Anda di halaman 1dari 17

Epidemiologi penyakit malaria

Disusun oleh:
Kelompok 6

1. Mila dhanti (N1A118127)


2. Vera yunika marpaung (N1A118147)

Dosen pengampu :
Rd Halim, S.KM., M.PH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta anugerahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik dan dalam bentuk
yang sederhana. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca mengenai pengetahuan penyakit malaria.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memperoleh bantuan dari berbagai layanan
internet. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya maupun untuk semuanya.

Penyusun

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ................................................................................................ 1
1.2. Rumusan masalah ........................................................................................... 1
1.3. Tujuan penulisa ....................................................................................................... 1
1.4. Manfaat penulisan …………………………………………………………………. 2

BAB. II. PEMBAHASAN

BAB. III. PENUTUP


3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 12
3.2. Saran ............................................................................................................. 12
DAFTAR PURTAKA ......................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit


plasmodium antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium
falciparum, plasmodium ovale yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang
ditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles)/, penyakit malaria dapat menyerang
semua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua golongan umur (dari
bayi, anak-anak, sampai dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit malaria biasanya
menyerang yang tinggal didaerah yang mempunyai banyak genangan air yang
sesuai untuk tempat perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan,
pantai, perbukitan dan pinggiran hutan (Depkes RI, 2004).
Dengan mengetahui tenatang penyebaran malaria kita dapat mengantisipasi dan
menghindari agar tidak terjadinya malaria.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit malaria?
2. Bagaimana diagnosis penyakit malaria?
3. Apa saja faktor risiko penyakit malaria?
4. Apa riwayat alamiah penyakit malaria?
5. Bagaimana saja cara penularan penyakit malaria?
6. Bagaimana cara pencegahan penyakit malaria dan penanggulangannya?
7. Sebutkan kondisi atau permasalahan penyakit malaria dinegara Indonesia?

III. TUJUAN PENULISAN


Untuk dapat mengetahui hal hal yang berhubungan dengan malaria dan cara cara
pencegahannya.

1
IV. MANFAAT PENULISAN
- agar tidak mudah terserang penyakit malaria dan dapat mewaspadai nya
- agar mengetahui apa saja diagnosis penyakit malaria
- agar mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit malaria

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Malaria

Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal : buruk dan area : udara,
jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara buruk akibat
dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai suatu penyakit infeksi
dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) dan
ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat banyak istilah untuk malaria yaitu
paludisme, demam intermitens, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik,
demam pantai dan ague. Dalam sejarah tahun 1938 pada Countess d’El Chincon, istri
Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama
quinine digantikan dengan cinchona.

B. Diagnosis Malaria
1. Anamnesis

Keluhan utama dapat meliputi demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala, mual, muntah,
diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang
lalu ke daerah endemik malaria. Riwayat tinggal didaerah endemik malaria. Riwayat sakit
malaria. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir. Gejala klinis pada anak dapat tidak
jelas. Riwayat mendapat transfusi darah. Selain hal-hal tadi, pada pasien penderita malaria
berat, dapat ditemukan keadaan seperti Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, Keadaan
umum yang lemah, Kejang-kejang, Panas sangat tinggi, Mata dan tubuh kuning, Perdarahan
hidung, gusi, tau saluran cerna, Nafas cepat (sesak napas), Muntah terus menerus dan tidak
dapat makan minum, Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman, Jumlah air
seni kurang bahkan sampai tidak ada dan Telapak tangan sangat pucat.

2. Pemeriksaan fisik

a. Malaria Ringan

Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C), Konjungtiva atau telapak tangan pucat,
Pembesaran limpa (splenomegali), dan Pembesaran hati (hepatomegali).

b. Malaria Berat
Mortalitas: Hampir 100% tanpa pengobatan, Tatalaksana adekuat: 20%, Infeksi olehP.
falciparum disertai dengan salah satu atau lebih kelainan yaitu Malaria serebral, Gangguan
status mental, Kejang multipel, Koma, Hipoglikemia: gula darah < 50 mg/dL, Distress
pernafasan, Temperatur > 40oC, tidak responsif dengan asetaminofen, Hipotensi, Oliguria
atau anuria, Anemia dengan nilai hematokrit 1,5 mg/dL, Parasitemia > 5%, Bentuk Lanjut
(tropozoit lanjut atau schizont) P. falciparum pada apusan darah tepi, Hemoglobinuria,
Perdarahan spontan, dan Kuning.

