Anda di halaman 1dari 8

PARTICIPATORY RESEARCH APRAISAL (PRA)

Metode PRA dan RRA mulai dikenal pada akhir tahun 1970-an ketika
semakin terasa pentingnya memperhatikan kemungkinan yang dapat menjadi
kesalahan fundamental pada pembangunan yang telah dikonsepkan, direncanakan,
dan bahkan dilaksanakan. Organisasi yang sangat sering menganut paradigma
partisipatoris adalah organisasi Non-Pemerintah (NGO). Mereka telah terbiasa
mengembangkan sejumlah teknik interaksi yang efektif dengan masyarakat.
Sebutan lain untuk metode ini di antaranya adalah penilaian perdesaan yang
partisipatoris (PRA) dan penilaian perdesaan yang cepat (RRA) (Chambers,
1992:33) dalam (Yulianto, 2010).
Nama lain yang setara dengan PRA adalah PLA (Participatory Learning
and Action), namun apa pun namanya prinsipnya adalah melakukan pengkajian
komunitas sosial secara partisipatif sebagai upaya untuk menemukenali berbagai
kebutuhan, aspirasi dan keadaan di komunitas tersebut, dan sekaligus pula dapat
membuat perencanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya
lingkungan sosial. PLA/PRA adalah kegiatan penelitian tentang aspek-aspek
kehidupan masyarakat atau komunitas sosial tertentu yang dilakukan oleh warga
masyarakat bersangkutan dengan didampingi atau difasilitasi oleh petugas
lembaga pengembang program. Bagi lembaga pengembang program, kegiatan ini
sebagai proses penyadaran dalam memahami kehidupan sosial, cara pandang, dan
nilai-nilai budaya warga komunitas yang bersangkutan, yang secara langsung
mempunyai pengaruh terhadap program itu sendiri. Dengan melakukan kegiatan
bersama, penerapan program akan mudah memperoleh dukungan dari warga
komunitas bersangkutan dan keputusan untuk melaksanakan program sudah
merupakan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam program tersebut
sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi (Purba, 2002: 81 – 83)
dalam (Yulianto, 2010).
PRA merupakan perpanjangan dan penerapan dari pemikirian, pendekatan,
dan metode antropologi, terutama menyangkut konsep mengenai pembelajaran
yang fleksibel di lapangan, nilai penting dari observasi-partisipasi, pentingnya
pendekatan (rapport), pembedaan cara pandang etik (cara pandang peniliti) dan
emik (cara pandang anggota komunitas), serta validitas dari pengetahuan lokal
(Chambers, 1994:955) dalam (Hudayana et al., 2019).
PRA adalah sebuah proses dalam menganalisis, perencanaan dan tindakan.
Bank Dunia mendefinisikan PRA sebagai pendekatan partisipatif dan metode
yang menekankan pengetahuan lokal dan memungkinkan masyarakat setempat
untuk melakukan penilaian, analisis dan perencanaan mereka sendiri. PRA
menggunakan visualisasi dan latihan untuk memfasilitasi berbagi informasi,
analisis dan tindakan antara para stake holders (Uddin, M.N. dan N. Anjuman:
2013), (World Bank : 1995), (Mustanir & Rusdi, 2018).
Menurut Mitchell dkk, PRA adalah sebuah metode untuk mengkaji sistem
pengetahuan lokal. Orientasi dari strategi ini untuk memfasilitasi atau
meningkatkan kesadaran masyarakat dan kemampuan mereka untuk menangkap
isu atau persoalan. Perhatian khusus diberikan agar masyarakat lokal dapat
melakukan analisis secara mandiri serta menyampaikan temuan-temuannya. Peran
peneliti menjadi katalis, bukan sebagai ahli. Peningkatan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat lokal juga ditujukan untuk membantu memberdayakan
masyarakat. Selanjutnya mengingat eratnya hubungan antara masyarakat
perdesaan dengan alam, hendaknya diusahakan pembinaan kesadaran dan
pengetahuan masyarakat desa untuk ikut serta dalam pengelolaan sumber-sumber
