Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“METODE PARTICIPATORY RURAL APPRASIAL (RRA)”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1

AFRIZAL RAHMAN ( 811417163 )

PUTRI PARAMYTA R. ADAM ( 811417124 )

SITI FATIMAH ( 811417067 )

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya,sehingga makalah dengan Judul METODE PARTICIPATORY RURAL
APPRASIAL (PRA) ini dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini dimaksudkan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan dan Pengorganisasian
Masyarakat.
Sehubungan dengan penyelesaian penyusunan makalah ini, dengan rasa
rendah hati disampaikan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak
yang terlibat, semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Aamiin.
Disadari bahwa makalah ini masih memiliki banya kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan
makalah ini. Semoga paper ini dapat bermanfaat.

Gorontalo, November 2018

Kelompok I

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan ........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode RRA / PRA Secara Harfiah ........................................3
2.2 Pemahaman yang benar mengenai kedua istilah RRA / PRA ...................4
2.3 Dikembangkannya metode partisipatif semacam RRA/PRA ..................5
2.4 Tujuan yang diperoleh Dengan Menggunakan Metode RRA ...................6
2.5 Sikap dan Perilaku Fasilitator RRA/ PRA yang partisipatif .....................7
2.6 Peran dan Tugas Tim Fasilitator RRA/PRA ..............................................9
2.7 Prinsip-prinsip utama metode RRA/PRA .................................................10
2.8 keterbatasan dan konsekuensi penggunaan metode RRA/PRA ................10
2.9 Alat yang digunakan dalam RRA .............................................................11
2.10 Studi Kasus RRA ....................................................................................12
2.11 Perbedaan RRA dan PRA .........................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................15
3.2 Saran ..........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan
memperkuat kemempuan masyarakat untuk terus terliabat dalam proses
pembanguanan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat
menyelaisaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara
bebas (independent) dan mandiri. Pross pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
membantu masyarakat untuk mengembngkan kemampuanya sendiri sehingga bebas
dan mampu mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan ,aksesibilitas
terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodatif.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam pembangunan
secara psrtisipatif kiranya sanagat sesuai dan dapat dilandasi untuk mengantisipasi
timbulnya perubahan-perubahan dalam masyarakat beserta lingkaungan strategisnya.
Sebagai konsep dasar pembanguanan pastisipatif adalah melakukan upaya
pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri sehingga
masyarakat itu mampu untuk berkembng dan mengatasi permasalahnya secara
mandiri,berkesinambungan dan berkelanjutan.
Dalam pemberdayaan masyarakat, seorang pemberdaya harus
menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat dan memperlakukan masyarakat
sesuai dengan moral, dan memandang warga sebagai subyek yang mempunyai hak
untuk mengatur kehidupan mereka serta mempunyai keinginan dan kemampuan
untuk berbuat demikaian. Pemberdaya wajib untuk memahami masyarakat dan
mendampingi secara mental dan inteletual dalam usaha perbaikan yang mereka
dambakan. Denga demikian dalam pemberdayaan masyarakat tidak lepas dari
masalah evaluasi. Untuk melaksanakan evaluasi apakah proyek/pembedayaan yang
telah dilakukan selama jangka waktu tertentu sudah mendatangkan perbaikan sesuai
yang diharapkan warga masyarakat, maka harus dilakukan suatu penelitian. Dua