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan dengan mikroskop Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di
Puskesmas/Iapangan/rumah sakit untuk menentukan Ada tidaknya parasit malaria (positif
atau negatif),Spesies dan stadium plasmodium, Kepadatan parasite.

Untuk penderita tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bila pemeriksaan sediaan darah pertama negatif, perlu diperiksa ulang setiap 6 jam - 3 hari
berturut-turut.

2. Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari berturut-turut tidak ditemukan
parasit maka diagnosis malaria disingkirkan.

b. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test) Mekanisme kerja tes ini
berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda
imunokromatografi, dalam bentuk dipstik Tes ini sangat bermanfaat pada unit gawat darurat,
pada saat terjadi kejadian luar biasa dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas lab
serta untuk survey tertentu. Hal yang penting lainnya adalah penyimpanan RDT ini sebaiknya
dalam lemari es tetapi tidak dalam freezer pendingin.

c. Pemeriksaan penunjang untuk malaria berat: pemeriksaan peninjang meliputi; darah rutin,
kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah, EKG, Foto
toraks,Analisis cairan serebrospinalis, Biakan darah dan uji serologi, dan Urinalisis.

C. Faktor Resiko Timbulnya Penyakit Malaria

Menurut Depkes RI (1999 : 5) beberapa faktor resiko terjadinya penyakit malaria yaitu :

a. Prilaku
Perilaku yang dimaksud dapat mempengaruhi terjadinya penyakit malaria adalah perilaku
hidup seseorang dalam usaha melindungi dirinya dari gigitan nyamuk dan menjaga
kebersihan sanitasi lingkungan dimana ia tinggal sehingga tidak ada kemungkinan vektor
penyebab penyakit malaria untuk berkembang.

b. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Cahaya matahari sangatlah penting
karena dapat mencegah bersarangnya nyamuk didalam rumah. Oleh karena itu rumah harus
mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup seperti jendela dan ventilasi. Jendela dan
ventilasi mempunyai banyak fungsi diantaranya untuk menjaga aliran udara di dalam rumah
agar tetap sehat, menjaga keseimbangan oksigen dan menjaga kelembaban udara di dalan
rumah

c. Suhu udara

Suhu udara sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau masa inkubasi
ekstrinsik. Makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi ekstrinsik dan sebaliknya makin
rendah suhu siklus ekstrinsik makin tinggi

d. Musim

Terdapat hubungan langsung antara musim dan perkembangan larva nyamuk anopheles
menjadi bentuk dewasa. Nyamuk anopheles akan lebih cepat berkembang pada musim hujan
apalagi pada hujan yang deras dengan jumlah hari hujan yang cukup lama sebab hal itu akan
mempengaruhi tempat nyamuk anopheles atau tempat perindukannya berkembang.

e. Angin

Kecepatan angin pada saat matahari terbit dan terbenam yang merupakan saat terbangnya
kedalam atau keluar rumah adalah salah satu faktor yang ikut menentukan jumlah kontak
antara manusia dengan nyamuk.

f. Saluran pembuangan air limbah

Saluran pembuagan air limbah juga dapat mempengaruhi terjadinya penyakit malaria, apabila
saluran air limbah tersebut tidak diperhatikan dengan baik keadaan sanitasinya serta aliran
limbahnya apakah tergenang atau tidak sebab nyamuk anopheles menyukai tempat yang
airnya statis atau mengalir sedikit sebagaimana kita ketahui bahwa air limbah yang tidak
diolah dengan baik akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan
lingkungan hidup diantaranya menjadi transmisi atau media berkembang biaknya nyamuk.

D. Cara infeksi

Penyakit malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara alamiah, contohnya melaluiu
gigitan nyamuk dan non alamiah, misalnya tranfusi darah maupun malaria dari ibu ke
bayinya. Sedangkan menurut Garcia dan Bruckner (1996) terdapat beberapa penyebab yang
mengakibatkan terjadinya infeksi Plasmodium.

1. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.

2. Transfusi darah dari donor penderita.

3. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi.