daya alam dan lingkungan hidup agar dapat dijamin kelestarian dan pemanfaatan
yang sebaik-baiknya dari sumber daya alam dan lingkungan hidup alami tersebut.
Dengan demikian masyarakat di daerah perdesaan akan merupakan penjaga dan
pencegah kerusakan terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup alami pada
umumnya. Dalam hubungan dengan ini adat kebiasaan masyarakat desa yang
mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup perlu dibantu
untuk dipertahankan dan dikembangkan (Haeruman, 1983:29) dalam (Yulianto,
2010).
Participatory Research Apraisal (PRA) adalah penelitian yang ditandai
oleh keterlibatan aktif dari masyarakat yang menjadi kelompok sarasan. Penelitian
PRA menempatkan masyarakat yang menjadi kelompok sasaran sebagai ‘subjek’
dalam proses kegiatan, dan bukan sebagai ‘objek’. Dalam PRA, peneliti
menempatkan diri sebagai ‘insider’ (pihak yang berada didalam kelompok sasaran
yang turut aktif didalam program kegiatan) bukan sebagai ‘outsider’ (pihak yang
berada diluar kelompok sasaran). Pelaksanaan kegiatan penelitian mulai dari
menyusun desain, instrumen, pengumpulan data, pengolahan, analisis data sampai
menyusun laporan selalu bersama masyarakat/kelompok sasaran (Handayani,
2010)..
Beberapa jenis kegiatan perencanaan, penelitian, pengembangan hingga
penerapan program kegiatan yang menggunakan prinsip atau teknik PRA
(Participatory Research Appraisal) antara lain : (a) Participatory Rural Appraisal,
(b) Participatory Research and Development, (c) Participatory Rapid Appraisal,
(d) Participatory Planning and Assesment, (e) Participatory Learning Methods, (f)
Participatory Action Research dan (g) Participatory Learning and Action.
(Kusnaka & Harry Hikmat, 2003) dalam (Handayani, 2010).
Dalam Participatory Research Apraisal, peneliti perlu memiliki kepekaan
untuk mengidentifikasi hal-hal yang dibutuhkan masyarakat sasaran sehingga
kegiatan perencanaan atau pengembangan yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan masyarakat, karena sesuai dengan namanya yaitu
partisipatory, penelitian jenis PRA bertujuan untuk meningkatkan keikutsertaan
masyarakat secara aktif. Kelebihan penelitian dengan menggunakan metode PRA
diantaranya: lebih adaptif terhadap kebutuhan yang ada dan dirasakan masyarakat,
lebih akomodatif terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat,
lebih peka dan aspiratif bagi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran. Selain
untuk kajian penelitian, teknik Participatory Research Appraisal (PRA) dapat
digunakan dalan kegiatan-kegiatan seperti: pembelajaran, pendampingan,
perencanaan, pengembangan hingga ke penerapan program kegiatan, yang
melibatkan masyarakat atau kelompok sasaran tertentu (Handayani, 2010).
Digabungkan dengan pendekatan dan metode lain, seperti activist
participatory research dan rapid rural appraisal, PRA menjadi semacam
“himpunan pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk
berbagi, mengembangkan, dan menganalisa pengetahuan mereka mengenai hidup
dan kondisi mereka sendiri, untuk perencanaan dan aksi” (Chambers, 1994:953).
Salah satu metode dari puluhan metode yang dikembangkan melalui PRA adalah
participatory planning (perencanaan secara partisipatoris), yang disertai
penganggaran (budgetting), implementasi, dan monitoring. Melalui metode ini,
masyarakat lokal mempersiapkan perencaan mereka sendiri, pendanaan, jadwal,
melakukan aksi, serta melakukan monitoring dan evaluasi. Proses inilah yang
disebut dan menghasilkan CAP (Community Action Plan) (Hudayana et al.,
2019).