1
metode penelitian evaluatif yang bersifat bottom-up adalah rapid rural
appraisal(PRA), dan participatory rural appraisial ( PRA).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pengertian Metode RRA / PRA Secara Harfiah ?
2. Apa isi Pemahaman yang benar mengenai kedua istilah RRA / PRA ?
3. Apa Alasan dikembangkannya metode partisipatif semacam RRA/PRA ?
4. Apa Tujuan yang diperoleh Dengan Menggunakan Metode RRA ?
5. Bagaimana Sikap dan Perilaku Fasilitator RRA/ PRA yang partisipatif ?
6. Apa Peran dan Tugas Tim Fasilitator RRA/PRA ?
7. Bagaimana Prinsip-prinsip utama metode RRA/PRA ?
8. Apa saja keterbatasan dan konsekuensi penggunaan metode RRA/PRA ?
9. Apa saja Alat yang digunakan dalam RRA ?
10. Bagaimana Studi kasus RRA ?
11. Apa Perbedaan RRA dan PRA ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Metode RRA / PRA Secara Harfiah ?
2. Mengetahui Pemahaman yang benar mengenai kedua istilah RRA / PRA ?
3. Mengetahui dikembangkannya metode partisipatif semacam RRA/PRA ?
4. Mengetahui Tujuan yang diperoleh Dengan Menggunakan Metode RRA ?
5. Mengetahui Sikap dan Perilaku Fasilitator RRA/ PRA yang partisipatif ?
6. Mengetahui Tim Fasilitator RRA/PRA ?
7. Mengetahui Prinsip-prinsip utama metode RRA/PRA ?
8. Mengetahui keterbatasan dan konsekuensi penggunaan metode RRA/PRA ?
9. Mengetahui Alat yang digunakan dalam RRA ?
10. Mengetahui Studi kasus RRA ?
11. Mengetahui Perbedaan RRA dan PRA ?

BAB II
PEMBAHASAN
Metode RRA / PRA
2
2.1 Pengertian Metode RRA / PRA Secara Harfi
Secara harfiah metode ini dapat diartikan sebagai: “pengkajian pedesaan dan atau
pesisir secara partisipatif “.
Definisi Participatory Rural Apprasial ( PRA ) adalah suatu metode
pendekatan dalam proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat,
yang mengutamakan pada keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan
pembangunan dan peningkatan kemandirian maupun kekuatan internal
masyarakat.
Sedangkan definisi Rapid Rural Appraisal ( RRA ) RRA adalah metode
kegiatan yang mempelalajari pedesaan secara cepat dan intensif untuk
memperoleh informasi yang baru dalam waktu yang terbatas dan dilakukan oleh
kelompok kecil yang menggunakan beberapa metode,alat dan teknik tertentu

Pengertian Metode RRA/PRA


 Robert Chambers
Menurut Robert Chambers (yang mengembangkan metode ini) mengartikan
sebagai : sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat
pedesaan dan atau pesisir untuk turut serta meningkatkan dan mengkaji
pengetahuan mereka mengenai hidup dan keadaan mereka sendiri agar meraka
dapat menyusun rencana dan tindakan pelaksanaannya.
 James Beebe
Menurut James Beebe (1995), metoda RRA menyajikan pengamatan yang
dipercepat yang dilakukan oleh dua atau lebih pengamat atau peneliti, biasanya
dengan latar belakang akademis yang berbeda. Metoda ini bertujuan untuk
menghasilkan pengamatan kualitatif bagi keperluan pembuat keputusan untuk
menentukan perlu tidaknya penelitian tambahan dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan. Metoda RRA memiliki tiga konsep dasar yaitu;
1) perspektif sistem, 3
2) triangulasi dari pengumpulan data,
3) pengumpulan data dan analisis secara berulang-ulang (iterative)
 Somesh Kumar (1991)
RRA dapat diringkas dalam 2 KATA, yaitu REAL-LEARN, yang mencakup
aspek-aspek berikut:
1) Respect the people (menghormati masyarakat)
2) Encourage people to share ideas (mendorong masyarakat untuk
mengeluarkan dan berbagi gagasan/pendapat)
3) Ask question (ajukan pertanyaan)
4) Listen carefully (mendengar dengan penuh perhatian). # Review (mengkaji
ulang),
5) Notes (membuat catatan)

2.2 Pemahaman yang benar mengenai kedua istilah RRA / PRA


1. Metode ini bukan sekedar pengkajian, melainkan melibatkan masyarakat
dalam keseluruhan proses kegiatan sejak mulai mengenal kebutuhan,
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan sampai mengevaluasi kegiatan
2. Metode ini juga bukan saja untuk masyarakat pedesaan, melainkan juga
untuk perkotaan dan termasuk juga masyarakat pantai atau masyarakat
pesisir.
3. Metode ini bukan hanya masyarakat yang ikut-serta terhadap kegiatan
“orang luar”, melainkan sebaliknya.
Metoda RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam
waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus diambil
segera. Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan sebelum
adanya kegiatan pengumpulan semua informasi di daerah sasaran. Konsekuensinya,
banyak program pembangunan yang gagal atau tidak dapat diterima oleh kelompok
sasaran meskipun program-program tersebut sudah direncanakan dan dipersiapkan
4
I
secara matang, karena masyarakat tidak diikutsertakan dalam penyusunan prioritas
dan pemecahan masalahnya.
Pada dasarnya, metoda RRA merupakan proses belajar yang intensif untuk
memahami kondisi perdesaan, dilakukan berulang-ulang, dan cepat. Untuk itu
diperlukan cara kerja yang khas, seperti tim kerja kecil yang bersifat multidisiplin,
menggunakan sejumlah metode, cara, dan pemilihan teknik yang khusus, untuk
meningkatkan pengertian atau pemahaman terhadap kondisi perdesaan. Cara kerja
tersebut tersebut dipusatkan pada pemahaman pada tingkat komunitas lokal yang
digabungkan dengan pengetahuan ilmiah. Komunikasi dan kerjasama diantara
masyarakat desa dan aparat perencana dan pelaksana pembangunan (development
agent) adalah sangat penting, dalam kerangka untuk memahami masalah-masalah di
perdesaan. Di samping itu, metoda RRA juga berguna dalam memonitor
kecenderungan perubahan-perubahan di perdesaan untuk mengurangi ketidakpastian
yang terjadi di lapangan dan mengusulkan penyelesaian masalah yang
memungkinkan.

2.3 Alasan dikembangkannya metode partisipatif semacam RRA/PRA


1. Adanya kelemahan pendekatan “dari atas”, dimana terdapat :
• Ketidakselarasan antara Peneliti dan Perencana dengan pelaksanaan
kegiatan.
• Dari kenyataan selama ini bahwa Masyarakat hanya sekedar sebagai
Pelaksana, tidak merasa sebagai pemilik program kegiatan, dan tidak
melanjutkannya apabila program itu selesai.
Dengan kata lain bahwa dengan pendekatan “ Top Down Planning” yaitu
Ketidakselarasan Peneliti dan Perencana dengan Pelaksana; Masyarakat sekedar
Pelaksana, bukan pemilik;
2.Munculnya pemikiran tentang pendekatan pembangunan “dari bawah”, yang mana:
• Pendekatan ini benar-benar melibatkan masyarakat dalam keseluruhan proses;
5
bukan hanya dalam pelaksanaan.
• Lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan masyarakat merasa memiliki
program kegiatan yang diberikan. Atau dengan bahasa lain, adalah karena muncul
pendekatan “Bottom up Planning” maka proses pelibatan masyarakat secara
“overall”; Self assesment dan self belongingness.
2.4 Tujuan yang diperoleh Dengan Menggunakan Metode RRA
Ada 2 (dua) tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1. Tujuan Jangka Pendek: yaitu melaksanakan kegiatan bersama masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan praktis dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2. Tujuan Jangka Panjang adalah untuk mencapai pemberdayaan masyarakat
dan perubahan sosial dengan pengembangan masyarakat melalui proses
pembelajaran.
Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang
memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan
menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta
membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996). Beberapa prinsip dasar yang
harus dipenuhi dalam metode PRA anatar lain adalah : saliang belajar dan berbagi
pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai
fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan
keberlanjutan program (Rochdyanto, 2000). Metode tersebut dipandang telah
memiliki teknis-teknis yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa
keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PRA
memang bercita-cita menjadikan masyarakatmenjadi peneliti, perencana, dan
pelaksana pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. Tekanan aspek
penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh, namun pada nilai praktis untuk
pengembangan program itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat
memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat.
I 6
Selain itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan
program dengan kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability)
program dapat terjamin.

2.5 Sikap dan Perilaku Fasilitator RRA/ PRA yang partisipatif


Tim PRA/RRA adal sebuah tim “peneliti” yang dibentuk untuk memfasilitasi
proses pengkajian keadaan wilayah (penerapan PRA/RRA), disuatu lokasi yang akan
atau sudah dilakukan program pedampingan. Dalam melaksanakan tugas sebagai
Fasilitator PRA/RRA di lapangan, tim ini perlu mengembangkan sikap dan prilaku
yang sesuai dengan prinsip-prinsip PRA/ RRA yaitu :
• Bersikap sabar : jika kurang sabar meilhat proses yang kurang lancar lalu
mengambil alih proses itu, berarti kita mengambil alih kesempatan belajar
masyarakat. Biasanya pada proses yang partisipatif, proses akan sulit pada tahap-
tahap awal karena susana belum cukup cair. Tetapi proses selanjutnya akan sangat
hidup apabila fasilitator terus bersabar dalam mendorong proses partisipasi
masyarakat.
• Mendengarkan dan tidak mendominasi : Karena pengalaman dari masyarakat
yang paling penting dalam pembelajaran, fasilitator perlu lebih banyak
mendorong mereka untuk mengungkapkan pengalaman dan pendapatnya.
Fasilitator jangan terlalu banyak berbicara.
• Saling Belajar dan saling menghargai : Cara menghargai masyarakat adalah
dengan menunjukkan minat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan
pengalaman mereka. Seorang fasilitator yang baik, tidak menganggap
pengetahuan dan pengalamannya lebih unggul dari masyarakat, melainkan
menganggap masyarakat juga memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
berharga. Fasilitator perlu memiliki semangat untuk belajar dari masyarakat
karena selalu terdapat banyak hal yang bisa dipelajari dari orang lain.
• Bersikap sederajat dan akrab : Hubungan dengan masyarakat sebaiknya
dilakukan secara tidak resmi, akrab dan santai sehingga
7
suasana kesederajadan dapat tercipta. Masyarakat akan mempelajari lebih banyak
kalau mereka merasa nyaman dengan tim fasilitator. Sebaiknya kita menghindari
adanya “jarak” atau “perbedaan” antara Tim Fasikitator dan peserta.
• Tidak menggurui : Proses belajar berlangsung dengan metode pendidikan orang
dewasa. Orang dewasa memiliki pengalaman dan pendirian. Karena itu, fasilitator
tidak akan berhasill apabila sikap guru yang serba tahu. Sebaiknya kita belajar
dengan saling berbagi pengalaman agar diperoleh pemahaman yang kaya.
• Tidak memihak dan mengkiritik secara frontal: Perbedaan pendapat selalu
bisa muncul sesama anggota masyarakat. Fasilitator tidak boleh menilai dan
mengkritik semua pendapat secara frontal, juga tidak boleh bersikap memihak.
Secara netral fasilitator mesti berusaha memfasilitasi komunikasi antara
masyarakat yang berbeda pendapat untuk mencari kesepakatan dan jalan
keluarnya.
• Bersikap terbuka dan rendah hati : Fasilitator jangan segan untuk berterus
terang kalau meraa kurang mengetahui sesuatu. Dari contoh ini masyarakat juga
bisa memiliki sikap terbuka kepada kita. Biasakan agar masyarakat mengakui
bahwa setiap orang punya pengalaman , pengetahun dan kemampuan serta tidak
mungkin tahu segalanya.
• Bersikap positif : Seorang fasilitator sebaiknya selalu membangun suasana yang
positif. Pelatihan seperlunya dilakukan untuk mendorong masyarakat mencari
potensi diri sendiri. Jangan memperdebatkan permasalan untuk mencari kesalahan
seseorang, tetapi carilah jalan keluarnya. Doronglah masyarakat untuk melihat
masalah sebagai tantangan.

2.6 Peran dan Tugas Tim Fasilitator RRA/PRA


Dalam kegiatan pengkajian keadaan wilayah (penerapan PRA/RRA), fasilitator
8
akan menggunakan teknik-teknik PRA/RRA sebagai alat diskusi dengan masyarakat,
misalnya seperti :
1) Mengembangkan rancangan pengkajian wilayah
2) Mengembangkan alat-alat pengkajian wilayah / penerapan PRA.
3) Menyampaikan tujuan pengkajian kepada masyarakat
4) Menyampaikan cara dan proses pengkajian kepada masyarakat’
5) Memfasilitasi kegiatan pengkajian berasama masyarakat
6) Mengalihkan keterampilan menganalisis kepada masyarakat.
7) Mengalihkan peran fasilitator,sedikit demi sedikit kepada masyarakat,
8) Menengahi perbedaan pendapat dan perselisihan
9) Memfasilitasi perencanaan kegiatan
10) Menyusun hasil pengkajian untuk laporan
11) Menyampaikan hasil pengkajian guna ditindaklanjuti.

2.7 Prinsip-prinsip utama metode RRA/PRA


Sedikitnya ada 5 (lima) prinsip utama metode RRA/PRA yaitu :
• Partisipatif : masyarakat setempat diperlakukan sebagai mitra dalam
pengumpulan dan analisis data;
• Luwes : bukan sebagai metode baku, tergantung pada tujuan, sumberdaya,
keterampilan, keahlian dan waktu;
• Bekerjasama: antara pihak luar dan masyarakat, laki-laki maupun
perempuan, dan gabungan berbagai bidang disiplin ilmu;
• Hemat : menghemat biaya dan waktu, tetapi memadai untuk analisis dan
perencanaan;
• Sistematis: pengambilan sampel ter-strata agar memperbesar tingkat
keabsahan dan kepercayaan; untuk memeriksa ulang hasil survei dasar.

2.8 Keterbatasan Dan Konsekuensi Penggunaan Metode Rra/Pra


Ada beberapa keterbasan dalam penggunaan metode ini antara lain:
9I
1) Menimbulkan harapan yang berlebihan pada diri masyarakat padahal campur
tangan pihak luar mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan mendesak
masyarakat.
2) Keinginan untuk memperoleh data kuantitatif yang dapat dihitung secara
stattistis.
3) Keinginan untuk memiliki cara yang telah ditetapkan.
4) Tingkat kepercayaan atas hasil PRA/RRA mungkin masih dianggap kurang
meyakinkan. Dan lainnya.

2.9 Alat yang digunakan dalam RRA


1. OBSERVASI/PENGAMATAN SECARA LANGSUNG ALAT YANG
DIGUNAKAN ADALAH:
1) HATI; untuk membangun empati dan menjaga perilaku;
2) PERASAAN; untuk menjaga perasaan dan kepekaan orang lain
3) MULUT; untuk tegur sapa, silaturahmi, menguak informasi dengan
santun • MATA; untuk memperhatikan apa yang terjadi sekitar
4) KUPING; untuk mendengarkan dengan sabar yang disampaikan oleh
masyarakat
5) HIDUNG; untuk menjaga kepekaan aroma udara sekitar
6) KAKI; untuk bergerak aktif mendekati apa yang dicari, tidak
berdiam diri
7) TANGAN; untuk membangun keakraban dengan jabat tangan dan
melambai tanda penghormatan
2. WAWANCARA yaitu mencari data/informasi wilayah secara umum secara
cepat, murah, dan obyektif dengan membangun rasa kepercayaan sebelumnya
Alat ang digunakan adalah :.
1) Buku catatan kecil
2) Polpen/pensil
10
3) Rekaman, jika diperlukan dan memungkinkan
4) Daftar pertanyaan
3. ALAT
Adapun alat-alat yang dipakai dalam Rapid Rural Appraisal dan Participatory
Rural Appraisal adalah sebagai berikut :
1) Peta Udara
2) Transet Map – berupa peta yang dibuat secara free hand
3) Quesioner / daftar pertanyaan seputar data yang hendak dicari
4) Diagram kecenderungan / trend diagram, yang menampilkan
perkembangan suatu variable pada desa, contohnya seperti produk
pertanian yang selanjutnya dapat ditentukan kecenderungannya naik
atau turun.
5) Penelusuran alur sejarah desa
6) Peta sumberdaya alam desa, mengenai potensi sumberdaya alam serta
permasalahannya, terutama sumberdaya pertanian.
7) Peta khusus ( topical ) yang digunakan untuk menggali aspek tertentu
dalam sebuah wiayah seperti pertanian, kehutanan, kemasyarakatan,
pendidikan, kesehatan dll. Yang dikaji adalah berbagai sumberdaya
yang ada, berbagai masalah, serta harapan-harapan masyarakat
mengenai keadaan tersebut.
8) Kalender Musim

2.10 Studi kasus RRA


Permasalahan utama yang mengemuka di desa Karang Tengah adalah
rendahnya penghasilan masyarakat yang disebabkan sempitnya lahan garapan
pertanian, rendahnya harga jual, dan disamping itu sistem bercocok tanam selain
padi sawah tidak dilakukan secara intensif dengan pola produksi yang belum mantap.
Masalah yang cukup menonjol dalam bidang sosial adalah rendahnya kualitas sumber
daya manusia, yang diukur dari tingkat pendidikan, 90 % masyarakat tamat Sekolah
11
Dasar sejak tahun 1982 (sebelum tahun 1982 sebagian masyarakat tidak tamat SD
karena tidak ada fasilitas pendidikan), tamatan SMP kurang lebih 10%, disamping itu
sulitnya transportasi menyebabkan kurangnya keinginan masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi, sejalan dengan itu pula
penduduk usia sekolah sudah diharuskan membantu orang tuanya untuk menambah
ekonomi keluarga. Masuknya nilai-nilai budaya luar yang tidak bisa disaring sangat
mempengaruhi perilaku generasi penerus, yang menyebabkan berkurangnya inisiatif
dan kreatifitas seperti, gotong royong, kegiatan yang bermanfaat dibidang ekonomi,
agama, pelestarian alam, SDM, dll.

2.11 Perbedaan RRA dan PRA

No KRITERIA RRA PRA

1 Kurun waktu perkembangan Akhir 1970-an Akhir 1980-an

2 Pihak yang mengembangkan Perguruan Tinggi Organisasi non-


pemerintah ( LSM )

3 Pengguna utama Lembaga


12 Donor, Organisasi non-
Perguruan Tinggi pemerintah, organisasi
lapang pemerintah

4 Potensi sumber informasi Pengetahuan Kemampuan masyarakat


masyarakat setempat

5 Titik berat pengembangan Metodologi Perilaku


6 Titik berat pengguna Elicitif, penggalian Fasilitasi, partisipatif

7 Tujuan utama Belajar melalui orang Pemberdayaan


luar masyarakat setempat

8 Hasil jangka panjang Perencanaan, proyek, Kelembagaan dan


publikasi tindakan masyarakat
yang berkelanjutan

Contoh penggunaan metode RRA seperti yang dilakukan oleh Sosekling SDA
(2011) Uji Model Perencanaan Sosial – Ekonomi Penggunaan Air Irigasi Secara
Hemat. Kegiatan ini bertujuan untuk penyempurnakan konsep pedoman rekayasa
sosial irigasi hemat air yang sebelum dipergunakan sebagai pedoman atau petunjuk
teknis untuk keperluan percepatan pengelolaan irigasi hemat air.

Kegiatan ini dikategorikan sebagai bagian dari penelitian kebutuhan


masyarakat (participatory research) dan13penelitian kebijakan. Penelitian partisipasi
dan kebijakan adalah penelitian semi-formal sehingga tidak terfokus pada sampling
yang kaku dan daftar pertanyaan yang terpola, lebih fleksibel yaitu dapat berubah
segera bila tidak sesuai dengan situasi di lapangan. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, karena akan melakukan lebih banyak interaktif dengan fakta
yang akan diteliti, instrumentnya adalah peneliti yang dapat menyesuaikan dengan
lingkungan penelitian, sehingga peneliti mampu menangkap fenomena dan
keakuratan informasi, pengumpulan data lebih menekankan kepada wawancara dan
observasi, mengembangkan / menciptakan dan menemukan konsep yang barangkali
belum ada /menciptakan kesimpulan dibuat berdasarkan interpretasi data oleh
peneliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode RRA


(Rapid Rural Appraisal) dan metode PRA (Participatory Rural Appraisal).
Penggunaan metode RRA karena Tim Peneliti Balai Sosial-Ekonomi bidang Sumber
Daya Air berkeinginan memperoleh informasi secara cepat dalam pemahaman suatu
masalah serta mencari pemecahannya dan digunakan untuk penelitian di pedesaan,
khususnya dalam Uji Coba Perencanaan Sosial-Ekonomi Penggunaan Air Irigasi
Secara Hemat.

BAB III

PENUTUP
14
3.1 Kesimpulan

1. Definisi Participatory Rural Apprasial ( PRA ) adalah suatu metode


pendekatan dalam proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi
masyarakat, yang mengutamakan pada keterlibatan masyarakat dalam
keseluruhan kegiatan pembangunan dan peningkatan kemandirian maupun
kekuatan internal masyarakat.
Sedangkan definisi Rapid Rural Appraisal ( RRA ) RRA adalah metode
kegiatan yang mempelalajari pedesaan secara cepat dan intensif untuk
memperoleh informasi yang baru dalam waktu yang terbatas dan dilakukan
oleh kelompok kecil yang menggunakan beberapa metode,alat dan teknik
tertentu
2. Metoda RRA digunakan untuk pengumpulan informasi secara akurat dalam
waktu yang terbatas ketika keputusan tentang pembangunan perdesaan harus
diambil segera. Dewasa ini banyak program pembangunan yang dilaksanakan
sebelum adanya kegiatan pengumpulan semua informasi di daerah sasaran
3. Adanya kelemahan pendekatan “dari atas”, dimana terdapat :
- Ketidakselarasan antara Peneliti dan Perencana dengan pelaksanaan
kegiatan.
- kenyataan selama ini bahwa Masyarakat hanya sekedar sebagai Pelaksana,
tidak merasa sebagai pemilik program kegiatan, dan tidak melanjutkannya
apabila program itu selesai.
4. Adanya kelemahan pendekatan “dari atas”, dimana terdapat :
- Ketidakselarasan antara Peneliti dan Perencana dengan pelaksanaan
kegiatan.
- Dari kenyataan selama ini bahwa Masyarakat hanya sekedar sebagai
Pelaksana, tidak merasa sebagai pemilik program kegiatan, dan tidak
melanjutkannya apabila program itu selesai.
5. Bersikap sabar , Mendengarkan dan tidak mendominasi, Saling Belajar dan
saling menghargai Bersikap sederajat
15 dan akrab, Tidak menggurui, Tidak
I
memihak dan mengkiritik secara frontal, Bersikap terbuka dan rendah hati,
Bersikap positif .
6. Dalam kegiatan pengkajian keadaan wilayah (penerapan PRA/RRA),
fasilitator akan menggunakan teknik-teknik PRA/RRA sebagai alat diskusi
dengan masyarakat, misalnya seperti :