4. Infeksi impor.

5. Infeksi kongenital.

E. Epidemiologi Malaria

Malaria termasuk penyakit kosmopolit yang tersebar sangat luas di seluruh dunia, baik di
daerah tropis, subtropics maupun daerah beriklim dingin. Malaria ditemukan pada 64o LU
(Archangel di Rusia) sampai 32o LS (Cordoba di Argentina), dari daerah ketinggian 2666 m
sampai daerah 433 m dibawah permukaan air laut (Laut Mati). Diantara garis lintang dan
bujur, terdapat daerah yang bebas malaria, yaitu Pasifik Tengah dan Selatan (Hawaii,
Selandia Baru). Keadaan ini dikarenakan tidak ada vektor di tempat bebas malaria tersebut,
sehingga siklus hidup parasit tidak dapat berlangsung.

Suatu daerah dikatakan endemis malaria jika secara konstan angka kejadian malaria dapat
diketahui serta penularan secara alami berlangsung sepanjang tahun. Peningkatan perjalanan
udara internasional dan resistensi terhadap obat antimalaria dapat meningkatkan kasus
malaria impor pada turis, pelancong dan imigran.15,20,21

Menurut WHO (1963), malaria di suatu daerah ditemukan dari beberapa kasus, kasus
autokhton yaitu kasus malaria pada suatu daerah yang terbatas. Kasus indigen, yaitu kasus
malaria yang secara alami terdapat pada suatu daerah. Kasus impor, yaitu didapatnya kasus
malaria di luar daerah yang biasa dan masuk dari luar daerah. Kasus introdus, kasus malaria
yang terbukti terbatas pada suatu daerah dan diperoleh dari malaria impor. Kasus 19
sporadik, yaitu merupakan kasus autokhton yang terbatas pada sedikit daerah tapi tersebar.
Kasus Indus, didapatnya infeksi secara parenteral misalnya, melalui jarum suntik dan
transfusi darah.15

Klasifikasi dari epidemiologi malaria menggunakan parameter ukur spleen rate (angka limpa)
atau parasite rate (angka parasit), yaitu sebagai berikut :

Hipoendemik : spleen rate atau parasite rate 0-10%

Mesoendemik : spleen rate atau parasite rate 10-50%

Hiperendemik : spleen rate atau parasite rate 50-75%, dewasa biasanya lebih tinggi

Holoendemik : spleen rate atau parasite rate > 75%, dewasa biasanya rendah.

F. Upaya Pencegahan Malaria

Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah endemis maupun yang ingin pergi
ke daerah endemis :

 Pengendalian vektor
- Bisa menggunakan larvasida untuk memberantas jentik-jentik.
- Semprot insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa.
- Penggunaan pembunuh serangga yang mengandung DEET (10-35%) atau picaridin
7%.
 Proteksi personal/Personal Protection
Adalah suatu tindakan yang dapat melindungi orang terhadap infeksi, seperti :
- Menghindari gigitan nyamuk pada waktu puncak nyamuk mengisap (petang dan
matahari terbenam).
- Penggunaan jala bed (kelambu) yang direndam insektisida sebelumnya, kawat
nyamuk, penolak serangga.
- Memakai baju yang cocok dan tertutup.
- Penggunaan obat-obat profilaksis jika ingin bepergian ke daerah endemis.
 Vaksin Malaria
Parasit malaria mempunyai siklus hidup yang komplek, sehingga vaksin berbeda-beda
untuk setiap stadium, seperti :
Stadium aseksual eksoeritrositik : Cara kerjanya menghambat terjadinya gejala klinis
maupun transmisi penyakit di daerah endemis. Contohnya, circumsporozoite protein
(CSP), Thrombospondin-related adhesion protein (TRAP), Liver stage antigen (LSA).
Stadium aseksual eritrositik : Cara kerjanya menghambat terjadinya infeksi parasit
terhadap eritrosit, mengeliminasi parasit dalam eritrosit dan mencegah terjadinya
sekuesterasi parasit di kapiler organ dalam sehingga dapat mencegah terjadinya
malaria berat. Contohnya, merozoite surface protein (MSP), ring infected erythrocyte
surface antigen (RESA), apical membrane antigen-1 (AMA-1).
Stadium seksual : Cara kerjanya menghambat atau mengurangi transmisi malaria di
suatu daerah. Contohnya, Pfs 28 dan Pfs 25.
G. Riwayat Alamiah Penyakit Malaria

Riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan
waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan
agen kausal hingga terjadinya akibatpenyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik(CDC, 2010c). Riwayat alamiah
penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif(Bhopal, 2002, dikutip
Wikipedia, 2010).Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat
alamiah penyakit sama pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit. Dengan mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing
penyakit maka bisa dikembangkan intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun
mengatasi problem penyakit tersebut (Gordis, 2000; Wikipedia, 2010)

1. Tahap Prepatogenesis
interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar
tubuh host. Pada proses prepatogenesis penyakit malaria bisa terjadi pada orang-orang yang
tinggal didaerah malaria atau orang yang mengadakan perjalanan kedarah malaria.
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual (sporogoni) dalam badan nyamuk
Anopheles dan aseksual (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termauk manusia. Tahap
prepatogenesis penyakit malaria dimulai pada fase seksual (sporogoni). Fase seksual dimulai
dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk ookinet dalam perut
nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selaput luar
lambung nyamuk. (Arif et. Al., 2001). Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah
8-35 hari, tergantung pada situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista
akan membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ
nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan
siap ditularkan bila nyamuk menggigit manusia (Widoyono, 2008).
2. Tahap Inkubasi
Masa inkubasi pada penyakit malaria beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam,
menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, dll. Masa inkubasi pada
penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit adalah sebagai berikut,
Plasmodium Falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate 13 -17 hari.
Plasmodium maJariae 28 -30 hari (Arif et. Al., 2001).
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah
sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium
eksoeritrositer dengan masuk ke dalam sel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon
yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran darah
dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer.
Merozoit dalam erotrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit ->
bentuk cincin -> trofozoit -> merozoit. Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Di
antara merozoit-merozoit tersebut akan ada yang berkembang membentuk gametosit untuk
kembali memulai siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina).
Siklus tersebut disebut masa tunas instrinsik. Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang
bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi
ini, maka gametosit yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan
demikian, siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria
(Widoyono, 2008).
Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah
masa prapaten, sedangkan masa inkubasi dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan
hospes sampai timbulnya gejala klinis. Masa prepaten tiap-tiap plasmodium berbeda-beda.
Masa prepaten P. Falcifarum adalah 6-25 hari, P. Vivax 8-27 hari, P. Ovale 12-20 hari, dan P.
Malariae 18-59 hari.
3. Tahap Dini/Klinis
Dikenal beberapa kaadaan klinik dalam perjalan infeksi malaria yaitu :
a. Serangan primer (Periode Klinis)
Yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksimal
yang terdiri dari dingin/menggigil; panas dan berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat
pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita.
Gejala yang biasa terjadi adalah terjadinya “Trias Malaria” (Malaria proxysm) secara
berurutan :
1) Periode dingin
Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi
saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15
menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas
Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas badan tetap
tinggi sampai 40oC atau lebih, penderita. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat
sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,
temperatur turun, penderita merasa cape dan sering tertidur. Bila penderita bangun akn
merada sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa (Rampengan, 2007).
b. Periode laten
Yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria.
Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
c. Recrudescense
Yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer.
d. Recurrence
Yaitu berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya
serangan primer.
e. Relapse atau “Rechute”
Ialah berlangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari wakti diantara
serangan periodik dari infeksi primer.(Rampengan, 2007)
4. Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan
gejala dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan.
Dan juga sudah memerlukan perlukan pengobatan. Pada penyakit malaria tahap lanjut terjadi
tergantung pada jenis atau tipe penyakit malarianya (Widoyono, 2008).
5. Pengobatan Malaria
Pemulihan secara sempurna bisa dilakukan jika malaria diobati dan dirawat dengan
benar. Proses ini dilakukan langsung setelah diagnosis malaria telah diketahui. Obat anti
malaria yang diberikan tergantung kepada :
Jenis parasite yang menyababkan malaria
Tingkat keparahan gejala yang dialami penderita
Apakah anda sedang hamil atau tidak
Beberapa jenis penyakit malaria terkadang resisten terhadap obat-obatan tertentu.
Untuk masalah ini kombinasi obat malaria kana di sarankan oleh dokter. Jika malaria berada
pada tingkat yang parah, obat akan diberikan melalui infus dan dilakukan dirumah sakit.
Untuk malaria yang disesbabkan oles plasmodium falciparum, berikut obat
obatan yang diberikan:
Kombinasi artesunate dan amodiaquine
Kombinasi dihydroartemisinin, piperquine dan primaquine
Kombinasi quine , doxycycline dan primaquine
Malaria yang disebabkan oleh plasmodium vivax diobati dengan salah satu kombinasi
berikut:
Artesunate dan amodiaquine
Dihydroartemisinin, piperaquine dan primaquine
Pengobatan malaria pada ibu hamil akan diberika obat yang khusus karena beberapa
obat obatan tidak cocok untuk ibu hamil karena potensi efek sampingnya, baik itu pada ibu
hamil maupun pada bayinya
6. Tahap Akhir
Pada tahap akhir penyakit malaria dapat sembuh sempurna, sembuh karier atau
pembawa, dan ada juga yang meninggal dunia dikarenakan plasmodium yang menyerang
yaitu plasmodium falcifarum. Jenis plasmodium ini bisa menimbulkan kematian dan
merupakan penyebab infeksi terbanyak , Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh
dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung (Arif et. al.,
2001).

