sumber Pengetahuan Kemampuan
pengetahuan masyarakat setempat masyarakat setempat
Cont’d
Perbandingan RRA PRA
Inovasi ditujukan Metode/teknik Perilaku
pada
Digunakan orang luar Menggali (ekstraktif) Memfasilitasi
untuk partsipasi
Tujuan Pengumpulan data Masyarakat setempat
penelitian
Pelaku utama Orang luar (Peneliti) Pengembangan
kelembagaan dan
tindakan masyarakat
Cont’d
• Tiga pilar (unsur) utama PRA menurut
Robert Chambers, yaitu:
1) Sikap perilaku orang luar yang
seharusnya berperan sebagai fasilitator,
bukan mendominasi ( seperti instruktur,
penyuluh);
Cont’d
2) Metode-metode/teknik-teknik PRA, sebagai
alat untuk mengubah pendekatan searah
(tertutup) menjadi pendekatan multi – arah
(terbuka), pendekatan individu menjadi
pendekatan kelompok, teknik belajar verbal
(misalnya ceramah) menjadi visual, dan teknik
analisa dengan mengukur atau menghitung
menjadi teknik membandingkan.
3) Berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman,
informasi, dan sumberdaya lain, di antara
orang luar dan masyarakat
Prinsip Prinsip PRA
• Beberapa prinsip PRA yang dikembangkan oleh
Robert Chambers, di Indonesia mengalami
perkembangan disesuaikan dengan pengalaman
penerapan PRA di lapangan.
• Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1) Prinsip mengutamakan yang terabaikan
(keberpihakan) : bahwa di masyarakat ada
kelompok masyarakat – biasanya merupakan
bagian terbesar – yang terpinggirkan dan
terabaikan oleh pembangunan. Kelompok
masyarakat yang terabaikan ini harus diutamakan
sebagai pemanfaat dan pemeran pembangunan
Cont’d
2) Prinsip pemberdayaan masyarakat : Pemberdayaan
(empowerment) adalah upaya memperkuat
kemampuan kelompok masyarakat yang lemah
agar bisa mengontrol dan menentukan pilihan di
dalam kehidupannya (otonomi)
Dengan demikian, pemberdayaan berarti mengubah
pola hubungan kekuasaan (power relationship) di
antara kelompok dominan/berkuasa (powerfull) dan
kelompok lemah (powerless) di masyarakat melalui
peningkatan posisi kelompok masyarakat lemah.
cont’d
3) Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar
sebagai fasilitator. ”orang luar” harus
menyadari perannya sebagai Fasilitator dan
bukannya sebagai ”guru”, ”penyuluh”,
”instruktur” bahkan atasan atau penguasa
4) Prinsip santai dan informal : Pihak-pihak yang
bekerja bersama masyarakat, sebaiknya
mengembangkan suasana yang bersifat luwes,
terbuka, tidak memaksa, akrab, dan informal
Cont’d
5) Prinsip – prinsip yang berkaitan dengan
penghargaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan lokal (kearfian lokal) : Prinsip
saling belajar dan menghargai perbedaan:
• Prinsip ini muncul dari kritik terhadap dominasi
ilmu pengetahuan oleh kalangan akademisi
• Orang luar (peneliti sosial dan pihak lain)
seharusnya membantu masyarakat untuk
menyusun pengalaman dan pengetahuan lokal
yang ada
Cont’d
6) Prinsip triangulasi : Untuk membangun ilmu
pengetahuan yang tepat guna bisa menggunakan
triangulasi yang merupakan bentuk ”pemeriksaan
dan pemeriksaan ulang” ( ”check and re-check).
• Triangulasi dilakukan antara lain melalui
penganekaragaman perspektif orang luar
(keragaman disiplin ilmu atau pengalaman),
penganekaragaman perspektif orang dalam
(keragaman latar belakang, golongan masyarakat,
keragaman tempat, jenis kelamin), dan variasi
metode/teknik pembelajaran yang digunakan
Cont’d
7) Prinsip mengoptimalkan hasil : Belajar
bersama masyarakat, bukanlah untuk belajar
itu sendiri, melainkan untuk memperbaiki
kehidupannya yang baik bagi kepentingan
generasi sekarang maupun generasi
selanjutnya
Cont’d
8) Prinsip orientasi praktis : Prinsip
‘orientasi praktis’ adalah mengingatkan
kembali bahwa PRA, bukan hanya
metode dan teknik pengumpulan
informasi, melainkan terintegrasi pada
pengembangan kegiatan (aksi).
Cont’d
 Terdapat tiga (3) agenda utama dalam PRA :
a) pengkajian atau penggalian data
b) pembelajaran kritis
c) pengembangan program aksi
Cont’d
9) Prinsip keberlanjutan dan selang waktu : Belajar
adalah proses yang berlanjut seumur hidup, dari
generasi ke generasi, dari jaman ke jaman.
• PRA bukanlah sebuah ‘paket kegiatan PRA’ yang
selesai setelah kegiatan penggalian informasi
dianggap cukup, dan orang luar yang
memfasilitasi kegiatan pergi dari wilayah sasaran.
• Agen pembangunan mengembangkan proses
pembelajaran agar masyarakat mampu bersikap
adaptif dan inovatif terhadap perubahan yang
terjadi terus menerus
Cont’d
10) Prinsip belajar dari kesalahan : Melakukan
kesalahan adalah sesuatu yang wajar. Yang
penting bukanlah kesempurnaan dalam
penerapan, yang tentu sukar dicapai, tetapi
penerapan sebaik – baiknya sesuai dengan
kemampuan yang ada dan kemudian belajar dari
kekurangan-kekurangan/kesalahan yang terjadi ,
agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih
baik. Satu hal yang paling penting diperhatikan
adalah bahwa belajar dari kesalahan bukanlah
berarti “coba-coba”, melainkan suatu proses
pembelajaran bertahap
11) Prinsip terbuka : Ilmu pengetahuan, teori,
paradigma dan ideologi, teknologi, metode dan
teknik, bukanlah sesuatu yang statis tetapi terus
berkembang. PRA juga bukan sebuah
metodologi pendekatan yang telah selesai ,
sempurna dan pasti benar. Pengayaan
metode/teknik – tekniknya, senantiasa bisa
dikembangkan oleh para praktisinya, artinya PRA
terbuka terhadap adaptasi dan inovasi baru
sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi
muatannya
FGD (Focus Group Discussion) atau
diskusi kelompok terarah
• Awalnya digunakan sebagai teknik wawancara
pada penelitian kualitatif yang berupa “in depth
interview” kepada kelompok informan secara
terfokus.
• FGD merupakan interaksi individu-individu
(sekitar orang) yang tidak saling mengenal yang
dipandu oleh seorang pemandu/moderator
diarahkan untuk mendiskusikan pemahaman dan
atau pengalamannya tentang sesuatu program
atau kegiatan yang diikuti dan atau dicermatinya.
Cont’d
• FGD dirancang dalam beberapa tahapan, yaitu:
• Perumusan kejelasan tujuan FGD
a) Persiapan pertanyaan yang akan ditanyakan
b) Identifikasi dan pemilihan partisipan
c) Persiapan ruangan diskusi
d) Pelaksanaan diskusi
e) Analisis data (hasil diskusi)
f) Penulisan laporan, termasuk transkrip diskusi,
rekaman suara, foto dll
PLA (Participatory Learning and
Action)
• PLA merupakan ‘payung’ dari metode-metode
partisipatif seperti, RRA, PRA, PAR
(participatory action research) dan PALM
(participatory learning method).
• PLA merupakan bentuk baru dari metode
pemberdayaan masyarakat yang dahulu
dikenal sebagai “learning by doing” atau
belajar sambil bekerja
Manfaat PLA
a) Segala sesuatu yang tidak mungkin dapat
dijawab oleh “orang luar”;
b) Masyarakat setempat akan memperoleh
banyak pengetahuan yang berbasis pada
pengalaman yang dibentuk dari lingkungan
kehidupannya yang sangat kompleks;
Cont’d
c) Masyarakat akan melihat bahwa masyarakat
setempat lebih mampu untuk mengemukakan
masalah dan solusi yang tepat dibanding orang
luar;
d) Melalui PLA, orang luar dapat memainkan
peran penghubung antara masyarakat setempat
dengan lembaga lain yang diperlukan. Di
samping itu, narasumber dapat menawarkan
keahlian tanpa harus memaksakan
kehendaknya.
Prinsip PLA
a) PLA merupakan proses belajar secara
berkelompok yang dilakukan oleh semua
pemangku kepentingan (stakeholders) secara
interaktif dalam suatu proses analisis bersama;
b) Multi perspective, yang memcerminkan
beragam interprestasi pemecahan masalah yang
rill yang dilakukan oleh para pihak yang beragam
dan berbeda cara pandangnya;
c) Spesifik lokasi, sesuai dengan kondisi para pihak
yang terlibat;
SL atau Sekolah Lapang (Farmers Field
School)
• SL/FFS merupakan kegiatan pertemuan berkala
yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat pada
satu tempat tertentu, yang diawali dengan
membahas masalah yang sedang dihadapi,
kemudian diikuti dengan curah pendapat, berbagi
pengalaman (sharing), tentang alternatif dan
pemilihan cara-cara pemecahan masalah yang
paling efektif dan efisien sesuai dengan sumber
daya yang dimiliki.