Metode Participatory Rapid Appraisal (PRA) Merupakan metode


pengkajian pemberdayaan masyarakat desa yang lebih banyak melibatkan pihak
dalam yang terdiri dari pihak stakeholder (pemangku kepentingan kegiatan)
dengan difasilitasi pihak luar yang berfungsi sebagai narasumber atau fasilitator.
PRA merupakan metode penilaian keadaan secara partisipatif yang dilakukan
pada tahapan awal perencanaan kegiatan. Dalam PRA terdapat 5 kegiatan pokok
yaitu penjajakan/pengenalan kebutuhan, perencanaan kegiatan,
pelaksanaan/pengorganisasian kegiatan, pemantauan kegiatan dan evaluasi
kegiatan. Adapun langkah-langkah metode PRA meliputi (Kesehatan, 2013) :
1. Penelusuran sejarah desa.
2. Pembuatan bagan kecenderungan dan perubahan.
3. Penyusunan kalender musim dan profil perubahan.
4. Analisis pola penggunaan waktu (jadwal sehari-hari).
5. Observasi langsung terhadap dinamika social.
6. Transect (penelusuran desa) dan pembuatan gambar lingkungan (pemetaan
prasarana, bangunan, ruangan, sumber daya alam dan lokasi).
7. Pembuatan diagram kajian lembaga desa.
8. Pembuatan bagan alur input-output.
9. Bagan hubungan antar pihak (diagram venn).
10. Mengkaji mata pencaharian masyarakat.
11. Membuat matrik dan peringkat permasalahan yang dihadapi dan ditemukan
masyarakat.
12. Wawancara semi-terstruktur atau diskusi kelompok terarah.
13. Analisis pola keputusan.
14. Studi kasus atau cerita tentang kehidupan, peta mobilisasi masyarakat..
15. Pengurutan potensi atau kekayaan.
16. Pengorganisasian masalah (Kesehatan, 2013).

Tujuan utama dari PRA adalah untuk menjaring rencana atau program
pembangunan perdesaan yang memenuhi persyaratan, diterima oleh masyarakat
setempat, secara ekonomi menguntungkan dan sebaiknya juga berdampak positif
pada lingkungan sekitarnya. Metode PRA dapat membantu dalam menggerakkan
sumber daya alam dan manusia untuk memahami masalah, mempertimbangkan
program yang telah sukses, menganalisis kapasitas kelembagaan lokal, menilai
kelembagaan modern yang telah diintrodusir dan membuat rencana atau program
spesifik yang operasional secara sistematis. Metode PRA lebih menekankan kerja
sama yang melibatkan orang luar dan orang dalam secara bersama-sama menilai
tentang status dan potensi sumber daya perdesaan dan memikirkan kesempatan
kerja (Daniel, dkk., 2006:34) dalam (Yulianto, 2010).

Dalam hal kegunaannya, metode PRA banyak dilakukan oleh masyarakat


perdesaan untuk memecahkan berbagai masalah seperti masalah pertanian,
gender, kesehatan, pariwisata, kerusakan lingkungan, sarana pengairan,
pendidikan dan masih banyak lagi (Yulianto, 2010).