H. Kondisi Penyakit Malaria di Indonesia

Data malaria dikumpulkan dengan dua cara dalam Riskesdas 2013 yaitu wawancara
terstruktur menggunakan kuesioner dan pemeriksaan darah menggunakan dipstick (Rapid
Diagnostic Test/RDT) yang disebut dengan point prevalence. Besarnya sampel untuk
pemeriksaan RDT merupakan subsampel dari sampel Kesehatam masyarakat dan jumlah
sampel yang dapat dianalisis adalah 46.394 (92,92 % dari jumlah sampel 49.931).

Point prevalence malaria menurut Riskesdas tahun 2013 adalah 1,3%, namun hal ini tidak
menggambarkan kondisi Indonesia secara keseluruhan dalam satu tahun karena malaria
mempunyai masa-masa peak kasusnya yang berbeda-beda. Bila dibandingkan dengan
Riskesdas tahun 2010 point prevalence-nya malaria tahun 2013 meningkat sekitar dua kali
lipat dari point prevalence malaria tahun 2010.

Sementara itu, pada kelompok rentan, seperti anak-anak umur 1-9 tahun dan bumil,
didapatkan angka positif malaria yang cukup tinggi (1,9%) dibandingkan kelompok umur
Iainnya. Proporsi penduduk perdesaan yang positif juga sekitar dua kali lipat lebih
banyak (1,7%) dibandingkan dengan penduduk perkotaan (0,8%) seperti tampak pada
tabel di bawah ini.
Proporsi malaria berdasarkan spesies parasit malaria yang menginfeksi, yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax atau infeksi campuran (P. falciparum dan P.
vivax). Walaupun secara keseluruhan besarnya infeksi P. falciparum sama dengan P.
vivax, berdasarkan pengelompokan umur, jenis kelamin dan ibu hamil didapatkan bahwa
infeksi P. falciparum terlihat lebih dominan dengan angka kesakitan pada anak berumur
1-9 tahun sebesar 1,2 persen dan 1,3 persen pada ibu hamil. Berdasarkan lokasi tempat
tinggal didapatkan bahwa di daerah perkotaan infeksi dengan P. vivax (0,5%) lebih tinggi
dibandingkan infeksi P. falciparum (0,3%), sebaliknya di daerah perdesaan didapatkan
infeksi P. falciparum lebih tinggi.

Upaya penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau
dengan menggunakan indikator Annual Parasite incidence (API). Setiap kasus malaria harus
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan sediaan darah dan semua kasus positif harus diobati
dengan pengobatan kombinasi berbasis artemisinin atau ACT (Artemisinin-based
Combination Therapies).

API dari tahun 2008 — 2013 menurun dari 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,38 per 1.000
penduduk. Untuk tahun 2013, bila dilihat per provinsi API yang tertinggi adalah Papua (42,65
per 1.000 penduduk), Papua Barat (38,44 per 1.000 penduduk) dan NTT (16,37 per 1.000
penduduk).
DAFTAR PUSTAKA

Hiswani, 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Sumatra Utara: USU.
Noor, N. N. 2000.Dasar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Oswari, E, 2003. Penyakit dan Penanggulangannya. Cetakan V.jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai