Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KOMUNITAS

“Participatory Rural Appraisal (Pra)


Dan Penerapan Dalam masyarakat) ”

OLEH
BERLIANA FITRI
TINGKAT IIB

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Lisma Evareny, s.Kep, MPH

PRODI DIII KEBIDANAN BUKITTINGGI


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TP 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ” Participatory
Rural Appraisal (Pra) dan penerapannya dalam masyarakat ”.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kebidanan Komunitas. Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Penulis juga berterimakasih pada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan saran demi kelancaran penulisan makalah
ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis, institusi pendidikan, tenaga kesehatan, dan
semua pihak yang membaca.

Situbondo, 26 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan Makalah........................................................................................................1
Bab II Pembahasan........................................................................................................................
A. Definisi Participatory Rural Appraisal (PRA)...........................................................
B. Sejarah Perkembangan Participatory Rural Appraisal (PRA) di Indonesia...............
C. Prinsip-Prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA)................................................
D. Pengelompokan Teknik-Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA.......................
E. Tujuan Penerapan Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA................................
F. Gambaran Umum Langkah-Langkah Pengembangan Program Participatory Rural
Appraisal (PRA)..........................................................................................................
G. Permasalahan dalam Participatory Rural Appraisal (PRA).......................................
H. Penerapan Participatory Rural Appraisal (PRA).......................................................

Bab III Penutup..........................................................................................................................iii


A. Kesimpulan..............................................................................................................iii
B. Saran........................................................................................................................iii
Daftar Pustaka..........................................................................................................iv

ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Participatory Rural Appraisal (PRA) merupakan suatu metode yang diterapkan dalam
penilaian suatu wilayah dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat di wilayah tersebut.
Peran serta masyarakat tersebut dilakukan mulai langkah awal, yaitu pengenalan masalah sampai
dengan akhir tahap, yaitu evaluasi.
Namun, penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) ini harus diiringi kesiapan
petugas, pengawasan oleh petugas kesehatan serta supervisi oleh pejabat yang lebih tinggi dan
tokoh masyarakat sehingga tidak sampai terjadi permasalahan.

B. Saran
1. Mulai dengan kegiatan kecil
2. Belajar dengan bekerja
3. Bertahap mengembangkan lembaga
4. Dilakukan pembekalan tentang metode Participatory Rural Appraisal (PRA) bagi petugas.

iii
DAFTAR PUSTAKA

Febri, 2009. Kebidanan komunitas. http://bidanshop.blogspot.com diakses pada tanggal


26 Maret 2020

Pratiwi,2007, Kuliah Kebidanan Komunitas. http://www.ar.itb.ac.id. Diakses tanggal 26 Maret


2020
https://www.scribd.com/doc/144789337/kebidanan-komunitas Diakses tanggal 26 Maret 2020

iv
v
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini pengetahuan masyarakat semakin meningkat. Seiring dengan itu, tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan pun semakin tinggi. Masyrakat tidak hanya menunggu
bola, tetapi menjemput bola dalam hal menjaga kesehatan mereka. Peningkatan animo
masyarakat akan kesehatan ini menuntut bidan sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan
komunitas mempunyai metode baru yang lebih mengena.
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode pendekatan dalam proses
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat, yang tekanannya pada keterlibatan masyrakat
dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. Metode ini berbanding terbalik dengan metode
klasik dimana masyarakat hanya menjadi obyek. Pada metode PRA ini, masyarakat memiliki
partipasi aktif dalam perencanaan sampai dengan evaluasi.
Penerapan metode ini perlu dikuasai oleh bidan sebagai garda terdepan dalam pemberi
layanan kesehatan komunitas.

B. Tujuan Umum
Mengetahui metode Participatory Rural Appraisal (PRA)

C. Tujuan Khusus
1 Mengidentifikasi definisi Participatory Rural Appraisal (PRA)
2 Mengidentifikasi sejarah perkembangan Participatory Rural Appraisal (PRA) di
Indonesia
3 Mengidentifikasi prinsip-prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA)
4 Mengidentifikasi pengelompokan teknik-teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)
5 Mengidentifikasi tujuan penerapan teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)
6 Mengidentifikasi gambaran umum langkah-langkah pengembangan program
Participatory Rural Appraisal (PRA)
7 Mengidentifikasi permasalahan dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Participatory Rural Appraisal (PRA)


Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah penilaian/pengkajian/penelitian keadaan desa
secara partisipatif. Maka dari itu, metode PRA adalah cara yang digunakan dalam melakukan
pengkajian/penilaian/penelitian untuk memahami keadaa atau kondisi desa/wilayah/lokalitas
tertentu dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
Participatory Rural Appraisal (PRA) adalah suatu metode pemahaman lokasi dengan cara
belajar dari, untuk dan bersama masyarakat, untuk mengetahui, menganalisis dan mengevaluasi
hambatan dan kesempatan melalui multidisiplin.

B. Sejarah Perkembangan Participatory Rural Appraisal (PRA) di Indonesia


1. Tahun 1970 ; Konsep-konsep kemandirian dan prinsip-prinsip pembangunan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat telah dicantumkan dalam GBHN, dimana kebijakan
pembangunan masih sangat bersifatsentralistik
2. Tahun 1980 ; Telah menemukan cara pendekatan dengan partisipasi. Dan berhubung
penerapan partisipasi sangat rumit maka penerapannya cenderung kembali ke praktek-
praktek sentralistik
3. Tahun 1999 ; Dengan keluarnya UU No. 22 Tahun1999, tentang Otonomi Daerah maka
pendekatan sentralistik mulai diubah ke arah pendekatan desentralistik
C. Prinsip-Prinsip dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
1. Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Prinsip ini mengutamakan masyarakat yang terabaikan agar memperoleh kesempatan untuk
memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keberpihakan ini
lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang
terdapat di suatu masyarakat, mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya
meningkat.
2. Prinsip pemberdayaan (penguatan) masyarakat

1
Pendekatan PRA bermuatan peningkatan kemampuan masyarakat, kemampuan itu
ditingkatkan dalam proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan, sampai pada pemberian penilaian dan koreksi kepada kegiatan yang berlangsung.
3. Prinsip masyarakat sebagai pelaku dan orang luar sebagai fasilitator
PRA menempatkan masyarakat sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang luar juga
harus menyadari peranannya sebagai fasilitator. Fasilitator perlu memiliki sikap rendah hati serta
kesediannya belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai narasumber utama dalam
memahami keadaan masyarakat itu. Pada tahap awal peranan orang luar lebih besar, namun
seiring dengan berjalannya waktu diusahakan peran itu bisa berkurang dengan mengalihkan
prakarsa kegiatan PRA para masyarakat itu sendiri.
4. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan
Salah satu prinsip dasarnya adalah pengakuan akan pengalaman dan pengetahuan
tradisional masyarakat. Hal ini bukan berarti bahwa masyarakat selamanya benar dan harus
dibiarkan tidak berubah, sehingga harusnya dilihat bahwa pengalaman dan pengetahuan
masyarakat serta pengetahuan orang luar saling melengkapi dan sama bernilainya, dan bahwa
proses PRA merupakan ajang komunikasi antara kedua sistem pengetahuan itu agar melahirkan
sesuatu yang lebih baik.
5. Prinsip Santai dan informal
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat luwes, terbuka, tidak
memaksa dan informal. Situasi ini akan menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan
berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai tamu asing yang oleh masyarakat
harus disambut secara resmi.
6. Prinsip Triangulasi
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data atau
informasi secara sistematis bersama masyarakat. Untuk mendapatkan informasi yang
kedalamnnya bisa diandalkan kita dapat menggunakan Triangulasi yang merupakan bentuk
pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck) informasi. Triangulasi dilakukan
melalui penganekaragaman keanggotaan tim (keragaman disiplin ilmu atau pengalaman),
penganekaragaman sumber informasi (keragaman latar belakang golongan masyarakat,
keragaman tempat, jenis kelamin) dan keragaman teknik.
7. Prinsip mengoptimalkan hasil

2
Prinsip mengoptimalkan atau memperoleh hasil informasi yang tepat guna menurut metode
PRA adalah:
a. Lebih baik kita "tidak tahu apa yang tidak perlu kita ketahui" (ketahui
secukupnya saja)
b. Lebih baik kita "tidak tahu apakah informasi itu bisa disebut benar seratus
persen, tetap diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati
kebenaran" (daripada kita tahu sama sekali)
8. Prinsip orientasi praktis

PRA berorientasi praktis yaitu pengembangan kegiatan. Oleh karena itu dibutuhkan
informasi yang sesuai dan memadai, agar program yang dikembangkan bisa memecahkan
masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat. Perlu diketahui bahwa PRA hanyalah sebagai
alat atau metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalkan program-program yang
dikembangkan bersama masyarakat.
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu
Metode PRA bukanlah kegiatan paket yang selesai setelah kegiatan penggalian informasi
dianggap cukup dan orang luar yang memfasilitasi kegiatan keluar dari desa. PRA merupakan
metode yang harus dijiwai dan dihayati oleh lembaga dan para pelaksana lapangan, agar problem
yang mereka akan kembangkan secara terus menerus berlandaskan pada prinsip-prinsip dasar
PRA yang mencoba menggerakkan potensi masyarakat.
10. Prinsip belajar dari kesalahan
Terjadinya kesalahan dalam kegiatan PRA adalah suatu yang wajar, yang terpenting
bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, melainkan penerapan yang sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuan yang ada. Kita belajar dari kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang
terjadi, agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih baik.
11. Prinsip terbuka
Prinsip terbuka menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik yang belum
selesai, sempurna dan pasti benar. Diharapkan bahwa teknik tersebut senantiasa bisa
dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Sumbangan dari mereka yang
menerapkan dan menjalankannya di lapangan untuk memperbaiki konsep, pemikiran maupun
merancang teknik baru yang akan sangat berguna dalam mengembangkan metode PRA.
12. Pengelompokan dalam Teknik-Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)

3
1. Teknik-teknik yang bersifatmengumpulkan informasi umum yang biasanya digunakan
pada tahap awalpengembangan program dan bersifatpenjajagan (eksploratif)
2. Teknik-teknik yang berkenan dengan“tata ruang” spatial.
3. Teknik-teknik yang berkenan dengan“waktu” temporal.
4. Teknik-teknik yang berkenan dengan“kelembagaan “ institusional.
5. teknik-teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek ekonomi” dan “matapencaharian”.
6. teknik-teknik yang berkenaan dengan“aspek-aspek kemasyarakatan “ sosial.
7. Teknik yang berkenan dengan“aspek-aspek teknik tertentu” topik teknis, seperti tentang
hama dan penyakittanaman, kesehatan.
13. Tujuan Penerapan Teknik Participatory Rural Appraisal (PRA)
Tujuan penerapan teknik-teknik PRA adalah pengembangan program bersama
masyarakat.Dimana penerapan PRA perlu senantiasa mengacu pada daur pengembangan
program dan tujuan –tujuan program.
14. Gambaran Umum Langkah-Langkah Pengembangan Participatory Rural
Appraisal (PRA)
1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi
tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar
masalah dan potensi setempat.
3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas
berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
4. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat
dan sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
5. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar
implementasinya dapat secara mudah dipantau.
6. Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di
tingkat yang lebih besar.
7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan masyarakat.
8. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang
telah disusun.

4
9. Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah
yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.

15. Permasalahan dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)


1. Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang
formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang
mendasarinya.
2. Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di
lapangan tanpa tujuan yang jelas.
3. Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi
masyarakat.
4. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas
untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
5. Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program
pengembangan masyarakat.
6. Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
7. Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam
pekerjaan yang rutin dan membosankan.

16. Penerapan PRA di kebidanan Komunitas


Seperti yang dijelaskan bahwa defenisi PRA adalah suatu metode pendekatan dalam
proses pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat yang tekanannya pada keterlibatan
masyarkat dalam keseluruhan kegiatan pembangunan. Dengan pendekatan terhadap PRA yang
bercita-cita menjadikan warga masyarakat sebagai peneliti, perencana, pelaksana, dan program
pembangunan. Untuk itu peran bidan disini dituntun untuk lebih mendidekasikan dirinya melalui
penerapannya terhadap PRA dengan begitu tujuan bidan untuk mengikutssertakan masyarakat
seperti penyuluhan, promosi kesehatan, ikut dalam posyandu, ikut dalam polindes atau ikut
dalam kegiatan sosial dan kesehatan dalam terjalani. Sehingga bidan sebagai pelaksanana dapat
mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan untuk pembangunan bersama.

Anda mungkin juga menyukai