Anda di halaman 1dari 20

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Profil Provinsi Gorontalo

Gorontalo adalah provinsi yang ke-32 di Indonesia. Sebelumnya

Gorontalo merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Madya

Gorontalo di Sulawesi Utara. Seiring dengan munculnya pemekaran

wilayah berkenaan dengan otonomi daerah, provinsi ini kemudian

dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2000, tertanggal

22 Desember 2000.

Secara Geografis Provinsi Gorontalo terletak dibagian Utara pulau

Sulawesi atau dibagian barat Sulawesi Utara. tepatnya pada 0,19’ – 1,15‘

LU dan 121,23’ –123,43’ BT. Letaknya sangatlah strategis, karena diapit

oleh dua perairan (Teluk Tomini di selatan dan Laut Sulawesi di utara) dan

2 Kawasan Ekonomi Tepadu, yaitu: Bitui, Sulawesi Tengah dan Bitung,

Sulawesi Utara. Luas wilayah provinsi ini 12.215,44 km2 dengan jumlah

penduduk sebanyak 1,038.585 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010),

dengan tingkat kepadatan penduduk 85 jiwa/km2.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2000 tentang Pembentukan Provinsi Gorontalo batas wilayah Provinsi

Gorontalo yakni, sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi, sebelah

Timur berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan

Bolaang Mongondow Selatan Provinsi Sulawesi Utara, sebelah Selatan


berbatasan dengan teluk Tomini, dan sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Parigi Moutong dan Buol, Provinsi Sulawesi Tengah

Penjabat Gubernur Gorontalo yang pertama adalah Drs. Tursandi

Alwi yang dilantik pada peresmian Provinsi Gorontalo pada tanggal 16

Februari 2001. Sampai dengan September 2011, wilayah administrasi

Provinsi Gorontalo mencakup 5 kabupaten (Boalemo, Bone Bolango,

Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato), 1 kota (Kota Gorontalo), 75

Kecamatan, 532 desa, dan 69 Kelurahan.

B. Pembentukan Kabupaten Bone Bolango

Kabupaten Bone Bolango dibentuk berdasarkan Undang–undang

Nomor 6 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan

Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4269).

Bertitik tolak Amanah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah melalui Undang-

undang Nomor 32 Tahun 2004 serta mengingat Undang-Undang Nomor

38 Tahun 2000 tanggal 22 Desember yang mengatur Tentang

Pembentukan Provinsi Gorontalo yang kala itu hanya memiliki tiga

daerah, sementara idealnya minimal harus memiliki lima Kabupaten/Kota,

maka dengan aspirasi seluruh kalangan masyarakat di empat Kecamatan di

Kabupaten Gorontalo masing-masing Kecamatan Suwawa, Kabila, Tapa


dan Bonepantai dibentuklah Komite Solidaritas Pembentukan Kabupaten

Baru (KSPKB) yang berusaha, berjuang menjadikan empat kecamatan ini

untuk menjadi suatu daerah Kabupaten. Tepat tanggal 6 Mei 2003

diresmikanlah Kabupaten Bone Bolango sebagai Kabupaten yang keempat

di Provinsi Gorontalo sesuai amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten

Pohuwato di Provinsi Gorontalo. Setelah di resmikan menjadi kabupaten,

penjabat Bupati Bone Bolango yang pertama adalah drs. Ismet Mile, M.M

yang merupakan mantan wakil Bupti Kabupaten Gorontalo. Terletak

paling timur dari Provinsi Gorontalo. Pada waktu dimekarkan Kabupaten

Bone bolango hanya terdiri atas empat wilayah kecamatan, yaitu

Bonepantai, Kabila, Suwawa, dan Tapa. Sampai September 2011

Kabupaten Bone Bolango mengalami banyak proses pemekaran

kecamatan dan desa/kelurahan, sehingga jumlah kecamatan dan

desa/kelurahan menjadi banyak, yaitu 17 kecamatan dan 1 kecamatan

persiapan (wilayah pinogu, cs), 152 desa dan 4 kelurahan.

Kabupaten Bone Bolango terdiri atas 17 kecamatan, yaitu: Bone,

Boneraya, Bonepantai, Botupingge, Bulango Selatan, Bulango Timur,

Bulango Ulu, Bulango Utara, Bulawa, Kabila, Kabilabone, Suwawa,

Suwawa Selatan, Suwawa Tengah, Suwawa Timur, Tapa, dan

Tilongkabila.

Di samping itu, Kabupaten Bone Bolango terdiri atas 4 kelurahan

dan 152 desa dengan jumlah penduduk 141.721 jiwa (berdasarkan data SP
2010). Luas wilayahnya adalah 1.984,31 km², sehingga daerah ini

memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 71,42 jiwa/km². Ada pun

daftar lengkap kecamatan dan desa/ kelurahan yang ada di kabupaten Bone

Bolango hingga September 2010 adalah sebagai berikut.

1. Bone, terdiri atas 13 desa, yaitu: Bilolantunga, Cendana Putih, Ilohuuwa,

Inogaluma, Masiaga, Molamahu, Monano, Moodulio, Muara Bone,

Sogitia, Taludaa, Tumbuh Mekar dan Waluhu.

2. Bonepantai, terdiri atas 14 desa, yaitu: Batu Hijau, Bilungala, Bilungala

Utara, Kamiri, Lembah Hijau, Ombulo Hijau, Pelita Hijau, Tamboo, Tihu,

Tolotio, Tongo, Tunas Jaya dan Uabanga.

3. Boneraya, terdiri atas 8 desa, yaitu: Alo, Inomata, Laut Biru, Moopiya,

Mootayu, Mootinelo, Pelita Jaya dan Tombulilato.

4. Botupingge, terdiri atas 7 desa, yaitu: Luwohu, Panggulo, Panggulo Barat,

Tanah Putih, Timbuolo, Timbuolo Tengah dan Timbuolo Timu.

5. Bulango Selatan, terdiri atas 10 desa, yaitu Ayula Selatan, Ayula Tilango,

Ayula Timur; Ayula Utara, Huntu Selatan, Huntu Utara, Lamahu, Mekar

Jaya, Sejahtera, dan Tinelo Ayula.

6. Bulango Timur: , terdiri atas 5 desa, yaitu, Bulotalangi, Bulotalangi Barat,

Bulotalangi Timur, Popodu, dan Toluwaya.

7. Bulango Ulu, terdiri atas 7 desa, yaitu, Ilomata, Mongiilo, Mongilo Utara,

Owata, Pilolaheya, Suka Makmur; dan UPT Owata.

8. Bulango Utara, terdiri atas 9 desa, yaitu, Bandungan, Boidu, Bunuo, Kopi,

Lomaya, Longalo, Suka Damai, Tuloa dan Tupa.


9. Bulawa, terdiri atas 9 desa, yaitu, Bukit Hijau, Bunga Hijau, Kaidundu,

Kaidundu Barat, Mamungaa, Mamungaa Timur, Mopuya, Nyiur Hijau,

dan Patoa.

10. Kabila, terdiri atas 8 desa dan 4 kelurahan, yaitu: Dutohe, Dutohe Barat,

Oluhuta (Kelurahan), Oluhuta Utara, Padengo (Kelurahan), Pauwo

(Kelurahan), Poowo, Poowo Barat, Talango, Tanggilingo, Toto Selatan,

dan, Tumbihe (Kelurahan).

11. Kabilabone, terdiri atas 9 desa, yaitu: Biluango, Bintalahe, Botubarani,

Botutonuo, Huangobotu, Modelomo, Molotabu, Olele dan Oluhuta.

12. Suwawa, terdiri atas 10 desa, yaitu: Boludawa, Bube, Bube Baru, Bubeya,

Helumo, Huluduotamo, Tinelo, Tingkohubu, Tingkohubu Timur dan

Ulanta.

13. Suwawa Selatan, terdiri atas 8 desa, yaitu: Bonda Raya, Bondawuna,

Bonedaa, Bulontala, Bulontala Timur, Libungo, Molintogupo dan

Pancuran.