Penggunaan PRA adalah mengupayakan tumbuhnya pemberdayaan


masyarakat sehingga diharapkan berdampak pada:
1. Munculnya proses partisipasi aktif, baik teknis maupun politis dari masyarakat
yang menjadi kelompok sasaran dalam keseluruhan program kegiatan.
2. Tumbuhnya suasana keberpihakan bagi mereka yang selama ini merasa
terpinggirkan, terabaikan dalam proses pembangunan, dalam hal ini
masyarakat kampung kota yang terkadang sering terkena proyek penggusuran.
Teknik PRA mencoba menumbuhkan keseimbangan peran dan pola hubungan
antara kelompok dominan dan kelompok yang terpinggirkan. Keberpihakan
memberi dasar pada tumbuhnya pemberdayaan, saling belajar dan menghargai
perbedaan. Keyakinan bahwa belajar tidak saja hanya mentransfer informasi,
pengalaman dan ilmu pengetahuan, tetapi juga mendorong terciptanya ilmu
pengetahuan dan kearifan local (Handayani, 2010).
Secara prinsip teknik PRA tidak harus menghasilkan sesuatu yang persis
sama dari penggunaan yang satu ke penggunaan yang lain. Beragamnya hasil
yang muncul adalah sebuah keberhasilan dalam menggali informasi dari
masyarakat. Secara garis besar, metode PRA mempergunakan teknik analisis
mengikuti langkah-langkah sesuai dengan yang ditulis Chambers,R
(1995),Cracken J.Mc et.al (1991), Theis J and H.M.Grady (1991) seperti dikutip
Made Merta (2009) sebagai berikut:
1. Village history (sejarah desa/sejarah kawasan). Maksud kegiatan ini adalah
untuk mengkaji suatu keadaan dari waktu ke waktu meliputi manusia,
sumberdaya alam, lingkungan keadaan ekonomi budidaya, sosial politik dan
kejadian-kejadian penting masa lalu.
2. Trends analysis (analisis kecenderungan dan perubahan). Mirip dengan
analisis butir (1) tetapi menilai interval waktu tertentu dalam lima tahunan,
sepuluh tahunan atau lebih. Informasi yang diperoleh adalah jenis-jenis
perubahan keadaan masyarakat yang paling menonjol dan paling berpengaruh
terhadap keadaan masa kini, kepada manusianya sumberdaya alamnya, sosial
budaya politik dan ekonomi kawasan, serta kecendrungan ke depannya.
3. Seasonal calendar (kalender musiman). Mirip dengan butir (1) tetapi dengan
interval musiman, untuk mengkaji pola kegiatan musiman masyarakat.
4. Daily lifes (kegiatan harian). Variabel yang diperhatikan adalah waktu, mirip
dengan butir (3) tetapi intervalnya 24 jam. Informasi yang didapat berupa pola
kegiatan keluarga dan pembagian tugas antara ayah dan ibu sebagai gambaran
kehidupa suatu keluarga dan pembagian peran gender yang berlaku
didalamnya.
5. Village map (sketsa desa/kawasan). Variabel yang diperhatikan dalam tahapan
ini adalah ruang/wilayah kampung, atau kawasan ekosistem tertentu.
Informasi yang diperoleh berupa hubungan antara manusia, kegiatan ekonomi,
sosial budaya politik dengan lingkungan alamnya sehingga dapat tergambar
bagaimana kaitan dan tata cara serta nilai hidup masyarakat yang berkait
dengan alam lingkungannya.
6. Transect (penelusuran wilayah). Variabel yang ingin direkam dalam tahapan
ini mirip dengan butir (5), tetapi dilakukan untuk membahas wilayah kampung
atau kawasan ekosistem. Informasi yang diperoleh adalah bentuk topografi
dan kondisi alam lingkungan seperti vegetasi yang terdapat di lokasi.
7. Farm sketch (sketsa kebun). Tahapan ini khusus mengamati/mengkaji kebun
dan lahan pertanian masyarakat. Jenis informasi yang diperoleh berupa cara
pengelolaan kebun (halaman), produktivitas, pemanfaatan lahan, pendapatan,
pembagian kerja dsb.
8. Diagram Venn (institutional diagraming). Tahapan ini bertujuan untuk
mengkaji system organisasi desa (networking) diantaranya lembaga-lembaga
desa, tingkat kedekatan dsb. Informasi yang diharapkan berupa kegiatan-
kegiatan, manfaat lembaga formal dan informal di dalam kehidupan
masyarakat untuk dianalisis apakah lembaga tersebut membangun struktur
masyarakat yang positif atau sebaliknya.
9. Linkage diagram (bangun alur). Teknik inibertujuan unuk mengkaji suatu
sistem tertentu dengan tujuan untuk memperoleh informasi tentang sistem
/subsistem yang bekerja dalam masyarakat seperti: alur produksi, pemasaran,
pengelolaan air, system irigasi, drainase dsb.
10. Livelihood analysis ( kajian mata pencaharian). Pada tahapan ini masyarakat
membuat urut-urutan jenis mata pencaharian, mulai dari tingkat yang paling
utama yang dilakukan. Informasi yang didapat berupa pola kegiatan ekonomi
(mata pencaharian), keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan pengelolaan
sumberdaya alam, tingkat pendapatan dan potensi pengembangan usaha.
11. Matrix ranking (bagan urut). Teknik ini berupaya memberikan jenjang
berbagai hal berdasarkan prioritas. Informasi yang didapat berupa nilai
perbandingan berbagai alternatif pilihan teknologi baru, inovasi atau
komoditas pilihan masyarakat, pilihan prioritas kegiatan kelompok yang ada.
12. Semi Structured Interview (wawancara semi struktur). Wawancara dilakukan
untuk memberikan pengayaan terhadap hasil kajian oleh masyarakat sasaran.
Informasi yang diinginkan dari wawancara ini, yaitu gambaran
opini/pendapat, aspirasi masyarakat, keluarga, kesehatan, sumberdaya yang
dimiliki, hubungan sosial dan sebagainya (Handayani, 2010).

Anda mungkin juga menyukai