• Sebagai suatu kegiatan belajar-bersama, SL/FFS
biasanya difasilitasi oleh fasilitator atau
narasumber yang berkompeten
Pelatihan Partisipatif
• Sejak awal dasawarsa 1990-an mulai banyak
dikembangkan kegiatan Pelatihan Partisipatif.
• Berbeda dengan kegiatan pelatihan
konvensional, Pelatihan Partisipatif dirancang
sebagai implementasi metode pendidik orang
dewasa (POD), dengan ciri utama:
a) Hubungan instruktur/fasiltator dengan
peserta didik tidak lagi bersifat vertikal tetapi
bersifat lateral/horizontal;
Cont’d
b) Lebih mengutamakan proses dari pada hasil,
dalam arti, keberhasilan pelatihan tidak diukur
dari seberapa banyak terjadi alih pengetahuan,
tetapi seberapa jauh terjadi interaksi atau
diskusi dan berbagai pengalaman (sharing)
antara sesama peserta maupun antara fasilitator
dan pesertanya.
Cont’d
• Substansi materi pelatihan selalu mengacu
kepada kebutuhan peserta. Karena itu,
sebelum pelatihan dilaksanakan, selalu diawali
dengan kontrak belajar, yaitu kesepakatan
tentang substansi materi, urut-urutan, tata
waktu dan tempat
Prinsip Metode Pemberdayaan
Masyarakat
1) Pengembangan untuk berpikir
• Melalui pemberdayaan masyarakat, bukanlah
dimaksudkan agar masyarakat penerima manfaat selalu
menggantungkan diri kepada petunjuk, nasehat, atau
bimbingan penyuluhannya.
• Tetapi sebaliknya, melalui pemberdayaan masyarakat
harus mampu dihasilkannya masyarakat yang mampu
dengan upayanya sendiri mengatasi masalah-masalah
yanh dihadapi, serta mampu mengembangkan
kreativitasnya untuk memanfaatkan setiap potensi dan
peluang yang diketahuinya untuk terus menerus dapat
memperbaiki mutu hidupnya.
Cont’d
2) Tempat yang Paling Baik adalah di Tempat
Kegiatan Penerima Manfaat
• Oleh sebab itu, dalam banyak kasus, kegiatan
pemberdayaan masyarakat sebaiknya
dilaksanakan dengan menerapkan metode-
metode yang dapat dilaksanakan di
lingkungan pekerjaan (kegiatan) penerima
manfaatnya.
Cont’d
3) Setiap Individu Terikat dengan Lingkungan
Sosialnya
• Sebagai mahluk sosial, setiap individu akan selalu
berperilaku sesuai dengan kondisi lingkungan
sosialnya, atau setidak-tidaknya akan selalu
berusaha menyesuaikan diri dengan perilaku
orang-orang di sekitarnya.
• Karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat
akan lebih efisien jika diterapkan hanya kepada
beberapa warga masyarakat, terutama yang diakui
oleh lingkungannya sebagai “panutan” yang baik
Pendekatan Memilih Metode
Pemberdayaan Masyarakat
1) Tiga cara pendekatan yang dapat juga
diterapkan dalam pemilihan metode
pemberdayaan masyarakat, yaitu didasarkan
pada :
Media yang digunakan;
Sifat hubungan antara fasilitator dan
penerima manfaatnya;
Pendekatan psiko-sosial yang dikaitkan
dengan tahapan adopsinya
Cont’d
2. Metode Pemberdayaan Masyarakat sebagai Kegiatan
Pendidikan Orang Dewasa
• Oleh sebab itu, proses pemberdayaan masyarakat
harus dibebaskan dari upaya-upaya menciptakan
ketergantungan atau bentuk-bentuk penindasan
“baru”.
• Artinya, melalui pemberdayaan, penerima manfaat
harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
menyampaikan pengalaman dan mengembangkan
daya nalarnya, sehingga di dalam proses
pemberdayaan tersebut kedudukan fasilitator (sebagai
pendidik) dan penerima manfaat (yang dididik) berada
dalam posisi yang setara

Anda mungkin juga menyukai