14. Suwawa Tengah, terdiri atas 6 desa, yaitu: Alale, Duano, Lombongo,

Lompotoo, Tapadaa dan Tolomato.

15. Suwawa Timur, terdiri atas 11 desa, yaitu: Bangio, Dataran Hijau,

Dumbayabulan, Panggulo, Pinogu, Pinogu Permai, Poduoma, Tilangobula;

Tulabolo, Tulabolo Barat dan Tulabolo Timur.

16. Tapa, terdiri atas 7 desa, yaitu: Dunggala, Kramat, Langge, Meranti,

Talulobutu, Talulobutu Selatan dan Talumopatu.


17. Tilongkabila, terdiri atas 12 desa, yaitu: Bongoime, Bongopini, Butu,

Iloheluma, Lonuo, Motilango, Moutong, Permata, Tamboo, Toto Utara,

Tunggulo dan Tunggulo Selatan.

C. Kondisi Wilayah Kabupaten Bone Bolango

Kabupaten bone bolango memiliki potensi yang cukup besar karena

terdapat kawasan Taman Nasional Bogani Wartabone sehingga baik untuk

pengembangan parawisata, sumber energi dan penelitian. Disamping itu

pula memiliki potensi pertanian, perkebunan dan pertambangan serta

potensi yang cukup besar dalam pengambangan usaha perikanan tangkap.

Jumlah penduduk di Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2010

mencapai 141.915 jiwa. Angka in menunjukan peningkatan peningkatan

jumlah penduduk dibandingkan tahun 2009 yang mencapai 131.797 jiwa.

Rata-rata Laju pertumbuhan Penduduk pada Tahun 2000-2010 sebesar

2,14 persen, hal ini menunjukkan bahwa setap tahun antara tahun 2000

sampai 2010 terjadi kenaikan sebesar 2,14 persen. Sementara itu, seiring

dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Bone Bolango,

kepadatan penduduk juga emakin menigkat dari 66 jiwa/Km2 pada tahun

2010.

Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki lebih banyak

dibandingkan penduduk perepuan. Hal ini ditunjukkan oleh sex ratio pada

tahun 2010 sebesar 100,53 persen. Sedangkan komposisi penduduk


menurut eklompok umur Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat penduduk

usia muda (0-14 tahun) sebesar 31,87 persen, penduduk usia produktf (15-

64 tahun) sebesar 64,05 persen dan penduduk berusia tua (65 tahun ke

atas) sebesar 4,08 persen.

Mata pencaharian utama penduduk pada sektor pertanian, perkanan

dan pertambangan.

a). Geografis

Letak Kabupaten Bone Bolango secara geografis berada pada

ketinggian 0 - 1500 meter dari permukaan laut, terletak antara 0,27’-

1.01’ Lintang Utara dan antara 121.23’-122.44’ Bujur Timur dan

berbatasan langsung dengan Laut Sulawesi dan kecamatan Atinggola di

sebelah Utara. Sementara di sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Bolaang Mongondow (Sulawesi Utara). Di sebelah Selatan

berbatasan dengan Kota Gorontalo. Di sebelah Barat berbatasan dengan

Kecamatan Telaga, Kota Selatan dan Kota Utara.

Luas area Kabupaten Bone Bolango sebesar 1.984,58 Km2 atau

6,24 % dari total luas Provinsi Gorontalo. Kecamatan di wilayah Bone

Bolango dengan luas paling besar adalah Kecamatan Suwawa Timur

dengan luas 489,20 Km2 atau mencapai 24,65% dari luas Kabupaten

Bone Bolango. Sementara untuk luas daerah terkecil adalah Kecamatan

Bulango Selatan dengan 9,87 Km2 atau 0,50 % dari batas wilayah

Kabupaten Bone Bolango.


Kabupaten Bone Bolango adalah daerah yang dipersiapkan

sebagai salah satu sumbu utama provinsi gorontalo yang letaknya

berbatasan dengan Kota Gorontalo, sehingga kabupaten ini sejak awal

diperediksi mampu bergerak dan berkembang lebih cepat dengan segala

kelebihannya yang didukung oleh usaha pemerintah daerah yang

senantiasa terus berusaha menaikkan pencitraan diri dan lingkungannya

sebagai kota yang aman, nyaman dan produktif dengan

mengintegrasikan dimensi sosial, ekonomi dan ekologis.

b). Fisiografis

Kabupaten Bone Bolango mempunyai karakter ruang yang

cukup beragam dimulai dari ruang pegunungan, dataran hingga ruang

pesisir dengan segala kekhasan dan keunggulannya yang berbeda-beda

dan terhadap segala resistensi yang dimiliki daerah ini sebagai kawasan

yang rawan banjir dan bencana. Hal ini ikut menegaskan bahwa daerah

ini memang perlu direncanakan lebih baik dan lebih bermanfaat. Hal ini

disebabkan terdapatnya Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang

luasnya sekitar 53,5 % dari luas wilayah Kabupaten Bone Bolango.

Pada umumnya kondisi jalan di Kabupaten Bone Bolango

sebagian besar dalam keadaan rusak. Setelah berpisah dari Provinsi

Sulawesi Utara Gorontalo masih menghadapi masalah ketimpangan

pembangunan. Sebagai salah satu contohnya yaitu kondisi jalan trans-

Sulawesi, yang merupakan salah satu infrastruktur utama yang

menghubungkan Gorontalo dengan wilayah lain di Sulawesi, belum


seluruhnya mulus sebagian jalan mengalami kerusakan. Kondisi jalan

trans-Sulawesi khususnya bagian selatan tepatnya di Kecamatan Bone,

Kabupaten Bone Bolango, lebih parah lagi. Pada tahun 2010 saat itu

dua jembatan penghubung di daerah itu sudah dua kali terputus akibat

terjangan banjir. Berdasarkan data dalam buku Gorontalo dalam Angka

2010 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik, banyak jalan negara

dalam kondisi baik. Dari total jalan negara sepanjang 616,24 kilometer,

455,3 km di antaranya dalam kondisi baik dan 107,91 km berkondisi

sedang. Jalan dengan kondisi rusak sepanjang 32,19 km dan rusak berat

20,84 km.

Kondisi jalan di Provinsi Gorontalo Kabupaten Bone Bolango,

Kecamatan Tapa berbeda dengan kondisi jalan di kecamatan lainnya.

Kondisi jalan di kecamatan Tapa masih lebih terawat. Jalanan di sekitar

Kecamatan Tapa masih bagus, Kondisi jalan disana cukup ramai, sudah

banyak kendaraan yang lalu lalang yang melintasi jalan tersebut. Hal ini

dikareakan kecamatan tapa itu berbatasan langsung dengan kota

Gorontalo sehingga ketika ada jalanan yang rusak, atau berlubang

langsung mendapat perhatian dari pemerintah untuk segera di perbaiki.

Di KecamatanTapa terdiri dari 7 desa dan kelurahan. Desa dan

kelurahan yang kondisi jalannya bagus terdapat pada desa talumopatu,

Talulobutu selatan, Talulobutu, Donggala sedangkan pada desa dan

kelurahan Keramat, Langge, Meranti kondisi jalannya masih butuh

dibenahi.
Suasana jalan di Provinsi Gorontalo tepatnya di Kabupaten

Bone Bolango cukup ramai, sudah banyak kendaraan yang melintas dan

lalu lalang di jalan. Jalan raya di sana di padati dengan kendaraan

umum berupa mobil angkutan kota, becak motor (atau biasa di kenal

dengan sebutan bentor), truk, bus dan juga alat transportasi lainnya

seperti delman yang masih beroperasi hingga saat ini. Berdasarkan data

dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bone Bolango Provinsi

Gorontalo keadaan jalan di Provinsi Gorontalo, khususnya di kabupaten

Bone Bolango hampir sebagian besar kondisinya mengalami kerusakan,

terutama di jalan Taman Sari Desa Talango yang sering mengakibatkan

kecelakaan bagi para pengguna jalan. Masyarakat sangat berharap

tindak lanjut dari pihak pemerintah provinsi dan kabupaten untuk bisa

secepatnya merealisasikan perbaikan jalan ini. Apalagi melihat kondisi

jalan yang saat ini sudah rusak parah, berlubang-lubang dan sering

menimbulkan kecelakaan.

c.) Topografis

Kondisi wilayah Kabupaten Bone Bolango sebagian besar

merupakan daerah dataran tinggi (pegunungan). Secara umum kondisi

topografi wilayah Kabupaten Bone Bolango dikelompokkan kedalam 3

(tiga) kelompok, yakni :

1. Kondisi lahan dengan permukaan dataran tinggi (bergunung) atau

berada pada kemiringan lereng di atas 40%. Persebaran lahan


berada di Kecamatan Suwawa, Bonepantai, Kabila dan Bulango

Utara.

2. Kondisi lahan dengan relief berbukit (bergelombang) dengan

tekstur morfologi sedang. Persebaran lahan sebagian besar berada

di setiap Kecamatan di Kabupaten Bone Bolango.

3. Kondisi dengan relief permukaan rendah. Persebaran lahan berada

di Kecamatan Tapa, Suwawa dan Kabila.

Selain itu, wilayah Kabupaten Bone Bolango ini dilalui oleh

beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS terbesar yang melalui

wilayah tersebut adalah DAS Bone dan Bulango, dimana Kecamatan

yang dilalui adalah Kecamatan Suwawa, Kecamatan Kabila dan

Kecamatan Tapa. Luas DAS ini adalah ± 265.000 Ha dengan panjang

sungai utama 100 Km yang bermuara ke Teluk Tomini. Sedangkan

untuk pemenuhan kebutuhan air bersih kebutuhan sehari – hari

masyarakat, diperoleh melalui air tanah galian dengan kedalaman 5 –

10 meter.

D. Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan Kabupaten Bone Bolango setiap tahun mengalami

pertambahan penduduk seiring dengan perkembangan pembangunan

masyarakat, baik pembangunan dalam bidang pendidikan maupun bidang

pembangunan lainnya seperti pada sektor pembangunan ekonomi dan

perkembangan kemasayarakatan yang mendorong banyaknya muncul


aspek kehidupan masyarakat yang mendrong timbulnya pola kehidupan

masyarakat yang mengutamakan tuntutan pemenuhan kebutuhan

ekonominya.

Sasaran pembangunan bidang ekonomi adalah pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi. Secara agregat, pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2006 mencapai 5,28 %. Seluruh

sektor ekonomi pada tahun 2006 menunjukkan pertumbuhan positif,

namun pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor Listrik, Gas dan air

bersih yang meningkat sebesar 8,19 % dan diikuti oleh sektor

Pengangkutan dan Komunikasi yang pertumbuhannya mencapai 8,18 %

sedangkan sektor pertanian tumbuh sebesar 7,84 %.

Pada distribusi persentase PDRB Kabupaten Bone Bolango Tahun

2004 – 2006 atas dasar harga berlaku menunjukkan sektor pertanian

memberikan peranan terbesar yakni 37,16 % untuk tahun 2004, 39,39%

untuk tahun 2005 dan 41,38% untuk tahun 2006. Hal ini mengindikasikan

bahwa peranan sektor pertanian sangat besar terhadap struktur ekonomi

Kabupaten Bone Bolango. Pertumbuhan sektor pertanian pada tahun 2006

sebesar 7,84 % menunjukkan suatu peningkatan yang pesat, mengingat

pertumbuhan sektor ini pada tahun 2005 hanya mencapai 5,05 %. Sub

sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sub sektor

peternakan sebesar 26,24 %. Diikuti oleh sub sektor tanaman bahan

makanan, perikanan dan tanaman perkebunan masing – masing sebesar

7,49 %, 2,78 % dan 2,50 %. (sumber : bappeda.gorontalokab.go.id)


Sektor pertanian yang merupakan potensi unggulan Kabupaten

Bone Bolango perlu mendapatkan dukungan terutama dalam upaya

pengembangan sumberdaya manusianya dan penyediaan tenaga kerja

trampil yang akan terus meningkatkan potensi unggulan daerah. Upaya

peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resource approach)

diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi peningkatan laju

pertumbuhan pembangunan dalam mendukung potensi daerah.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dipandang sebagai faktor kunci

bagi keberhasilan pembangunan yang dapat menjamin kemajuan ekonomi

dan kestabilan masyarakat. Melalui peningkatan kualitas sumberdaya

manusia, Sekolah Menengah Kejuruan diharapkan akan menumbuhkan

inisiatif atau prakarsa untuk menciptakan lapangan kerja baru sesuai

dengan potensi yang ada.

Pembangunan di sektor pertanian merupakan upaya dalam

meningkatkan perekonomian suatu wilayah dengan menggerakkan

masyarakat sebagai pelaku pertanian. Upaya meningkatkan hasil pertanian

membutuhkan pengembangan dibidang pertanian dengan menarik minat

masyarakat dibidang pertanian. Meningkatkan keterampilan masyarakat

dengan mendirikan fasilitas pendidikan yang mendukung peningkatan

produksi pertanian.

Jenis-jenis angkutan umum yang ada di Provinsi Gorontalo

memiliki sarana transportasi baik darat, laut, maupun udara. Transportasi

darat melayani penumpang dan angkutan barang, baik dalam provinsi


maupun antarprovinsi. Gorontalo memiliki dua terminal yang melayani

penumpang dan angkutan barang antarprovinsi, yaitu Terminal 1942 di

Kota Gorontalo dan Terminal Isimu, Kabupaten Gorontalo, yang dapat

menghubungkan Gorontalo dengan hampir seluruh kota utama di Pulau

Sulawesi, yakni dari Gorontalo menuju ke Manado, Bitung, Kotamobagu,

Palu, Poso, Parepare, dan Makassar, dengan menggunakan bus besar dan

bus DAMRI. Untuk penumpang jarak dekat atau dalam kota dan

sekitarnya, ada banyak jenis alat transportasi yang dapat digunakan, antara

lain, mikrolet, bendi, bentor (bendi motor), becak, dan ojek.

Salah satu alat transportasi darat yang paling banyak di gorontalo

adalah bentor merupakan transportasi andalan untuk menjelajahi jalan-

jalan di Gorontalo. Alat transportasi ini sebagai karya inovatif masyarakat

Gorontalo, menggantikan delman yang ditarik kuda. Barangkali karena

kondisi geografis daerah ini yang berbukit-bukit, sehingga butuh alat

transportasi yang cukup kuat untuk menanjak. Apabila kita ingin

menikmati kota Gorontalo dengan jalan kaki dan sewaktu waktu merasa

lelah, maka alternatif yang dapat kita pilih adalah naik bendi berkuda atau

naik bentor dengan tarif yang relatif jauh lebih murah dari pada becak di

Jawa. Bentor atau becak motor merupakan kendaraan yang khas

Gorontalo. Dapat dikatakan pertama kali unculnya bentor atau becak-

motor adalah dari gororntalo.


E. Awal Mula Munculnya Bentor

Pemenuhan tuntutan kebutuhan hidup memicu setiap warga

Kabupaten Bone Bolango untuk memenuhinya dengan berbagi profesi

untuk mereka geluti. Saat ini tuntutan ekonomi yang semakin meroket

sudah membuat setiap individu merasa penting untuk memiliki suatu

pekerjaan yang bersifat tetap. Menjadi suatu kecemasan ketika kita tidak

memiliki keahlian-keahlian khsusus atau bahkan modal yang cukup untuk

membuat suatu usaha sehingga memacu setiap individu untuk berusaha

keras mendapatkan apa yang mereka inginkan, sehingga setiap peluang

usaha yang bisa menghasilkan uang tidak tanggung-tanggung diambil.

Di Gorontalo tepatnya tanggal 6 Juni 1998, saat Krisis Moneter

mengguncang Indonesia, saat krisis itu datang banyak terdengar PHK

dimana-mana, lahirlah kendaraan beroda tiga hasil penggabungan antara

becak dan motor yang menggunakan bahan bakar bensin yang dinamakan

Bentor atau Becak Motor. Dua tahun kemudian produksi dan distribusi

bentorpun tersebar dan masuk ke kabupaten-kabupaten yang ada di

Gorontalo termasuk di Kabupaten Bonebolango Provinsi Gorontalo.

Bentor merupakan angkutan kendaraan bermotor untuk umum

yang bersifat non formal tidak mendapatkan lisensi dari dinas

perhubungan Gorontalo. Namun sudah terlanjur berkembang ratusan atau

mungkin sudah beberapa ribu di propinsi Gorontalo. Uniknya tidak semua

memiliki Surat Ijin Mengemudi. Dari segi keamanan menurut pakar dari
Universitas negeri Gorontalo. Bentor tidak memenuhi persyaratan

kendaraan angkutan umum. Karena dengan adanya modifikasi tersebut,

rem hanya tinggal untuk roda belakang saja. Namun keberadaan Bentor

sudah sangat diterima dan dibutuhkan oleh masyarakat, antara lain untuk

angkutan darurat bagi orang sakit atau wanita yang hendak melahirkan

menuju Puskesmas, untuk antar jemput anak sekolah, pegawai negeri serta

karyawan swasta dsb. Dapat dikatakan karena siang malam bentor nampak

hilir mudik di kota dan seluruh bagaian provinsi. Maka selain disebut

sebagai “serambi Madinah” sebutan lain untuk kota Gorontalo adalah

“kota Bentor”. Konon apabila ada penertiban Surat Ijin mengemudi untuk

Bentor, maka ribuan bentor berdemonstrasi sehingga aparat dinas

perhubungan dan polisi lalu lintas kewalahan.

Tak bisa ditampik, produksi bentor yang terus melimpah di

Gorontalo, telah menjadi ladang rezeki baru bagi banyak masyarakat

setempat. Banyak pengangguran “part time” yang terselamatkan oleh

bentor ini. Dikatakan begitu karena banyak (terutama anak muda) yang

bekerja paruh waktu mengemudi bentor, untuk mencukupi kebutuhan

jangka pendeknya. Istilahnya jika ingin cari uang jajan untuk bekal apel

malam minggu, tinggal narik sebentar pasti dapat.

Tidak sedikit juga yang benar-benar menggantungkan hidup

padanya. Bentor menjadi primadona baru sejak ia merebut tahta raja

jalanan yang pernah dikuasai becak, andong dan angkot. Orang


berbondong-bondong menjadi pengemudi bentor, petani menjadi mantan

petani, kusir andong menjadi mantan kusir andong.

Bentuk fisik dasar bentor sudah ada keseragaman, meskipun belum

dipatenkan dan belum jelas siapa penemunya, perbedaaan terdapat pada

warna, lukisan serta asesoris. Bahkan banyak yang dilengkapi dengan

“sound system” sehingga saat melaju dijalan raya terdengar suara musik

yang hingar bingar. Beberapa Bentor bahkan ada yang dilengkapi “sound

system” seharga lima juta rupiah lebih. Musik tersebut dibunyikan dengan

keras baik saat berjalan maupun saat parkir. Rupanya tingkat toleransi

masyarakat terhadap musik dari bentor tersebut sangat tinggi, bahkan

masyarakat termasuk penulis justru dapat menikmati, lagu yang

diperdengarkan antara lain lagu “ndank ndut’ yang berjudul “Kucing

garong”, nampaknya lagu tersebut merupakan salah satu lagu favorit

pengendara bentor.

Bengkel produksi bentor subur dimana-mana, merekrut banyak

tenaga kerja, dealer motorpun ikut kecipratan untungnya. Bentor tidak

hanya melimpah ditingkat lokal saja. Rata-rata bengkel produksi juga

menerima banyak pesanan dari luar daerah seperti Kotamobagu (Sulawesi

Utara), Parigi Moutong (Sulawesi Tengah), Pare-pare dan Makassar

(Sulawesi Selatan), bukan hanya itu saja bahkan sampai ke Ternate,

Palembang, Surabaya dan Semarang.