- Mengembangkan rancangan pengkajian wilayah


- Mengembangkan alat-alat pengkajian wilayah / penerapan PRA.
- Menyampaikan tujuan pengkajian kepada masyarakat
- Menyampaikan cara dan proses pengkajian kepada masyarakat’
- Memfasilitasi kegiatan pengkajian berasama masyarakat
- Mengalihkan keterampilan menganalisis kepada masyarakat.
- Mengalihkan peran fasilitator,sedikit demi sedikit kepada masyarakat,
- Menengahi perbedaan pendapat dan perselisihan
- Memfasilitasi perencanaan kegiatan
- Menyusun hasil pengkajian untuk laporan
- Menyampaikan hasil pengkajian guna ditindaklanjuti.
7. Sedikitnya ada 5 (lima) prinsip utama metode RRA/PRA yaitu :
- Partisipatif : masyarakat setempat diperlakukan sebagai mitra dalam pengumpulan
dan analisis data;
- Luwes : bukan sebagai metode baku, tergantung pada tujuan, sumberdaya,
keterampilan, keahlian dan waktu;
- Bekerjasama: antara pihak luar dan masyarakat, laki-laki maupun perempuan, dan
gabungan berbagai bidang disiplin ilmu;
- Hemat : menghemat biaya dan waktu, tetapi memadai untuk analisis dan
perencanaan;
- Sistematis: pengambilan sampel ter-strata agar memperbesar tingkat
keabsahan dan kepercayaan; untuk memeriksa ulang hasil survei dasar.
8. Ada beberapa keterbasan dalam penggunaan
16 metode ini antara lain:
- Menimbulkan harapan yang berlebihan pada diri masyarakat padahal
campur tangan pihak luar mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan
mendesak masyarakat.
- Keinginan untuk memperoleh data kuantitatif yang dapat dihitung secara
stattistis.
- Keinginan untuk memiliki cara yang telah ditetapkan.
- Tingkat kepercayaan atas hasil PRA/RRA mungkin masih dianggap
kurang meyakinkan. Dan lainnya.
9. Observasi/pengamatan secara langsung alat yang digunakan, wawancara, alat.

3.2 Saran
Sebaiknya dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat harus dilakukan
berdasarkan tahapan-tahapan yang benar agar pada saat melaksanakan lebih mudah
dan keberhasilanya dapat terjamin. Selain pemilihan metode yang tepat juga dapat
mempengaruhi keberhasilan pemberdayaan masyarakat, maka dari itu pilihlah metode
yang tepat dan mempertimbangkan keadaan masyarakat.

Daftar Pustaka

17 dan Metode PRA Dalam Pelaksanaan


AR.Noor; “Community Need Assessment
Penilaian Kondisi Desa Pesisir Secara Partisipatip, PPNPS – Jakarta, 2003
AR.Noor., “Problem Tree (Pohon Masalah), sebagai Hasil Pelaksanaan PRA di
Propinsi Maluku Utara, Gorontalo dan Nusa Tenggara Timut, PPNPS, Jakarta,
2003.
Bakar, A & Mous, PJ. 1999. Resource Utilization in and around Komodo National
Park. Report, 30p
IIRR, 1998. Participatory Methods in Community-based Coastal Re-sources
Manager. 3 Vols. International Institute of Rural Reconstruc-tion, , Silang,
Cavite, Philippines
Mous, P.J & Gorrez, M. 2001. Stakeholder involvement in the site conservation
planning process for Komodo National Park. Workplan and Budget Feb
– June 2001. The Nature Conservancy
Mous, P.J, Muljadi A., Pet, J.S.2000. Spatial distribution patterns in resource use by
the fishing communities in and around Komodo National Park, a marine
protected area in Central Indonesia. The Nature Conservancy.

Anda mungkin juga menyukai