Saat ini bukan hanya seorang pria atau laki-laki saja yang

berprofesi sebagai pengemudi bentor. Profesi tukang bentor selama ini

masih patriarkal, wanita yang menjalani profesi ini agaknya kurang akrab

disapa dengan sebutan “tante atau mbak bentor”. Profesi ini terlanjur

dilabeli milik pria. Meski menggunakan mesin namun jangan dianggap

remeh, pekerjaan ini banyak menguras tenaga. Seorang pengemudi bentor

diharuskan lihai berkendara, menyusup ditengah padatnya kendaraan,

mencegat penumpang dibawah terik matahari atau menembus udara dingin

pada malam hari. Untuk melakoninya, pria dipercaya lebih kuat dan

tangguh ketimbang wanita.

Meski demikian, akhir-akhir ini kita kerap menjumpai kaum hawa

ikut bertarung dijalan dengan menjadi pengemudi bentor. Hal tersebut

menandakan bahwa mereka juga tak kalah kuat dalam fisik dan kemauan.

Tak jarang, mereka menjadi penopang utama keluarga, menggantikan

peran pria. Tentu tidak ada seorangpun yang bercita-cita menjadi

pengemudi bentor. Dokter, insinyur, direktur, perawat, bidan, guru,

wartawan, fotografer, adalah profesi idaman yang lebih menjanjikan.

Namun, kenyataan tidaklah seindah cita-cita diatas. Desakan hidup dan

sempitnya lapangan pekerjaan sektor formal, membuat masyarakat

berpendidikan rendah harus bergelut disektor informal, salah satunya

adalah dengan mengemudi bentor.

Ini jenis pekerjaan termudah yang tidak menuntut keahlian khusus

atau pendidikan tinggi sebagai syarat utama. Wanita, tidak terkecuali turut
terjun menggeluti pekerjaan ini. Modernisasi bukan melulu mengajarkan

kecanggihan teknologi, tapi juga ikut berperan mematangkan pola pikir.

Adapun karakteristik responden yang telah kita teliti sebagai wanita

pengemudi bentor sebagai berikut:

1. Mempunyai latar belakang yang berbeda-beda seperti dari

keluarga yang status sosial keluarga kurang dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehingga dengan berprofesi sebagai wanita

pengemudi bentor dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Mempunyai latar belakang pola asuh orang tua yang berbeda-

beda seperti pemahaman yang kurang mengenai pentingnya

pendidikan bagi anak diusia dini. Sehingga berpengaruh

terhadap pemahaman dan pemilihan kerja untuk masa depan

nanti.

3. Mengenai pandangan dari orang-orang sekitar terhadap wanita

yang berprofesi sebagai pengemudi bentor tentu tidak terlalu

berpengaruh kepada wanita tersebut dikarenakan keterbukaan

mereka dengan lingkungannya. Dimana profesi sebagai

pengemudi bentor adalah salah satu pekerjaan yang halal.

4. Dari segi pelanggan atau pengguna bentor tentu tidak menentu.

Biasanya kebanyakan orang-orang yang sudah dikenal, sisanya

dengan mencari pelanggan sendiri di tempat-tempat keramaian.

Dan tentunya dengan tarif yang berbeda-beda berkisar 3 (tiga)


ribu rupiah sampai 10 (sepuluh) ribu rupiah atau lebih

tergantung jaraknya.

5. Yang terakhir adalah motivasi wanita pengemudi bentor adalah

sama, yaitu suatu hari mereka ingin menjadi wanita yang pada

umumnya yaitu ingin merasakan hidup yang normal seperti

menjadi ibu rumah tangga yang baik, mengurusi anak dan

suaminya serta dapat memberikan pengajaran kehidupan

kepada anak-anaknya kelak.

Anda mungkin juga menyukai